• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teoritik

3. Model Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.39 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). 40

Pembelajaran kooperatif memiliki dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur kooperatif. 41 Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pada pembelajaran ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.

Ada empat unsur penting yang harus dipenuhi dalam pembelajaran model kooperatif. Empat unsur itu adalah : 42

1. Adanya peserta dalam kelompok

Peserta yang dimaksud adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam kelompok belajar. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan minat dan bakat, latar belakang

39

David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak, Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h. 230

40

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. ke-9, h. 242

41

Ibid., h. 243

42

kemampuan, atau berdasarkan campuran antara minat dan bakat dan latar belakang kemampuan.

2. Adanya aturan kelompok

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat. Misalnya pembagian tugas dalam kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan sebagainya.

3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok

Upaya belajar maksudnya adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang mereka miliki atau meningkatkan kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas ini dilakukan dalam kelompok sehingga antar peserta bisa saling bertukar pikiran.

4. Adanya tujuan yang harus dicapai

Tujuan yang dimaksud disini adalah untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Dari uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara berkelompok dengan anggota kelompok yang heterogen yang menciptakan suasana kerjasama antar kelompok, membuat siswa saling bertukar pikiran dan mengajarkan siswa untuk menghasilkan ide dari masing-masing individu.

3.2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada konsep kerja sama. Untuk itu pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok. Adanya kelompok, bukan berarti hanya satu orang yang aktif dalam kelompok tersebut, namun harus seluruh anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam kelompok, karena setiap anggota kelompok wajib

bertanggungjawab atas hasil diskusi kelompok. Terdapat lima prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu : 43

1. Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence)

Pada pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa penyelesaian tugas ditentukan oleh kinerja setiap masing-masing anggota. Terciptanya kelompok kerja yang efektif dikarenakan setiap anggota kelompok membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya dan disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan jika ada anggota yang tidak bias menyelesaikannya. Maka dari itu, anggota yang dapat menyelesaikannya, diharapkan dapat membantu anggota lain yang tidak bias megerjakan agar terjadi kerjasama yang baik pada masing-masing anggota.

2. Tanggung Jawab Perseorangan(individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, untuk itu setiap kelompok harus memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan tugasnya. Masing-masing anggota harus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Tidak ada anggota yang berpangku tangan kepada anggota lainnya.

3. Interaksi Tatap Muka(face to face promotion interaction)

Kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk berinteraksi secara langsung agar setiap anggota bias saling membagi ide, informasi, dan saling memberikan pembelajaran. Interaksi tatap muka memungkinkan setiap anggota untuk berbagi pengalaman yang berharga untuk bekerjasama, menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan

43

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 212

mengisi kekurangan pada masing-masing anggota. Agar terjadi interaksi yang baik, kelompok belajar kooperatif seharusnya dikelompokkan secara heterogen, baik dari budaya yang berbeda, latar belakang social yang berbeda, dan kemampuan akademik yang berbeda.

4. Partisipasi dan Komunikasi (participation communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini akan bermanfaat untuk kehidupan mereka sehari-hari. oleh karena itu, diharapkan guru dapat mengajarkan siswa dengan kemampuan komunikasi. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan komunikasi, misalnya kemampuan berbicara dan mendengarkan. Maka dari itu guru diharapkan memberikan arahan terlebih dahulu agar siswa dapat melakukan partisipasi dan komunikasi. Misalnya, cara menyanggah pendapat orang lain dengan santun, tidak memojokkan, cara menyatakan ketidaksetujuan, dan cara menyampaikan pendapat atau ide-ide dengan baik.

5. Evaluasi Proses kelompok

Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

3.3. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki prinsip dasar yang tidak pernah berubah dan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi untuk memudahkan guru memilih strategi yang tepat untuk pembelajaran yang akan dilakukan. Dari beberapa macam variasi yang ada, peneliti mengambil beberapa variasi dari pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1. Numbered Heads Together

Pada model pembelajaran ini, siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok yang secara acak guru akan memanggil nomor dari siswa.

2. Cooperatif Script

Pada model ini siswa bekerja berpasangan dan secara lisan bergantian merangkum intisari dari materi yang dipelajari.

3. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pada model pembelajaran ini siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti.

4. Quick on The Draw

Pada metode ini siswa beradu cepat untuk mengambil kartu-kartu yang sudah berisi soal, jika kartu pada meja sudah habis maka kelompok tersebut dijadikan pemenangnya.

3.4. Metode Quick On The Draw

Quick on The Draw adalah sebuah metode yang merupakan sebuah aktivitas riset dengan insentif bawaan untuk kerja tim dan kecepatan. 44Quick on The Draw adalah suatu pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan kerjasama siswa dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya. Pada pembelajaran ini siswa akan diberikan kartu yang berisi pertanyaan, kemudian siswa menjelaskan cara menyelesaikan pertanyaan yang terdapat pada kartu dengan penjelasan yang mereka pahami. Pembelajaran ini akan mengajarkan siswa untuk membuat tahapan dan solusi dalam menyelesaikan soal sesuai dengan konsep yang mereka pahami.

