• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan keuangan neraca per 31 Desember 2007 sampai per 31 Desember 2013, dan untuk Laporan Laba Rugi adalah per 31 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2013 yang sumber data berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia.

Berikut ini merupakan hasil dari rekapitulasi data yang diperoleh selama periode penelitian, yang ditabulasikan dalam bentuk table :

1. Return On Assets (ROA) (X1)

Return On Assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode latihan, mengenai ROA dapat disajikan pada table 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rekapitulasi ROA periode 2007 -2013

NO NAMA PERUSAHAAN PERIODE PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 0.02 0.02 0.03 0.04 0.03 0.03 0.04 2 SSIA 0.01 -0.01 0.01 0.05 0.09 0.15 0.13 3 DGIK 0.06 0.04 0.04 0.04 0.01 0.03 0.03 4 TOTL 0.04 0.01 0.04 0.05 0.07 0.09 0.10 5 WIKA 0.03 0.03 0.03 0.05 0.05 0.05 0.05 Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan table 4.1 dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. ROA pada PT. Adhi Karya mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Pada tahun 2008 ROA PT. Adhi Karya hampir sama dengan nilai ROA tahun 2007, hanya turun sebesar 0,06. penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan laba bersih yang cukup signifikan ditahun 2008. sementara kenaikan aset ditahun 2008 tidak begitu signifikan.

b. Pada tahun 2009 ROA meningkat dari 0,02% menjadi 0,03%, peningkatan ini dikarenakan adanya peningkatan laba bersih yang cukup signifikan yaitu sebesar 103% dari Rp. 81.482.495.008 menjadi Rp. 165.529.733.252. selain itu total aset juga mengalami peningkatan yang tidak signifikan yaitu sebesar 10% dari Rp. 5.125.368.541.520 menjadi Rp. 5.629.454.335.393. peningkatan ini dikarenakan adanya peningkatan pada pos tagihan bruto pemberi kerja - pihak yang mempunyai hubungan istimewa, pajak dibayar dimuka, beban ditangguhkan dan investasi dalam pelaksanaan.

c. ROA di tahun 2010 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan adanya penurunan pada tagihan bruto pemberi kerja-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, pajak dibayar dimuka, serta beban yang ditangguhkan mengalami penurunan.

d. ROA pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,03%, hal ini dikarenakan menurunnya jumlah piutang usaha dan piutang lain-lain kepada pihak ketiga

e. ROA pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari sebesar 0,03% menjadi 0,04%, hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah aktiva pajak tangguhan dari Rp. 18.775.827.497 menjadi Rp. 50.047.081.779

2. ROA pada PT. Surya Semesta Internusa mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. ROA pada tahun 2008 mengalami penurunan yang semula 0,01% di tahun 2007 menjadi -0,01%, hal ini dikarenakan PT. Surya Semesta Internusa mengalami kerugian sebesar Rp. 11.704.219.062

b. .pada tahun 2009 ROA meningkat menjadi 0,01% karena kerugian yang dialami di tahun sebelumnya berubah menjadi laba pada tahun 2009 sebesar Rp. 17.598.623.843.

c. ROA pada tahun 2010 hingga 2012 secara berangsur-angsur meningkat, mulai dari 0,05%, 0,09%, dan 0,15%, hal ini dikarenakan jumlah total aset yang semakin meningkat, dan jumlah laba bersih yang meningkat juga.

d. ROA pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 0,13%, hal ini dikarenakan total asset pada tahun 2013 menurun dari tahun

sebelumnya, karena terdapat beberapa pos pada aset tetap yang mengalami penurunan

3. ROA pada PT. Duta Graha Indah mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. ROA pada tahun 2008 menurun dari sebesar 0,06% menjadi 0,04%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang diperoleh oleh PT. Duta Graha Indah menurun dari sebesar Rp. 76.276.744.800 menjadi Rp. 60.835.789.741

b. ROA dari tahun 2008 hingga 2010 yang diperoleh PT. Duta Graha Indah stabil yaitu sebesar 0,04%, hal ini disebabkan oleh jumlah laba bersih yang dihasilkan dan jumlah total aset yang diperoleh stabil / tidak mengalami fluktuatif.

