• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Deskripsi fungi hasil penelitian a. Curvularia sp

Curvularia sp merupakan anggota famili Pleosporaceae termasuk ke dalam filum Ascomycota. Spesies ini memiliki ciri-ciri dengan koloni berwarna cokelat hingga hitam dan mirip beludru atau kapas, dan tidak membentuk stromata. Konidiofor berbentuk tunggal atau berkelompok, tampak sederhana, lurus dan membengkok, umumnya geniculate, berwarna cokelat dan ke arah apeks

memucat, memiliki panjang 600 µ m, dan lebar 5-9 µm pada bagian basis. Porokonidia bersepta empat, umumnya membengkok atau geniculate pada bagian sel yang paling lebar dan paling cokelat, sel-sel yang ada di ujung berwarna lebih hialin, dan berukuran (18-37)x(8-14) µm.

Curvularia bersifat heterotalik. Askomata terbentuk setelah perkawinan pada stromata yang berbentuk kolumnar, pematangan askomata setelah 35 hari, berwarna hitam, memiliki panjang 490-940 µm dan berbentuk seperti paruh berostiol yang mencolok. Askus berbentuk silindris hingga gada, dan bertunika tunggal. Askospora terletak meliuk dalam askus, berbentuk filiform dan meruncing pada kedua ujungnya, berwarna hialin, bersepta 6-16, dan berukuran (160-270)x(4-7) µm ( Gandjar dkk, 1999).

Curvularia banyak sekali ditemukan di daerah tropis, dan mudah diisolasi dari tanah, udara, serasah, daun palem, serta tanah gurun. Spesies ini dapat mengoksidasi aneka garam Mn, menghasilkan pigmen merah (cynodontin)(Gandjar dkk, 1999). Cendawan ini menyebabkan penyakit bercak daun terutama pada tanaman Eucalyptus dan mati kulit pada pohon (Widyastuti dkk, 2005). Ciri khas bentuk konidia Curvularia sp dapat dilihat pada Gambar 4.

(A) (B)

Gambar 4. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Curvularia sp, (a)konidiofor, (b)konidia( porokonidia).

b. Trichoderma sp

Trichoderma sp merupakan anggota famili Phialeporacea dan masuk dalam filum Ascomycota. Spesies ini memiliki ciri-ciri yaitu, koloni semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Sebalik koloni tidak berwarna. Konidiofor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan ke arah ujung percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari cabang, berukuran18x2,5 µm. Konidia berbentuk semibulat hingga oval pendek berukuran (2,8-3,2)x(2,5-2,8) µm, berdinding halus. Klamidhospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar dan kadang-kadang terminal, umumnya berbentuk bulat, berwarna hialin, dan berdinding halus (Gandjar dkk, 1999).

Trichoderma bersifat kosmopolit, dan dapat diisolasi dari tanah, biji-bijian, kertas tekstil, rhizosfer kentang, gandum, rumput, jerami, serta kayu. Spesies ini memiliki suhu pertumbuhan suhu pertumbuhan optimum 15º-30ºC dan maksimum 30-36ºC (Gandjar dkk, 1999). Fungi ini menyebabkan mati kulit dan busuk akar (Widyastuti dkk, 2005). Ciri khas dari spesies ini dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

(A) (B)

Gambar 5. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Trichoderma sp, (a)konidiofor, (b)sel-sel pembentuk konidia dan (c)konidia.

