• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang Syukur

Sebelum kita masuk pada pembahasan tentang pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda Mayak tentang syukur terlebih dahulu kita membahas tentang makna syukur antara lain sebagi berikut:

Syukur adalah ridha dan menerima apa yang telah diberikan oleh Sang Maha Pemberi nikmat, bagi orang yang bersyukur ia harus mengetahui

64

Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 06/D/23 -V/2017 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

hakikat dari nikmat yang ia syukuri, diakui dengan ucapan dan dibenarkan dengan hati, bentuk syukur tersebut diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang baik, sifat tidak menerima dengan ridha apa yang telah diberikan merupakan bentuk dari lawan sifat syukur yakni sifat kufur.

Hakikat syukur adalah ”menampakkan nikmat”, dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat dapat diwujudkan dengan penggunaan nikmat tersebut pada tempat yang sesuai dengan kehendak dari Dzat pemberi nikmat tersebut. Serta dengan menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.65Syukur merupakan salah satu bentuk

dari ekspresi kebahagiaan yang berhubungan dengan kesejahteraan. Syukur merupakan elemen penting serta fundamental dalam meningkatkan kesejahteraan. Disamping itu aktifitas bersyukur dapat memelihara dan mempertahankan kesejahteraan psikologis pada diri seseorang. Dengan demikian syukur merupakan salah satu bentuk dari emosi positif yang bertolak belakang dengan emosi negatif seperti marah, cemas,cemburu, dan bentuk emosi negatif lainnya.

Dari penjelasan di atas dapat di pahami bahwa dengan bersykur manusia mampu memahami nikmat yang sebenarnya dan sifat syukur merupakan bentuk dari emosi positif yang berimplikasi terhadap kesehatan mental, karena dengan bersyukur manusia akan lebih merasakan ketenangan jiwanya dan tidak mudah mengalami gangguan jiwa atau emosi negatif seperti

65

marah, cemas, cemburu. Yang mana emosi negatif tersebut dapat menyebabkan manusia kufur nikmat. Sedangkan sifat yang berlawanan dengan syukur adalah kufur yang dapat diartikan sebagai sifat tidak menerima dengan ridha apa yang telah diberikan.

Madrasah Miftahul Huda merupakan salah satu Madrasah Diniyah terbesar yang berada di daerah Kabupaten Ponorogo. Jumlah peserta didik dalam setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup banyak. Dengan jumlah peserta didik yang banyak tersebut memberikan konsekuensi akan jumlah pendidik yang dibutuhkan oleh Madrasah. Madrasah memberdayakan produk lokal untuk menjadi pendidik guna memenuhi kebutuhan yang ada.

Dengan latar belakang pendidik yang berbeda beda, tentunya akan melahirkan pola pikir dan pandangan yang berbeda-beda sesuai dengan gaya dan karakter masing-masing. Berkaitan dengan hal tersebut akan kami paparkan mengenai perspektif masing-masing pendidik tentang makna dari syukur.

Nikmat yang diberikan Allah kepada manusia didunia ini sangatlah banyak. Sungguhpun kita mampu menghitung jumlah bintang yang ada di alam raya ini, kita tetap tidak akan mampu menghitung nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Contoh kecil adalah nikmat memiliki tubuh yang sehat, bagaimana tubuh ini berjalan secara sistematis dan padu antara anggota satu dan anggota lainnya. Sebagai mana yang dikatakan oleh Ust. Misnan Ali (salah satu Ustadz yang mengampu mata pelajaran Tauhid):

“Menjadi manusia merupakan suatu nikmat yang amat besar. Bagaimana tidak. Seluruh aktifitas yang ada dalam tubuh kita, bisa berjalan otomatis dan terstruktur sehingga kita dapat melihat, berbicara, mendengar dan lain sebagainya. Kalau dihitung dengan hitungan matematika tidak akan cukup dengan bilangan 0 sampai 10. Kalau diibaratkan seperti itu.”66

Dari hasil wawancara dengan pendidik lain di Madrasah Miftahul Huda Mayak juga dapat peneliti temukan tentang pandangan syukur dari pendidik yang memiliki relevansi dengan kesehatan mental yakni seperti yang diungkapkan oleh Ustadh Miftahul Ni‟am:

“Jika saya ditanya tentang syukur saya bisa menjawabnya dengan singkat saja, misalkan saja saya sebagai pengajar di Pondok Mayak ini diminta oleh romo Yai namun hati saya sebenarnya kepingin berada di luar tidak di sini lagi, dengan anggapan di luar lebih ini dan itu, namun dengan seiring berjalannya waktu saya menerima tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada saya, dan akhirnya saya masih berada di sini, dan ternyata masih diberikan banyak kenikmatan selama saya masih di Pondok Mayak, dan semakin lama ternyata saya bisa menerima dengan lapang dada dan tidak terbebani sama sekali selama berada di Pondok Mayak selain bisa kembali menuntut ilmu, menambah pengalaman, dan banyak lagi nikmat lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.67

Dari wawancara di atas peneliti dapat merefleksikan tentang pandangan syukur dari para pendidik di Pondok Darul Huda Mayak yang memiliki relevansi dengan kesehatan mental yakni segala sesuatu yang di jalani baik dan buruknya itu tergantung dari yang menjalani yakni jika kita semakin bersyukur dengan apa yang ada dan mampu menerimanya dengan lapang hati hikmah yang di dapatkan dari hal tersebut adalah ketenangan hati,

66

Misnan Ali, wawancara, Ponorogo, 1 Juni 3018.

qona‟ah dan perasangka yang baik tentang apa yang telah dijalani. Dan hal demikian, tentu sangat berpengaruh terhadap pikiran yang kemudian berimplikasi pada kesehatan mental dan perilaku seseorang.

2. Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang Kesehatan Mental Secara umum dapat kita pahami dari beberapa paparan teori yang telah di sebutkan terdahulu bahwa kesehatan mental adalah integrasi keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan yang perasaan tentram dan mampu menyesuaikan diri lingkungannya, sehingga mampu menghadapi goncangan goncangan kejiwaan dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.

Kriteria jiwa atau mental yang sehat menurut WHO, adalah sebagai berikut :1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya,2) memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya, 3) merasa lebih puas memberi dari pada menerima,4) secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. 5) berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan 6) menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk dikemudian hari, 7) menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif, 8) mempunyai rasa kasih sayang yang besar.68

68Ibid.,Skripsi, Bakhtiyar Zain, Pemikiran Viktor E. Frankl Tentang Logoterapi dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan Konseling Islam), 177.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan tentang pandangan pendidik terhadap kesehatan mental dapat peneliti paparkan wawancara dengan ustadh Fathur sebagai berikut:

Kesehatan mental berarti mental yang sehat, kalau menurut saya sendiri mental yang sehat dapat kita lihat pada orang yang dapat menjalani segala aktivitas dengan senang, ridha dan menerima apapun yang ada, sehingga seseorang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi meskipun pada awalnya mungkin ada saja yang belum bisa menerima keadaan dan kondisi yang menurutnya tidak membuatnya senang.69

Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat di pahami bahwa syukur menurut pandangan pendidik merupakan salah satu bentuk ungkapan dan realisasi seseorang terhadap apa yang diterima dan dijalani dengan perasaan senang ridho, qanaah dan kemudian mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan baik.

Salah satu penelitian yang telah menguji pengaruh pemaafan dan syukur terhadap tinggi rendahnya kesehatan mental, telah dilakukan oleh Toussaint dan Friedman yang menemukan korelasi positif antara pemaafan dengan kesejahteraan psikologis dan berkorelasi negatif dengan tekanan emosional. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa kemampuan syukur berhubungan positif dengan kesejahteraan psikologis dan berkorelasi negatif dengan tekanan emosional.