44

Quick on The Draw pertama kali dikenalkan oleh Paul Ginnis yang menginginkan agar siswa bekerja sama secara kooperatif pada kelompok-kelompok kecil dengan tujuan untuk menjadi kelompok pertama yang menyelesaikan satu set pertanyaan. Dalam tipe ini siswa dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multi sensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu.45

3.5. Langkah-Langkah Metode Quick On The Draw

Sintak pembelajaran kooperatif tipe Quick on The Draw terdiri dari 7 langkah, yaitu:46

(1) Menyiapkan satu tumpukan kartu soal, misalnya delapan soal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dibahas. Tiap kartu memiliki satu soal. Tiap kelompok memiliki satu tumpukan kartu soal yang sama, tiap tumpukan kartu soal memiliki warna berbeda. Misalnya, kelompok satu warna merah, kelompok dua warna biru dan seterusnya. Letakkan set kartu tersebut di atas meja.

(2) Membagi siswa ke dalam kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam orang, dalam satu kelompok masing-masing anggota diberikan nomor dari 1-6. Masing-masing kelompok menentukan warna tumpukan kartu yang disediakan sehingga mereka dapat mengenali tumpukan kartu soal mereka di meja guru.

(3) Memberi tiap kelompok bahan materi yang sudah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

(4) Menyampaikan aturan permainan.

45

Ibid.

46

a) Pada kata „mulai’, anggota bernomor satu dari tiap kelompok lari ke

meja guru, mengambil pertanyaan pertama menurut warna mereka dan kembali membawanya ke kelompok.

b) Dengan menggunakan materi sumber, kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah.

c) Jawaban dibawa kegurunya oleh anggota bernomor dua. Guru memeriksa jawaban, jika ada jawaban yang tidak akurat atau tidak lengkap, maka guru menyuruh siswa kembali ke kelompok dan mencoba lagi. Jika jawaban akurat dan lengkap anggota bernomor satu kembali ke kelompok dan menyatakan bahwa dia telah berhasil menyelesaikan satu soal.

d) Pertanyaan kedua dari tumpukan warna kembali diambil oleh anggota bernomor dua dan seterusnya. Tiap anggota dari kelompok harus berlari bergantian.

e) Saat satu siswa dari kelompok sedang "berlari" anggota lainnya membaca dan memahami sumber bacaan, sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan nantinya dengan lebih efesien.

f) Kelompok pertama yang menjawab semua pertanyaan dinyatakan sebagai pemenang.

(5) Guru kemudian membahas semua pertanyaan dengan cara menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan jawaban dari kartu soal bernomor satu yang telah mereka jawab saat permainan, kemudian menunjuk salah satu kelompok lainnya untuk menyampaikan jawaban dari kartu soal benomor dua dan seterusnya.

(6) Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

(7) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang dinyatakan menang dalam permainan.

Metode ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Matematika dengan mengisi tiap kartu sebuah langkah dalam suatu rangkaian yang mengarah ke penyelesaian sebuah tugas yang lebih kompleks. Ini melatih siswa untuk mengecek bahwa tiap tahap dari suatu proses yang dikerjakan telah benar sebelum siswa bergerak pada tahap selanjutnya.47

3.6. Kelebihan dan Kekurangan Quick On The Draw

Menurut Ginnis Quick on The Draw memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan, antara lain adalah :48

(1) Aktivitas ini mendorong kerja kelompok, semakin efesien kerja kelompok, semakin cepat kemajuannya. Kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif daripada menduplikasi tugas.

(2) Memberikan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan membaca yang di dorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar mandiri, membaca pertanyaan dengan hati-hati, menjawab pertanyaan dengan tepat, membedakan materi yang penting dan tidak.

(3) Membantu siswa membiasakan diri untuk belajar pada sumber, tidak hanya pada guru.

(4) Sesuai bagi siswa dengan karakteristik yang tidak dapat duduk diam. Sedangkan kelemahan dari quick on the draw, yaitu :49

(1) Saat kerja kelompok, siswa akan mengalami keributan jika pengelolaan kelas kurang baik.

(2) Guru sulit untuk memantau aktivitas siswa dalam kelompok.

47 Ginnis. Ibid., h. 164 48 Ibid. 49 Ibid.

B. Kajian Hasil Penelitian Relevan

Pembelajaran kooperatif model Quick On The Draw telah diteliti oleh: 1. Reiza Kusumowardhany (2013) dengan judul Pengaruh Aktifitas Quick On

The Draw Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi Pada Pokok Bahasan Dinamika Perubahan Hidrosfer Kelas X di SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor). Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen pada siswa SMA Negeri 1 Caringin Kabupaten Bogor. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberi perlakuan lebih tinggi dari pada siswa yang tidak diberi perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan, yaitu 80,77 sedangkan pada kelas control rata-rata yang didapat adalah 67,23.

2. Rezi Ariawan (2013) meneliti metode Quick On The Draw dengan judul Penerapan Pendekatan Pembelajaran Visual Thinging Disertai Aktivitas Quick On The Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa. Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa metode Quick On The Draw dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi siswa. Hal ini didasarkan pada perolehan rata-rata pada kelas yang diberi perlakuan lebih baik dibandingkan dengan kelas yang tidak diberi perlakuan.

3. Fitrina Marici, Husna, dan Anna Cesaria meneliti metode Quick On The Draw dengan judul “Pengaruh Penerapan Teknik Quick On The Draw Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMPN 1 Lengayang Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa yang diajarkan dengan metode Quick On The Draw lebih baik dari pada siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Dapat dilihat dari hasil nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 96 dan hasil tertinggi nilai pada kelas

kontrol 93, hal ini menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Dokumen terkait