METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Berdasarkan penilitian tentang pengaruh model realistic mathematic education (RME) terhadap prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika siswa kelas 2 SDN 1 Sanden, kecamatan Sanden, kabupaten Bantul, tahun ajaran 2016/ 2017, dapat diperoleh data sebagai berikut.
55 1. Deskripsi Data Pretest
a. Data Pretest Kelompok Kontrol
Pretest pada kelompok kontrol yaitu kelas 2A dilakukan pada hari Selasa, 4 April 2017. Seluruh siswa yang berjumlah 25 anak semuanya berangkat ke sekolah dan ikut mengerjakan soal pretest. Data hasil pretest dapat dilihat pada lampiran. Data yang terkumpul disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6. Hasil Pretest Kelompok Kontrol Jumlah Siswa Nilai Maksimal Nilai Minimal Mean
25 97 20 65,76
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 97, nilai terendah yaitu 20, dan rata-rata nilai kelas adalah 65,76. Berikut adalah penggolongan kriteria hasil pretest yang diperoleh dari kelompok kontrolmenurut Muhibin Syah (2013: 223).
Tabel 7. Kriteria Hasil Pretest Kelompok Kontrol Interval Kategori Prestasi Belajar Frekuensi
80 – 100 Sangat Baik 10 70 – 79 Baik 5 60 – 69 Cukup 3 50 – 59 Kurang 2 0 – 49 Gagal 5 Jumlah 25
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika sangat baik sebanyak 10 siswa, kriteria baik sebanyak 5 siswa, kriteria cukup sebanyak 3 siswa, kriteria
56
kurang sebanyak 2 siswa, dan kriteria gagal sebanyak 5 siswa. Data tersebut dapat disajikan pada diagram batang di bawah ini.
Gambar 4. Diagram Hasil Pretest Kelompok Kontrol b. Data Pretest Kelompok Eksperimen
Pretest pada kelompok eksperimen yaitu kelas 2B dilakukan pada hari yang sama dengan pretest kelompok kontrol pada hari Selasa, 4 April 2017. Dari 30 siswa, ada 28 siswa yang ikut mengerjakan soal pretest dan 2 siswa tidak berangkat ke sekolah karena sakit. Hasil pretest kelompok eksperimen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Data yang telah terkumpul disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 8. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Jumlah Siswa Nilai Maksimal Nilai Minimal Mean
28 97 20 68,18
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 97, nilai terendah yaitu 20, dan rata-rata nilai kelas adalah 68,18. Berikut adalah penggolongan kriteria hasil pretest yang diperoleh dari kelompok eksperimen.
0 2 4 6 8 10 12 80 - 100 70 - 79 60 - 69 50 - 59 0 - 49 kriteria prestasi belajar
57
Tabel 9. Kriteria Hasil Pretest Kelompok Eksperimen Interval Kategori Prestasi Belajar Frekuensi
80 – 100 Sangat Baik 10 70 – 79 Baik 7 60 – 69 Cukup 3 50 – 59 Kurang 2 0 – 49 Gagal 6 Jumlah 28
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika sangat baik sebanyak 10 siswa, kriteria baik sebanyak 7 siswa, kriteria cukup sebanyak 3 siswa, kriteria kurang sebanyak 2 siswa, dan kriteria gagal sebanyak 6 siswa. Data tersebut dapat disajikan pada diagram batang di bawah ini.
Gambar 5. Diagram Hasil Pretest Kelompok Eksperimen c. Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Data rata-rata nilai pretest yang diperoleh dari kelompok kontrol adalah 65,76 dan rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen adalah 68,18. Data tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
0 2 4 6 8 10 12 80 –100 70 –79 60 –69 50 –59 0 –49
kriteria prestasi belajar
58
Tabel 10. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest Kelompok Kontrol – Eksperimen
No Nama Kelompok Mean
1. Kelompok Kontrol 65,76
2. Kelompok Eksperimen 68,18
Selisih rata-rata dari kelompok kontrol dan eksperimen adalah 2,42. Selisih yang kecil tersebut membuktikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Nilai 65,76 dan 68,18 juga berada pada kriteria yang sama yaitu cukup. Perbandingan rata-rata nilai pretest kelompok kontrol dan eksperimen dapat disajikan dalam diagram batang berikut.
