• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

J. Prosedur P erlakuan

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian

a. Deskripsi Baseline-1 (Kemampuan awal subyek sebelum intervensi)

Baseline-1 ini merupakan pengukuran awal mengenai kemampuan menulis permulaan subyek sebelum diberikannya intervensi. Pengukuran kemampuan awal mengenai menulis permulaan subyek dilakukan dengan pemberian tes tertulis yang berjumlah 15 item soal untuk menebalkan berbagai bentuk pola dasar dan 15 item soal untuk menyalin berbagai bentuk pola dasar. Pada baseline-1 ini, pengukuran terhadap kemampuan awal menulis permulaan subyek dilakukan selama 3 sesi, yang mana setiap sesinya diberikan waktu selama 30 menit untuk mengerjakan soal tes yang diberikan. Tes tertulis ini berguna untuk mengukur frekuensi kesalahan pada subyek penelitian. Berikut ini merupakan hasil pengukuran pada baseline-1 mengenai kemampuan menulis permulaan subyek:

1) Sesi 1

Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi pertama ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015. Pada sesi pertama dalam pengukuran baseline-1 ini, subyek bersedia mengikuti instruksi yang diberikan oleh peneliti untuk mengerjakan

soal pada tes yang diberikan. Akan tetapi sebelum mengerjakan soal, subyek sempat menolak untuk menggunakan pensil, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena tidak lama kemudian subyek telah bersedia menggunakannya. Pada sesi pertama ini, subyek melakukan dua aktivitas yaitu menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar.

Kegiatan awal yang dilakukan yaitu peneliti memberikan soal tes dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada subyek untuk dikerjakan. Dalam 15 item soal mengenai aspek menebalkan, subyek masih mengalami banyak kesalahan dikarenakan subyek mengalami kesulitan untuk menggerakkan pensil sesuai pola yang tersedia. Meskipun demikian, untuk menebalkan pola garis lurus subyek sudah cukup mampu melakukannya, namun dalam menebalkan garis lengkung masih mengalami banyak hambatan. Hal tersebut dikarenakan subyek cenderung kaku untuk menggerakkan pensil. Pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini, frekuensi kesalahan yang dihasilkan yaitu sebanyak 9. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 132.

pola dasar. Akan tetapi, untuk mencegah adanya kebosanan pada subyek dalam mengikuti kegiatan ini, peneliti memberikannya jeda waktu untuk melakukan aktivitas lain. Ketika subyek sudah cukup untuk mengalihkan kegiatan sebelumnya, maka peneliti pun mulai memberikan kembali soal tes dengan aspek menyalin. Dalam mengerjakan soal, frekuensi kesalahan subyek cenderung lebih banyak. Hal tersebut dikarenakan tes tersebut tidak diberikan bantuan berupa titik penghubung seperti pada tes sebelumnya yaitu menebalkan berbagai bentuk pola. Subyek cenderung mengalami kesulitan dalam membuat pola secara mandiri tanpa diberikannya bantuan, selain itu kurang optimalnya cara subyek dalam memegang pesil yaitu dengan terlalu kuat menyebabkan tulisan menjadi tidak beraturan. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 10. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi I baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 135.

2) Sesi 2

Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2015. Pada sesi kedua ini, soal tes yang diberikan kepada subyek sama seperti pada sesi pertama yaitu menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Selama mengerjakan soal tes, subyek cenderung

berperilaku aktif dan sering memunculkan perilaku hand flapping

(memukul-mukul kedua tangannya ke bagian dada). Dengan demikian, pemberian tes pada sesi ini mengalami suatu hambatan terutama dalam mengkondisikan subyek agar mampu mengerjakan soal dengan baik.

Kegiatan awal yang dilakukan pada sesi ini yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Pada sesi ini, subyek mengalami banyak kesalahan dalam mengerjakan soal, hal tersebut dikarekan subyek tidak mampu berfokus dan kesulitan dalam menggerakkan pensil untuk membuat suatu garis terutama pada garis lengkung. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 9. Dengan demikian, pada sesi ini frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal cenderung stabil dari sesi sebelumnya. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 137.

Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menyalin. Akan tetapi, sebelum subyek mulai melakukan kegiatan ini, seperti biasa peneliti memberikan waktu jeda

subyek untuk dikerjakan. Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini, subyek masih banyak mengalami kesalahan dalam menyalin bentuk. Banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi, dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah garis yang membentuk suatu pola, seperti bentuk segitiga, lengkungan, dan lingkaran. Selain itu, kemampuan subyek dalam memegang pensil yang kurang maksimal menyebabkan gerakan tangan subyek ketika menulis menjadi terhambat. Frekuensi kesalahan yang dialami oleh subyek pada kegiatan menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 11. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada sesi II baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 140.

3) Sesi 3

Pengukuran kemampuan awal subyek pada baseline-1 sesi keempat ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Januari 2015. Pada sesi ini, tes yang diberikan berupa tes menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar. Selama pelaksanaan kegiatan pada sesi ini subyek dapat mengikutinya dengan kondisi yang cukup baik. Meskipun demikian, kemampuannya dalam menggerakkan pensil masih kurang optimal sehingga tulisan yang dihasilkan cenderung tidak beraturan.

Pada sesi ini, kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar. Dalam mengerjakan soal ini, terlihat bahwa subyek masih mengalami kekakuan dalam menarik sebuah garis sesuai dengan pola yang disediakan. Subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan pola bentuk garis lengkung sesuai dengan pola. Frekuensi kesalahan yang dihasilkan pada kegiatan ini yaitu sebanyak 8. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III baseline-1 ini dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 142.

Kegiatan kedua yang dilakukan pada sesi ini yaitu mengerjakan soal tes menulis dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar. Adapun hasil dalam pemberian tes pada sesi ini, subyek masih banyak mengalami kesalahan dalam menyalin bentuk. Banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi, dikarenakan subyek kesulitan untuk membuat sebuah garis yang membentuk suatu pola, seperti bentuk segitiga, lengkungan, dan lingkaran. Selain itu, kemampuan subyek dalam memegang pensil yang kurang maksimal menyebabkan gerakan tangan subyek ketika menulis menjadi terhambat. Frekuensi kesalahan yang dihasilkan pada kegiatan ini yaitu sebanyak 11. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek

Berdasarkan hasil pengukuran pada baseline-1 terhadap perilaku yang menjadi target behavior dalam mengerjakan soal menulis permulaan dengan aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:

Tabel 4. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1.

Perilaku Sasaran (Target Behavior) Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal

tes menulis permulaan

1 9

2 9

3 8

Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada

baseline-1 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian (menghitung frekuensi) dalam lampiran 8 halaman 198. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah

display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti:

Gambar 4. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1.

7.5 8 8.5 9 9.5

sesi 1 sesi 2 sesi 3

Frekuensi Kesalahan

Frekuensi Kesalahan

Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama dan kedua, pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar, dengan frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung stabil. Akan tetapi pada sesi ketiga, frekuensi kesalahan yang terjadi cenderung berkurang dan menurun.

Tabel 5. Data Frekuensi Kesalahan Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menyalin Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Baseline-1.

Perilaku Sasaran (Target Behavior) Sesi Frekuensi Kesalahan Kesalahan dalam mengerjakan soal

tes menulis permulaan

1 10

2 11

3 11

Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada

baseline-1 ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian (menghitung frekuensi) dalam lampiran 8 halaman 199. Agar memperjelas data di atas, maka berikut ini disajikan sebuah

display grafik mengenai frekuensi kesalahan subyek dalam kemampuan menulis permulaan dengan aspek menyalin berbagai bentuk pola dasar pada baseline-1, seperti:

9.5 10 10.5 11 11.5

Frekuensi Kesalahan

Frekuensi Kesalahan

Display grafik di atas menunjukkan bahwa pada sesi pertama frekuensi kesalahan yang terjadi cukup rendah jika dibandingkan dengan sesi kedua dan ketiga yang cenderung meningkat serta stabil. Dalam hal ini, kemampuan subyek dalam menyalin berbagai bentuk pola dasar cukup rendah, terlihat dengan banyaknya frekuensi kesalahan yang terjadi.

b. Deskripsi Intervensi (Kemampuan subyek saat diberikan treatment) Pemberian intervensi pada penelitian ini dilakukan selama delapan sesi, yang mana pada masing-masing sesi diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan soal tes. Tes yang diberikan mencakup aspek menebalkan dan menyalin berbagai bentuk pola dasar, dengan jumlah soal pada masing-masing aspek yaitu 15 soal.

