SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Andika Prastyawan
1113215044/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh :
Andika Prastyawan
1113215044/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
Andika Prastyawan 1113215044/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 24 Juli 2014
Pembimbing Utama,
NIP. 19510807 198303 10001
Anggota,
Tantina H. SE, M.Aks
NIP. 3 8002 10 0292 1
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Prof. DR. Syamsul Huda, SE. MT
v
hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Keberhasilan penyusun dan penulis skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku rektorat universitas
pembangunan nasional “veteran” Jawa Timur Surabaya.
2. Bapak Prof. Dr. Syamsul Huda, SE, MT selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis universitas pembangunan nasional “veteran” Jawa Timur Surabaya.
3. Bapak Drs. Ec. H. RA. Suwaidi, MS selaku wakil dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis universitas pembangunan nasional “veteran” Jawa Timur
Surabaya.
4. Bapak DR. Hero Priono, SE, Msi, Ak, CA, selaku kepala program studi
akuntansi Fakultas ekonomi universitas pembangunan nasional “veteran”
Jawa Timur Surabaya.
5. Ibu Dra. Ec. Anik Yuliati, M.AKS selaku dosen pembimbing utama Fakultas
vi
Universitas Pembangunan Nasional, yang telah memberikan bekal ilmu
terhadap penulis selama proses perkuliahan.
8. Ayah dan Ibunda tercinta, yang tiada hentinya memberikan do’a, dukungan,
serta kasih sayang yang berlimpah.
9. Teman Akuntansi yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima sebagai
persyaratan penyelesaian program Sarjana Ekonomi dan dapat berguna bagi
pihak-pihak yang mempergunakannya.
Surabaya, 21 Juli 2014
vii
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan Penyusunan Skripsi... ii
Halaman Persetujuan Ujian Lisan... iii
Halaman Pengesahan Skripsi... iv
Kata Pengantar... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel... x
Daftar Gambar... xi
Daftar Lampiran... xii
Abstrak... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH... 11
1.3 TUJUAN PENELITIAN... 11
1.4 MANFAAT PENELITIAN... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13
2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU... 13
2.2 LANDASAN TEORI... 16
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan... 16
2.2.2 Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan………... 16
2.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan... 18
2.2.4 Tujuan Pelaporan Keuangan………... 18
2.2.5 Jenis Laporan Keuangan... 21
2.2.6 Sifat Laporan Keuangan………... 21
viii
2.2.12 Teori Yang Membahas Penggunaan Rasio Keuangan
dalam memprediksi Laba………... 29
2.2.13 Hubungan Antara variabel independen terhadap variabel dependen……….... 30
2.2.13.1 Hubungan Return on Assets (ROA) Terhadap Pertumbuhan Laba…..……... 30
2.2.13.2 Hubungan Return on Equity (ROE) Terhadap Pertumbuhan Laba…..……... 30
2.2.13.3 Hubungan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Pertumbuhan Laba…..……... 31
2.2.14 Teori Keagenan (Agency Theory)…... 31
2.3 KERANGA PIKIR…... 33
2.4 HIPOTESIS………... 34
BAB III METODE PENELITIAN... 35
3.1 DEFINISI OPERASINAL DAN PENGUKURAN VARIABEL………... 35
3.2 TEKNIK PENENTUAN SAMPEL... 37
3.2.1 Populasi... 37
3.2.2 Sampel... 37
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 38
3.3.1 Jenis Data………... 38
3.3.2 Sumber Data…...………... 38
3.3.3 Pengumpulan Data………... 38
3.4 UJI ASUMSI KLASIK………... 39
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA... 42
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 47
4.1 DESKRISI OBYEK PENELITIAN DATA... 47
4.2 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN... 52
4.3 UJI ASUMSI KLASIK………... 58
4.4 TEKNIK ANALISIS DATA DAN UJI HIPOTESIS... 63
4.4.1 Teknik Analisis Regresi Linear Berganda... 63
4.4.2 Koefisien Determinasi... 65
4.4.3 Uji Hipotesis…………... 66
4.4.3.1 Uji F………... 66
4.4.3.2 Uji t………... 68
4.5 PEMBAHASAN... 70
4.5.1 Implikasi ………... 70
4.5.1 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 71
4.5.3 Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat………... 71
4.5.4 Keterbatasan Penelitian…... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 73
5.1 KESIMPULAN….……….….…... 73
5.2 SARAN..………... 73
x
1.1 Laba Bersih Perusahaan Jasa Konstruksi dan Bangunan yang
Terdaftar di BI Tahun 2010 - 2013………... 9
4.1 Rekapitulasi ROA Periode 2007 – 2013 …….……….…… 52
4.2 Rekapitulasi ROE Periode 2007 – 2013 …….……….…… 54
4.3 Rekapitulasi NPM Periode 2007 – 2013 …….……….…… 55
4.4 Rekapitulasi Pertumbuhan Laba Periode 2007 – 2013 …….…… 57
4.5 Hasil Uji Normalitas……….……….…… 59
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Data……….……….…… 60
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Durbin –Watson….….……….…… 63
4.8 Hasil Koefisien Regresi Linear Berganda…….……….…… 64
4.9 Hasil Koefisien Determinasi…….……….……….…… 66
4.10 Hasil Uji F……….……….…… 67
xi
xiii
Oleh:
Andika Prastyawan
Abstraksi
Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global adalah melalui efisiensi biaya, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kemampuan untuk member respons terhadap berbagai kebutuhan pelanggan guna menghasilkan laba di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan pada dasarnya dilakukan karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Dengan fenomena tersebut, penelitian ini berusaha untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis rasio profitabilitas yang terdiri dari Return On Assets, Return On Equity, dan Net Profit Margin, terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Jasa Konstruksi dan Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Jasa Konstruksi dan Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 - 2013 sebanyak 9 perusahaan.dan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga jumlah sampel yang digunakan menjadi 5 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi linier berganda yang digunakan tidak cocok atau tidak sesuai untuk mengetahui pengaruh Return On Assets (X,), Return On Equity (X1), dan Net Profit Margin(X3), terhadap pertumbuhan laba (Y), sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Return On Assets, Return On Equity, dan Net Profit Margin, terhadap pertumbuhan laba berpengaruh terhadap pertumbuhan laba tidak teruji kebenarannya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif menuntut
setiap perusahaan dapat mengolah dan melaksanakan manajemen perusahaan
menjadi lebih professional. Hal ini dikarenakan munculnya pesaing dalam dunia
usaha dengan jumlah yang banyak, baik pesaing dalam negeri maupun luar negeri.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk dapat
mempertaruhkan kelangsungan usahanya dan melakukan strategi yang tepat agar
dapat bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu strategi yang dilakukan oleh
perusahaan agar dapat bersaing dalam bisnis global melalui efisiensi biaya,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan
kemampuan untuk member respons terhadap berbagai kebutuhan pelanggan.