Gambar 6. Diagram Perbandingan Pretest Kelompok Kontrol – Eksperimen 2. Deskripsi Data Posttest
a. Data Posttest Kelompok Kontrol
Posttest pada kelompok kontrol yaitu kelas 2A dilakukan pada hari Senin, 17 April 2017. Seluruh siswa yang berjumlah 25 anak semuanya berangkat ke sekolah dan ikut mengerjakan soal posttest. Data hasil posttest dapat dilihat pada lampiran. Data yang terkumpul disajikan dalam tabel berikut ini.
64.5 65 65.5 66 66.5 67 67.5 68 68.5 n il ai ra ta -ra ta kelompok kontrol kelompok eksperimen
59
Tabel 11. Hasil Posttest Kelompok Kontrol Jumlah Siswa Nilai Maksimal Nilai Minimal Mean
25 100 20 75,88
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 100, nilai terendah yaitu 20, dan rata-rata nilai kelas adalah 75,88. Berikut adalah penggolongan kriteria hasil posttest yang diperoleh dari kelompok kontrol.
Tabel 12. Kriteria Hasil Posttest Kelompok Kontrol Interval Kategori Prestasi Belajar Frekuensi
80 – 100 Sangat Baik 14 70 – 79 Baik 4 60 – 69 Cukup 2 50 – 59 Kurang 2 0 – 49 Gagal 3 Jumlah 25
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika sangat baik sebanyak 14 siswa, kriteria baik sebanyak 4siswa, kriteria cukup sebanyak 2 siswa, kriteria kurang sebanyak 2 siswa, dan kriteria gagal sebanyak 3 siswa. Data tersebut dapat disajikan pada diagram batang di bawah ini.
60
Gambar 7. Diagram Hasil Posttest Kelompok Kontrol
b. Data Posttest Kelompok Eksperimen
Posttest pada kelompok eksperimen yaitu kelas 2B dilakukan pada hari yang sama dengan posttest kelompok kontrol pada hari Senin, 17 April 2017. Dari 30 siswa, ada 28 siswa yang ikut mengerjakan soal posttest dan 2 siswa tidak berangkat ke sekolah karena sakit. Hasil posttest kelompok eksperimen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Data yang telah terkumpul disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 13. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Jumlah Siswa Nilai Maksimal Nilai Minimal Mean
28 100 43 78,17
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 100, nilai terendah yaitu 43, dan rata-rata nilai kelas adalah 78,17. Berikut adalah penggolongan kriteria hasil posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen.
0 5 10 15
80 - 100 70 - 79 60 - 69 50 - 59 0 - 49 kriteria prestasi belajar
frekuensi
61
Tabel 14. Kriteria Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Interval Kategori Prestasi Belajar Frekuensi
80 – 100 Sangat Baik 18 70 – 79 Baik 1 60 – 69 Cukup 1 50 – 59 Kurang 7 0 – 49 Gagal 1 Jumlah 28
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika sangat baik sebanyak 18 siswa, kriteria baik sebanyak 1siswa, kriteria cukup sebanyak 1 siswa, kriteria kurang sebanyak 7 siswa, dan kriteria gagal sebanyak 1 siswa. Data tersebut dapat disajikan pada diagram batang di bawah ini.
