• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN GURU TERHADAP RELEVANSI SYUKUR DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo) - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PANDANGAN GURU TERHADAP RELEVANSI SYUKUR DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo) - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN GURU TERHADAP RELEVANSI SYUKUR DAN

KESEHATAN MENTAL

(Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo)

SKRIPSI

OLEH

MOHAMAD TAUFIKURROHMAN

210311187

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(2)

ii

ABSTRAK

Taufikurrohman, Mohamad. 2018. Pandangan Guru Terhadap Relevansi Syukur Dan Kesehatan Mental (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Pryla Rochmahwati, M.Pd.

Kata Kunci :Syukur, Kesehatan Mental

Syukur merupakan salah satu betuk tazkiyatun nafsi (pembersihan jiwa) yang sangat pokok. Jika seorang hamba mensyukuri apa adanya, maka hati akan terasa nyaman, tentram dan nikmat. Namun apabila tidak bersyukur terhadap apa yang dimiliki, maka akan terasa gelisah, karena dihinggapi rasa tidak puas. Jiwa dan pikiran akan terhasut oleh perasaan ambisi yang berlebihan. Sehingga akan menjadikan manusia jauh dari pencipta-Nya.

Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pandangan Guru Madrasah Miftahul Huda Mayak terhadap relevansi syukur dan kesehatan mental peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Pandangan Guru Madrasah Miftahul Huda Tentang Syukur? (2) Bagaimana Pandangan Guru Madrasah Miftahul Huda Tentang Kesehatan Mental? (3) Bagaimana Pandangan Guru Madrasah Miftahul Huda Tentang Relevansi Syukur dan Kesehatan Mental?

Penelitian ini temasuk penelitian kualitatifberjenis studi kasus dengan teknik menggumpulkan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (verification).

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama saudara:

Nama : MOHAMAD TAUFIKURROHMAN

NIM : 210311187

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : PANDANGAN GURU TERHADAP RELEVANSI

SYUKUR DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo)

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.

Pembimbing,

Pryla Rochmawati, M.Pd. NIP. 198103162011012003

Tanggal, __ Juli 2018

Mengetahui;

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,

(4)

iv

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara :

Nama : MOHAMAD TAUFIKURROHMAN

NIM : 210311187

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : PANDANGAN GURU TERHADAP RELEVANSI

SYUKUR DAN KESEHATAN MENTAL (Studi Kasus di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo)

telah dipertahankan pada sidang munaqosah di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada :

Hari : Senin Tanggal : 30 Juli 2018

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Guruan Agama Islam, pada :

Hari : Senin Tanggal : 30 Juli 2018

Ponorogo, 30 Juli 2018 Mengesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Dr. Ahmadi, M.Ag.

NIP. 196512171997031003 Tim Penguji:

1. Ketua Sidang : Kharisul Wathon, M. Pd. I (___________________)

2. Penguji I : Dr. Sutoyo, M.Ag. (___________________)

(5)

1

A. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan sains dan ilmu pengetahuan

teknologi (IPTEK) yang makin marak dewasa ini, telah membawa kemajuan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan manusia, yang berdampak pada kebudayaan modern. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di satu sisi

membawa dampak positif seperti kemudahan-kemudahan dibidang transportasi, telekomunikasi, serta informasi dan sebagainya. Di sisi lain kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi juga akan membawa dampak negatif, berbagai problem kemanusiaan yang sangat mencemaskan bermunculan di mana-mana, seperti pencemaran lingkungan hidup, degradasi moral, kriminalitas dan

persoalan-persoalan kemanusiaan yang lain.

Di samping persoalan di atas, adanya ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin modern juga akan membawa manusia pada kehidupan yang serba materi (Materialistik) yang pada akhirnya akan menimbulkan Dehumanisasi (pengingkaran kemanusiaan) yang dapat berwujud dengan tindakan kekerasan,

penindasan, korupsi, kesewenang-wenangan yang pada akhirnya akan muncul problem kejiwaan seperti rasa takut, ketegangan, keresahan batin dan berbagai

gangguan kejiwaan yang lain.