Strategi-strategi tersebut dapat memicu kinerja manajemen menjadi semakin baik,
karena umumnya masyarakat luas mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.
PSAK No. 25 tahun 2009 menyatakan bahwa laba dapat dilihat pada laporan laba
rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan untuk
melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan saat periode tertentu.
Laba (penghasilan bersih) dapat menunjukkan kenaikan manfaat ekonomi
selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva
berasal dari kontribusi penanaman modal. Laba perusahaan diperlukan untuk
kepentingan kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang tidak mampu
dalam mendapatkan laba akan menyebabkan tidak berkembangnya perusahaan
dalam perekonomian. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan
kegiatan operasional yang didukung oleh adanya sumber daya.
Suatu kinerja dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan akan memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya. Hal ini
sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 tahun 2009 yang
menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya kepada pemilik perusahaan atas kinerja yang telah
dicapainya. Laporan keuangan juga merupakan laporan akuntansi utama untuk
memberi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat
analisa ekonomi dan peramalan pada masa yang akan datang.
Pihak-pihak yang berkepentingan, baik yang berasal dari internal maupun
eksternal perusahaan akan memanfaatkan laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Sebelum digunakan untuk membuat keputusan, salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi agar laporan keuangan tersebut dapat dianalisis
yaitu informasi dalam laporan keuangan harus relevan dan dapat dipercaya.
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka
di masa lalu.
Laporan keuangan menjadi lebih berarti apabila dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak, oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat
dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang
diharapkan benar – benar tepat pula. Teknik analisis yang biasa digunakan adalah
analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap, 2010:297).
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang menunjukkan hubungan diantara
pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos – pos antara laporan
keuangan neraca dan laporan laba rugi. Hasil analisis rasio keuangan dapat
digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam pencapaian target (laba)
yang telah ditetapkan dan kemampuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif.
Analisis rasio keuangan pada dasarnya dilakukan karena ingin mengetahui
tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu
perusahaan. Analisis laporan keuangan memfokuskan pada perhitungan rasio –
rasio keuangan untuk mengevaluasi keadaan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan
memproyeksikan hasil di masa mendatang. Analisis rasio merupakan alat analisis
oleh perusahaan di bidang keuangan. Oleh karena itu rasio keuangan dapat dilihat
pengaruhnya terhadap perubahan laba, yang dihitung berdasarkan informasi yang
ada di dalam laporan keuangan.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen apakah
mencapai target seperti yang telah ditetapkan sehingga dapat menilai kemampuan
manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif
(Kasmir, 2013:104). Dengan demikian Rasio – rasio keuangan sebagai salah satu
informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan
atau laba di masa mendatang. Perubahan indikator kinerja keuangan itu akan
mempengaruhi kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya, seperti kebijakan
mengenai dividen, pembayaran utang, penyisihan, investasi, dan menjaga
kelangsungan kegiatan perusahaan.
Perusahaan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan laba, dengan
demikian perusahaan dapat menjaga kelancaran kelangsungan kegiatan
perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Penggunaan laba dapat
sebagai pengukuran efisiensi manajemen, membantu meramalkan arah masa
depan dari perusahaan atau pembagian dividen masa depan, serta dapat digunakan
sebagai pengukuran pencapaian dan pedoman untuk keputusan manajerial masa
depan (Hendriksen, 2001:331).
Laba pada umumnya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh
suatu perusahaan sehingga laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan investasi dan prediksi untuk meramalkan perubahaan laba yang akan
dipastikan, oleh karena itu perlu adanya prediksi perubahan laba. Pemegang
saham dan kreditor pada umumnya mendambakan laba yang cenderung
meningkat secara stabil dalam jangka yang panjang dan tidak menginginkan
pertumbuhan laba yang tidak stabil (Lesmana, 2003:97).
Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba per tahun.
Perubahan laba yang tinggi mengindikasikan laba yang diperoleh perusahaan
tinggi, sehingga tingkat pembagian deviden perusahaan tinggi pula. Maka dari
itu, perubahan laba akan mempengaruhi keputusan investasi para investor
yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan
investor mengharapkan dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan akan
memperoleh tingkat pengembalian tinggi.
