• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

H. Deskripsi Fokus Penelitian

Dari fokus yang di bangun maka gambaran yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kooperatif, Yaitu semua pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus mampu melakukan kerjasama yang baik dan optimal diantara mereka, demi pengembangan usaha dan menjaga kelangsungan hidup agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraat setempat.

Transparansi BUMDes Sipakarennu di Desa Bana

Kooperatif Akuntabel Sustainable

2. Akuntabel. Yaitu seluruh pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus dapat mempertanggung jawabkan secara teknis maupun administrasi seluruh kegiatan usaha yang dilakukan seperti dalam uasah simpan pinjam serta pertokoan atau pengelolaan hasil pertanian dan lainnya.

3. Sustainable. Yaitu semua pihak dari Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus memiliki inovasi-inovasi baru agar seluruh kegiatan usaha dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah Badan Usaha Milik Desa. Kegiatan pengembangan dan pelestarian jenis usaha dapat dilakukan dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah serta mengelolaa sumber daya alam potensial yang ada.

33 A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini dilaksankan pada tanggal 25 Juni 2021 s/d 25 Agustus 2021 dan lokasi penelitian bertempat di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone tentang Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena sebagai salah satu daerah yang sedang meningkatkan pengelolaan BUMDes.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan Sugiono (2012:9). Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan studi kasus dimana data dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, seperti observasi, dan dokumentasi.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang terkait dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian.

Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan

No Nama Inisial Jabatan Ket.

1. Ishak, S.Pd IH Kepala Desa Bana 1 orang

2. Supriadi SA Sekretaris Desa Bana 1 orang

3. Saleng SL Ketua BPD/Komisaris

BUMDes 1 orang

4. Musliadi MA Direktur BUMDes 1 orang

5. Erna EN Masyarakat

2 orang

6. Lukman LM Masyarakat

Total Informan 6 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3).

Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions) Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut (Sugiono, 2014) Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data

mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

40 1. Gambaran Umum Kabupaten Bone a. Geografis

Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten di pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak 174 km dari Kota Makassar. Bone merupakan kabupaten terluas ketiga yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 27 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Bone adalah 4.559 km2 dengan luas wilayah terluas berada di Kecamatan Bontocani dan luas wilayah terkecil berada di Kecamatan Tanete Riattang.

Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Watampone. Berdasarkan data Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2015 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone Tahun 2015 adalah 738.515 jiwa, terdiri atas 352.081 laki‐laki dan 386.434 perempuan.

Dengan luas wilayah Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km2.

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak 174 km dari Kota Makassar Ibukotanya adalah Tanete Riattang. Mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan kearah utara. Secara astronomis terletak dalam posisi 4013’-5006’ Lintang Selatan dan antara 119042’-120040’

Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa.

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone.

Gambar 4.1: Peta Wilayah Kabupaten Bone

b. Ketinggian Tempat

Daerah Kabupaten Bone terletak pada ketinggian yang bervariasi mulai dari 0 meter (tepi pantai) hingga lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut.

Ketinggian daerah digolongkan sebagai berikut : 1) Ketinggian 0-25 meter seluas 81.925,2 Ha (17,97%) 2) Ketinggian 25-100 meter seluas 101.620 Ha (22,29%) 3) Ketinggian 100-250 meter seluas 202.237,2 Ha (44,36%)

4) Ketinggian 250-750 meter seluas 62.640,6 Ha (13,74%) 5) Ketinggian 750 meter keatas seluas 40.080 Ha (13,76%) 6) Ketinggian 1000 meter keatas seluas 6.900 Ha (1,52%) 7) Kemiringan Lereng

Keadaan permukaan lahan bervariasi mulai dari landai, bergelombang hingga curam. Daerah landai dijumpai sepanjang pantai dan bagian Utara, sementara di bagian Barat dan Selatan umumnya bergelombang hingga curam, dengan rincian sebagai berikut :

a) Kemiringan lereng 0-2 % (datar) : 164.602 Ha (36,1 %)

b) Kemiringan lereng 0-15 % (landai dan sedikit bergelombang) : 91.519 Ha (20,07 %)

c) Kemiringan lereng 15-40 % (bergelombang) : 12.399 Ha (24,65 %) d) Kemiringan lereng >40 % (curam) : 12.399 Ha (24,65%)

c. Kedalaman Tanah dan Jenis Tanah

Kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu : 1) 0-30 cm seluas 120.505 Ha (26,44 %)

