• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan pada SMP PGRI 35 SERPONG sebanyak enam kali pertemuan yang dilakukan pada kelas 8.2 dan 8.3. Kelas 8.2 merupakan kelas eksperimen yang terdiri dari 44 siswa dan kelas 8.3 merupakan kelas kontrol yang terdiri dari 44 siswa. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional yaitu dengan ekspositori.

Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Fungsi dan Relasi. Kemampuan yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi siswa yang akan dilihat pada tes akhir (posttest) yang terdiri dari delapan soal yang telah diujikan pada kelas 9.1. Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir.

1. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen

Dari data tes akhir pada kelas eksperimen dengan jumlah 44 siswa, diperoleh data sebagai berikut

Tabel 4.1

Hasil Penelitian Kelas Eksperimen Statistik Kelas Eksperimen

Nilai Terendah 44 Nilai Tertinggi 97 Rata-rata 75,05 Median 76,50 Modus 79,17 Varians (s2) 216,63 Simpangan Baku (s) 14,72

Dari tabel diatas menunujukkan bahwa siswa di kelas eksperimen mendapatkan nilai paling tinggi 97 dan paling rendah 44. Pada pengujian di kelas

eksperimen kita dapat melihat rata-rata yang didapatkan. Dari data yang dihasilkan dapat diketahui rata-rata dari pengujian pada kelas eksperimen adalah 75,05, dari rata-rata ini kita dapat melihat bahwa nilai yang mewakili kelas eksperimen adalah 75,05. Nilai median pada kelas ini adalah 76,50, maka nilai yang membatasi lima puluh persen frekuensi distribusi bagian bawah dan lima puluh persen frekuensi distribusi bagian atas adalah 76,50. Modus pada data ini yaitu 79,17, maka nilai yang sering muncul pada kelompok ini adalah nilai 79,17. Dengan nilai ini kita juga dapat mengetahui bahwa frekuensi terbesar pada kelompok ini terdapat pada kelas dengan nilai 79,17. Varians pada kelas ini adalah 216,63. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pada kelas eksperimen, dapat dilihat melalui tabel di bawah ini

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen

No. Interval Frekuensi

fi fi(%) Fk < Fk < (%) Fk > Fk > (%) 1 44-51 3 6.82 3 6.82 44 100.00 2 52-59 7 15.91 10 22.73 41 93.18 3 60-67 4 9.09 14 31.82 34 77.27 4 68-75 8 18.18 22 50.00 30 68.18 5 76-83 9 20.45 31 70.45 22 50.00 6 84-91 7 15.91 38 86.36 13 29.55 7 92-99 6 13.64 44 100.00 6 13.64 Jumlah 44 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada sebanyak 9 siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata yaitu pada rentang 76-83. Rata-rata kelas eksperimen adalah 75,05, siswa yang mendapatkan nilai diatas rata-rata ada sebanyak 22 siswa dengan persentase 50,00% dan siswa yang mendapatkan nilai

dibawah rata-rata ada sebanyak 22 siswa dengan persenatse 50,00%. Distribusi nilai siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1

Distribusi Kelas Eksperimen

Untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa dari indikatornya dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 4.3

Deskripsi Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator

No Indikator Komunikasi Matematis Skor Ideal ̅ Nilai Rata-rata 1 Menyatakan situasi, gambar,

atau diagram ke dalam model matematik

12 9,20 76,70

2 Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

20 14,73 73,64 3 10 14 22 31 38 44 44 41 34 30 22 13 6 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 47.5 55.5 63.5 71.5 79.5 87.5 95.5 Fr e ku e n si Titik Tengah

Kelas Eksperimen

fk< fk>

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata siswa pada indikator pertama adalah 76,70 sedangkan pada indikator kedua nilai rata-ratanya adalah 73,64. Nilai rata-rata pada indikator pertama lebih tinggi dibandingkan dengan indikator kedua. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada indikator Menyatakan situasi, gambar, atau diagram kedalam model matematik lebih tinggi dibandikan kemampuan siswa dalam Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.2

Diagram Batang Nilai Rata-Rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen

2. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Kontrol

Dari data tes akhir pada kelas kontrol dengan jumlah 44 siswa, diperoleh data sebagai berikut