Gambar 8. Diagram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
0 5 10 15 20 80 - 100 70 - 79 60 - 69 50 - 59 0 - 49
kriteria prestasi belajar
frekuensi
62
c. Perbandingan Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Data rata-rata nilai posttest yang diperoleh dari kelompok kontrol adalah 75,88 dan rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen adalah 78,17. Data tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 15. Perbandingan Nilai Rata-Rata Posttest Kelompok Kontrol – Eksperimen
No Nama Kelompok Mean
1. Kelompok Kontrol 75,88
2. Kelompok Eksperimen 78,17
Selisih rata-rata dari kelompok kontrol dan eksperimen adalah 2,29. Selisih yang kecil tersebut membuktikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama. Nilai 75,88 dan 78,17 juga berada pada kriteria yang sama yaitu baik. Perbandingan rata-rata nilai pretest kelompok kontrol dan eksperimen dapat disajikan dalam diagram batang berikut.
Gambar 9. Diagram Perbandingan Posttest Kelompok Kontrol – Eksperimen 3. Perbandingan Pretest dan Postest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Perbandingan hasil pretest dan posttest antara kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini.
74.5 75 75.5 76 76.5 77 77.5 78 78.5 n il ai ra ta -ra ta kelompok kontrol kelompok eksperimen
63
Tabel 16. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol - Eksperimen No Nama Kelompok Rata-Rata Pretest Posttest 1. Kontrol 65,76 75,88 2. Eksperimen 68,17 78,17
Berdasarkan hasil perbandingan hasil pretest dan posttest kelompok kontrol dan eksperimen di atas dapat disajika diagram batang berikut.
Gambar 10. Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol – Eksperimen
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar kelompok kontrol dari 65,76 menjadi 75,88 dengan selisih 10,12, sedangkan prestasi belajar kelompok eksperimen dari 68,17 menjadi 78,17 dengan selisih 10. Hal ini menunjukkan bahwa model RME tidak berpengaruh positif terhadap prestasi belajar pemecahan masalah soal matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden. 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 kontrol eksperimen pretest posttest
64 4. Deskripsi Hasil Observasi
Penelitian ini melakukan observasi terhadap guru pada kelas eksperimen. Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model RME dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan lembar obervasi, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran model RME pada kelas eksperimen sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat langkah-langkah pembelajaran RME. Adapun langkah-langkah pembelajaran diawali dengan memeriksa kesiapan siswa, melakukan apersepsi, menjelaskan strategi RME, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berupa melibatkan siswa dalam kegiatan tanya jawab tentang pembagian pembagian yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diajak untuk melakukan praktik pembagian dengan temannya sendiri. Guru memberikan persoalan pada siswa dan meminta mereka memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri. Siswa dapat menggunakan media benda konkrit yang sediakan guru. Setelah selesai, siswa mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan siswa lain menanggapinya. Guru bersama siswa menarik kesimpulan bersama tentang pemecahan masalah soal tersebut. Siswa mendengarkan penjelasan akhir oleh guru. Pelajaran diakhiri dengan siswa mengerjakan soal evaluasi dan bersama-sama mengulang materi serta kesimpulan.
Sedangkan pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol, peneliti yang berperan sebagai guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
65
cara mengajar guru kelas yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode yang ada dari guru kelas. D. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha: Ada pengaruh positif dan signifikan penggunaan model realistic mathematic education (RME) terhadap pretasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden kecamatan Sanden. Ho: Tidakada pengaruh positif dan signifikan penggunaan model realistic mathematic education (RME) terhadap pretasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden kecamatan Sanden.
Uji hipotesis dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh model realistic mathematic education (RME) terhadap pretasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden. Uji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan hasil
posttest antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 17 . Uji Hipotesis
Kelompok Mean Keterangan
Kontrol 75,88 Kontrol < eksperimen
Eksperimen 78,17
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil posttest yang diperoleh oleh kelompok kontrol yaitu 75,88 berada pada kriteria prestasi belajar baik. Sedangkan kelompok eksperimen yaitu 78,17 juga berada pada kriteria
66
prestasi belajar baik. Untuk memperkuat data perbandingan skor rata-rata post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t dengan bantuan program SPSS for windows 23. Perolehan thitung diperoleh menggunakan pengujian Independent Samples T Tes. Sebelum dilakukan uji t tentunya harus dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu.
Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang dieproleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan SPSS dengan rumus Kolmogorov-Smirnov. Adapun hasil dari uji normalitas data pre test dan post test pada kelompok kontrol dan eksperimen adalah sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Kelompok Komtrol dan Eksperimen
No Data
Probabilitas (P) atau sig
hitung
Sigmin Keterangan
1 Pre-test Eksperimen 0,170 0,05 Sebaran data normal Pre-test Kontrol 0,320 0,05 Sebaran data normal 2 Post-test Eksperimen 0,200 0,05 Distribusi data normal Post-test Kontrol 0,134 0,05 Distribusi data normal
67
Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Hal tersebut ditunjukkan bahwa sighitung > sigmin yang berarti sebaran data normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah uji normalitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan menggunakan bantuan SPSS dengan rumus levene’s test. Adapun hasil uji homogenitas tersebut tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa hasil pretest adalah sighitung > sigmin yang berati data yang diperoleh berasla dari populasi varian yang sama. Sedangkan pada pada data post-test deproleh hasil bahwa sighitung < sigmin
yang berarti data yang diperoleh bukan berasal dari populasi varian yang sama. 3. Uji T ( T-test)
T-test dilakukan apabila data yang diperoleh telah memenuhi uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil t-testpost-test prestasi
No Data Keterangan
Sighitung Sigmin
1 Pre-test 0,878 0,05 Varian
sama/homogen
2 Post-test 0,047 0,05 Varian berbeda/tidak homogen
68
belajarkognitif IPA siswa digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatan lingkungan alam sekitar terhadap perstasi belajar kognitif IPA siswa. T-test
dilakukan dengan bantuan SPSS adapun hasil darit-test adalah sebagai berikut.
Tabel 15. T-test Post-test Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa
Pada tabel diatas dapat diketahuibahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yang berjumlah 28 siswa adalah 78,18. Sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol yang berjumlah 25 siswa adalah 75,88. Hasil perhitungan dengan t-test
diperoleh bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,042<0,05. Hasil tersebut juga memperoleh thitung sebesar 2,085 kemudian dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,008 dengan df=51 dan taraf signifikansi sebesar 5%. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Namun, jika thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ha diterima. Ha dan Ho yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Ha: Ada pengaruh positif dan signifikan penggunaan model realistic mathematic education (RME) terhadap pretasi belajar pemecahan masalah soal
Aspek Eksperimen Kontrol
Mean 78,18 75,88
N 28 25
t-hitung 2,085 t-tabel 2,008 sig. (2-tailed) 0,042
Analisis t hitung>t tabel Keterangan Signifikan
69
cerita matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden kecamatan Sanden.
b) Ho: Tidakada pengaruh positif dan signifikan penggunaan model realistic mathematic education (RME) terhadap pretasi belajar pemecahan masalah soal cerita matematika pembagian siswa kelas 2 SD Negeri 1 Sanden kecamatan Sanden.
Berdasarkan data thitung > ttabel ( 2,085>2,008) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat perbedaan positif dan signifikan mengenai prestasi belajar kemampuan pemecahan masalahsoal cerita siswa pada kelompok eksperimen dankelompok kontrol.
E. Pembahasan
Penelitian dilakukan dengan mengadakan pretest untuk kelompok kontrol dan eksperimen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dari kelas kedua kelompok tersebut. Hasil pretest untuk kelompok eksperimen adalah 68,17 dan kelompok kontrol 65,76. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok mengenai kondisi awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dapat dikuatkan dengan hasilt-test yang menyatakan bahwa thitung = 0,388 lebih kecil dari ttabel(2,008). Apabila thitung < ttabel, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen maupun kontrol.
Selanjutnya adalah pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen. Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen adalah dengan
70
menggunakan pembelajaran matematika realistik. Sedangkan untuk kelompok kontrol tetap dilakukan pembelajaran seperti biasanya atau konvensional.