Memprediksi perubahan laba, dapat diketahui prospek perusahaan tersebut
dan mampu untuk memprediksi dividen yang akan diterima di masa mendatang,
serta berkaitan dalam kemampuan perusahaan untuk tetap lancar menjalankan
usahanya dengan berbagai kewajiban yang menjadi beban perusahaan tersebut.
Informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang,
memprediksi laba, dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit.
Penulis mencoba menguji kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi
perubahan laba dengan menggunakan jenis – jenis rasio yang terdapat dalam
rasio pofitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. (Kasmir, 2013:196)
Dalam praktiknya, jenis – jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan
adalah (Kasmir, 2013:199)
a. Profit margin (profit margin on sales)
b. Return on invesment / Return on Asset (ROA)
c. Return on Equity (ROE)
d. Laba per lembar saham
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio profit margin yang berupa
Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity
(ROE) untuk mengetahui pertumbuhan laba.
Rasio keuangan dapat dijadikan sebagai prediktor perubahan laba di
masa yang akan datang, temuan ini tentu merupakan pengetahuan yang
cukup berguna bagi para pemakai laporan keuangan yang secara real
maupun potensial berkepentingan dengan suatu perusahaan. Sebaliknya, jika
rasio keuangan ternyata tidak cukup signifikan dalam memprediksi perubahan
laba masa yang akan datang, hasil penelitian ini akan memperkuat bukti
tentang inkonsistensi temuan-temuan empiris sebelumnya.
Pentingnya perubahan laba pada suatu perusahaan, membuat manajemen
perusahaan berlomba – lomba untuk bersaing memperoleh laba yang tinggi
setiap tahunnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai rasio Profitabilitas yang terdiri dari Return On Assets (ROA), Return
On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)
dengan meningkatnya permintaan domestik yang terlihat dari konsumsi
rumah tangga yang meningkat dari 4,9% menjadi 5,4% pada tahun 2012.
Kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh
berbagai faktor positif, terutama berupa peningkatan pendapatan masyarakat
(Kominfo Newscenter). Seiring dengan kondisi tersebut, memicu setiap
industri untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Untuk
dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi, setiap industri harus memliki
ketersediaan bahan baku yang memadai.
Bisnis real estate di Indonesia dalam dekade terakhir mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kwanda (2012) menyatakan bahwa tingkat
penjualan sektor properti berupa real estate di Indonesia diperkirakan mampu
tumbuh hingga 12% di tahun 2012. Sama halnya dengan Perusahaan Jasa
Konstruksi dan Bangunan yang ada di Indonesia, perusahaan tersebut mengalami
perkembangan yang baik, disamping perusahaan tersebut terdapat proyek dalam
pembangunan dalam sektor real estate sendiri atau pembangunan lainnya, juga
karena banyak perusahaan real estate menggunakan jasa perusahaan Jasa
Konstruksi dan Bangunan dalam pembangunan/proyek yang sedang dikerjakan
oleh perusahaan real estate. Perkembangan ini dapat dilihat secara fisik dari
banyaknya pembangunan perumahan dan apartemen, terutama di kota-kota besar
di Indonesia, dan banyaknya tawaran sistem kepemilikan rumah yang semakin
mudah dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat dalam bentuk KPR (Kredit
Perumahan Rakyat). Selain real estate hunian, berupa rumah dan apartemen,
perbelanjaan, kondominium, dan gedung perkantoran juga mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Pembangunan kota yang dilakukan oleh
pemerintah setempatpun juga menggunakan jasa konstruksi dan bangunan dalam
membangun dan menata kota mereka.
Masyarakat Indonesia mulai memandang sebagai sebuah bisnis dan investasi
yang menguntungkan. Pesatnya bisnis tersebut juga didorong oleh kebutuhan
pokok manusia berupa papan, selain sandang dan pangan. Berdasarkan hasil
sensus penduduk di tahun 2010, sedikitnya terdapat 13 juta kepala keluarga atau
sekitar 23% dari total keseluruhan kepala keluarga di Indonesia yang belum
memiliki rumah pribadi (Kusumaputra, 2011 dan Satria, 2012).
Potensi usaha jasa konstruksi sangat berperan dalam kegiatan perekonomian,
khususnya dalam kegiatan pembangunan. Baik pembangunan sarana umum,
pembangunan gedung maupun pembangunan lainnya. Dengan adanya industri
jasa konstruksi akan memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga
kerja yang memiliki keahlian dibidang industri jasa konstruksi dan bangunan,
dengan tersedianya lapangan pekerjaan maka akan menciptakan pendapatan bagi
tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran. Secara prospektif keberadaan
industri jasa konstruksi baik skala kecil, menengah, maupun skala besar
mempunyai nilai strategik bagi Indonesia, mengingat proporsi perannya cukup
besar dan menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
pelaksanaan suatu proyek dan pembangunan.
Maraknya pembangunan ini menandakan bahwa terdapat pasar yang cukup
bagi para investor, yang kemudian meresponnya dengan membeli saham
perusahaan Jasa Konstruksi dan Bangunan di pasar modal karena kemungkinan
memiliki laba yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Dengan berkembangnya dan banyaknya proyek – proyek yang dikerjakan
perusahaan jasa konstruksi dan bangunan, apakah laba perusahaan tersebut juga
ikut berkembang? berikut ini disajikan data mengenai perkembangan Laba Bersih
Perusahaan Jasa dan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2010 - 2013.