2) 30-60 cm seluas 120.830 Ha (26,50 %) 3) 60-90 cm seluas 30.825 Ha (6,76 %)

4) Lebih besar dari 90 cm seluas 183.740 Ha (40,30 %)

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari tanah Aluvial, Gleyhumus, Litosol, Regosol, Grumosol, Mediteran dan Renzina. Jenis tanah didominasi oleh tanah Mediteran seluas 67,6 % dari total wilayah, kemudian

Renzina 9,59 % dan Litosol 9 %. Penyebaran jenis tanahnya dapat dijelaskan sebagai berikut : sepanjang Pantai Timur Teluk Bone ditemukan tanah Aluvial.

d. Iklim

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerahh beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan temperatur berkisar 260C – 430C. Pada periode April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone.

Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur.

Rata-rata curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.750 mm; 1750-2000 mm; 2000-2500 mm dan 2500-3000 mm.

Dilihat dari potensi sumber daya air permukaan, beberapa sungai di Kabupaten Bone, berpotensi untuk penggunaan bendung/pengairan untuk irigasi persawahan. Upaya untuk memelihara keseimbangan dan ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kabupaten Bone, maka perlunya dilakukan pengelolaan dan pengawasan terhadap pemanfaatan sumber air baku, termasuk sistem perresapan air pada daerah hulu, melalui cara evapotranspirasi, pengisian air tanah (ground water) dan debit air yang mengalir sebagai run off (surface and subsurface).

Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Bone dicirikan oleh banyaknya sungai, baik yang langsung bermuara ke laut, maupun bermuara di Danau Tempe

di Kabupaten Wajo (Sungai Walane) dan sungai-sungai besar lainnya.

Pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya air di Kabupaten Bone diarahkan untuk menjaga keseinambungan sumber - sumber air baku yang ada. Sempadan sungai di sekitar sungai-sungai besar yang mengalir di Kabupaten Bone seperti Sungai Walanae, Cenrana, Palakka, Jaling, Bulubulu, Salomekko, Tobunne dan Sungai Lekoballo.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang harus dijaga kelestariannya dengan cara mempertahankan fungsi lindung hutan, yang ada di wilayah tersebut. Sebagian besar sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bone bermuara pada pesisir pantai Timur Kabupaten Bone, sedangkan hulu DASnya berada di kabupaten lain, seperti Kabupaten Wajo, Sinjai, Maros dan Soppeng. Untuk itu perlunya menjalin kerjasama dengan kabupaten lain disekitarnya untuk mengelolah sumberdaya air tersebut.

e. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Bone tercatat 4.559 km2 dengan luas area terbangun 2.747,36 Ha, meliputi 27 kecamatan yang terdiri dari 328 Desa dan 44 Kelurahan, dimana Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng merupakan 2 kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 463,35 km2 (10,16%) dan 344,24 km2 (7,55%). Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Tanete Riattang yang merupakan ibukota kabupaten dan Kecamatan tanete Riattang dengan luas masing-masing adalah 23,79 km2 (0,52 %) dan 48,88 km2 (1,07%).

Tabel 4.1 : Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone

Tellu Siattinge 159,30 3,49

Amali 119,13 2,61

Ajangale 139,00 3,05

Dua Boccoe 144,90 3,18

Cenrana 143,60 3,15

Tanete Riattang Barat 53,68 1,18

Tanete Riattang 23,79 0,52

Tanete Riattang Timur 48,88 1,07

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone (2018)

2. Gambaran Umum Kecamatan Bontocani

Bontocani adalah sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia Kecamatan Bontocani merupakan kecamatan terluas yang ada di Kabupaten Bone yang memiliki luas wilayah 463,35 km2. Kecamatan Bontocani merupakan wilayah dataran tinggi dengan geografi yang di dominasi oleh pegunungan dengan iklim yang mendukung terhadap pertanian.