Dalam pelaksanaan intervensi ini, langkah awal yang dilakukan yaitu dengan merelaksasikan kedua tangan subyek dengan cara membuka dan menutup telapak tangannya, kemudian dilanjutkan dengan beberapa gerakan mengaktifkan tangan lainnya, seperti: mengepalkan salah satu tangan diangkat ke atas, mendorong tangan dengan bantuan tangan yang lain ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri. Beberapa gerakan tersebut dilakukan agar dalam mengerjakan soal, subyek tidak mengalami kekakuan dan dapat dengan mudah menggerakkan tangannya untuk menulis. Adapun deskripsi pelaksaan intervensi yang dilakukan, yaitu: 1) Deskripsi pelaksanaan intervensi pada aspek menebalkan berbagai

a) Sesi I

Pemberian intervensi pada sesi I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Januari 2015 pukul 08.30. Sebelum memulai pelaksanaan intervensi ini terlebih dahlu subyek dikondisikan agar duduk dengan tenang dan nyaman sehingga mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Peneliti mengawali kegiatan dengan mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam otak arm activation kepada subyek dan selanjutnya meminta subyek untuk mengikuti gerakan yang telah dicontohkan. Dalam memulai pemberian intervensi ini, subyek diminta untuk terlebih dahulu membuka dan menutup telapak tangannya agar kedua tangannya tersebut menjadi relaks dan tidak kaku. Ketika melakukan aktivitas ini, gerakan subyek cenderung kaku dan terbata-bata dikarenakan subyek belum terbiasa melakukan aktivitas ini seblumnya. Selanjutnya, subyek diminta untuk mengepalkan salah satu tangannya lalu di angkat ke atas dan di dorong oleh tangan lainnya ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Dalam pelaksaan serangkaian gerakan tersebut, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik namun masih mengalami kebingungan sehingga membutuhkan bantuan, terutama ketika peneliti meminta subyek untuk mendorong tangannya ke kanan dan ke kiri.

benar dan peneliti memberikan arahan kepada subyek untuk melakukan kegiatan menebalkan pola bentuk dengan baik. Ketika akan menulis, subyek sudah cukup mampu untuk memegang pensil dengan baik, namun terkadang mengalami kekakuan dalam menggerakkan tangannya sehingga menyebabkan tulisannya menjadi tidak beraturan. Pada kegiatan menebalkan ini, subyek sudah cukup mampu membuat garis lurus namun belum konsisten dikarenakan terdapat beberapa bentuk yang masih tidak beraturan. Akan tetapi, dalam menebalkan pola garis lengkung masih mengalami kesulitan karena subyek kurang luwes dalam menggerakkan tangannya. Ketika subyek terlihat mengalami kesulitan dalam menulis, peneliti kembali meminta subyek untuk melemaskan kedua tangannya dengan cara membuka dan menutup secara berulang, agar tangannya kembali relaks dan kegiatan mengerjakan soal pun kembali dilakukan. Kegiatan ini terus dilakukan hingga subyek dapat menyelesaikan seluruh soal tes.

Pada pelaksanaan intervensi sesi I ini, subyek sering kali memunculkan perilaku hand flapping sehingga menghambat proses pembelajaran. Ketika subyek memunculkan perilaku-perilaku negatif seperti itu, maka kegiatan mengerjakan soal tes pun dihentikan sejenak hingga subyek kembali duduk dengan tenang. Beberapa hambatan tersebut mempengaruhi sikap belajar subyek yakni menjadi tidak dapat berfokus dalam mengerjakan tugasnya.

Hasil pelaksanaan intervensi pada sesi I ini, subyek cenderung masih mengalami hambatan dalam mengerjakan soal tes sehingga frekuensi kesalahan yang dihasilkan berjumlah 7. Hambatan yang terjadi dikarenakan subyek masih terlihat mengalami sedikit kekakuan pada saat menulis, serta kurangnya fokus perhatian subyek saat mengerjakan soal. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi I intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 147. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi I: Tabel 6. Data Hasil Intervensi ke-1 Pada Aspek Menebalkan

Berbagai Bentuk Pola Dasar Perilaku Sasaran (Target Behavior) Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes

menulis permulaan

08.30 – 09.00 IIII II 7

b) Sesi II

Pemberian intervensi pada sesi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2015 pukul 08.30. Sama seperti dengan sesi sebelumnya, diawal kegiatan dalam pemberian intervensi ini terlebih dahulu subyek dikondisikan agar dapat duduk dengan

telapak tangan, terlihat subyek masih sedikit kaku namun dapat melakukan gerakan ini dengan baik. Sedangkan untuk gerakan lain, seperti mengepalkan tangan lalu di angkat ke atas dan didorong oleh tangan lainnya ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri sudah cukup mampu, namun masih memerlukan bantuan terutama dalam mengarahkan kanan dan kiri.