Tabel 1.1 Laba Bersih Perusahaan Jasa Konstruksi dan Bangunan yang terdaftar di BEI Tahun 2010 -2013
(Dinyatakan dalam Ratusan Ribu Rupiah)
NO
Sumber : Data diolah
Sesuai dengan data yang disajikan dalam Tabel 1.1, laba bersih perusahaan
jasa konstruksi dan bangunan sebagian mengalami fluktuasi dan sebagian
1. DGIK (PT. Duta Graha Indah) memiliki laba bersih tinggi pada tahun
2010, namun turun drastis pada tahun 2011, dari Rp. 70.542 (dalam
Ratusan Ribu) turun menjadi Rp. 7.993 (dalam Ratusan Ribu) di tahun
2011. Namun mulai meningkat pada tahun selanjutnya.
2. SSIA (PT. Surya Semesta Internusa) mengalami peningkatan laba dari
tahun 2010 hingga 2012, namun pada tahun 2013 laba bersih mengalami
penurunan.
3. ADHI (PT. Adhi Karya), PTPP (PT. Pembangunan Perumahan), TOTL
(PT. Total Bangun Persada), dan WIKA (PT. Wijaya Karya) Mengalami
penigkatan laba bersih dari tahun 2010, hingga 2013.
Terjadinya fluktuasi ini dapat disebabkan oleh respon dan reaksi yang
berbeda-beda dari setiap investor terhadap informasi-informasi yang terdapat di
pasar. Informasi-informasi ini dapat bersumber dari kondisi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Para investor berkepentingan terhadap informasi laporan
keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan peranan
modalnya apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan diperoleh
keuntungan atau rate of return yang cukup baik
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu
sebagai berikut :
a. Apakah rasio Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba pada perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
b. Apakah rasio Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba pada perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
c. Apakah rasio Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menguji, dan membuktikan secara empiris pengaruh dari rasio
Return On Assets (ROA) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan jasa
konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk menguji, dan membuktikan secara empiris pengaruh dari rasio
Return on Equity (ROE) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan jasa
konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Untuk menguji, dan membuktikan secara empiris pengaruh dari rasio Net
konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari basil penelitian ini ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan
prospek masa depan perusahaan dalam. menghasilkan laba di masa mendatang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
di dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan jasa konstuksi dan
bangunan di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan khasanah
perpustakaan, bahan referensi, dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut,
yang berhubungan dengan masalah yang ada.
4. Bagi Peneliti
Sebagai langkah kongkrit untuk penerapan ilmu berdasarkan teori yang
selama ini didapat, serta dapat menambah pengetahuan tentang kondisi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian mengenai analisis rasio dari peneliti terdahulu untuk
mengevaluasi pertumbuhan laba yang relevan untuk dikaji dalam penelitian sudah
pernah dilakukan diantaranya:
a. Siswati S.A (2011) meneliti pertumbuhan laba pada perusahaan trade retail
yang terdaftar di bursa efek indonesia dengan menggunakan rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat adanya pengaruh
dari rasio keuangan yang terdiri dari Return on Asset, Return on Equity, Net
Profit Margin, dan Total Asset turnover terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan trade retail yang terdaftar di bursa efek, sehingga hipotesis
penelitian tidak teruji kebenarannya.
b. Widiasih (2006) melakukan analisis rasio keuangan dalam memprediksi
perubahan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
jakarta. Hasilnya hanya dua variabel independen yang berbengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen yaitu variabel GPM dan leverage.
Sedangkan untuk ke empat variabel independen lainnya yaitu EPS, PER,
perputaran persediaan, dan perputaran aktiva tetap tidak pengaruh secara
parsial terhadap perubahan laba.
Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba : Suatu Studi
Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Penelitian ini menguji manfaat rasio keuangan capital, assets, earnings, dan
liquidity dalam memprediksi pertumbhan laba perusahaan perbankan.
Jumlah sampel yang diperoleh untuk tahun buku 1990 sampai dengan tahun
1992 adalah sebanyak 15 perusahaan, sedangkan jumlah sampel untuk tahun
buku 1993 sampai dengan tahun 1996 adalah 22 perusahaan. Penelitian
tersebut menggunakan analisis regresi dan Analysis of Moment Structures.
Hasil analisis AMOS (Analysis of Moment Structures) menunjukkan bahwa
construct rasio keuangan capital, assets, earnings, dan liquidity signifikan
dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan perbankan untuk periode
satu tahun ke depan. Sedangkan untuk periode dua tahun kedepan
ditemukan kenyataan bahwa rasio keuangan tingkat individual tidak
signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba.
d. Purnawati (2005) menganalisa kemampuan rasio keuangan dalam
memprediksi perubahan laba. Penelitian ini menemukan bukti bahwa secara
individu rasio inventory turn over, total asset turn over, net income to sales,
dan sales to current liabilities dapat dipergunakan untuk memprediksi
perubahan laba satu tahun yang akan datang. Sementara current ratio, gross
profit margin, operating profit marginn, dan return on equity tidak
berpengaruh terhadap perubahan laba.