c. Alternaria sp

Alternaria sp merupakan anggota famili Dematiaceae dan masuk dalam filum Deuteromycota yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih. Setelah satu minggu inokulasi berubah menjadi hitam atau abu-abu kehitaman atau abu-abu tua. Konidiofor bersepta satu hingga tiga, tampak sederhana atau bercabang, lurus atau membengkok, kadang-kadang geniculate dengan satu atau beberapa pori pada ujungnya, berukuran 50x(3-6) µm, berwarna cokelat dan berdinding halus (Gambar 6). Konidia berwarna kecokelatan, berdinding halus atau sedikit kasar, membentuk rantai yang seringkali bercabang, berbentuk obovate, obpyriform, ovoid atau elips, dan sel yang paling ujung menyerupai paruh bebek, berukuran (18-83)x(7-18) µm, memiliki septa transversal (maksimum 8) dan beberapa septa longitudinal (Gandjar dkk, 1999). Spesies ini memiliki distribusi luas di seluruh dunia, dan merupakan saprofit umum yang mudah diisolasi dari tanah, serasah, aneka bagian tumbuhan, bahan pangan, tekstil, serta bulu dan saang burung. Spesies ini memiliki suhu pertumbuhan optimum 25º-30ºC, maksimum 31º-32ºC, dan minimum 2,5º-6,5ºC (Gandjar dkk, 1999). Cendawan ini menyebabkan

penyakit hawar daun pada buah dan sayur, staining (pewarnaan pada kayu) dan kanker batang (Widyastuti dkk, 2005).

(A) (B)

Gambar 6. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Alterneria sp, (a)konidia, (b)konidiofor bersepta.

d. Aspergillus sp

Aspergillus sp merupakan anggota famili Eurotiaceae termasuk dalam filum Ascomycota yang merupakan penghuni tanah yang umum, banyak ditemukan di daerah tropis. Fungi ini menyebabkan penyakit pada biji dan pembuluh pada kayu (Widyastuti dkk, 2005). Ciri khas dari Aspergillus adalah koloni terdiri lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor berwarna cokelat kekuningan yang makin gelap dengan bertambahnya umur koloni. Kepala konidia berwarna cokelat kekuningan kekuningan tampak kompak, berbentuk kolumnar, dan berukuran (150-500)x(30-50) µ m. Konidiofor berwarna hialin, dan berdinding halus. Vesikula berbentuk semibulat, dan berdiameter 10-20 µ m. Fialid terbentuk pada metula, dan berukuran (5-7)x(1,5-2,0) µm. Metula berukuran (5-7)x(2,0-2,5) µm. Konidia berbentuk bulat hingga elips, berdiameter 1,5-2,5 µm, berwarna hialin hingga kuning muda dan berdinding halus

(Gandjadkk, 1999). Untuk lebih jelas mengenai ciri dari Aspergillus ini dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

(A) (B)

Gambar 7. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Aspergillus sp, (a)konidiofor, (b)vesikel, (c)fialid, (d)konidia.

e. Fusarium sp

Fusarium sp merupakan anggota famili Hypocreaceae dan termasuk filum Ascomycota yang merupakan patogen endemik pada pertanaman Eucalyptus yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat pada permukaan medium. Sporodokhia terbentuk hanya pada beberapa strain. Koloni bagian belakang berwarna kekuningan hingga keunguan. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid. Mikrikonidia bersepta 0 hingga 2, terbentuk lateral pada fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor yang bercabang pendek, umumnya terdapat pada jumlah banyak sekali, terdiri dari aneka bentuk dan ukuran, berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan strain, terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor yang bercabang atau dalam sporodokhia, bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya dengan sel kaki berbentuk pediselata, umumnya

bersepta 3, dan berukuran (20)27-46(50)x3,0-4,5(5) µm. Khlamidospora terdapat pada dalam hifa atau konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau kasar, berbentuk semibulat dengan diameter 5,0-15 µm, terletak terminal atau interkalar, dan berpasangan atau tunggal (Gandjar dkk, 1999).

(A) (B) (C)

Gambar 8. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Fusarium sp, (a)konidoifor, (b)mikrokonidia, (C)khlamidospora.

Fusarium bersifat kosmopolit, dan merupakan saprofit tanah tetapi dapat bersifat patogen terhadap banyak tumbuhan. Spesies ini merupakan salah satu spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, dan dapat tumbuh dalam lingkungan anaerob. Fungi ini dapat menyebabkan mati kulit, busuk akar dan bercak daun pada tegakan Eucalyptus, dan penyakit pada biji pada berbagai jenis pohon (Widyastuti dkk, 2005).

f. Penicillium sp

Penicillium sp merupakan anggota famili Eurotiaceae dan termasuk dalam filum Ascomycota. Ciri-ciri dari cendawan ini adalah koloni berwarna putih seperti beludru kasar dan lama-kelamaan berubah menjadi hitam. Tepi koloni rata. Konidia lebat dan berwarna hijau keabu-abuan hingga hijau tua. Eksudat apabila ada berwarna jingga hingga merah. Sebalik koloni berwarna merah atau merah ungu, kadang-kadang hitam. Konidiofor muncul dari miselia yang rebah pada agar

atau pada miselia tegak. Stipe dari konidiofor berukuran (70-300)x(2,5-3,5) µm dan berdinding halus. Metula berukuran (10-14)x(2,5-3,0) µm dan membentuk 6-8 versitisil. Fialid berjumlah 5-7 pada setiap metula dan berukuran 10-12x(2,0-2,5) µm. Konidia berbentuk elips hinggá semibulat, berdinding tabal, memiliki permukaan halus hinggá sedikit kasar, berukuran (3,0-3,5) µm, dan membentuk kolom pendek yang tidak teratur (Gandjar dkk, 1999).

Penicillium dapat ditemukan di tanah hutan, tanah yang belum digarap, dan tanah yang ditanami oleh kacang tanah, serta perkebunan buah. Selain itu, spesies ini juga dapat diisolasi dari air yang terkontaminasi, lingkungan rawa, serasah kubis (Rubert, 1999). Fungi menyebabkan penyakit pada biji dan pembuluh pada kayu (Widyastuti dkk, 2005).

(A) (B)

Gambar 9. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Penicillium sp, (a)konidiofor, (b)metula, (b)fialid, (d)konidia.

g. Rhizopus sp

Rhizopus sp merupakan anggota famili Mucoraceae dan termasuk filum Zygomycota yang mempunyai ciri-ciri koloni semula berwarna keputihan, kemudian menjadi cokelat keabu-abuan disebabkan karena warna cokelat dari sporangiofor dan warna kehitaman dari sporangia, serta tinggi seringkali mencapai 20 mm. Sporangiofor memiliki panjang 1,5-3 µm, dapat tunggal atau

berkelompok 2-7 (umumnya 3-4), muncul dari stolon yang tidak berwarna hingga berwarna cokelat gelap, berdinding halus atau agak kasar, dan berlawanan arah dengan percabangan rhizoid. Sporangia berbentuk bulat hungga semibulat, berdiameter 150-360 µm, dan berwarna cokelat kehitaman saat matang. Kolumela berbentuk bulat, semibulat, atau ovoid, dan berdiameter (40) 70-160(250) µm. Khlamidospora tidak terbentuk pada stolon, kadang-kadang ditemukan pada hifa yang melekat pada medium (Gandjar dkk, 1999).

Rhizopus bersifat heterotalik. Zigospora berwarna hitam kecokelatan, memiliki tonjolan-tonjolan kasar, ukuran suspensor tidak sama besar, dan berdiameter (75) 150-200 µm. Spesies ini memiliki suhu pertumbuhan optimum 25º-26ºC, minimum 10ºC, dan maksimum 35º-37ºC (Rubert, 1999).

Rhizopus tersebar luas di dunia walaupun lebih sering terdapat pada daerah yang lebih hangat. Cendawan ini dapat diisolasi dari tanah. Spesies ini dapat menyebabkan busuk pada daerah perakaran pada tanaman ubi jalar dan merambat lainnya dengan pertumbuhan cambang-cambang yang lebat (Widyastuti dkk, 2005). Gambar 10(B) merupakan gambar dari Rhizopus sp.

(A) (B)

Gambar 10. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Rhizopus sp, (a)sporangiofor, (b)sporangia.

h. Verticillium sp

Verticilium sp merupakan anggota famili Hypocreaceae dan masuk dalam filum Ascomycota yang merupakan patogen endemik bagi pertanaman Eucalyptus dan merupakan agen dari penyakit layu, mati kulit dan busuk akar pada pohon maple dan Eucalyptus (Widyastuti dkk, 2005). Ciri khas dari Verticillium ini adalah koloni berwarna putih pada hari ke-7, kemudian kuning kecokelatan. Bagian belakang koloni berwarna sama dengan permukaan koloni.pembentukkan fialid dapat tunggal atau dalam satu atau dua kelompok pada hifa aerial, tampak langsing, memiliki panjang 22-26 µ m, meruncing ke arah ujung dengan ukuran 1,2-1,5 µm hingga 0,4-0,5 µ m. Konidia bergerombol membentuk semacam kepala yang berlendir, berbentuk elips, umumnya denagn suatu basis yang apiculate, dan berukuran (3-4)x(1,5-2,0) µm. Diktiokhlamidospora terdapat banyak sekali, terbentuk di antara miselia aerial yang panjang, berdiameter 9,0-12,0 µm, terdiri dari suatu kelompok sel-sel berdinding tebal berjumlah 6-9, dan berdiameter 20-25 µm (Gandjar dkk, 1999).

Verticillium bersifat kosmopolit, dan telah diisolasi dari tanah hutan, tanah berumput, tanah kebun, serta savana (Gandjar dkk, 1999).

(A) (B)

Gambar 11. (A) biakan fungi pada media PDA pada hari ke-14,(B) Verticillium sp, (a)konidiofor, (b)konidia.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan yang didapatkan didomonasi oleh filum Ascomycota, terdapat enam jenis fungi, yaitu Aspergillus, Curvularia, Fusarium, Penicillium, Trichoderma dan Verticillium, satu jenis cendawan berasal dari filum Zygomycota, yaitu Rhizopus, dan satu jenis cendawan berasal dari filum Deuteromycota, yaitu Alternaria.

Filum Ascomycota meliputi kelompok cendawan terestrial, dan sebagian besar adalah saprofit pada bahan organik, yang mengalami pelapukan. Namun demikian banyak jenis ini yang bersifat parasitik pada pohon-pohon hutan dan dapat menimbulkan kerugian besar. Ciri khas dari kelompok ini adalah cendawan ini bereproduksi secara seksual dan menghasilkan 4, 8, 16, atau 32 askospora dalam askus. Askus bisa dihasilkan secara tunggal atau berjejer-jejer dalam suatu lapisan (pallisade). Askus dapat pula diproduksi dalam suatu tubuh-buah berbentuk cawan tanpa ostiole (lubang keluar), yang harus pecah untuk mengeluarkan spora-sporanya. Kelas Pyrenomycetes merupakan kelompok besar yang meliputi banyak patogen penting. Hasil penelitian ini didapatkan tiga jenis cendawan yang termasuk kelas Pyrenomycetes yaitu, Trichoderma yang berasal dari tanaman yang berumur lima tahun, Fusarium dan Verticillium yang berasal dari tanaman yang berumur dua tahun. Untuk kelas yang paling luas penyebarannya dari dari filum ini adalah Plectomycetes, dari penelitian didapatkan dua jenis fungi, yaitu Aspergillus dan Penicillium, keduanya mempunyai askokarp yang tertutup, tetapi askusnya tersebar dan tidak dalam hymenium. Kedua cendawan ini menyebabkan permukaan kayu pertukangan dan

kayu lapis yang terserang berwarna hitam, biru dan hijau dan menyebabkan penurunan nilai produk kayu.

Filum Deuteromycota memiliki ciri khasnya adalah misselium berkembang sempurna, bersepta, dan bercabang. Reproduksi seksual jarang terjadi, tidak ada atau belum diketahui. Bila reproduksi aseksualnya telah dikatahui maka bentuk perfeknya masuk kelas Ascomycetes dan Basidiomycetes. Spora aseksual (konidia) dibentuk dalam konidiospora secara tunggal atau berkelompok dalam struktur khusus yang dikenal sebagai piknidia dan aservuli. Hasil penelitian ini hanya didapat satu jenis cendawan yang berasal dari filum ini dan cendawan tersebut barasal dari kelas Deuteromycetes. Jenis cendawan yang berasal dari filum Zygomycota juga didapatkan dari penelitian ini. Filum tersebut memiliki ciri khas yaitu membentuk spora berdinding tebal yang disebut zigospora yang terbentuk dalam zigosporangium yang merupakan hasil persatuan dua gametangia. Ciri lain yaitu miselium tidak bersekat, dan reproduksi aseksual melalui pembentukan sporangiospora.

Menurut Agrios (1996) bahwa rizosfer (lapisan tanah yang berhubungan erat dengan akar) merupakan tempat yang kaya dengan bermacam-macam populasi mikroflora dan fauna. Keberadaan mikroflora dan fauna ini dapat mempengaruhi inokulum patogen yang terdeposito pada rizoplan (permukaan akar). Rizoplan kaya senyawa metabolit yang dihasilkan oleh akar, dapat digunakan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, rizoplan merupakan tempat dengan aktivitas mikroba yang tinggi. Pada pepohonan yang lebih muda, lebih banyak terdapat mikroba-mikroba tanah. Hal ini disebabkan pada bagian rizoplan pepohonan yang lebih muda lebih banyak terdapat mikroflora dan fauna yang

mampu mengubah nutrisi menjadi senyawa metabolit yang sangat disukai oleh mikroba tanah, sedangkan pada pepohonan yang lebih tua lebih banyak mengandung kapang dan yeast. Karena banyaknya mikroba tanah yang beraktifitas di sekitar rizoplan hal ini menyebabkan semakin banyak ditemukan penyakit akar atau sering disebut sebagai busuk akar pada hutan tanaman. Penyakit tersebut terutama berkembang pada tegakan yang dibangun tidak pada tempat tumbuh asalnya (jenis eksot). Dalam hal ini tegakan tidak mampu beradaptasi dengan baik di tempat tumbuh yang baru. Hutan tanaman yang dibangun dengan komposisi jenis tunggal dalam perkembangannya sangat rentan terhadap infeksi busuk akar.

Menurut Widyastuti dkk (1999) bahwa cendawan hasil penelitian berkemungkinan menyebabkan penyakit busuk akar, mati kulit, bercak daun, noda atau pewarnana kayu, dan penyakit pada benih. Fusarium sp, Rhizopus sp, Trichoderma sp dan Verticillium sp dapat menyebabkan penyakit busuk akar Ciri-ciri penyakit ini adalah daun-daunnya menguning dan rontok mulai dari bawah. Kerontokan ini bukan seperti gejala kerontokan alami (daun yang sudah tua). Gejala pada bagian-bagian di atas tanah mirip dengan gejala yang disebabkan oleh penyakit-penyakit akar pada umumnya.

Curvularia sp, Fusarium sp, Trichoderma sp dan Verticillium dapat menyebabkan penyakit mati kulit. Gejala penyakit ini berupa keluarnya cairan berwarna hitam dari kulit batang tanaman. Apabila pada bagian kulit batang yang terserang yang berwarna hitam tersebut dikupas maka kayu di bawah kulit tersebut berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan warna kulit yang sehat. Kulit kayu yang terserang akan mengeluarkan bau yang khas.

Curvularia sp dan Fusarium sp dapat menyebabkan penyakit bercak daun. Penyakit ini menyerang tanaman pada tingkat semai. Gejala penyakit ini adalah pengeringan daun yang diawali dari bagian pangkal dan menjalar ke ujung daun, sehingga daun menjadi kering. Apabila intensitasnya cukup tinggi, maka serangan cendawan akan menyebabkan kematian.

Alternaria sp dapat menyebabkan noda atau pewarnaan pada kayu. Gejala pewarnaan sudah dapat dilihat pada kayu segar yang tertumpuk rapat dalam waktu kurang dari satu minggu. Keadaan ini terjadi karena kayu yang baru ditebang tidak dapat segera diangkut ke tempat pengerjaan lebih lanjut atau karena tidak ada usaha pencegahan. Cendawan noda melakukan penetrasi melalui jari-jari kayu dan lubang-lubang alamiah seperti noktah serta tumbuh sejajar dan melintang arah serat. Warna yang terjadi adalah dari abu-abu , biru cerah, biru tua dan hitam pekat dengan bentuk bermacam-macam, dapat berupa garis-garis, bentuk-bentuk yang menyerupai lapuk atau noda yang mempunyai pola tidak teratur. Pewarnaaan ini merupakan akibat pembiasan cahaya oleh massa hifa yang berwarna lebih tua dari pada warna kayunya. Untuk pengendalian dapat dilakukan penyemprotan fungisida.

Aspergillus sp, Fusarium sp dan Penicillium sp dapat menyebabkan penyakit pada benih. Sebagian besar jenis cendawan yang menyerang buah dan benih di lapangan memiliki spora yang membutuhkan kelembaban tinggi untuk berkecambah, demikian juga untuk pertumbuhannya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis-jenis cendawan yang didapat pada hasil penelitian tidak semua jenis cendawan merupakan parasit endemik pada pertanaman Eucalyptus. Beberapa cendawan yang diduga patogen bagi

pertanaman Eucalyptus adalah Curvularia sp, Fusarium sp dan Verticillim sp. Fusarium merupakan salah satu jenis cendawan yang menyebabkan kerugian secara ekonomis dan merupakan agen dari berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah busuk akar pada perkecambahan (damping-off), penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada pertanaman Eucalyptus yang mempunyai banyak inang diantaranya Pythium sp, Phytopthora sp, Rhizozoctonia solani. Penyakit ini menyerang pembibitan Eucalyptus dalam skala yang luas dan merupakan penyakit penting pada pembibitan hutan tanaman. Patogen masuk melalui tanah kemudian tumbuh dan berkembang biak pada biji yang dorman di dalam tanah, kompos, atau media tanam lainnya. Cendawan ini merupakan jenis endemik pada pembibitan dan monitoring merupakan kegiatan yang mungkin dilakukan untuk meminimalisir serangan. Curvularia sp merupakan patogen endemik pada pertanaman Eucalyptus sp. Cendawan ini biasanya banyak ditemukan pada negara-negara beriklim sedang, sedangkan pada negara beriklim tropis jarang sekali ditemukan terkecuali pada daerah yang pertumbuhan Eucalyptus nya luas. Cendawan ini menyebabkan penyakit bercak daun pada pertanaman Eucalyptus namun hanya pada tingkat semai dan pancang saja (Old dkk, 2003).

Verticillium juga merupakan parasit endemik pada pertanaman Eucalyptus. cendawan ini menyebabkan penyakit layu. Hidup pada daerah tropik, subtropik dan wilayah yang bersuhu hangat, diantaranya Brazil, China, Indonesia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Afrika Utara, Uganda dan Australia. Patogen ini masuk melalui tanah, dan dan gejala penyakit berkembang lambat setelah dilakukan pemangkasan. Efek dari penyakit ini adalah pohon-pohon terlihat seperti roboh

dan layu, daun-daun berguguran, batang mati dan pertumbuhan terhenti (Old dkk, 2003).

Dokumen terkait