Setelah selesai melakukan serangkaian gerakan arm activation tersebut, subyek kembali diminta merelaksasikan tangannya dengan cara membuka dan menutup telapak tangan agar kondisi tangan lebih relaks. Pada saat kondisi tangan dan tubuh subyek sudah relaks, maka peneliti memberikan instruksi kepada subyek untuk memegang pensil dan memulai mengerjakan soal. Dalam menebalkan garis lurus, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik, namun subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan gabungan dua garis atau lebih (persegi), dikarenakan kurangnya kemampuan subyek dalam menggerakkan pensil dengan baik. Setelah mengalami beberapa hambatan, subyek menjadi kurang kondusif untuk mengerjakan soal lainnya, sehingga peneliti meminta subyek kembali merelaksasikan kedua tangannya dengan cara membuka dan menutup telapak tangan. Kegiatan merelaksasikan ini dilakukan secara berulang setiap kali subyek terlihat kurang kondusif dalam mengerjakan soal karena adanya hambatan berupa kekakuan pada saat menulis. Selain itu,

kemampuan subyek dalam menebalkan garis lengkung masih rendah, dikarenakan pada beberapa pola bentuk garis lengkung terutama lingkaran, subyek masih mengalami kesulitan untuk menebalkannya dengan baik. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 7. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi II intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 150. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi II:

Tabel 7. Data Hasil Intervensi Ke-2 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar.

Perilaku Sasaran (Target Behavior) Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes

menulis permulaan

08.30 – 09.00 IIII II 7

c) Sesi III

Pemberian intervensi pada sesi III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 2015 pukul 08.30. Sebelum memulai pemberian intervensi, dilakukan terlebih dahulu pengkondisian

yakni dengan mendemonstrasikan gerakan senam otak arm activation kepada subyek dan memintanya untuk mengikuti gerakan tersebut. Ketika peneliti meminta subyek untuk melakukan gerakan membuka dan menutup telapak tangan, subyek sudah cukup mampu melakukannya dengan baik dan benar. Begitupun dalam melakukan gerakan mengepalkan tangan lalu diangkat ke atas dapat dilakukan dengan cukup baik, namun untuk gerakan mendorong tangan ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri, subyek masih membutuhkan bantuan.

Sebelum memulai kegiatan mengerjakan soal, terlebih dahulu subyek diminta untuk merelaksasikan kedua tangannya kembali dengan cara membuka dan menutup telapak tangannya, agar tidak mengalami kekakuan pada saat menulis. Setelah kondisi subyek menjadi relaks, maka peneliti memberikan soal dengan aspek menebalkan pada subyek untuk dikerjakan. Subyek sudah cukup mampu menebalkan garis vertikal dan horizontal dengan baik, namun sama seperti sebelumnya bahwa subyek mengalami kesulitan dalam menebalkan pola bentuk yang terdiri dari dua garis atau lebih dan pola garis lengkung. Kesulitan subyek dalam menebalkan terlihat pada hasil tulisannya yang tidak beraturan, dikarenakan kurang optimalnya dalam menggerakkan tangan untuk menulis. Akan tetapi, pada sesi ketiga ini frekuensi munculnya kesalahan dalam menulis permulaan aspek menebalkan berbagai

bentuk pola dasar cukup stabil dan menurun jika dibandingkan dengan hasil pada sesi pertama. Frekuensi kesalahan yang dialami subyek pada kegiatan menebalkan berbagai bentuk pola dasar ini yaitu sebanyak 6. Adapun untuk memperjelas hasil tes kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi III intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 153. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi III:

Tabel 8. Data Hasil Intervensi Ke-3 Pada Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar.