e. Penelitian lain dilakukan oleh Agus Endro Suwarno (2004) tentang
(Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek
Jakarta)”. Data yang dipakai merupakan data runtut waktu dan silang tempat
(Pooled Time Series). Dalam penelitian tersebut menggunakan Purposive
sampling dengan jumlah sampel 42 perusahaan manufaktur untuk prediksi
perubahan laba tahun 2000, sampel 39 perusahaan manufaktur untuk
prediksi perubahan laba tahun 2001, dan sampel 49 perusahaan manufaktur
untuk prediksi perubahan laba tahun 2002. Seleksi rasio menggunakan
stepwise regression method, pengujian hipotesis menggunakan regresi
berganda, uji t, dan uji f. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan
hipotesis pertama yaitu rasio keuangan tahun 1999 signifikan untuk
memprediksi perubahan laba tahun 2000. Rasio keuangan tersebut adalah
long term liabilities to shareholders equity, operating profit to profit before
taxes, dan net income to sales. Hasil hipotesis kedua menunjukkan tiga rasio
keuangan yang signifikan untuk memprediksi perubahan laba tahun 2001,
yaitu inventory to working capital, net income to net worth, operating profit
to profit before taxes, sedangkan rasio cost of goods sold to net sales tidak
signifikan. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa rasio keuangan operating
profit before taxes dan profit after taxes to fixed assets tidak signifikan
untuk memprediksi perubahan laba tahun 2002.
Berbagai temuan dari penelitian yang telah diuraikan diatas mengenai
manfaat rasio keuangan untuk memprediksi perubahan laba hasilnya masih tidak
konsisten untuk periode waktu dan objek penelitian yang berbeda mengenai
datang. Oleh karena itu penulis mencoba menguji kembali keakuratan serta
kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan
datang serta menguji pernyataan para peneliti sebelumnya yang menyatakan
bahwa kekuatan prediksi rasio keuangan mengalami penurunan untuk periode
waktu yang lebih lama.
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir, 2004:2)
2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Posisi
keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan dibutuhkan oleh banyak
pihak. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan suatu perusahaan antara lain adalah (Munawir, 2004:2):
1. Pemilik Perusahaan
Laporan keuangan diperlukan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai
oleh manajemennya dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan
dicapai di masa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian
keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang
2. Manajer atau Pimpinan Perusahaan
Dengan mengetahuiposisi keuangan perusahaannya untuk periode yang baru
maka dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki system
pengawasannya, dan menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat.
Bagi manajemen yang penting adalah bahwa laba yang dicapai cukup
tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga baik, struktur
permodalan sehat, dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik
mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun di bidang operasi.
3. Para Investor
Berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan
perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan
investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja perusahaan tersebut.
4. Para Kreditur
Sebelum merngambil keputusan untuk menerima atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Dari situlah, kreditur akan
mengatahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dan beban
bunganya, dan mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup
mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat
pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang.
5. Pemerintah
dengan laporan keuangan perusahaan tersebut untuk menentukan besarnya
pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan.
2.2.3 Karakteristik Kualitatif laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok menurut IAI (PSAK No.1, 2009:7), yaitu:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Suatu informasi bisa dikatakan relevan apabila adanya informasi tersebut
bisa membuat perbedaan keputusan yang diambil.
3. Keandalan/ Reliabilitas
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Dibandingkan
Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan antar periode (konsistensi)
dan antar perusahaan (komparabilitas).
2.2.4 Tujuan Pelaporan Keuangan
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi (PSAK No.1, 2009:4). Sedangkan tujuan pelaporan keuangan menurut
Hanafi dan Halim (2009:30) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan yang paling umum adalah bahwa pelaporan keuangan harus
memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditur, dan
pemakai lainnya pada saat ini maupun dimasa mendatang untuk membuat
keputusan investasi, kredit, dan keputusan lainnya yang serupa dan rasional.
2. Tujuan yang kedua adalah bahwa pelaporan keuangan harus memberikan
informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan
jumlah, waktu, dan ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas
yang berkaitan.
3. Tujuan yang ketiga adalah bahwa pelaporan keuangan harus memberi
informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim
atas sumber daya tersebut yang meliputi hutang dan modal saham. Informasi
ini bermanfaat untuk pihak eksternal karena beberapa alasan :
a. Mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan perusahaan untuk
memperkirakan likuiditas perusahaan
b. Memberikan basis untuk mengevaluasi prestasi perusahaan selama
periode tertentu
c. Untuk memberikan indikasi langsung potensi aliran kas sumber daya
dan kas yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban perusahaan
gabungan dari beberapa sumber daya dalam perusahaan
4. Tujuan yang keempat adalah bahwa pelaporan keuangan harus memberikan
informasi mengenai prestasi selama periode tertentu untuk membantu pihak
eksternal menentukan harapannya (expectation) mengenai prestasi
perusahaan pada masa-masa mendatang. Fokus dari pelaporan keuangan
mengenai prestasi perusahaan adalah informasi mengenai pendapatan
perusahaan yang komprehensif dan komponen-komponennya. Informasi
semacam itu bermanfaat karena beberapa alasan:
a. Untuk mengevaluasi prestasi manajemen
b. Memperkirakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (earning
power) atau jumlah lainnya yang diperkirakan mempengaruhi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam jangka panjang
c. Memperkirakan pendapatan masa mendatang
d. Memperkirakan resiko investasi atau meminjamkan pada perusahaan
5. Tujuan yang kelima adalah bahwa pelaporan keuangan harus memberikan
informasi mengenai aliran kas perusahaan, yaitu bagaimana perusahaan
menerima kas dan mengeluarkan kas, mengenai pinjaman dan pelunasan
pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk deviden yang
dibayarkan, dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi
likuiditas perusahaan. Informasi ini bermanfaat karena beberapa alasan:
a. Operasi perusahaan
b. Mengevaluasi kegiatan investasi dan pendanaan
d. Menginterprestasikan lebih jauh laporan rugi laba
2.2.5 Jenis Laporan Keuangan
Laporan Keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing
– masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan
perusahaan, baik secara bagan, maupun secara keseluruhan. Namun dalam
praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan keuangan
yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, terutama untuk kepentingan diri
sendiri mapun untuk kepentingan pihak lain. (Kasmir, 2013:28)
Dalam Praktiknya, secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan
yang biasa disusun, yaitu:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan perubahan modal
4. Laporan arus kas
5. Laporan catatan atas laporan keuangan.
2.2.6 Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran secara periodik yang dilakukan pihak manajemen
yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh atas laporan keuangan. Sifat dari laporan keuangan adalah (Munawir,
2004:6):
Pencatatan tersebut ini didasarkan pada catatan historis dari
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang
tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu
terjadinya peristiwa tersebut.
2. Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan
tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini
dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman
3. Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konversi-konversi atau
dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar
praktek pembukuan, namun penggunaan dari konversi-konversi dan dalil
dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau manajemen perusahaan
yang bersangkutan
2.2.7 Keterbatasan Laporan Keuangan
Dengan melihat sifat-sifat laporan keuangan tersebut di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai beberapa keterbatasan,
antara lain (Munawir, 2004:9):
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
Interim Report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan yang final
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standart nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya
beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang
2.2.8 Pentingnya Analisa laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah,
pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan / pemegang saham, manaejemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap
untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari
laporan keuangan bersifat relatif karena didasarkan pengetahuan dan
menggunakan rasio atau nilai relatif. Tujuan dari analisa laporan keuangan
adalah agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan (Munawir,
2004:37)
2.2.9 Definisi Analisa Rasio
Analisis rasio (ratio analysis) merupakan salah satu alat analisis keuangan
yang paling populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering
disalahpahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingannya sering
dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas.
Rasio 200 terhadap 100 dinyatakan sebagai 2:1 atau cukup 2. Meskipun
perhitungan rasio merupakan operasi aritmetika sederhana, interpretasinya lebih
yang penting. (Wild 2012:40)
2.2.10 Bentuk – bentuk Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio –
rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio
keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari
rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan
keputusan. Berikut ini adalah bentuk – bentuk rasio keuangan menurut beberapa
ahli keuangan yaitu : (Kasmir, 2013:106)
Menurut J. Fred Weston, bentuk – bentuk rasio keuangan adalah sebagai
berikut.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
a. Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt
Ratio)
b. Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
c. Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)
d. Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)
a. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)
b. Rata – rata janka waktu penagihan/perputaran piutang (Average
c. Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over)
d. Perputaran total aktiva (Total asset Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Margin Laba Penjualan (Profit Margin on Sales)
b. Daya Laba Dasar (Basic Earning Power)
c. Hasil Pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)
d. Hasil Pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
a. Pertumbuhan penjualan
b. Pertumbuhan laba bersih
c. Pertumbuhan pendapatan per saham
d. Pertumbuhan dividen per saham
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi.
a. Rasio harga saham terhadap pendapatan
b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Kemudian menurut James C van Horne, jenis rasio dibagi menjadi
sebagai berikut.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)
a. Total utang terhadap ekuitas
b. Total utang terhadap total aktiva
3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)
a. Bunga Penutup
4. Ratio Aktivitas (Activity Ratio)
a. Perputaran Piutang (receivable turn over)
b. Rata – rata penagihan piutang (Average collection period)
c. Perputaran sediaan (inventory turn over)
d. Perputaran total aktiva (total assets turn over)
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Margin laba bersih
b. Pengembalian investasi
c. Pengembalian ekuitas
Sementara itu, menurut Gerald, terdapat empat kategori rasio, yaitu:
1. Activity analysis, evaluasi pendapatan dan out put secara umum dari aset
perusahaan.
2. Liquidity analysis, mengukur keseimbangan sumber kas perusahaan
3. Long-Term debt and solvency analysis
4. Provitability analysis
Kemudian, menurut Gerald Activity Analysis terdiri dari sebagai
1. Short-term (Operating)Activity Ratios
a. Inventory Turn Over
b. Average No. Days Inventory in Stock
c. Receivables Turn Over
d. Average No. Days Receivables Outstanding
e. Payables Turn Over
f.Average No. Days Payables Outstanding
g. Working Capital Turn Over
2. Long Term (Invesment) Activity Ratios
a. Fixed Asset Turn Over
b. Total Asset Turn Over
Selanjutnya menurut James O Gill, Jenis rasio keuangan terdiri dari
sebagai berikut.
1. Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio)
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
b. Rasio Perputaran Kas
c. Rasio utang terhadap kekayaan bersih
2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
a. Rasio Laba Bersih
b. Tingkat Laba atas penjualan
c. Tingkat laba atas investasi
3. Rasio Efisiensi (Activity Ratio)
b. Perputaran sediaan (Inventory Turn Over)
c. Rasio aktiva tetap terhadap nilai bersih (Total Assets Turn Over)
d. Rasio Perputaran investasi
Dari pengertian dan jenis rasio yang dikemukan di atas, hampir seluruhnya
sama dalam menggolongkan rasio keuangan. Jika terdapat perbedaan, hal
tersebut tidak terlalu menjadi masalah, karena masing – masing ahli keuangan
hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun esensi dari
penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah.
2.2.11 Laba
Salah satu fungsi dari akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk
pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Pengukuran laba
ini bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi juga penting
sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan kebijakan investasi, dan
pembagian hasil. Menurut soemarso (2009:245) laba adalah selisih lebih
pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan
tersebut selama periode tertentu. Sedangkan pengertian laba menurut Harahap
(2010:113) kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi.