Setelah diberikan perlakuan/pembelajaran, kelompok eksperimen dan kontrol diberikan post-test. Post-test tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diiberikan perlakuan. Hasil post-test
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 78,17 sedangkankelompok controlmemperoleh rata-rata nilai sebesar 75,88. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pada kelompok, namun peningkatan rata-rata nilai cukup terlihat pada kelompok eksperimen.
Untuk memperkuat hasil penelitian bahwa pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah soal cerita siswa, maka dibuktikan dengan t-test. Hasil t-test dengan taraf signifikansi 5% (tingkat kepercayaan 95%), menunjukkan bahwa diperoleh thitung sebesar 2,085. Thitung
kemudian dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,008 dan memperoleh hasil thitung > ttabel (2,085>2,008) serta nilai signifikansi sebesar 0,042 yang lebih kecil dari 0,05. Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwwa pendekatan RME cukup efektif untuk meningkatkan prestasi belajar pemecahan masalah soal cerita siswa, dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan biasa.
Hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Sanden membuktikan bahwa pendekatan RME memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar kemampuan pemecahan masalah siswa, dibandingkan dengan belajar dengan pendekatan biasa atau konvensional. Pendekatan tersebut
71
memberikan pengaruh dengan mengalami peningkatan pada nilai rata-rata siswa dari sebelum perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan.
Berdasarkan data hasil penelitian penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pembelajaran matematika realistik memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar kemampuan pemecahan masalah soal cerita siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan Tarigan (2006: 3-4) bahwa pembelajaran matematika realistik berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari Aris Shoimin (2014: 151-152) tentang kelebihan RME yang dapat memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal atau tidak harus sama antara satu dengan orang yang lainnya.
Pertama, siswa akan dihadapkan dengan mengeksplorasi suatu masalah yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara mereka sendiri. Siswa bisa menggunakan benda yang ada di sekitar untuk dapat menyelesaikan masalah pembagian dengan cara mereka sendiri. Siswa dilatih meningkatkan kreativitasnya melalui pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri. Dengan begitu siswa membangun pengetahuan mereka dalam membuat strategi pemecahan masalah soal cerita pembagian. Setelah siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa diminta untuk menyampaikan cara mereka dalam menyelesaikan masalah tersebut kepada semua siswa yang lain. Siswa dilatih untuk bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Siswa yang mendengarkan penjelasan dapat mengemukakan pendapat mereka tentang hasil pekerjaan teman
72
mereka. Kepercayaan diri siswa dilatih dalam penyampaian cara mereka memecahkan masalah.
Dengan mendengarkan cara penyelesaian masalah dari teman yang lain, siswa akan mengetahui bahwa tidak hanya ada satu cara dalam menyelesaikan masalah. Siswa dapat memilih cara yang penyelesaian masalah yang mereka inginkan. Siswa juga dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan bimbingan guru. Model RME merupakan model pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center) yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajarannya.
Pembelajaran dengan RME juga memiliki kelemahan yaitu memerlukan waktu yang cukup banyak dalam prosesnya karena melatih siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri dan juga menggunakan benda nyata untuk praktiknya. Apalagi untuk siswa kelas 2 SD yang masih susah untuk dikondisikan saat pelajaran.
Kelas kontrol menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru kelas pada biasanya yaitu metode konvensional atau ceramah dan tanya jawab. Siswa hanya mendengarkan penjelasan tentang materi dari guru dan mengerjakan soal latihan. Siswa yang aktif dalam mengikuti pelajaran adalah siswa yang memiliki peringkat tinggi atau pintar di kelas. Mereka mudah dalam memahami penjelasan dari guru. Beberapa siswa juga terlihat bosan dengan pembelajaran dan bermain sendiri. Beberapa siswa yang tidak bisa langsung bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami. Dengan metode ceramah, siswa hanya terpaku pada
73
guru dan siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Metode ini tidak cocok untuk siswa yang belajar tentang pemecahan masalah soal cerita.
Hasil penelitian telah terbukti bahwa model realistic mathematic education (RME) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah soal cerita siswa. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat ahli yang telah diuraikan sebelumnya beserta analisis data yang telah dilakukan.