c. Pada tahun 2011, ROA PT. Duta Graha Indah menurun menjadi 0,01%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang menurun, dan jumlah total aset yang juga menurun. jumlah aset yang menurun dikarenakan turunnya jumlah aset pada pos aset tidak lancar.

d. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 0,03%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih meningkat tinggi dari Rp. 8.003.684.101 menjadi Rp. 47.491.375.819 dan juga jumlah aset yang meningkat e. ROA ditahun 2013 stabil / sama seperti 2013, yaitu sebesar 0,03%,

hal ini disebabkan stabilnya jumlah aset dan laba bersih yang diperoleh.

4. ROA pada PT. Total Bangun Persada mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. ROA pada tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya dari sebesar 0,04% menjadi 0,01%, hal ini dikarenakan laba bersih yang diperoleh PT. Total Bangun Persada yang menurun dari Rp. 53.612.559.086 menjadi Rp. 17.383.322.541 b. ROA pada tahun 2009 kembali meningkat kembali menjadi 0,04%,

hal ini dikarenkan total laba bersih yang diperoleh meningkat kembali menjadi Rp. 52.030.426.029 dan jumlah total aset yang stabil.

c. Pada tahun 2010 hingga 2013, ROA yang diperoleh meningkat, dari 0,05%, 0,07%, 0,09%, dan 10%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang selalu meningkat, dan jumlah total aset yang stabil.

5. ROA pada PT. Wijaya Karya mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2013 karena

a. ROA yang diperoleh PT. Wijaya Karya dari tahun 2007 hingga 2013 mengalami peningkatan, dan tidak fluktuatif, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih dan jumlah total aset yang stabil meningkat.

2. Return On Equity (ROE) (X2)

Return on equity menunjukkan kemampuan investasi yang dilakukan oleh pemegang saham dalam menghasilkan keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan selama periode penelitian mengenai Return On Equity, dapat disajikan pada table 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Rekapitulasi ROE periode 2007 - 2013

NO NAMA PERUSAHAAN PERIODE PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 0.62 0.45 0.92 1.06 1.01 1.19 2.28 2 SSIA 0.02 -0.02 0.03 0.20 0.46 1.26 1.27 3 DGIK 0.14 0.11 0.12 0.13 0.01 0.09 0.12 4 TOTL 0.19 0.06 0.19 0.24 0.36 0.53 0.63 5 WIKA 0.22 0.27 0.32 0.47 0.67 0.83 1.02 Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan table 4.2 dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. ROE pada PT. Adhi Karya mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Pada tahun 2008 ROE mengalami penurunan nilai dari 0,62% menjadi 0,45% karena nilai NPM mengalami penurunan dikarenakan pada tahun 2008 laba bersih mengalami penurunan. b. Pada tahun 2009 dan 2010 nilai ROE mengalami peningkatan yaitu

sebesar 0,92% dan 1,06%. Peningkatan ROE tersebut karena jumlah laba bersih yang meningkat, serta nilai NPM mengalami peningkatan

c. ROE di tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 1,06% menjadi 1,01%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang menurun karena jumlah beban yang meningkat, seperti dalam pos beban administrasi dan umu, beban penjualan, beban penyisihan penurunan nilai piutang, dan beban lain-lain.

d. ROE pada tahun 2012 dan 2013 meningkat sebesar 1,19% dan 2,28%, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang meningkat. hal ini dikarenakan salah satunya pada tahun 2013 laba selisih kurs - bersih mengalami peningkatan.

2. ROE pada PT. Surya Semesta Internusa mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. ROE pada PT. Surya Semesta Internusa mengalami penurunan karena pada tahun 2008 perusahaan mengalami kerugian, perusahaan mencatat kerugian tersebut karena penurunan nilai investasi saham sebesar Rp. 4.541.551.056, hal ini dikarenakan perusahaan memiliki investasi saham dengan kepemilikan sebesar 48,05% pada SAI (PT. Surya Anindita International) yang mengalami kerugian. Oleh karena itu pada tahun 2008 perusahaan berusaha menambah jumlah ekuitas dari Rp. 474.319.500.000 menjadi 588.156.180.000.