Menurut Harahap (2010:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan
keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang. dasar dalam perhitungan dan
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Menurut Chariri dan Ghozali (2007:214) menyebutkan bahwa laba memiliki
beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman
khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan
dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya.
2.2.12 Teori yang Membahas Penggunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba
Machfoedz (1994) menjelaskan hubungan rasio keuangan dengan perubahan
laba berdasarkan pandangan external users. Rasio keuangan digunakan dalam
pengambilan keputusan menentukan pembelian saham perusahaan, peminjaman
uang, atau untuk memprediksi kekuatan financial perusahaan di masa yang akan
penjualan saham. Keuntungan dapat direalisasikan pada seberapa menguntungkan
perusahaan pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan melihat laporan
keuangan perusahaan yang mengindikasikan seberapa bagus manajemen
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Hubungan antar
elemen-elemen pada laporan keuangan dijelaskan oleh rasio keuangan. Rasio
keuangan adalah alat yang digunakan untuk memprediksi laba perusahaan di masa
yang akan datang
2.2.13 Hubungan Antara Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 2.2.13.1 Hubungan Return On Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba
Menurut Triono (2007), ROA mencerminkan kemampuan manajemen dalam
mengelola asset untuk menghasilkan return yang baik atau menggambarkan
kemampuan asset dalam menghasilkan perubahan laba. Asset terdiri dari 2 yaitu:
asset produktif dan aset tidak produktif, bila yang dominan aset produktif maka
perubahan laba akan tinggi namun bila yang dominan aset tidak produktif,
perubahan laba akan rendah. Sedangkan kualitas aset produktif terbagi 2 yaitu:
aset lancar dan aset bermasalah. Bila yang dominan aset lancar maka perubahan
laba akan tinggi namun bila yang dominan aset bermasalah maka perubahan laba
akan rendah.
Dapat disimpulkan bahwa semakin baik manajemen mengelola asset maka
semakin baik return yang dihasilkan atau semakin baik pertumbuhan laba yang
dihasilkan.
2.2.13.2 Hubungan Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba
mengukur profitabilitas dari perspektif pemegang saham biasa. Imbalan bagi para
pemegang saham biasa adalah laba bersih perusahaan. Rasio ini menunjukkan
seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang
diinvestasikan oleh para pemegang saham (pemilik perusahaan). Semakin tinggi
nilai rasio ROE maka semakin tinggi tingkat laba yang akan diperoleh, karena
penambahan modal dari investor dapat digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan dan akhirnya menghasilkan laba.
2.2.13.3 Hubungan Net Profit Margin (NPM) terhadap Pertumbuhan Laba
Menurut Hapsari (2007), NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya
terhadap total penjualan bersihnya (Riyanto, 1995). NPM yang semakin besar
menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari
kegiatan penjualan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar NPM menghasilkan
pendapatan bersihnya dari kegiatan penjualan maka semakin besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan.
2.2.14 Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf
(2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal
mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,
termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada
agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubugan kegenan tersebut
terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik
yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat
dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer
memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka
terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang
saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas
investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan
kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang
sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan
perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan
daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi.
Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(Richardson, 1998) dalam Suryani (2010).
Eisenhardt (1989), dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori
1. manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest)
2. manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan
3. manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang
sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar
tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak
kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi
kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan.
2.3 KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir merupakan frame work bagi peneliti untuk membentuk pola
analisis yang sistematik sehingga dapat diketahui secara tegas landasan yang
digunakan untuk melakukan analisis data serta dapat diketahui hasil-hasil yang
diharapkan.
Gambar 2.1: Bagan Kerangka
Analisis Regresi Linier Berganda Return on Assets (X1)
Return on Equity (X2) Net Profit Margin (X3)
2.4 HIPOTESIS
Diduga bahwa rasio keuangan yang terdiri dari:
a. ROA (Return on Assets) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
b. ROE (Return on Equity) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
c. NPM (Net Profit Margin) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METOPE PENELITIAN
3.1 DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL
Definisi operasional dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan
petunjuk tentang bagaimana suatu penelitian diukur. Dalam penelitian ini terdapat
dua macam variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Pertumbuhan Laba. Sedangkan
variabel bebas dalam penelitian ini adalah
a. ROA (Return on Assets),
b. ROE (Return on Equity), dan
c. NPM (Net Profit Margin)
Berikut ini mengenai definisi operasional dan variabel-variabel yang
digunakan:
1. Variabel Terikat (Y)
Pertumbuhan laba (sebagai Y) adalah kenaikkan atau penurunan laba dan
tahun ke tahun. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba
periode sekarang dengan laba periode sebelumya kemudian dibagi dengan laba
pada periode sebelumnya. Dihitung dengan teknik perhitungan:
Pertumbuhan laba :
(Munawir, 2004: 39)
2. Variabel Bebas (X)
a. Return on Assets (X1)
Return on Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rumus untuk mencari
ROA dapat digunakan sebagai berikut.
Return on Assets =
(Kasmir, 2013:202)
b. Return on Equity (X2)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal
sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri
semakin tinggi rasio ini, semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Return on Equity dapat digunakan sebagai berikut.
Return on Equity =
(Kasmir, 2013:204)
c. Net Profit Margin (X3)
Net Profit Margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan
antara laba bersih setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan.