(6)

“Masyarakat modern yang memburu keuntungan komersial dan penuh kompetisi itu banyak mengandung unsur eksplosif, akibatnya tidak sedikit penduduknya yang menderita ketegangan syaraf dan mengalami stress atau tekanan-tekanan batin, yang meledak menjadi Simptom penyakit mental. Kebudayaan modern yang penuh rivalitas dan pacuan ini menampilkan diri dalam bentuk Kebudayaan Eksposif; yaitu satu “High Tension Cultur”, di mana orang-orangnya dengan luapan emosi dan ketegangan batin yang tinggi asyik berebut-rebutan dan berlomba-lomba memperoleh kemewahan material”.1

Kekurangan kebutuhan kejiwaan (rohani) bagi manusia akan sangat berbahaya dari pada kurang kebutuhan jasmani, sebab rohani, kejiwaan

merupakan penyebab utama berjalannya fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup berubah menjadi

pertentangan dalam diri yang mengakibatkan ketidak seimbangan fungsi-fungsi tubuh, yang pada gilirannya membawa pengaruh buruk apabila tidak segera diatasi bahkan akan menjalar menjadi gangguan kejiwaan pun mengakibatkan

penyakit jiwa.

Mengingat arti penting kesehatan jiwa (mental) bagi manusia dalam

menghadapi kehidupannya, maka agama yang termanifestasi dalam ajaran-ajaranya, seperti sholat, sabar dan juga syukur, dapat membantu mengatasi problema kejiwaan di kalangan Ahli Jiwa, Psikiatri, dan Ahli Agama. Agama

sebagai bagian dari salah satu alternatif mengatasi problem kejiwaan telah banyak sekali membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan mental.

1

(7)

Islam dengan memberikan konsep-konsep mujarab dari ajarannya memberi jalan keluar/solusi alternatif bagi umatnya terhadap permasalahan

yang dialami. Al-Qur'an telah memberikan berbagai macam terapi kejiwaan, juga sebagai pegangan hidup telah mengenalkan berbagai macam ajaran dan

petunjuk serta nasehat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia baik yang berhubungan dengan Allah (Habluminallah), dan yang berkaitan erat dengan hubungan sesama manusia (Hablumminannas) maupun hubungan

manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Salah satu konsep mujarab tersebut adalah Syukur. Selama ini ajaran

Syukur telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam sendiri. Indikasi hal itu adalah adanya kecendrungan umat Islam yang terkungkung pada pemikiran materialistik, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi dan

kemewahan dunia.

Bersyukur merupakan salah satu sikap terpuji yang harus dimiliki oleh

seorang muslim. Pribadi muslim mempunyai timbangan-timbangan yang dalam, yang dengan timbangan tersebut dapat diketahui kadar keimanannya. Manakala seorang muslim mendapatkan nikmat (karunia), ia segera bersyukur

dan senantiasa menjaga hak-haknya, serta meyakini bahwa semua itu adalah anugerahnya.2

Syukur merupakan salah satu betuk tazkiyatun nafsi (pembersihan jiwa) yang sangat pokok. Jika seorang hamba mensyukuri apa adanya, maka

2

(8)

hati akan terasa nyaman, tentram dan nikmat. Namun apabila tidak bersyukur terhadap apa yang dimiliki, maka akan terasa gelisah, karena dihinggapi rasa

tidak puas. Jiwa dan pikiran akan terhasut oleh perasaan ambisi yang berlebihan. Sehingga akan menjadikan manusia jauh dari pencipta-Nya.3

Di Madrasah Miftahul Huda sendiri dengan bisyarah yang tidak seberapa besar para pendidik tetap semangat dan penuh kesyukuran mengabdikan diri dan mesyiarkan ilmu yang dimlilki. Hal tersebut dibuktikan

dengan keaktifan para pengajar walupun jarak yang harus ditempuh olehnya tidaklah dekat, semisal ada seorang guru dari daerah Magetan, Sooko, dan

Slahung. Berbicara tentang hal tersebut berbagai latar belakang pengajar (guru), baik dari segi pendidikan, pegaulan, dan lain sebagainya pastilah akan menimbulkan persepsi atau pandangan yang beragam. Keberagaman pandangan

itulah yang menarik peneliti untuk memunculkan kedalam sebuah tulisan. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang terencana dalam penyusunan Skripsi tentang: “Pandangan Guru Terhadap Relevansi Syukur Dan Kesehatan Mental