76.70 73.64 72.00 72.50 73.00 73.50 74.00 74.50 75.00 75.50 76.00 76.50 77.00 indikator 1 indikator 2 n il ai r ata -r ata indikator Keterangan :

Indikator 1: Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik Indikator 2: Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

Tabel 4.4

Hasil Penelitian Kelas Kontrol

Statistik Kelas Kontrol Nilai Terendah 31 Nilai Tertinggi 91 Rata-rata 65.07 Median 65.81 Modus 65.60 Varians (s2) 199.46 Simpangan Baku (s) 14.12

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai tertinggi untuk kelas kontrol adalah 91 dan nilai terendah untuk kelas kontrol adalah 31. Pada penelitian ini akan dicari nilai rata-rata untuk kelas kontrol. Rata-rata pada kelas kontrol mencapai 65,07, maka nilai yang mewakili kelas ini adalah 65,07. Pada penelitian ini digunakan median untuk mengetahui nilai yang membatasi lima puluh persen dari frekuensi distribusi bagian bawah dan lima puluh persen distribusi frekuensi dari bagian atas. Median pada kelas ini yaitu 65,75. Modus untuk kelas ini adalah 65,60, maka dapat diketahui bahwa nilai yang sering muncul adalah 65,60. Varians kelas kontrol adalah 199,46. Untuk mengetahui distribusi pada kelas kontrol, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol

No. Interval Frekuensi

fi fi(%) Fk < Fk < (%) Fk > Fk > (%)

1 31-39 3 6.82 3 6.82 44 100.00

2 40-48 3 6.82 6 13.64 41 93.18

3 49-57 4 9.09 10 22.73 38 86.36

5 67-75 12 27.27 35 79.55 21 47.73

6 76-84 5 11.36 40 90.91 9 20.45

7 85-93 4 9.09 44 100.00 4 9.09

Jumlah 44 100

Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang memiliki nilai diatas rata-rata sebanyak 34 orang dengan persentase 77,27% dan siswa yang memiliki nilai dibawah rata-rata sebanyak 10 siswa dengan rata-rata 22.73%. distribusi nilai siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3 Distribusi Kelas Kontrol

Kemampuan indikator komunikasi matematis pada kelas ini dapat dilihat dari tabel berikut.

3 6 10 23 35 40 44 44 41 38 34 21 9 4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 35 44 53 62 71 80 89 Fr e ku e n si Titik Tengah

Kelas Kontrol

fk< fk>

Tabel 4.6

Deskripsi Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator

No Indikator Komunikasi Matematis Skor Ideal ̅ Nilai Rata-rata 1

Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik

12 7,75 64,58

2 Menjelaskan ide dan situasi

matematika secara tulisan 20 12,91 64,55

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kemampuan komunikasi siswa pada indikator pertama lebih tinggi dibanding dengan indikator kedua. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yang didapat pada indikator pertama yaitu 64,58 sedangkan pada indikator kedua 64,55. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui diagram berikut.

Gambar 4.4

Diagram Batang Nilai Rata-Rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol

64.58 64.55 64.54 64.54 64.55 64.55 64.56 64.56 64.57 64.57 64.58 64.58 64.59 indikator 1 indikator 2 n il ai r ata -r ata indikator Keterangan :

Indikator 1: Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik Indikator 2: Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Persyaratan Analisis

Penelitian ini melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas untuk menganalisis kemampuan komunikasi siswa.

a. Uji Normalitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji normalitas yang dilakukan adalah uji chi square ( . Uji normalitas ini digunakan untuk megetahui apakah data yang diteliti berasal dari data normal atau tidak. Kriteria yang dipakai yaitu hitung tabel dengan taraf signifikansi

5%

1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Hasil perhitungan pada kelas eksperimen diperoleh hitung = 6,12

dengan tabel = 9,49 untuk jumlah sampel 44 siswa dan banyak kelas 7

dengan taraf signifikansi = 5%. Perolehan hitung kurang dari sama

dengan tabel (6,12 9,49) maka H0 diterima, artinya data pada kelompok eksperimen berdistribusi normal

2. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas kontrol diperoleh hitung =

6,21 dengan tabel = 9,49 untuk jumlah sampel 44 siswa dan banyak

kelas 7 dengan taraf signifikansi = 5%. Perolehan hitung kurang dari sama dengan tabel (6,21 9,49) maka H0 diterima, artinya data pada kelompok kontrol berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.7

Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok N Taraf

Signifikan

hitung tabel Kesimpulan

Eksperimen 44 0,05 6,12 9,49 Berdistribusi normal Kontrol 44 0,05 6,21 9,49

Karena 2hitung pada kedua kelas kurang dari 2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji homogenitas dipakai untuk mengetahui apakah data kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen atau heterogen. Dalam pengujian ini menggunakan uji F. Kriteria pengujian yang digunakan pada kedua kelompok yaitu apabila maka data berasal dari populasi yang homogen. Hasil perhitungan varians pada kelas eksperimen adalah 216,63 sedangkan varians kelas kontrol adalah 199,46. Dari penghitungan diperoleh Fhitung = 1,09 dengan taraf

signifikansi 0,05, db pembilang 43 dan db penyebut 43 diperoleh Ftabel= 1,66. Dari hasil

perhitungan, diperoleh F hitung Ftabel (1,09 1,66), maka H0 diterima atau varians kedua populasi berasal dari populasi yang homogen

Untuk lebih jelas hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.8

Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas

Karena Fhitung kurang dari Ftabel (1,09 1,66) maka H0 diterima, artinya kedua varians homogen.

c. Hasil Pengujian Hipotesis

Dari hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas, data berdistribusi normal dan data berasal dari polpulasi yang homogen. Untuk menguji perbedaan rata-rata dari kelas eksperimen dan kontrol digunakan uji t. Setelah diuji dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (db) 86, diperoleh t hitung = 2,77. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 9 Hasil Uji Hipotesis

Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung > ttabel (2,77 > 1,66) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, dengan taraf signifikansi 0,05. Berikut sketsa kurva untuk menunjukkan daerah penolakan hipotesis:

Kelas Jumlah Sampel Varians (s2) F Kesimpulan Hitung Tabel 05 , 0 

Eksperimen 44 216,63 1,09 1,66 Terima H0 Kontrol 44 199,46

Kelas thitung ttabel (α=0.05) Kesimpulan

Eksperimen

2,77 1,66 Tolak Ho

1,66 2,77

Gambar 4.5

Kurva Uji Hipotesis Statistik

Berdasarkan gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan strategi konvensional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil pengujian menunjukkan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dengan menggunakan ekspositori. Berikut ini adalah analisis kemampuan komunikasi siswa pada tiap indikator.

1. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan urian dan hasil uji yang telah dilakukan, terdapat perbedaan hasil antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil belajar kelompok

eksperimen yang menggunakan Quick On The Draw dengan kelompok kontrol yang menggunakan ekspositori dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.10

Perbandingan Statistik Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Deskriptif Kelas

Eksperimen Kontrol Jumlah Siswa 44 44 Maksimum (Xmaks) 97 91 Minimum (Xmin) 44 31 Rata-rata 75,05 65,07 Median (Me) 76,50 65,81 Modus (Mo) 79,17 65,60 Varians 216,63 199,46 Simpangan Baku (S) 14,72 14,12

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Bukan hanya rata-rata saja yang lebih tinggi, namun juga median dan modusnya lebih tinggi dari kelas kontrol.

Penelitian ini mengukur dua indikator yaitu indikator menyatakan dan indikator menjelaskan. Pada indikator menyatakan, kemampuan yang dinilai adalah kemampuan siswa menyatakan suatu situasi atau diagram ke dalam model matematika, sedangkan pada indikator menjelaskan, kemampuan yang dinilai adalah kemampuan siswa menjelaskan suatu situasi matematis ke dalam bahasa mereka masing-masing. Perbandingan kemampuan pada tiap indikator kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.11

Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator

No Indikator Pemahaman Relasional Skor Ideal Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol

Nilai rata-rata Nilai Rata-rata 1 Menyatakan situasi,

gambar, atau diagram kedalam model matematik

12 9,20 76,70 7,75 64,58

2 Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

20 14,73 73,64 12,91 64,55

Tabel diatas menunjukkan pencapaian masing-masing indikator pada masing-masing kelas terhadap rata-rata siswa dengan skor ideal setiap soal 4. Berdasarkan tabel diatas, terihat bahwa untuk indikator pertama kelas eksperimen memiliki rata-rata pencapaian 76,70. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki nilai rata-rata 64,58. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen pada indikator menyatakan situasi ke dalam model matematika lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