b. ROE dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan secara terus menerus, karena NPM dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan secara terus menerus, hal ini dikarenakan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya meningkat dan beban – beban yang dimiliki menurun, terutama beban langsung. 3. ROE pada PT. Duta Graha Indah mengalami fluktuatif dari tahun 2007

a. ROE pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,03% dari tahun sebelumnya, menjadi 0,11%. hal ini jumlah laba bersih yang diperoleh menurun, dikarenakan beban kontrak yang meningkat, mulai dari beban kontrak pemakaian material, beban kontrak proyek tidak langsung, serta yang paling tinggi adalah beban kontrak sub kontraktor.

b. ROE di tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan karena laba bersih yang diperoleh meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan laba proyek kerjasama mengalami peningkatan disertai dengan peningkatan laba selisih kurs yang cukup signifikan c. Pada tahun 2011 ROE mengalami penurunan karena jumlah laba

bersih yang diperoleh menurun dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan perusahaan mengalami penurunan laba proyek kerjasama operasi serta meningkatnya beban usaha.

d. ROE pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh meningkat serta beban pokok yang mengalami penurunan, sehingga laba bersih mengalami peningkatan

4. ROE pada PT. Total Bangun Persada mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. ROE di tahun 2008 mengalami penurunan karena laba bersih yang menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari Rp. 53.612.559.086, menjadi Rp. 17.383.322.541, hal ini karena beban pokok dan laba

proyek kerjasama operasi mengalami penurunan, dan beban yang meingkat.

b. ROE dari tahun 2009 hingga 2013 meningkat secara terus menerus, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang selalu meningkat, sertta perusahaan menambah jumlah ekuitas dari sebesar Rp. 275.000.000.000 menjadi 341.000.000.000.

5. NPM pada PT. Wijaya Karya mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2013 karena

a. ROE pada PT. Wijaya Karya mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan jumlah laba bersih yang meningkat setiap tahun, dan perusahaan menambah jumlah ekuitas dari sebesar Rp. 584.636.750.000 menjadi Rp. 600.154.050.000 ditahun 2010, dan menjadi Rp. 602.726.750.000 ditahun 2011, dan bertambah menjadi Rp. 610.562.750.000 ditahun 2012 dan terakhir ditahun 2013 sebesar Rp. 613.996.800.000

3. Net Profit Margin (NPM) (X3)

Net Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode latihan, mengenai NPM dapat disajikan pada table 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi NPM periode 2007 - 2013 NO NAMA PERUSAHAAN PERIODE PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 0.02 0.01 0.02 0.03 0.03 0.03 0.04 2 SSIA 0.01 -1.00 0.01 0.07 0.09 0.21 0.16 3 DGIK 0.08 0.04 0.05 0.05 0.01 0.04 0.05 4 TOTL 0.04 0.01 0.03 0.05 0.08 0.10 0.09 5 WIKA 0.03 0.02 0.03 0.05 0.05 0.05 0.05 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan table 4.3 dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. NPM pada PT. Adhi Karya mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Pada tahun 2008 NPM mengalami penurunan dikarenakan pada tahun 2008 laba bersih mengalami penurunan. Penurunan laba bersih tersebut jika dilihat dari analisis common size dikarenakan adanya peningkatan pada beban pokok proyek, rugi selisih kurs dan beban penyisihan serta adanya penurunan laba proyek kerjasama.

b. Pada tahun 2009 NPM mengalami peningkatan dikarenakan ditahun 2009 beban penyisihan berkurang signifikan dari -2,2% menjadi -0,7%. Hal ini disebabkan karena beban penyisihan piutang usaha ditahun 2008 sebesar Rp. 42.238.969.077 menjadi sebesar Rp. 3.705.634.328. beban penyisihan atas tagihan bruto juga mengalami penurunan signifikan dari Rp. 84.323.252.150 menjadi Rp. 47.263.167.362. Penurunan nilai investasi di tahun

2008 sebesar Rp. 13.877.790.000, ditahun 2009 tidak ada penurunan nilai investasi.

c. Pada tahun 2010 NPM mengalami peningkatan dikarenakan pada tahun 2010 laba bersih mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan terjadi penurunan pada beban pokok pendapatan jasa konstruksi dari Rp. 6.607.785.895.595 pada tahun 2009 menjadi Rp. 3.724.220.795.201 di tahun 2010.