Net Profit Margin =
3.2 TEKNIK PENENTUAN SAMPEL 3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa
konstruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2013.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang dipilih untuk mewakili populasi yang
menjadi objek penelitian. Cara yang digunakan dalam penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode
purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dilaksanakan
dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas tujuan tertentu (Djarwanto,
2004:114).
Adapun kriteria penentuan sampel tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di BEI / yang masih
beroperasi selama periode pengamatan dari tahun 2007 - 2013.
2) Perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang terdaftar di BEI yang memiliki
laporan keuangan paling lengkap dan telah dipublikasikan dari tahun 2007 -
2013.
Berdasarkan criteria tersebut diatas, dari sejumlah sembilan perusahaan jasa
konstruksi dan bangunan yang terdaftar di BEI dan masih beroperasi di Indonesia
di tahun 2013, perusahaan jasa konstruksi dan bangunan yang memenuhi
persyaratan sebagai sampel penelitian yaitu berjumlah Lima perusahaan,
1) PT. Adhi Karya (Persero) Tbk
2) PT. Duta Graha Indah Tbk
3) PT. Surya Semesta Internusa Tbk
4) PT. Total Bangun Persada Tbk
5) PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
Jumlah data pengamatan yang akan diolah dalam penelitian ini adalah hasil
perkalian antara jumlah Perusahaan Jasa Kontruksi dan Banguna yaitu 5 dengan
jumlah periode pengamatan, yaitu selama 7 periode (tahun 2007 - 2013).
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diambil dari sumber data dokumentasi yang dimiliki oleh perusahaan
yang berupa laporan keuangan untuk tahun 2007 - 2013
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia berupa
laporan keuangan perusahaan.
3.3.3 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi yang diambil meliputi laporan keuangan terutama laporan laba/rugi
dan neraca masing - masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
3.4 UJI ASUMSI KLASIK
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
ada agar dapat menentukan model análisis yang tepat. Data yang digunakan
sebagai model regresi berganda dalam menguji hipotesis haruslah
menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik.
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary
Least Square/OLS), merupakan model yang menghasilkan estimator linier tidak
bias yang terbaik atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Menurut Santosa
dan Ashari (2005:231-245) kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi
yang disebut dengan asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinearitas ini merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam
analisis regresi berganda. Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel
independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala
multikolinearitas adalah gejala korelasi antar variabel independen (Santoso dan
Ashari, 2005 : 238). Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model dengan
menggunakan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel bebasnya
Dan jika nilainya tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006:91-92).
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatanlain tetap,
maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atautidak terjadi
Heterokedastisitas (Ghozali, 2006: 125). Salah satu cara untuk mendeteksi
adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dapatdilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006: 126). Dasar
analisisnya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006:126) :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentuyang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawahangka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji
Durbin-Watson (DW-Test). Menurut Santoso dan Ashari (2005:218) deteksi adanya
autokorelasi adalah:
1. Angka D-W dibawah -2, hal ini berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2, hal ini berarti tidak ada autokorelasi.
3.5 UJI NORMALITAS
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas
digunakanuntuk mengetahui suatu populasi suatu data dapat dilakukan dengan
analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006: 147). Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebarandata (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola disribusi normal,
maka modelregresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garisdiagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi
normal,maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu,
untuk menguji normalitas data dapat digunakan uji satistikKolmogorov
Smirnov (K-S) yang dilakukan dengan membuat hipotesis nol (H0) untuk
data berdistribusi normal dan hipotesis alternatif (Ha) untuk data
ujistatistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Hipotesis yang
dikemukakan:
H0= data residual berdistribusi normal (Asymp. Sig > 0,05)
Ha= data residual tidak berdistribusi normal (Asymp. Sig < 0,05)
3.6 TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah
hasil penelitian guna memperoleh suatu instrumen dan kesimpulan. Adapun
metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier
berganda dan Koefisien Determinasi.
3.6.1 Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh analisis rasio keuangan terhadap perubahan laba
jasa manufaktur, maka digunakan teknik analisis regresi linier berganda. Regresi
linier berganda dipergunakan untuk sebuah variabel terikat dan lebih dari satu
buah variabel bebas (Santoso dan Tjiptono, 2001:196). Menurut Widarjono
(2010:15) secara umum model persamaan regresi berganda dengan sejumlah k
variabel bebas dapat ditulis sebagai berikut:
Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + ... + βkXki + ei
Di mana:
Yi = subjek dalam variabel terikat yang diprediksi
β0 = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
β1,β2,βk = koefisien regresi masing-masing variabel
ei = kesalahan pengganggu
Jika persamaan regresi linier berganda tersebut dikaitkan dengan penelitian
ini yang memiliki dua prediktor, maka akan didapatkan persamaan penelitian
sebagai berikut:
Y =
β
0+
β
1X
1+
β
2X
2+
β
3X
3+
ε
Keterangan:Yi = Pertumbuhan Laba
β0 = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
β1,β2β3 = koefisien regresi masing-masing variabel bebas
X1i = ROA (return on assets)
X2i = ROE (return on equity)
X3i = NPM (net profit rnargin)
ei = kesalahan pengganggu
3.6.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis
regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini
mengukur persentasi total variasi variabel terikat (Y) yang dijelaskan oleh
variabel bebas (X) di dalam garis regresi. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R
square ≤ 1). R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik garis regresi dan
semakin mendekati angka nol maka mempunyai garis regresi yang kurang baik
(widarjono, 2010:19-20). Tetapi Rietveld dan Sunaryanto (dalam Sudarmanto,
2005:207) menyatakan jika ingin melihat pengaruh penambahan suatu peubah ke