Tidak hanya pada indikator pertama, namun pada indikator kedua pun kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 73,64 sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 64,55. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen menjelaskan situasi ke dalam tulisan lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik di bawah ini

Keterangan :

Indikator 1: Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik Indikator 2: Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

Gambar 4. 6

Perbandingan Nilai Rata-Rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan rata-rata ini didapat dari hasil posttest siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini analisis dan hasil jawaban test kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan indikatornya.

a. Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator Menyatakan Situasi, Gambar, atau Diagram ke dalam Model Matematik

Indikator menyatakan adalah kemampuan siswa menyatakan sebuah situasi, diagram, atau ide matematis menjadi sebuah symbol matematik. Pada soal posttest indikator ini ada pada soal nomor 3, 6, dan 8. Berikut akan disajikan perbandingan cara menjawab siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal:

Diketahui nilai f(2) = 3 dan nilai f(3) = 7. Tentukan fungsi f(x) jika rumus fungsi f(x) = ax +b. 76.70 73.64 64.58 64.55 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 indikator 1 indikator 2 n il ai r ata -r ata indikator kelas eksperimen kelas kontrol Keterangan :

Indikator 1: Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik Indikator 2: Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan

Gambar 4.7

Jawaban Kelas Eksperimen pada Indikator Menyatakan Situasi, Gambar, atau Diagram ke dalam Model Matematik

Gambar 4.8

Jawaban Kelas Kontrol pada Indikator Menyatakan Situasi, Gambar, atau Diagram ke dalam Model Matematik

Dari hasil jawaban tersebut dapat dilihat jawaban dari siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan jawaban dari siswa kelas kontrol. Kelas eksperimen menjawab dengan sistematis dari diketahui hingga menghasilkan jawaban yang tepat, namun pada kelas kontrol jawaban langsung pada perhitungan tanpa membuat kesimpulan rumus f(x) yang didapat dari hasil perhitungan

b. Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator Menjelaskan Ide dan Situasi Matematika Secara Tulisan

Indikator menjelaskan adalah kemampuan siswa menjelaskan situasi matematis ke dalam tulisan. Pada soal posttest indikator ini ada pada soal 1, 2, 4, 5, dan 7. Berikut akan disajikan perbandingan cara menjawab siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal :

Jelaskan relasi yang terjadi pada grafik kartesius dibawah ini. Apakah grafik tersebut merupakan suatu fungsi? Jelaskan alasanmu

Gambar 4.9

Jawaban Kelas Eksperimen pada Indikator Menjelaskan Ide dan Situasi Matematika Secara Tulisan

Dea Chika Bayu Andi Basket Voli Renang

Gambar 4.10

Jawaban Kelas Kontrol pada Indikator Menjelaskan Ide dan Situasi Matematika Secara Tulisan

Dari jawaban diatas dapat dilihat bahwa jawaban kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Pada jawaban kelas eksperimen, jawaban diperinci dengan jelas untuk mengkomunikasikan maksud dari tabel dengan alasan yang tepat, namun pada kelas kontrol jawaban akhir tepat namun alasan yang diberikan tidak terkait dengan alasan yang seharusnya.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Berbagai upaya telah dilakukan agar penelitian ini memperoleh hasil yang maksimal, namun masih ada hal-hal yang tidak dapat dikendalikan sehingga penelitian ini memiliki keterbatasan. Adapun keterbatasan itu antara lain:

1. Masih ada siswa yang mendominasi dan kurang aktif saat pelaksanaan pembelajaran kegiatan kelompok.

2. Karena banyaknya siswa, saat kegiatan Quick on The Draw dilakukan kelas menjadi ramai.

3. Penelitian ini hanya membahas pada materi relasi dan fungsi sehingga belum bisa direalisasikan terhadap pokok bahasan lain.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan mengenai pengaruh pembelajaran kooperati tipe Quick On The Draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa, dapat disimpulkan bahwa:

1. Siswa yang diajarkan dengan Quick on The Draw memiliki kemampuan komunikasi matematis lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek yang dibahas pada penelitian ini, kelas eksperimen mendapatkan nilai lebih tinggi pada aspek pertama yaitu menyatakan situasi, gambar, atau diagram kedalam model matematik, dengan nilai rata-rata 76,70. Pada aspek kedua yaitu menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan., kelas eksperimen juga mendapatkan nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 73,64.