Perilaku Sasaran (Target Behavior) Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes

menulis permulaan

08.30 – 09.00 IIII I 6

d) Sesi IV

Pemberian intervensi pada sesi IV dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2015 pukul 08.30. Seperti biasa, sebelum memulai pemberian intervensi, sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu subyek dikondisikan agar mampu duduk dengan tenang. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya yaitu memulai pemberian intervensi, dengan cara mendemonstrasikan serangkaian gerakan

baik, namun terkadang masih mengalami sedikit hambatan dan bantuan. Setelah kondisi subyek menjadi relaks, maka selanjutnya peneliti melanjutkan kegiatan dengan pemberian soal tes pada subyek. Akan tetapi, sebelum memulai kegiatan menulis, subyek terlebih dahulu diberikan instruksioleh peneliti untuk merelaksasikan telapak tangannya dengan cara meremas (membuka dan menutup telapak tangan).

Selanjutnya peneliti memberikan instruksi kepada subyek untuk mulai mengerjakan soal tes yang diberikan. Kemampuan subyek dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar sudah cukup baik dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Pada sesi ini, subyek sudah mampu menebalkan pola garis lurus (vertikal, horizontal, maupun garis miring) dengan cukup baik, meskipun dalam menebalkan pola garis lainnya masih mengalami hambatan terutama dalam menebalkan pola garis lengkung. Dalam hal ini, kesulitan yang dialami oleh subyek dalam menebalkan pola garis lengkung dikarenakan subyek kurang luwes dalam menggerakkan pensil dan juga kurang percaya diri untuk melakukannya. Meskipun demikian, pada sesi ini frekuensi kesalahan yang terjadi dalam menebalkan berbagai bentuk pola dasar semakin berkurang jika dibandingkan dengan sesi sebelumnya. Pada sesi ini, frekuensi kesalahan yang dialami oleh subyek yaitu sebanyak 5. Adapun untuk memperjelas hasil tes

kemampuan menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada sesi IV intervensi ini dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 156. Berikut ini merupakan data mengenai kemampuan menulis permulaan pada intervensi sesi IV: Tabel 9. Data Hasil Intervensi Ke-4 Pada Aspek Menebalkan

Berbagai Bentuk Pola Dasar. Perilaku Sasaran (Target Behavior) Waktu Terjadi perilaku sasaran Total kejadian Kesalahan dalam mengerjakan soal tes

menulis permulaan

08.30 – 09.00 IIII 5

Berdasarkan hasil pelaksanaan intervensi yang telah dijelaskan di atas, berikut disajikan data akumulasi frekuensi kemampuan menulis permulaan yang terfokus pada kesalahan subyek dalam mengerjakan soal tes menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar untuk baseline-1 dan intervensi, seperti:

Tabel 10. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi

Perilaku Sasaran (Target Behavior)

Sesi ke- Frekuensi Kesalahan

Baseline-I (A) Intervensi (B) Kesalahan dalam 1 9 7 2 9 7

Frekuensi kesalahan dalam kemampuan menulis permulaan pada fase intervensi ini lebih diperjelas dengan adanya hasil observasi mengenai pencatatan kejadian (menghitung frekuensi) dalam lampiran 8 halaman 200. Agar memperjelas hasil data tersebut, berikut ini disajikan display grafik data frekuensi kesalahan subyek dalam mengerjakan soal menulis permulaan dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar pada fase intervensi, seperti:

Gambar 6. Display Hasil Frekuensi Kesalahan Subyek Dalam Kemampuan Menulis Permulaan Dengan Aspek Menebalkan Berbagai Bentuk Pola Dasar Pada Sesi Intervensi

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa frekuensi munculnya kesalahan yang terjadi pada kemampuan menulis permulaan subyek dengan aspek menebalkan berbagai bentuk pola dasar mengalami penurunan setelah diberikannya treatment menggunakan senam otak

arm activation. Pada fase intervensi ini, kemampuannya sudah cukup lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuannya sebelum diberikan perlakuan. Kemampuan subyek dalam menebalkan berbagai

0 2 4 6 8 10 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4

Frekuensi Kesalahan

Frekuensi Kesalahan Baseline-1 Intervensi

bentuk pola dasar setelah diberikannya perlakuan telah mengalami perubahan yang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan hasil tulisannya dalam membuat sebuah garis sesuai dengan pola yang disediakan.

Dokumen terkait