d. NPM pada tahun 2011 dan 2012 tidak mengalami perubahan, sama seperti di tahun 2010. Laba bersih pada tahun 2011 sebesar Rp. 182.692.722.038, penjualan sebesar Rp. 6.695.112.327.923. Laba bersih pada tahun 2012 sebesar Rp. 213.651.124.618 dan penjualan sebesar Rp. 7.627.702.794.424.

e. NPM pada tahun 2013 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan laba selisih kurs - bersih mengalami peningkatan, dari pada tahun 2012 sebesar Rp. 17.862.052.843 menjadi Rp. 110.166.380.494. perubahan selisih kurs tersebut dikarenakan pada tahun 2012 nilai tukar mata uang Dollar Amerika sebesar Rp. 9.670 menjadi Rp. 12.189.

2. NPM pada PT. Surya Semesta Internusa mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. NPM pada tahun 2008 mengalami penurunan, karena perusahaan mencatat kerugian penurunan nilai investasi saham sebesar Rp. 4.541.551.056, hal ini dikarenakan perusahaan memiliki investasi

saham dengan kepemilikan sebesar 48,05% pada SAI (PT. Surya Anindita International) yang mengalami kerugian.

b. NPM dari tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan secara terus menerus, hal ini dikarenakan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya meningkat dan beban – beban yang dimiliki menurun, terutama beban langsung.

3. NPM pada PT. Duta Graha Indah mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. NPM pada tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2007, hal ini dikarenakan beban kontrak yang meningkat, mulai dari beban kontrak pemakaian material, beban kontrak proyek tidak langsung, serta yang paling tinggi adalah beban kontrak sub kontraktor. b. NPM di tahun 2009 mengalami peningkatan karena laba proyek

kerjasama mengalami peningkatan disertai dengan peningkatan laba selisih kurs yang cukup signifikan

c. Pada tahun 2011 NPM mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan laba proyek kerjasama operasi serta meningkatnya beban usaha.

d. NPM pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh meningkat serta beban pokok yang mengalami penurunan, sehingga laba bersih mengalami peningkatan

4. NPM pada PT. Total Bangun Persada mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. NPM di tahun 2008 mengalami penurunan karena beban pokok dan laba proyek kerjasama operasi mengalami penurunan, dan beban yang meingkat.

b. NPM dari tahun 2009 hingga 2012 meningkat, dari 0.03%, 0.05%, 0.08%, dan 0.10%, hal ini dikarenakan pendapatan yang meningkat serta beban pokok dan beban usaha yang stabil, sehingga laba yang dihasilkan meningkat

c. NPM pada tahun 2013 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh menurun dan beban pokok serta beban usaha yang meningkat.

5. NPM pada PT. Wijaya Karya mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena

a. NPM pada tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya karena harga pokok penjualan yang menurun serta beban penjualan yang meningkat

b. NPM pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan pada laba selisih kurs, serta pada tahun 2010 hingga 2013 memiliki NPM yang stabil

5. Pertumbuhan Laba (Y)

Pertumbuhan laba adalah merupakan kenaikan atau penurunan laba dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai pertumbuhan laba dapat disajikan pada table 4.4 sebagai berikut :

Table 4.4 Rekapitulasi Pertumbuhan Laba Periode 2007-2013

NO NAMA PERUSAHAAN PERIODE PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 ADHI 0.17 -0.27 1.03 0.15 -0.04 0.17 0.92 2 SSIA -0.46 -2.00 -2.50 5.57 1.36 1.71 0.01 3 DGIK 1.46 -0.02 0.10 0.06 -0.89 4.93 0.39 4 TOTL -0.42 -0.68 1.99 0.55 0.53 0.47 0.17 5 WIKA 0.38 0.21 0.21 0.51 0.41 0.27 0.23 Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan table 4.4 dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Laba pada PT. Adhi Karya mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Pada tahun 2007, laba yang diperoleh sebesar Rp.