Kecamatan Bontocani terdapat 10 Desa dan 1 kelurahan yang terdiri dari 41 Dusun , dimana Desa Bana dan Desa Bontojai merupakan 2 Desa yang memiliki jumlah Dusun terbanyak dengan masing-masing memiliki 6 Dusun.

Sedangkan wilayah Desa dengan jumlah Dusun terkecil adalah Desa Lamoncong yang hanya memiliki 2 Dusun.

Tabel 4.2 : Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bontocani No Desa/Kelurahan Luas km2 Persentase

1 Watang Cani 50,53 10,91

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone (2018) 3. Gambaran Umum Desa Bana

a. Legenda Dan Sejarah Pembangunan Desa

Menurut cerita daerah Bana pada awalnya di huni oleh satu keluarga yang mempunyai 12 orang anak. Kemudian ke 12 anak itu mempunyai keluarga dan dibagi menjadi 12 bagian wilayah yang disebut “Lari Tanah” sesuai dengan

wilayah yang diberikan kedua belas anak itu untu menjadi hak masing-masing untuk menguasai hal-hal didalamnya.

Adapun nama-nama Lari Tanah “ADE” sesuai julukan ke 12 bersaudara itu adalah :

Tabel 4.3 : Nama-Nama Lari Tana “Ade”

1 Fuatta 7 Segeri

2 Tengnga 8 Safosuji

3 Genre 9 Sullehatangnge

4 Saharu 10 Kapala

5 Anakarungnge 11 Guru Kampong

6 Kajuara 12 Sanro Hanua

Sumber : Kantor Desa Bana Kecamatan Bontocani, (2020).

Kemudian pada waktu karena keadaan masyarakat untuk mempertahankan hidup mereka mencari makanan dihutan diluar tempat Lari Tananya. Tak terduga salah seorang penduduk melihat seorang laki-laki di hutan kemudian melapor kepada ketua Adat. Setelah itu ketua adat menemui orang tersebut dan ditanyakan asal-usulnya. Dari hasil pembicaraan terungkap bahwa laki-laki tersebut adalah keturunan Raja Bone (Wijanna Mangkau’E di Bone/Salassae). Kemudian ketua adat pergi ke kerajaan Bone untuk menghadap tentang kebenaran pernyataan dan stambuk yang dibawa laki-laki tersebut .

Ternyata keterangan yang disampaikan Ketua Adat kepada Raja Bone diiyakan dengan berkata “BA NA” artinya betul anak bahwa laki-laki tersebut adalah keturunan Raja Bone tapi, karena pernah membuat pelanggaran sehingga dihukum dengan diasingkan. Dan ternyata sampai kedaerah ketua adat tersebut.

Selanjutnya ketua adat meminta kepada agar laki-laki itu diangkat menjadi

Raja/Arung kemudian diiyakan oleh raja Bone dengan kata Ba Na yang artinya ia betul . Sekembalinya dari menghadap Raja Bone, ketua adat tersebut

menikahkan anaknya dengan laki-laki tersebut dan kemudian diangkat menjadi Raja Bana.

Dari cerita diatas dari jawaban Raja Bone “BA NA” digabungkan menjadi BANA dan sampai sekarang menjadi nama sebuah dusun dan nama Desa. Desa Bana pada awal terbentuknya menjadi desa hanya menjadi 3 dusun yaitu Bana. Oro dan Paku. Tapi karena begitu luasnya daerah Bana sehingga dusun Paku dimekarkan menjadi 3 Dusun yaitu Cippaga dan Pao, Dusun Bana di mekarkan menjadi 2 dusun yaitu Dusun Bana Tengah dan Dusun Bana Jauh.

Sehingga sampai Desa Bana menjadi 6 dusun. Berikut ini diuraikan nama Kepala desa Bana.