(Studi Kasus Di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo)

3

(9)

B. Identifikasi Dan Fokus Penelitian

1. Identikasi Masalah

Dari pemaparan di atas, maka ditemukan hal-hal yang menarik dan dapat diidentifikasi yaitu kesenjangan social kemasyarakatan yang disebabkan

karena pengaruh arus globalisasi yang berimplikasi pada maindset manusia sebagai yang tidak mengenal dirinya dan Tuhan-Nya.

2. Fokus Penelitian

Berangkat dari latar belakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada hubungan anatara pemahaman tentang syukur yang berimplikasi pada

kesehatan mental pendidik di Madrasah Miftahul Huda.

C. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu adanya

rumusan masalah. Penulis membatasi pembahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda Tentang Syukur? 2. Bagaimana Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda Tentang

Kesehatan Mental?

3. Bagaimana Pandangan Pendidik Madrasah Miftahul Huda Tentang Relevansi Syukur dan Kesehatan Mental?

D. Tujuan Penelitian

(10)

1. Untuk mendeskripsikan Pandangan pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang Syukur.

2. Untuk mendeskripsikan pandangan pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang kesehatan mental.

3. Untuk mendeskripsikan pandanga pendidik Madrasah Miftahul Huda tentang relevansi syukur dan kesehatan mental.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khazanah keilmuan dan dapat memberikan pemahaman tentang Syukur dan relevansinya terhadap kondisi mental pendidik Madrasah Miftahul Huda.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Lembaga pendidikan Islam, dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan Islam.

b. Peneliti, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan serta tambahnya

pengalaman ketika penelitian berlangsung.

F. Sistematika Pembahasan

(11)

sub-bab yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika selengkapnya sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang menggambarkan secara umum kajian ini, yang isinya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian teori dan telaah hasil penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan dengan demikian merupakan pengantar penelitian ini.

Bab II berisi tentang kajian teori dan telaah hasil penelitian terdahulu. Bab III berisi tentang metode penelitian

Bab IV berisi deskripsi data.

BAB V berisi tentang analisis penulis terhadap pandangan pendidik terhadap syukur dan kesehatan mental Madrasah Miftahul Huda Mayak

Ponorogo.

Bab VI berisi penutup, yang meliputi kesimpulan dari penelitian ini dan

(12)

8

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Disamping memanfaatkan toeri yang relevan dengan bahasan ini, penulis

juga melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang jenis penelitiannya ada dengan penelitian ini. Diantara penelitian-penelitian tesebut adlah sebagai berikut:

1. M. Shunhaji. 2011. KONSEP QANÂ‟AH MENURUT HAMKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL (PERSPEKTIF

BIMBINGAN KONSELING ISLAM). Skripsi. Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri WalisongoSemarang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut Hamka, qanâ‟ah adalah sikap yang menerima apa adanya, tetapi dalam pengertian tetap harus berusaha. Konsep qanâ‟ah

Hamka menuntut adanya keikhlasan hati dalam menerima apa yang ada dengan disertai ikhtiar maksimal. Qanâ‟ah menurut Hamka terkandung lima

sikap mental, yaitu: rela (riḍa), memohon tambahan yang pantas dan berusaha, sabar, tawakal, dan tidak tertarik tipu daya dunia (zuhud).

Berdasarkan keterangan tersebut, menjadi petunjuk bahwa konsep Hamka tentang qanâ‟ah apabila diamalkan maka akan membentuk mental seseorang

menjadi sehat. Atas dasar itu perluadanya bimbingan dan konseling Islam untuk membantu individu agar bias menerapkan qanâ‟ah sehingga dapat

(13)

sifat negatif lainnya. Bimbingan dan konseling Islam sangat penting untuk membantu individu memahami peran, fungsi, dan arti penting qanâ‟ah dalam

memelihara kesehatan mental seseorang.