Kesehatan mental diartikan sebagai terwujudnya keserasian antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan

69

dirinya dan lingkungannya. Data ini diperoleh melalui alat ukur modifikasi penulis terhadap alat ukur Mental Health Inventory (MHI-38) yang telah dibuat oleh Veit dan Ware. Aspek yang diungkap oleh alat ukur ini adalah kondisi kesehatan mental positif (perasaan positif secara umum, kondisi emosional atau rasa cinta, dan kepuasan hidup) dan kondisi kesehatan mental negatif (kecemasan, depresi, dan hilangnya kontrol perilaku dan emosi). Alat ukur ini berupa skala likert yang jawabannya berupa pilihan dengan enam alternatif jawaban.70

Jadi dapat dipahami bahwa Syukur dapat dipahami merupakan kondisi di mana seseorang merasakan perasaan senang atau puas terhadap apa yang diterimanya, sehingga syukur memunculkan kondisi psikologi positif yang dapat menguatkan dan meningkatkan kesehatan mental. Seorang individu dapat dikatakan mempunyai kesehatan mental yang baik jika ia mempunyai tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi dan tingkat stress yang rendah. 3. Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang Relevansi Syukur dan

Kesehatan Mental

Ada beberapa alasan mengapa syukur dapat meningkatkan kesehatan mental di tempat kerja, yaitu syukur dapat mengurangi perasaan bosan yang biasanya menjadi pemicu stres bagi para pekerja serta meningkatkan kepuasan bekerja, mendorong perilaku prososial di tempat kerja dan memberikan

70

Rahmat Aziz dkk, “Kontribusi Bersyukur dan Memaafkand dalam Mengembangkan Kesehatan Mental di Tempat Kerja”, Psikologi dan Kesehatan Mental, Vol 2(1), Juni 2017, 35-36.

persepsi positif di tempat kerja. Secara moral, syukur dapat menstimulasi orang untuk berprilaku moral, yaitu perilaku yang memotivasi untuk menghargai dan memahami orang lain seperti empati dan simpati. Syukur dapat memelihara hubungan interpersonal yang harmonis.71

Dari hasil wawancara dengan pendidik di Pondok Darul Huda Mayak tentang hubungan syukur dengan kesehatan mental dapat di paparkan sebagai berikut:

Kesehatan mental memang erat kaitannya dengan syukur, terutama kita yang berada di lingkungan pondok ini, mengapa demikian... ya karena dengan adanya syukur dalam hati masing-masing pendidik terutama saya sendiri ini secara tidak langsung dapat kita rasakan dampaknya, semisal kita tidak bersyukur pasti yang ada di dalam hati ini hanya buruk sangka dan merasa tidak tenang, dan bisa saja kemudian kita malah ngersulo bahasa kita atau tidak terima dengan keadaan yang ada.72

Pada kesempatan lain peneliti juga mewawancarai ustadz Afif yang mengajar di Pondok Darul Huda Mayak mengungkapkan:

Kita itu di pondok ini bukan semata-mata sebagai pendidik yang hanya memiliki tugas mengajar dan pulang dengan membawa gaji, lebih dari itu, kita mengajar di pondok ini adalah sebagai bentuk pengabdian dan manut dawuh yai, semisal kita memiliki angan lain seperti keluar dari pondok untuk mencari sesuatu yang menurut kita lebih sedangkan dari pihak pondok masih menginginkan kita masih berkhidmah di pondok pasti sebagian dari kita ada yang terpaksa pada awalnya, namun dengan berjalannya waktu kita akan dapat menerima dan memahami mengapa kita masih dikehendaki di sini bukan di tempat lain, yang kemudian kita akan menerima dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.73

71Aziz, “Aplikasi Model Rasch dalam Pengujian Alat Ukur Kesehatan Mental di

Tempat Kerja”, Psikoislamika, 12(2). Juli 2015, 1-16.

72

Misnan Ali, wawancara,Ponorogo, 16 Juli 2018.

73

Dari hasil wawancara di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa rasa syukur berdampak pada kesehatan mental seseorang, dengan adanya rasa syukur pada diri seseorang akan menimbulkan perilaku yang positif dari adanya pengaruh syukur tersebut. Perilaku-perilaku yang mencerminkan syukur tersebut dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi hubungan interpersonal dan menimbulkan emosi positif yang merupakan bagian dari konstruk syukur.

61

Dokumen terkait