2. Siswa yang diajarkan dengan ekspositori memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih rendah. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek yang dibahas, kelas kontrol mendapatakan nilai rata-rata 64,58 pada aspek pertama yaitu menyatakan situasi, gambar, atau diagram kedalam model matematik. Pada aspek kedua yaitu menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan., kelas kontrol juga mendapatkan nilai lebih rendah yaitu 64,55.

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkna kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan yang telah diuji peneliti dengan uji t. Berdasarkan hasil uji t didapatkan thitung =

3,10 dan ttabel = 1,66, dari hasil ini maka thitung > ttabel (3,10 > 1,66)

sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan terima H1. Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan Quick on

The Draw membuat kemampuan komunikasi matematis siswa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan ekspositori

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar sekolah mengembangkan strategi pembelajaran seperti Quick on The Draw guna meningkatkan kualitas pengajaran matematika di sekolah.

2. Bagi guru matematika, pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Quick on The Draw dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat menjadi salah satu solusi agar pembelajaran matematika yang berlangsung tidak membosankan untuk siswa.

3. Penelitian ini hanya dilakukan pada pokok bahasan relasi fungsi, sehingga untuk peneliti lain yang ingin mengembangkan penggunaan Quick on The Draw disarankan melakukan pada materi yang lain yang menjadikan pokok bahasan relasi fungsi sebagai konsep prasyaratnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha, dkk. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet.II. 2011

Ariawan, Rezi, “Penerapan Pendekatan Visual Thingking Disertai Aktivitas Quick on

The Draw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”, Skripsi UPI, 2013

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. Cet.II. 2012

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet.I. 2011

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet.I. 2012

Bistari, “Pengembangan Kemandirian Belajar Berbasis Nilai untuk Meningkatkan Komunikasi Matematik”, Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 1. No. 1. Januari 2010:11 -23

Ginnis, Paul. Trik dan Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. PT Indeks. 2008

Jacobsen, David A., Paul Eggen, Donald Kauchak. Methods for Teaching: Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009

Jazuli, Akhmad, “Berfikir Kreatif dalam Kemampuan Komunikasi Matematika”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 92009

Jihad, Asep. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo. Cet.I. 2008

Kadir. Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna. 2010

Kennedy, Leonard M., Steve Tipps, Art Johnson. Guiding Children’s Learning of Mathematics. America.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Cet.I. 2010

Kusumowardhany, Reiza, “Pengaruh Aktivitas Quick on The Draw dalam Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa ( Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Carignin Kabupaten Bogor” Skripsi UPI, 2013

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Cet.III. 1995

Marici, Fitriana, “Pengaruh Penerapan Teknik Quick on The Draw terhadap

Pemahaman Konsep Matematis siswa kelas VII SMPN 1 Lengayang”, 2013

NCTM. Principles ad Standards for School Mathematics. United States of America. 2000

Nurochim. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada. Cet.I. 2013

Prasetyo, Bambang, Lina MIftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet. VI. 2011

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2013. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. 2013

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet.I. 2007

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet.VI. 2013

Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. I. 2013. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Penelitian.

Jakarta: Kencana. Cet. IX. 2012

Sembiring, Suwah, Edi Kusnaedi, & Hadi Nurdiansyah. Matematika untuk SMP-Mts Kelas VIII. Bandung: Yrama Widya. 2014

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet.XIII. 2013

Suhenda. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007

Sumarmo, Utari. Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: FPMIPA UPI. 2013

Suprijono, Agus. Coopreative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyalarta: Pustaka Belajar. Cet.X. 2013

Susilo, Frans. Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet.I. 2012

Suwangsih, Erna, Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS. Cet.1. 2006

Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet.XI. 2011

Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematik Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kelas Eksperimen

Nama Sekolah : SMP PGRI 35 SERPONG Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VIII / Genap Materi Pokok : Relasi dan Fungsi Waktu : 2 x 40 menit JP

A. Kompetensi Inti

K 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Dokumen terkait