2. Siti Ernawati. 2009. KONSEP SABAR MENURUT M. QURAISH SHIHAB

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN MENTAL. Skripsi. Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Disimpulkan Konsep M. Quraish Shihab yang menyuruh manusia untuk

sabar sangat relevan dengan kesehatan mental karena dengan sabar maka dapat membentuk manusia yang bermental sehat. Al-Quran mengajak kaum

muslimin agar berhias diri dengan kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang besar dalam membina jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan kekuatan manusia dalam menahan penderitaan,

memperbaharui kekuatan manusia dalam menghadapi berbagai problem hidup, beban hidup, musibah, dan bencana, serta menggerakkan

kesanggupannya untuk terus-menerus berjihad dalam rangka meninggikan kalimah Allah SWT. Apabila seseorang bersabar dalam memikul kesulitan dan musibah hidup, bersabar dalam gangguan dan permusuhan orang lain,

bersabar dalam beribadah, dan taat kepada Allah SWT, maka mentalnya akan sehat. Sabar dalam melawan syahwat, bersabar dalam bekerja dan berkarya,

(14)

Perbedaan antara penelitian terdahulu diatas dengan penelitian sekarang adalah penulis mencoba mengkaji pandangan pendidik tentang syukur dalam

hubungannya dengan kesehatan mental.

B. Kajian Teori

1. Syukur

a. Pengertian Syukur

Secara bahasa (etimologi) kata “syukur” adalah kata serapan dari

Bahasa Arab

اًرْكُش

. Kata syukur adalah bentuk mashdar dari kata

kerja syakara – yasykuru – syukran – wa syukranan dalam susunan

bahasa arab:

)

ََرَك َش

َ رًك ْشَي

-

اًرْك ش

ًَناَرْك ش

(

yang berasal dari Fi‟il Madhi “syakara” yang berarti membuka.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini diartikan sebagai: (1)

rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan sebagainya).5

Secara istilah syukur adalah ungkapan terima kasih kepada Allah

dengan cara melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan memanfaatkan semua anugerah-Nya dengan benar.6 Ada juga yang

4

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 734.

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 967.

6

(15)

mendefinisikan bahwa syukur adalah keadaan seseorang mempergunakannikmat yang telah diberikan Allah kepada kebaikan.

Misalnya tangandigunakan untuk mencari rizki yang halal, akal digunakan untuk mencari ilmu yang berguna, dan lain sebagainya.7

Secara lebih luas para ulama yang mendefinisikan syukur sebagai berikut:

1) Sayyid, syukur adalah mempergunakan semua nikmat yang telah diberikan Allah.

2) Ibnu Alan as-Sidiqi, syukur adalah pengakuan atas nikmat dan suka membantu.

3) Ibnu Ujaibah, syukur adalah kebahagiaan hati atas nikmat yang diperoleh, dibarengi dengan pengarahan seluruh anggota tubuh.8

4) Abu Uthman, syukur adalah mengetahui kelemahan syukur itu sendiri.

5) Hamdun al-Qassar, syukur adalah memperhatikan dirinya meskipun tidak diundang.

6) Abu Bakar al-Waraq, syukur adalah memperhatikan pemberian dan menjaga kehormatan.

7) Syibli, syukur adalah memperhatikan Dzat yang memberikan nikmat bukan pada kenikmatan-Nya.9

7

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), 71.

8

(16)

8) Ar-Raghibal-Isfahani, syukur mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menempatkannya ke permukaan.10

9) Abu Ali Daqaq, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dengan kedudukannya.11

10)Imam Ghazali, syukur adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan maksud pemberian-Nya.12

Dapat peneliti simpulkan bahwa syukur adalah ridha dan

menerima apa yang telah diberikan oleh Sang Maha Pemberi nikmat, bagi orang yang bersyukur ia harus mengetahui hakikat dari nikmat

yang ia syukuri, diakui dengan ucapan dan dibenarkan dengan hati, bentuk syukur tersebut diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang baik, sifat tidak menerima dengan ridha apa yang telah diberikan

merupakan bentuk dari lawan sifat syukur yakni sifat kufur. b. Syukur dalam Al-Qur‟an

1) Surat Al-Baqarah, Ayat 152:





















Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.13

9

Abul Qasim Abdul Karim Hawazinal-Qusyairian- Naisaburi, Risalah Qusyairiyah: Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, terj.Umar Faruq (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 245.