Tabel 4.4 : Nama-nama Kepala Desa Sebelum dan Sesudah Berdirinya Desa Bana

No Periode Nama Kepala Desa Keterangan 1 1962-1963 A.Lanti Nyonri Penunjukan

2 1963-1964 A.Guntur Penunjukan

3 1964-2003 A.Muin Baso Penunjukan/Pemilihan

4 2003-2009 M.Amir.P Pemilihan

5 2009-2015 M.Amir.P Pemilihan

6 2015-Sekarang Ishak S.Pd Pemilihan Sumber : Kantor Desa Bana Kecamatan Bontocani, (2020).

b. Geografis

Desa Bana merupakan salah satu dari 11 Desa di Wilayah Kecamatan Bontocani yang terletak 6 Km ke arah Utara Dari Kecamatan Bontocani. Desa Bana mempunyai luas wilayah seluas ± 6916M2 dengan batas batas sebagai berikut :

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bulusirua 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kahu dan Desa Pammusureng 4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

c. Iklim

Desa Bana, sebagaimana Desa-Desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Bana Kecamatan Bontocani.

d. Jumlah penduduk

Desa Bana merupakan salah satu desa di Kecamatan Bontocani dengan luas wilayah 69,16 Kilo Meter Persegi dengan jumlah penduduk dengan jumlah 2.615 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 33 jiwa / kilometer persegi. Desa Bana merupakan Desa dengan jumlah Penduduk terbanyak di Kecamatan Bontocani, kemudian desan bana ini merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Bontocani yang memiliki geografi yang di dominasi oleh pegunungan dengan iklim yang sangat mendukung terhadap pertanian di Desa Bana. Masyarakat Desa Bana memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara bertani dan berpernak. Kopi dan madu menjadi salah satu potensi yang ada di Desa Bana. Kondisi iklim yang mendukung membuat kopi di Desa Bana tumbuh

subur sehingga Desa Bana menjadi salah satu desa penghasil kopi terbesar di Kabupaten Bone dengan cita rasa yang berbeda denga kopi yang ada di daerah lain di Sulawesi Selatan.

4. Profil BUMDes Desa Bana

1. Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sipakarennu Desa Bana

Pemerintah Desa Bana mendirikan Badan usaha Milik Desa (BUMDesa) dalam upaya pemberdayaan, pengembangan ekonomi masyarakat dan pembangunan desa sesuai kebutuhan dan potensi desa. Lembaga ini bernama Badan Usaha Milik Desa Bana (BUMDesa ) Sipakarennu. BUMDes di Desa Bana berkedudukan di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

Daerah kerja BUM Desa Bana berada di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone dan Jika dimungkinkan, dapat membuka cabang ditempat lain.

Permodalan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sipakarennu di Desa Bana dapat diperoleh dari :

a. Pemerintah desa b. Pemerintah Kabupaten c. Pemerintah Provinsi

d. Penyertaan modal maasyarakat desa

e. Pemupukan modal kerja yang disisihkan dari dana cadangan umum BUMDes.

2. Jenis Usaha yang dikelolah BUMDes sipakarennu Desa Bana

Adapun unit usaha yang dikelolah oleh BUMDes sipakarennu Desa Bana yaitu :

a. Unit Usaha pengolahan hasil pertanian dalam hal ini pengolahan kopi b. Unit usaha pengolahan hasil ternak madu

c. Unit usaha pengembangan ternak sapi

BUMDes Sipakarennu Desa Bana merupakan salah satu BUMDes yang ada di Kabupaten Bone dengan menjadikan kopi sebagai salah satu produk unggulan yaitu kopi Robusta, Arabika dan Excelsa. Ketiga jenis kopi tersebut memiliki cita rasa tersendiri. Selain kopi juga ada madu Trigona dan Dorsata (Madu Hutan) yang dikemas dengan teknologi terkini. Potensi pertanian yang ada di Kecamatan Bontocani khususnya di Desa Bana yang besar menjadi peluang untuk pengembangan perekonomian masyarakat dengan mengembangkan sumber daya alam yang ada.

3. Maksud dan Tujuan Pendirian BUMDes sipakarennu

a. Maksud pendirian BUMDes adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa Bana melalui usaha pengembangan usaha ekonomi produktif industri, peternakan dan pertanian dan perkebunan serta sektor lainnya.

b. Tujuan BUM Desa Bana yaitu :

1) meningkatkan Perekonomian Desa;

2) mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

3) meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolahan potensiDesa;

4) mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa

5) menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga;

6) membuka lapangan kerja;

7) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa; dan

8) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa.

4. Penghasilan BUMDes Sipakarennu Desa Bana

4. Penghasilan BUMDes Sipakarennu Desa Bana

Dokumen terkait