111.601.000.000, sedangkan di tahun 2008 Rp. 81.482.495.008. Penurunan dikarenakan adanya peningkatan pada beban pokok proyek, rugi selisih kurs dan beban penyisihan serta adanya penurunan laba proyek kerjasama.

b. Pada tahun 2009, pertumbuhan laba mengalami peningkatan, yang sebelumnya Rp. 81.482.495.008, menjadi Rp. 165.529.733.252. laba bersih mengalami peningkatan dikarenakan ditahun 2009 beban penyisihan berkurang signifikan dari -2,2% menjadi -0,7%.

Dan beban penyisihan atas tagihan bruto juga mengalami penurunan

c. Pertumbuhan laba Pada tahun 2010 mengalami peningkatan dikarenakan pada tahun 2010 laba bersih mengalami peningkatan. Yang semula laba bersih Rp. 165.529.733.252, ditahun 2010 menjadi Rp. 190.193.5662.343. Hal ini disebabkan terjadi penurunan pada beban pokok pendapatan jasa konstruksi dari Rp. 6.607.785.895.595 pada tahun 2009 menjadi Rp. 3.724.220.795.201 di tahun 2010.

d. Pertumbuhan laba pada tahun 2011 mengalami penurunan, laba bersih PT. Adhi Karya pada tahun tersebut adalah Rp. 182.692722.038. Hal ini dikarenakan jumlah beban yang diperoleh pada tahun 2011 meningkat.

e. Pertumbuhan laba pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan laba selisih kurs - bersih mengalami peningkatan, dari pada tahun 2012 sebesar Rp. 17.862.052.843 menjadi Rp. 110.166.380.494. perubahan selisih kurs tersebut dikarenakan pada tahun 2012 nilai tukar mata uang Dollar Amerika sebesar Rp. 9.670 menjadi Rp. 12.189.

2. Pertumbuhan laba pada PT. Surya Semesta Internusa mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Pada tahun 2008 mengalami penurunan, karena perusahaan mencatat kerugian penurunan nilai investasi saham sebesar Rp.

4.541.551.056, hal ini dikarenakan perusahaan memiliki investasi saham dengan kepemilikan sebesar 48,05% pada SAI (PT. Surya Anindita International) yang mengalami kerugian.

b. Pertumbuhan laba pada tahun 2009 sebesar -2,50%, hal ini dikarenakan rugi yang diperoleh pada tahun sebelumnya. sedangkan pada tahun 2009, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp. 17.598.623.843.

c. Pertumbuhan laba di tahun 2010 meningkat tinggi, yang sebelumnya Rp. 17.598.623.843 di tahun 2009, menjadi 115.588.154.217 pada tahun 2010. Pertumbuhan tersebut dikarenakan oleh jumlah pendapatan yang meningkat

d. Pada tahun 2011 dan 2012, laba bersih meningkat Rp. 272.758.950.923 dan Rp. 739.521.918.887 meningkat 1,36% dan 1,71% dari tahun - tahun sebelumnya

e. Di tahun 2013 laba bersih meningkat 0,01% dari Rp. 739.521.918.887 menjadi Rp. 746.549.004.643.

3. Pertumbuhan laba pada PT. Duta Graha Indah mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Laba pada tahun 2008 mengalami penurunan dari tahun 2007, hal ini dikarenakan beban kontrak yang meningkat,

b. Pada tahun 2009 laba meningkat 0,10%, hal ini dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan karena laba proyek kerjasama

mengalami peningkatan disertai dengan peningkatan laba selisih kurs yang cukup signifikan

c. Di tahun 2010, laba bersih meningkat dari tahun sebelumnya, yang semula Rp. 66.743.636.441, menjadi Rp. 70.542.159.376, tumbuh 0,06%.

d. Pada tahun 2011 pertumbuhan laba mengalami penurunan menjadi -0,89%. Penurunan laba tersebut disebabkan oleh penurunan laba proyek kerjasama operasi serta meningkatnya beban usaha.

e. Pada tahun 2012 dan 2013 laba bersih yang diperoleh meningkat tiap tahunnya, di tahun 2012 laba bersih sebesar Rp. 47.491.375.819, dan di tahun 2013 sebesar Rp. 66.105.835.017. pertumbuhan laba meningkat pada tahun 2012 sebesar 4,93% dan di tahun 2013 sebesar 0,39%. hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh meningkat serta beban pokok yang mengalami penurunan, sehingga laba bersih mengalami peningkatan

4. Pertumbuhan laba pada PT. Total Bangun Persada mengalami fluktuatif dari tahun 2007 sampai 2013 karena:

a. Laba bersih di tahun 2008 mengalami penurunan karena beban pokok dan laba proyek kerjasama operasi mengalami penurunan, dan beban yang meningkat. Sehingga pertumbuhan laba menurun (0,68%).

b. Pertumbuhan laba di tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 52.030.426.029, meningkat 1,99% dari tahun sebelumnya. hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh meningkat.

c. Laba bersih di tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 80.772.332.027 meningkat0,55% hal ini dikarenakan pendapatan yang meningkat serta beban pokok dan beban usaha yang stabil, sehingga laba yang dihasilkan meningkat

d. Pertumbuhan laba ditahun 2011 meningkat 0,53% dari tahun sebelumnya, dengan selisih Rp. 42.742.217.870 dari tahun sebelumnya.

e. Laba bersih di tahun 2012 sebesar Rp. 181.718.244.928, meningkat 0,47%. Hal ini dikarenakan beban pokok yang menurun pada tahun 2012.

f. Pertumbuhan laba pada tahun 2013 meningkat 0,17% dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan beban pokok serta beban usaha yang meningkat.

5. Pertumbuhan laba pada PT. Wijaya Karya mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai 2013 karena

a. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2007 sebesar Rp. 129.138.907.000

b. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2008 sebesar Rp. 156.034.395.000 meningkat 0,21% karena beban pokok yang diperoleh menurun

c. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2009 sebesar Rp. 189.222.076.000 meningkat 0,21% stabil seperti tahun sebelumnya d. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2010 sebesar Rp.

284.922.192.000 meingkat 0,51% karena jumlah pendapatan yang diterima meningkat

e. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2011 sebesar Rp. 401.827.929.000 meningkat sebesar 0,41% dari tahun sebelumnya f. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2012 sebesar Rp.

508.763.662.000, meningkat 0,27% dari tahun sebelumnya, karena jumlah pendapatan dan beban yang cukup besar

g. Laba bersih yang diperoleh di tahun 2013 sebesar Rp. 624.371.679.000, meningkat 0,23% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.508.763.662.000

4.3 UJI ASUMSI KLASIK

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model análisis yang tepat. Data yang digunakan sebagai model regresi berganda dalam menguji hipotesis haruslah menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik.

Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS), merupakan model yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Menurut Santosa

dan Ashari (2005:231-245) kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Multikolinieritas

Uji mutikolinearitas ini merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis regresi berganda. Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala multikolinearitas adalah gejala korelasi antar variabel independen (Santoso dan Ashari, 2005 : 238). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model dengan menggunakan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel bebasnya Dan jika nilainya tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2007:91-92).

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Data

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 1.555 .364 4.270 .146

ROA -13.874 6.014 -.812 -2.307 .260 .541 1.847

ROE -.807 .218 -1.142 -3.702 .168 .704 1.420

NPM -3.020 1.571 -.635 -1.923 .305 .615 1.627

a. Dependent Variable: LABA

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance dan VIF yang masing-masing memenuhi syarat untuk tidak terjadinya multikolinieritas, yaitu semua nilai tolerance > 0.10 atau semua nilai

VIF < 10. Oleh sebab itu, model regresi pada penelitian ini tidak terdeteksi adanya multikilinieritas atau saling berkorelasi antar variabel bebas. Sehingga model regresi telah memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinieritas.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatanlain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali, 2006: 125). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006: 126). Dasar analisisnya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006:126) :

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.1 Diagram Pencar Residual

Berdasarkan gambar 4.1, diagram pencar residual di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi pembentukan suatu pola tertentu. Oleh sebab itu, regresi ini terbebas dari kasus heteroskedastisitas dan memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Berikut hasil uji autokorelasi dengan menggunakan program SPSS.

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin - Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .966a .933 .732 .12049 1.530

a. Predictors: (Constant), NPM, ROE, ROA b. Dependent Variable: LABA

Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai

Dokumen terkait