10

Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an (Jakarta: Mizan, 2013), 125. 11

Supiana dan Karman, Materi Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), 233.

12

(17)

Pada prinsipnya segala bentuk kesykuran harus ditunjukan

kepada Allah SWT. Namun demikian, walaupun kesyukran harus ditujukan kepad Allah bukan berarti terdapat larangan bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.14

2) Surat Ibrahim, Ayat 7:























Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".15

Satu hal yang menarik untuk disimak dari ayat tersebut adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan

bersumber dari-Nya langsung. Akan tetapi kekufuran hanya diisyaratkan dengan siksa tanpa adanya penegasan bagi manusia yang tidak bersyukur atas nikmat-Nya. dalam penafsiran yang lain

siksa tersebut berupa rasa lapar, cemas dan takut.

3) Surat Al-Dhuha, ayat 11:













13

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: 2016), 478.

14

Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur‟an (Jakarta: Mizan, 2013), 289.

15

(18)

Artinya: “dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan ".16

Hakikat syukur adalah ”menampakkan nikmat”, dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat dapat

diwujudkan dengan penggunaan nikmat tersebut pada tempat yang sesuai dengan kehendak dari Dzat pemberi nikmat tersebut. Serta

dengan menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.17 c. Dimensi Syukur

Menurut Umar Faruq, syukur terbagi menjadi tiga. Pertama,

syukur dengan lisan, yakni mengakui kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt dengan sikap merendahkan diri. Kedua, syukur dengan

badan, yakni bersikap selalu sepakat dan melayani (mengabdi) kepada Alla Swt. Ketiga syukur dengan hati yakni mengasingkan diri di hadapan Allah Swt dengan konsisten menjaga keagungan-Nya. Syukur

dengan lisan adalah syukurnya orang yang berilmu. Ini dapat direalisasikan dengan bentuk ucapan. Syukur dengan badan adalah

syukurnya orang yang beribadah. Ini dapat direalisasikan dengan bentuk perbuatan. Syukur dengan hati adalah syukurnya orang yang ahli

16

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: 2016), 904.

17

(19)

ma‟rifat. Ini dapat direalisasikan dengan semua hal ikhwal secara

konsisten.18

Hakikat syukur pada dasarnya adalah mencakup syukur secara lisan maupun penegasan dalam hati atas anugerah dan rahmat Allah

SWT. Syukur dengan lisan berupa pengakuan atas anugerah dalam derajat kepasrahan, syukurnya anggota badan adalah mengambil sikap serta dan mengabdi (ibadah) kepada Allah, dan syukurnya hati adalah

dengan mengundurkan diri ke tataran persaksian dengan terus-menerus melaksanakan pengabdian. 19

Ulya Alwi Ubaid dalam bukunya menjelaskan syukur sebagai bentuk pujian seorang hamba yang diungkapkan untuk memuji Dzat yang memberi kenikmatan atas limpahan kebaikan yang dianugerahkan

kepadanya. Syukur seorang hamba mempunyai tiga rukun, yang tanpa tiga rukun tersebut seorang hamba belum dikatakan bersyukur. Tiga

rukun tersebut adalah:

1) Mengakui nikmat yang diterima secara batin 2) Menceritakan nikmat yang diterima secara dzahir.

3) Menggunakan nikmat yeng diterima untuk ketaatan kepada Allah.20

18

Umar Faruq, Risalah Qusyairiyah: Sumber Kajian Ilmu Tasawuf(Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 245.

19

Asep Akhmad Hidayat, Mata Air Bening Ketenangan Jiwa 17 Cara Mencari Ketentraman dan Kemuliaan (ESQ Perspektif Tasawuf) (Bandung: Marjaa, 2012), 155-156.

20

(20)

Syukur bersifat responsif dan ekspresif, semua berpendapat bahwa syukur merupakan bentuk ekspresi atas nikmat Allah dengan cara

yang baik. Tidak adanya ekspresi atau tidak adanya respon atas nikmat Allah, maka disebut kufur. