• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. ISTEM PENGELOLAAN INFORMASI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BERBASIS WEB DI DESA BANA KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. ISTEM PENGELOLAAN INFORMASI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BERBASIS WEB DI DESA BANA KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

(BUMDes) BERBASIS WEB DI DESA BANA KECAMATAN BONTOCANI KABUPATEN BONE

Disusun dan Diusulkan Oleh :

ANDI WAHYU TRIADI

Nomor Induk Mahasiswa : 10564 02147 15

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

i SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun Dan Diusulkan Oleh :

ANDI WAHYU TRIADI

Nomor Induk Mahasiswa : 10564 02147 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

ii

Nama Mahasiswa : Andi Wahyu Triadi Nomor Induk Mahasiswa : 10564 02147 15 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui,

Pembimbing I

Abd. Kadir Adys, SH, MM

Pembimbing II

Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si

Mengetahui,

Dekan Fisipol Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si Desa (BUMDes) Berbasis Web di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

(4)

iii

Universitas Muhammadiyah Makassar berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 010/FSP/A.4-II/I/43/2022 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan yang dilaksanakan di Makassar pada tanggal 31 Januari 2022.

TIM PENILAI Ketua

Dr. Ihyani Malik. S.Sos, M.Si NBM: 730727

Sekretaris

Andi Luhur Prianto, S.IP.,M.Si NBM: 992797

PENGUJI

1. Abd. Kadir Adys, SH.,MM (Ketua) (……….)

2. Ahmad Taufik, S.IP.,M.AP (……….)

3. Muhammad Randhy Akbar, S.IP.,M.Si (……….)

4. Nur Khaerah, S.IP.,M.IP (……….)

(5)

iv

Nomor Induk Mahasiswa : 10564 02147 15 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 31 Januari 2022 Yang Menyatakan,

Andi Wahyu Triadi

(6)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Informasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berbasis Web di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. dengan jenis penelitian kualitatif dan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengambilan Informan mengunakan pourposive sampling dengan jumlah 6 (enam) orang dengan pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian dianalisis mengunakan tahap reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan BUMDES secara kooperatif dilakukan mengikuti syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BUMDes Sipakarennu, meskipun masih ada sebgian kecil masyarakat yang belum menegtahui informasi BUMDes Sipakarennu. Akuntabel pengelola BUMDes Sipakarennu ke pemerintah desa Bana dapat dibuktikan dengan laporan secara administrasi yang rutin dilaporkan sekali dalam setahun, adapun pertanggungjawaban dalam bentuk lain yaitu penerapan usaha berupa simpan pinjam, unit usaha pertokoan menjual ATK, foto copy dan BRI Link dll, unit usaha pengolahan hasil pertanian mengolah kopi bubuk dan pengemasan madu, dan unit usaha peternakan Sapi dengan model sistem bagi hasil dengan warga desa Bana yang ternak sapi milik BUMDes. Sustainable, harapan besar dari pihak pengelola BUMDes Sipakarennu yang berbasis web, untuk dapat mengembangkan program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena sebagian besar penduduk Desa Bana bekerja sebagai petani, sehingga direkomendasikan yaitu berupa bantuan modal dalam bidang pertanian, misalnya bantuan pupuk, racun, dan bibit.

Kata Kunci : Sistem Informasi, Pengelolaan, BUMDes

(7)

vi

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Sistem Pengelolaan Informasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berbasis Web di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Abd. Kadir Adys, SH.,MM selaku Pembimbing I dan Bapak Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda A Mappamiring dan Ibunda St Mulyati yang sangat berjasa dalam membesarkan, merawat dan memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan untuk mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril maupun materil. Dan

(8)

vii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Pihak Pemerintah Desa Bana yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku anak Ilmu Pemerintahan angkatan 2015 selaku sahabat dan teman seperjuangan dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran, dukungan, motivasi dan selalu setia menemani saya dalam suka maupun duka, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

(9)

viii

sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 31 Januari 2022 Penulis,

Andi Wahyu Triadi

(10)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Konsep E-Govermet ... 10

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa ... 15

D. Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa ... 21

E. Konsep Pemerintah Desa dan Dana Desa ... 24

F. Kerangka Pikir ... 30

G. Fokus Penelitian ... 31

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 33

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 33

C. Sumber Data ... 34

D. Informan Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisa Data ... 36

G. Keabsahan Data ... 38

(11)

x

di Kabupaten Bone ... 53 C. Pembahasan ... 67 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(12)

1

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pemerintah telah mencanangkan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan yaitu lima tahun. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah diprogramkan, perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang mampu dan terjalinnya hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan, terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan dan sistem penganggaran dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya pada tingkat pemerintahan desa. Kebijakan otonomi daerah tersebut bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Hakekat pembangunan desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf hidup masyarakat. Di samping itu pemerintah desa merupakan suatu strategi pembangunan yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya dinikmati oleh rakyatnya dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis.

Pemerintah desa sebagai alat untuk mencapai tujuan administrasi negara,

(13)

berfungsi sebagai tangan panjang pemerintah dalam rangka pembangunan nasional demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang merata di seluruh tanah air (Haris, 2005).

Penyelenggaraan pemerintah desa untuk pembangunan melalui pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan pemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 negara kesatuan republik Indonesia dan bhineka tunggal ika. Bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengolahan hasil SDA akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat dan adanya perubahan pola fikir masyarakat tentang pentingnya peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam pemberdayaan ekonomi.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution).

Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa (Darwita & Redana, 2018).

Ada 5 tujuan pembentukan BUMDes yaitu, (a) peningkatan kemampuan keuangan desa, (b) pengembangan usaha masyarakat dalam rangka pengentasan

(14)

kemiskinan, (c) mendorong tumbuhnya usaha masyarakat, (d) penyedia jaminan sosial, (e) penyedia pelayanan bagi masyarakat desa. Pertumbuhan mendirikan Badan Usaha Milik Desa terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Jumlah BUMDes hingga tahun 2017 telah mencapai 22.000 BUMDes dari 74.910 desa, atau meningkat jauh dari tahun 2016 yang berjumlah 18.000 BUMDes dan pada tahun 2014 berjumlah 1.022 . Di sisi lain, dari jumlah BUMDes tersebut hanya beberapa yang maju atau sukses, sebagaian besar mengalami masalah dalam pelaksanaanya. Misalnya, BUMDes secara legal formal sudah memiliki institusi tetapi tidak memiliki unik kegiatan usaha secara nyata. Selanjutnya, ada kondisi BUMDes sudah memiliki Unit kegiatan Usaha tetapi banyak mengalami persoalan pengelolaan institusi sehingga BUMDes tidak bisa berjalan secara maksimal, hanya ada plang papan namanya saja.

(Sugiman, 2018).

Salah satu masalah umum yang kerap menjadi keluhan masyarakat desa dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yaitu terkait dengan manajemen bumdes dan penyusunan pelaporan keuangan bumdes yang belum profesional, akuntabel dan transparan. Dalam definisi yang sederhana, akuntabilitas berarti para pengelola bumdes mampu mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan kegiatan usaha bumdes kepada masyarakat desa.

Sedangkan bertanggung jawab berarti pengelola bumdes mampu menyajikan laporan keuangan dengan baik, jujur dan terbuka.

Sistem Informasi Administrasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Berbasis Web Pada Bumdes Teguh Karya Desa Lubuk Rengas. Hasil penelitian

(15)

sistem informasi Administrasi BUMDes ini dapat mempermudah sekretaris dalam mengelola data yang berkaitan dengan administrasi yaitu data anggota, data alat dan data pengumuman. Sedangkan bendahara mengelola data barang,data penjualan,data pinjaman,data pengeluaran,data sewa dan data jasa.

Sistem ini juga membantu ketua untuk melihat dan mencetak laporan-laporan serta mengelola data pengguna. Dalam penelitian ini menggunakan metode prototype sebagai metode pengembangan sistem dan pemodelan menggunakan DFD (Data Flow Diagram). Sedangkan pembuatan aplikasinya menggunakan bahasa pemprograman PHP. Hasil dari penelitian ini adalah menghasilkan informasi yang mempermudah pengurus BUMDes dalam proses administrasi

.

Strategi Pengembangan Desa Mandiri Melalui Inovasi Bumdes. Desa mandiri sebagai bagian dari cita-cita pembangunan nasional terhambat oleh beragam permasalahan yang muncul dalam perwujudannya. Salah satu hal yang paling dominan, yakni di sektor ekonomi dan sektor sosial. Di sektor ekonomi masih banyaknya masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2017 terdapat 26,58 juta orang atau 10,12%

jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Sedangkan di sektor sosial, mulai pudarnya prinsip kegotongroyongan khusunya dari segi pemberdayaan di masyarakat perdesaan. Salah satu usaha yang dapat mengentaskan permasalahan kemiskinan dan mewujudkan kemandirian sebuah desa, yakni dengan pendirian lembaga usaha bernama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tetapi dalam kegiatan usaha yang dilakukan BUMDes terdapat beragam permasalahan yang muncul, yaitu (a) kurangnya partisipasi

(16)

masyarakat dalam pengelolaan BUMDes; (b) pemerintah desa tidak maksimal memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan BUMDes; dan (c) tidak berjalannya BUMDes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Ada 3 (tiga) sektor yang menjadi fokus dalam usaha realisasi kemandirian sebuah desa, yakni: (a) potensi ekonomi; (b) potensi sosial; dan (c) potensi Sumber Daya Manusia (SDM).

Dimana ketiga hal tersebut tidak terlepas dari adanya inovasi yang diimplementasikan (Setiawan, 2018).

Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten dari 21 kabupaten dan 3 kota yang berada dalam provinsi Sulawesi Selatan. Peningkatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan badan usaha milik desa (BUMDes) merupakan salah satu fokus dari pemerintah Kabupaten Bone. Melalui program SiBUMDesa penanganan terkait permodaan, pengolaan, pendapatan sampai kepada masalah terkait penanganan BUMDes dapat terdeteksi, sehingga dalam upaya pengembangannya dapat di support oleh pemerintah Kabupaten.

Sejauh ini jumlah BUMDes di Kabupaten Bone sebanyak 230 yang tersebar di 24 Kecamatan. Dimana kebanyakan BUMDes bergerak pada bidang usaha pertanian dan perkebunan (SIBUMDes Bone 2020). Pengelolaan badan usaha milik desa pada dasarnya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban dan trasnsparansi dari pengelolaan BUMDes sehingga dapat diawasi langsung oleh masyarakat karena berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(17)

Berdasarkan hasil observasi awal penulis terkait pengelolaan badan usaha milik desa di Kabupaten Bone di temukan beberapa masalah seperti ada ketidaksesuaian antara laporan dengan pelaksanaan akivitas, pencairan dana yang tidak didukung bukti, dan verifikasi laporan tidak dilakukan setiap bulan, yang mengindikasi bahwa akuntabilitas masih relatif belum berjalan dengan baik. Selain itu penulis melihat bahwa pemahaman pengurus BUMDes mengenai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa dan pemanfaatan sistem informasi belum berpengaruh positif pada akuntabilitas pengelolaan BUMDes di Kabupaten Bone.

Kebutuhan terhadap sistem informasi administrasi pada masa kini yang memberi kemudahan bagi penguna dalam suatu lembaga maupun institusi.

Dalam dunia usaha peran teknologi informasi dan sistem informasi yang handal tidak lagi diragukan dalam menunjang kemampuan unit usaha untuk memenangkan persaingan usaha. Penggunaan teknologi informasi dan sistem informasi tersebut diharapkan mampu mendorong percepatan perputaran usaha dan operasional meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja setiap bagian.

Sistem informasi yang berbasis komputer tersebut merupakan sistem informasi yang terintregrasi untuk melayani kebutuhan dalam suatu lembaga maupun institusi yang dilakukan agar dapat menunjang kinerja pegawai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Berdasarkan latar belakang masalah yang di bangun maka penulis tertarik melakukan penelitian terkait Sistem Pengelolaan Informasi

(18)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berbasis Web di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini maka yang menjadi rumusan masalah adalah : Bagaimana Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

D. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi kajan serta menambah wawasan pengetahuan untuk pembahasan yang berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

2. Secara Praktis

a. Dapat di jadikan input bagi pengambil keputusan dan kebijakan untuk meningkatkan sistem pengelolaan badan usaha milik desa

b. Dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain untuk melihat tata kelola Badan Usaha Milik Desa.

(19)

8

Peneliti Judul Hasil

Mario Wowor (2019)

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dalam Peningkatan

Pendapatan Asli Desa Kamanga Kecamatan Tompaso

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan perencanaan pembentukan BUMDes didasari oleh tuntutan undang- undang desa dan sebagai bentuk penerapan dari Dana Desa. Dilihat dari tahap perencanaan didalam membuat unit-unit usaha BUMDes Desa Kamanga memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga program yang dibuat tidak sia-sia dan membentuk suatu unit usaha BUMDes melalui musyawarah. Hal tersebut didasari dengan kebutuhan masyarakat desa serta potensi desa. Untuk itu jenis usaha BUMDes desa Kamanga ada 3 jenis usaha yakni Peternakan babi, gas lpg dan distributor gula pasir.

Abdurahman Sosoda (2020)

Analisis Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Desa Geti Baru Kecamatan Bacan Barat Utara Kabupaten Halmahera Selatan

Hasil penelitian menujukan bahwa pengelolaan BUMDes Geti Baru telah dilaksanakan dengan baik oleh pengurus BUMDes, hal ini dapat dilihat dari proses pendirian atau pembentukan BUMDes telah melibatkan seluruh komponen di level desa baik itu pemerintah desa, BPD dan masyarakat.

(20)

Proses pelaksanaan usaha-usaha BUMDes juga telah dikelola dengan baik, dimana pendapatan/laba dari hasil usaha BUMDes jual-beli cukup banyak yangpendapatan sebulan mencapai Rp.

12.000.000 dan setahun mencapai Rp.

144.000.000,-. Selain itu juga, proses pelaporan atau pertanggungjawaban pengelolaan BUMDes telah dilaporkan dengan baik melalui penyampain secara tertulis kepada pemerintah desa (Kepala Desa), pelaporan dilakukan selama setahun sekali. Dalam pelaporan tersebut, dilaporkan tentang perkembangan dan kemajuan dari hasil usaha-usaha BUMDes, pendapatan dalamsebulan atau setahun serta inovasi usaha yang perlu dikembangkan untuk kedepannya.

Agunggunanto (2016)

Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi BUMDes di Kabupaten Jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan BUMDes dan mampu membantu meningkatkan perekonomian desa. Namun masih terdapat kendala dalam pengelolaan BUMDes di beberapa daerah seperti keterbatasan sumber daya manusia yang mengelola BUMDes dan partisipasi masyarakat yang rendah karena masih rendahnya pengetahuan mereka.

B. Konsep Electronic Government

(21)

Electronic Government menurut Adriwati (Jumiati, 2010), yaitu sistem

informasi yang menggunakan internet dan teknologi digital lain untuk melakukan transaksi, layanan publik, komunikasi, koordinasi dan manajemen organisasi pemerintah, yang meliputi layanan government to government, government to business dan government to society. E-Goverment adalah

penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. Untuk itu harus ada inovasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik agar proses penyelenggaraan pelayanan publik yang dimaksud menjadi lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

E-government diperuntukkan kedalam: (a) pemerintah yang menggunakan

teknologi, khususnya aplikasi internet berbasis web untuk meningkatkan akses dan delivery/layanan pemerintah kepada masyarakat kepada masyarakat, partner bisnis, pegawai, dan pemerintah lainnya; (b) suatu proses reformasi di dalam cara pemerintah bekerja, berbagai informasi dan memberikan layanan kepada internal dan eksternal klien bagi keuntungan baik pemerintah, masyarakat maupun pelaku bisnis; dan (c) pemanfaatan teknologi informasi seperti wide area network (WAN), internet, world wide web, komputer oleh instansi pemerintah untuk menjangkau masyarakat, bisnis dan cabang-cabang pemerintah lainnya untuk memperbaiki layanan kepada masyarakat, memperbaiki layanan kepada dunia bisnis dan industri, memberdayakan masyarakat melalui akses kepada pengatahuan dan informasi, dan membuat pemerintah bekerja lebih efisien dan efektif (Habibullah, 2010).

(22)

Dengan adanya e-government dapat memangkas jalur birokrasi yang ada sebelumnya. e-government bertujuan untuk meningkatkan akses warga negara terhadap jasa-jasa layanan publik pemerintah, meningkatkan akses masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah, menangani keluhan masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan yang bisa dinikmati oleh seluruh warga Negara. Penggunaan teknologi informasi mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi serta dapat mengurangi korupsi dengan cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik.

Kebijakan tentang penataan e-government diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan e- Government. Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan

dokumen dan informasi elektronik dalam mengembangkan pelayanan publik yang transparan, pengembangan e-government pada setiap instansi harus berorientasi pada kerangka arsitektur. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 terdapat tujuan strategis e-government yang perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi. Strategi e-government adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas.

b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik.

c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi.

(23)

e. Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat.

f. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik dan terukur.

Berdasarkan Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government, pengembangan e-government harus dilaksanakan secara harmonis dengan mengoptimalkan hubungan antara inisiatif masing-masing instansi dan penguatan kerangka kebijakan untuk menjamin keterpaduannya dalam suatu jaringan sistem manajemen dan proses kerja.

a. Government To Citizens (Pemerintah ke Masyarakat)

Dalam G-to-C ini aplikasi e-government yang paling umum yakni dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Tujuan utama dari aplikasi G-to-C ini adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dengan mudak menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contohnya dalam pembuatan E-KTP, SIM, STNK, dll.

b. Government To Business (Pemerintah ke Pelaku Usaha)

Dalam model G-to-B ini merupakan tipe yang mendekatkan antara pemerintah dengan pelaku usaha (pebisnis). Karena sangat dibutuhkan relasi

(24)

yang sangat baik, antara pemerintah dengan kalangan bisnis. Diperlukannya relasi antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan bisnisnya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi relasi yang baik dan efektif dengan industri swasta. Contohnya seperti pada proses perizinan pendirian usaha dan investasi, pengadaan lelang oleh pemerintah, dan kegiatan lain yang membutuhkan informasi secara online bagi pelaku usaha.

c. Government To Governments (Pemerintah ke Pemerintah)

Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal- hal yang berbau diplomasi, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan. Contohnya dalam aplikasi yang dapat menghubungkan antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga negara asing yang sedang berada di Indonesia.

d. Government To Employees (Pemerintah ke Aparat/Pegawai)

Aplikasi e-government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang

(25)

bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat. Contohnya sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik, dsb) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan, dll) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan beserta keluarganya. (Sinaga & Suwitri, 2014).

Menurut Nugroho (Istiyanto, 2012) tahapan perkembangan implementasi e-government di Indonesia dibagi menjadi empat. Tahapan perkembangannya e-government sebagai berikut:

a) Web Presence, yaitu memunculkan website daerah di internet. Dalam tahap ini, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam website pemerintah.

b) Interaction, yaitu web daerah yang menyediakan fasilitas interaksi antara masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dalam tahap ini, informasi yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download dan komunikasi Email dalam website pemerintah.

c) Transaction, yaitu web daerah yang selain memiliki fasilitas interaksi juga dilengkapi dengan fasilitas transaksi pelayanan publik dari pemerintah.

d) Transformation, yaitu pelayanan dari pemerintah meningkat secara terintegrasi.

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara etimologi berasal dari beberapa kata yaitu badan usaha yang diartikan kesatuan yurudis (hukum),

(26)

teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan sedangkan milik dapat diartikan sebagai kepemilikan atau kepunyaan sementara Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintah sendiri (KBBI). Dengan demikian, BUMDes merupakan usaha yang dilakukan oleh sistem pemerintah yang terdapat hukum yang menaungi secara teknis dalam sektor perekonomian masyarakat (Ridlwan, 2015).

BUMDes didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa. Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan goodwill dalam merespon pendirian BUMDes. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan. BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja, BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa (Febryani, 2019).

Badan usaha Milik Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa Bersama dengan masyarakat. Pengelolaan BUMDes dengan langsung melibatkan masyarakat diharapkan mampu untuk mendorong perekonomian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap desa yang telah membentuk Badan Usaha Milik Desa diberikan dana dari pemerintah. Setiap usaha desa yang dijalankan memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di desdesa tersebut (Agunggunanto, 2016).

(27)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010, menerangkan bahwa Badan Usaha Milik Desa merupakan peningkatan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintah dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat pedesaan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya adanya potensi desa diimbangi dengan adanya potensi sumber daya manusia yang kompetitif tidak cukup untuk menanggulangi perekonomian tanpa adanya pihak ketiga yaitu aparatur pemerintah desa. Karena naungan yang kuat dari pemerintah desa dapat diciptakan desa yang maju, berdikasi, dan makmur (Ramadana & Ribawanto, 2013).

Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu (Prasetyo, 2016):

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama.

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui pertanyaan modal (saham atau andil).

3. Operasionalnya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (lokal wisdom).

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar.

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy).

6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes.

(28)

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

BUMDes merupakan suatu lembaga yang dipercaya sebagai badan usaha yang mampu membantu pemerintah dan masyarakat desa untuk mengembangkan sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi peluang usaha, menambah wawasan masyarakat desa baik dengan cara mengembangkan potensi desa maupun memanfaatkan sumber daya alam desa. BUMDes dapat menjadi pertimbangan untuk menyalurkan inisiatif masyarakat desa, potensi desa, mengelola dan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) desa serta mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (Warga Desa) (Widiastuti, 2019).

Dinamika Sistem Pembangunan dalam V. Wiratna Sujarweni (Bagus, 2020), mengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) harus dijalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara professional, dan mandiri.

1. Kooperatif, semua komponen yang terlibat didalam Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya. Badan Usah Milik Desa (BUMDES) merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution) sehingga membutuhkan kerjasama yang sinergis antara pengurus, pemerintah desa, masyarakat serta instansi terkait.

(29)

2. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka. Transparansi dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sangat diperlukan mengingat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) merupakan lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan di mana nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah kejujuran dan keterbukaan.

3. Akuntabel, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administrative. Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara akuntabel. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efesien, professional, mandiri dan bertanggungjawab.

4. Sustainable, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah Badan Usah Milik Desa (BUMDES). Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

BUMDes dapat berfungsi mewadahi berbagai usaha yang dikembangkan di perdesaan. Oleh karena itu, didalam BUMDes dapat terdiri dari beberapa unit usaha berbeda-beda. Ini sebagaimana ditunjukkan pada contoh struktur organisasi BUMDes yang memiliki 3 (tiga) unit usaha yaitu Unit Perdagangan, Unit Jasa Keuangan, dan Unit Produksi. Unit usaha yang berada didalam BUMDes secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Hasan, 2020):

(30)

1. Unit jasa keuangan, misalnya menjalankan usaha simpan pinjam.

2. Unit usaha sektor riil/ekonomi, misalnya menjalankan usaha pertokoan atau waseda, foto copy, sablon, home industri, pengelolaan taman wisata desa, peternakan, perikanan, pertanian, dll.

Keberadaan BUMDes menjadi suatu lembaga yang memunculkan sentra- sentra ekonomi di desa dengan semangat ekonomi kolektif. Mengingat BUMDes sebagai lembaga ekonomi yang bermodal usaha, yaitu sebagai salah satu pembangunan desa mandiri yang dapat berjalan dengan percaya diri bahwa memang sudah berhasil mengatur rumah tangga sendiri dan menciptakan desa yang mandiri yang tidak hanya bergantung pada anggaran dana desa yang telah diberikan oleh pemerintah (Puspaningrum & Kurniawati, 2019).

Melalui pemberdayaan pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) disebutkan bahwa desa mampu dan mandiri dalam menggerakan potensi ekonomi desa apabila memenuhi beberapa unsur penting seperti model kelembagaan bagi pemberdayaan masyarakat desa, organisasi, manajemen dan fasilitas kedalam bentuk strategi. Dalam meningkatkan perekonomian desa melalui pendekatan kelembagaan. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah (Perda) setelah memperhatikan peraturan di atasnya. Melalui mekanisme self help dan member-base, maka BUMDes juga merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan (Ridlwan, 2015).

Dalam mewujudkan pengelolaan keuangan BUMDes yang akuntabel dan transparan, tentu harus ditunjang dengan sistem manajemen dan akuntabilitas

(31)

pengelolaan bumdes yang baik dan inovatif. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh para pengelola BUMDes di era milenial ini, seperti Aplikasi BUMDes berbasis android yang dibangun oleh PT. Usaha Desa Sejahtera bersama Kementerian Desa.

Beberapa Kegunaan Aplikasi BUMDes, sebagai berikut:

1. Membantu mendaftarkan lembaga BUMDes agar dapat divalidasi oleh Pemerintah.

2. Membantu dalam memperoleh akses informasi terkait bantuan dari pemerintah.

3. Membantu proses pengelolaan keuangan termasuk laporannya.

4. Membantu BUMDes dalam menyusun rencana usaha (business pla dan SOP dengan mudah.

5. Membantu BUMDes dalam mengakses kerjasama dengan pihak lain, termasuk pasar.

Oleh karena itu, kehadirannya aplikasi Bumdes terbaru ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh para pelaku BUMDes. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah dan Kementerian Desa dapat menjadi sarana dalam memfasilitasi pengembangan BUMDes, baik itu berupa pelatihan, pendanaan atau penambahan modal usaha, akses pasar, dan berbagai dukungan dalam bentuk lainnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendirian BUMDes adalah sebagai suatu badan usaha yang dapat memberdayakan berbagai potensi usaha masyarakat di desa, mendukung

(32)

pelaksanaan pembangunan di desa dan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

D. Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme memberbase danself help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk(barang dan jasa) yang dihasilkan. BUMDes sebagai badan usahayang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asasmandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan (Titioka, 2020).

Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah (Perda). BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon(rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan

(33)

kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa (Melatyugra, 2021).

Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri.Pengelolaan BUMDes, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang tidak saja berdampak pada masyarakat desa itusendiri, tetapi juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu, pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung, pembayaran pajak di desa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten. Karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama BUMDes adalah (Ridzal & Hasan, 2020):

1. Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan, sandang dan papan, sebagian besar memiliki matapencaharian di sektor pertaniandan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha informal.

2. Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha selanjutnya.

3. Masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal lebih kuat.

(34)

4. Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik modal untuk dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes sangat bermanfaat bagi masyarakat desa, baik memiliki usaha produktif maupun yang belum memiliki untuk sama-sama mengembangkan ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama. Karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya.Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk (Ridzal & Hasan, 2020):

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan minimal), agar berkembang usaha masyarakat di desa.

2. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usahausaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADesa.

3. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam melakukan penguatan ekonomi di desa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dan sebagai kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa sehingga menunjang program pembangunan di desa. Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan

(35)

dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat.

E. Konsep Pemerintah Desa dan Dana Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (Nurcholis, 2011).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa dan badan bermusyawaratan desa. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui surat keterangan persetujuan dari BPD dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan camat. Adapun Perangkat Desa dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Desa.Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa dan Perangkat Desa berkewajiban melaksanakan koordinasi atas segala pemerintahan desa, mengadakan pengawasan, dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas masing-masing secara berjenjang. Apabila terjadi kekosongan

(36)

perangkat desa, maka Kepala Desa atas persetujuan BPD mengangkat pejabat perangkat desa (Syukri, 2014).

Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, menyatakan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (Syukri, 2014).

Dalam buku Prof. Drs. HAW. Widjaja yang berjudul Otonomi Desa:

Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh menguraikan hak, wewenang, dan kewajiban pemerintahan desa dalam menjalankan pemerintahannya, sebagai berikut (Widjaja, 2010):

1. Hak pemerintahan desa

a. Menyelenggarakan rumah tangganya sendiri

b. Melaksanakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan dari pemerintah dan pemerintah daerah.

2. Wewenang pemerintahan desa

a. Menyelenggarakan musyawarah desa untuk membicarakan masalah- masalah penting yang menyangkut pemerintahan desa dan kehidupan masyarakat desanya

b. Melakukan pungutan dari penduduk desa berupa iuran atau sumbangan untuk keperluan penyelenggaraan pemerintahan desa dengan

(37)

memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

c. Menggerakkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan.

3. Kewajiban pemerintahan desa

a. Menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di desa yang bersangkutan

b. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa

c. Melakukan tugas-tugas dari pemerintah dan pemerintah daerah

d. Menjamin dan mengusahakan keamanan, ketentraman, dan kesejahteraan warga desanya

e. Memelihara tanah kas desa, usaha desa dan kekayaan desa lainnya yang menjadi milik desa untuk tetap berdaya guna dan berhasil.

Dana desa merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang di transfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat (Sutiono, 2015).

Desa memiliki kepentingan politik, ekonomi, social, keamanan, dan memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama serta memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

Fokus pembangunan dalam desa membangun bertujuan untuk peningkatan kualitas pelayanan pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui

(38)

pendekatan partisipatif perencanaan pembangunan Kabupaten dan Kota menjadi acuan dalam desa membangun (Setiawan & Yuliani, 2017).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Desa, desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan kebutuhan. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa tersebut (Syukri, 2014).

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan dana desa yang tertib, transparan, akuntabel dan berkualitas, pemerintah dan kabupaten/kota diberi kewenangan untuk dapat memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran dana desa dalam hal laporan penggunaan dana desa yang terlambat/tidak disampaikan.

Disamping itu, pemerintah dan kabupaten/kota juga dapat memberikan sanksi berupa pengurangan dana desa apabila penggunaan dana tersebut tidak sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa, pedoman umum, pedoman teknis kegiatan atau terjadi penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan (Nurcholis, 2011).

Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu adanya komitmen negara dalam melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Selanjutnya juga diharapkan akan terwujudnya desa yang mandiri dimana (Syukri, 2014):

(39)

a. Desa bukan hanya sekedar sebagai objek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek pemberi manfaat bagi warga masyarakat setempat.

b. Sebagai komponen desa mempunyai rasa kebersamaan dan gerakan untuk mengembangkan aset lokal sebagai sumber penghidupan dan kehidupan bagi warga masyarakat.

c. Desa mempunyai kemampuan menghasilkan dan mencukupi kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat seperti pangan, energi dan layanan dasar.

d. Sebagai cita-cita jangka panjang, desa mampu menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan sumber-sumber pendapatan bagi masyarakat serta menghasilkan pendapatan asli desa dalam jumlah yang memadai.

Pembangunan desa dimaknai sebagai proses untuk meningkatkan kapabilitas pemduduk dalam mengelola dan memanfaatkan potensi yang terdapat di desa. Paradigma pembangunan yang mengedepankan pembangunan mausia didasarkan pada ruang dimensi sosial (indeks katahanan sosial-IKS), dimensi ekonomi (indeks ketahanan ekonomiIKE), dan dimensi ekologi (Indeks ketahanan Lingkungan-IKL) (Badri, 2016).

Perumusan program pembangunan tersebut dilakukan untuk semua bidang pembangunan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam rencana. Selanjutnya, untuk mewujudkan perumusan program dan kegiatan secara terukur, maka matrik program dan kegiatan dilengkapai pula dengan indikator dan target kinerja yang harus dicapai melalui pelaksanaan program tersebut (Muhi, 2011).

Permendes PDTT nomor 2 tahun 2016 tentang indeks dea membangun

(40)

(IDM) status kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapakan berdasar IDMdi kasifikasiakan menjadi 5 (lima) status desa, diantaranya (Badri, 2016)

a. Desa Mandiri atau disebut desa Sembada adalah desa maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan desa untuk peningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa dengan ketahana social, ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi yang berkelanjutan.

b. Desa Maju atau desa Pra-sembada adalah desa yang memiliki potensi sumber daya social, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahateraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia, dan penanggulangan kemiskinan.

c. Desa Berkembang atau disebut desa Madya adalah desa potensial menjadi desa maju, yang memiliki sumber daya social ekonomi, dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan mayarakat desa, kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan.

d. Desa Tertinggal atau yang disebut desa Pra-madya adalah desa yang memiliki potensi sumberdaya social, ekonomi,dan ekologi tapi belum atau kurang mengelolanya dalm upaya peingkatan kesejahteraan desa, kualitas manusia, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuk.

e. Desa Sangat Tertinggal atau disebut desa Pratama adala desa yang mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, gocangan ekonomi, dan konflik social sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya social, ekonomi, dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuk.

(41)

Sebagai kesimpulan Dana Desa semata-mata bukan hanya pemerataan, tetapi haruslah keadilan (berdasarkan karakter kebutuhan desa). Sehingga besarnya dana yang diterima setiap desa akan sangat bervariasi sesuai dengan karakter kebutuhan desanya.

F. Kerangka Pikir

Pembangunan desa yang dilakukan seharusnya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat desa. Supaya kegiatan pembangunan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan memerlukan kesadaran warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama. Berdasarkan dari teori yang di bangun terkait penelitian Sistem Pengelolaan Informsi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Berbasisi Web di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone maka di bangun bagan kerangka pikir berdasarkan 4 prinsip dalam mengelola BUMDes V. Wiratna Sujarweni (Bagus, 2020), yaitu:

Bagan Kerangka Pikir

Prinsip Pengelolaan

V. Wiratna Sujarweni (Bagus, 2020)

Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone

(42)

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Berdasarkan bagan kerangka pikir yang telah di gambarkan maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kooperatif, transparansi, akuntabel dan sustainable dalam keterbukaan informasi pengelolaan badan usaha milik desa di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

Dari fokus yang di bangun maka gambaran yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kooperatif, Yaitu semua pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus mampu melakukan kerjasama yang baik dan optimal diantara mereka, demi pengembangan usaha dan menjaga kelangsungan hidup agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraat setempat.

Transparansi BUMDes Sipakarennu di Desa Bana

Kooperatif Akuntabel Sustainable

(43)

2. Akuntabel. Yaitu seluruh pihak yang terlibat di dalam Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus dapat mempertanggung jawabkan secara teknis maupun administrasi seluruh kegiatan usaha yang dilakukan seperti dalam uasah simpan pinjam serta pertokoan atau pengelolaan hasil pertanian dan lainnya.

3. Sustainable. Yaitu semua pihak dari Badan Usaha Milik Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabuapten Bone harus memiliki inovasi-inovasi baru agar seluruh kegiatan usaha dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah Badan Usaha Milik Desa. Kegiatan pengembangan dan pelestarian jenis usaha dapat dilakukan dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah serta mengelolaa sumber daya alam potensial yang ada.

(44)

33 A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini dilaksankan pada tanggal 25 Juni 2021 s/d 25 Agustus 2021 dan lokasi penelitian bertempat di Desa Bana Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone tentang Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena sebagai salah satu daerah yang sedang meningkatkan pengelolaan BUMDes.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan Sugiono (2012:9). Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

(45)

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan studi kasus dimana data dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, seperti observasi, dan dokumentasi.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang terkait dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.

(46)

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan penelitian.

Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari penelitian Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan

No Nama Inisial Jabatan Ket.

1. Ishak, S.Pd IH Kepala Desa Bana 1 orang

2. Supriadi SA Sekretaris Desa Bana 1 orang

3. Saleng SL Ketua BPD/Komisaris

BUMDes 1 orang

4. Musliadi MA Direktur BUMDes 1 orang

5. Erna EN Masyarakat

2 orang

6. Lukman LM Masyarakat

Total Informan 6 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.

(47)

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang berkaitan dengan Sistem Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Bana Kecamatan Bontocani

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

(48)

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data reduction), 2). Penyajian data (data display), 3).

Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola- pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions) Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya

(49)

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut (Sugiono, 2014) Triangulansi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi teknik

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data

(50)

mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(51)

40 1. Gambaran Umum Kabupaten Bone a. Geografis

Kabupaten Bone adalah salah satu kabupaten di pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak 174 km dari Kota Makassar. Bone merupakan kabupaten terluas ketiga yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 27 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Bone adalah 4.559 km2 dengan luas wilayah terluas berada di Kecamatan Bontocani dan luas wilayah terkecil berada di Kecamatan Tanete Riattang.

Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Watampone. Berdasarkan data Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2015 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk Kabupaten Bone Tahun 2015 adalah 738.515 jiwa, terdiri atas 352.081 laki‐laki dan 386.434 perempuan.

Dengan luas wilayah Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km2.

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pesisir timur Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak 174 km dari Kota Makassar Ibukotanya adalah Tanete Riattang. Mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan kearah utara. Secara astronomis terletak dalam posisi 4013’-5006’ Lintang Selatan dan antara 119042’-120040’

Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

(52)

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng

2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa.

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone.

Gambar 4.1: Peta Wilayah Kabupaten Bone

b. Ketinggian Tempat

Daerah Kabupaten Bone terletak pada ketinggian yang bervariasi mulai dari 0 meter (tepi pantai) hingga lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut.

Ketinggian daerah digolongkan sebagai berikut : 1) Ketinggian 0-25 meter seluas 81.925,2 Ha (17,97%) 2) Ketinggian 25-100 meter seluas 101.620 Ha (22,29%) 3) Ketinggian 100-250 meter seluas 202.237,2 Ha (44,36%)

(53)

4) Ketinggian 250-750 meter seluas 62.640,6 Ha (13,74%) 5) Ketinggian 750 meter keatas seluas 40.080 Ha (13,76%) 6) Ketinggian 1000 meter keatas seluas 6.900 Ha (1,52%) 7) Kemiringan Lereng

Keadaan permukaan lahan bervariasi mulai dari landai, bergelombang hingga curam. Daerah landai dijumpai sepanjang pantai dan bagian Utara, sementara di bagian Barat dan Selatan umumnya bergelombang hingga curam, dengan rincian sebagai berikut :

a) Kemiringan lereng 0-2 % (datar) : 164.602 Ha (36,1 %)

b) Kemiringan lereng 0-15 % (landai dan sedikit bergelombang) : 91.519 Ha (20,07 %)

c) Kemiringan lereng 15-40 % (bergelombang) : 12.399 Ha (24,65 %) d) Kemiringan lereng >40 % (curam) : 12.399 Ha (24,65%)

c. Kedalaman Tanah dan Jenis Tanah

Kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu : 1) 0-30 cm seluas 120.505 Ha (26,44 %)

2) 30-60 cm seluas 120.830 Ha (26,50 %) 3) 60-90 cm seluas 30.825 Ha (6,76 %)

4) Lebih besar dari 90 cm seluas 183.740 Ha (40,30 %)

Jenis tanah yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari tanah Aluvial, Gleyhumus, Litosol, Regosol, Grumosol, Mediteran dan Renzina. Jenis tanah didominasi oleh tanah Mediteran seluas 67,6 % dari total wilayah, kemudian

(54)

Renzina 9,59 % dan Litosol 9 %. Penyebaran jenis tanahnya dapat dijelaskan sebagai berikut : sepanjang Pantai Timur Teluk Bone ditemukan tanah Aluvial.

d. Iklim

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerahh beriklim sedang. Kelembaban udara berkisar antara 95% - 99% dengan temperatur berkisar 260C – 430C. Pada periode April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone.

Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur.

Rata-rata curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.750 mm; 1750-2000 mm; 2000-2500 mm dan 2500-3000 mm.

Dilihat dari potensi sumber daya air permukaan, beberapa sungai di Kabupaten Bone, berpotensi untuk penggunaan bendung/pengairan untuk irigasi persawahan. Upaya untuk memelihara keseimbangan dan ketersediaan sumberdaya air di wilayah Kabupaten Bone, maka perlunya dilakukan pengelolaan dan pengawasan terhadap pemanfaatan sumber air baku, termasuk sistem perresapan air pada daerah hulu, melalui cara evapotranspirasi, pengisian air tanah (ground water) dan debit air yang mengalir sebagai run off (surface and subsurface).

Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Bone dicirikan oleh banyaknya sungai, baik yang langsung bermuara ke laut, maupun bermuara di Danau Tempe

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
Tabel 3.1  Informan
Gambar 4.1: Peta Wilayah Kabupaten Bone
Tabel 4.1 : Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone  Kecamatan  Luas (km 2 )  Persentase
+5

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Bupati Belitung Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Bencana Non

Berasarkan hasil penelitian di lapangan dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan strategi pengelolaan Badan Usaha

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan KISI EQUITY FUND dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.3 Prospektus, maka Formulir

Peningkatan Daya Saing Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kecamatan Mayong Kabupaten

Allah Bapa umat manusia, kami sudah Kauciptakan, agar berusaha menjadi sempurna dalam cinta kasih dan kebaikan. Semoga hati kami selalu terbuka dan dunia ini menjadi tempat

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai

Belanja Makanan Dan Minuman Harian Pegawai 3000 orang/kali APBD Kabanjahe - Berastagi TKDN: Tidak Belanja Makanan dan Minuman dan Snack Harian Pegawai Kegiatan Diklat Revolusi

Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini mengambil sasaran Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) desa Tasikmadu dan desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban9. Hasil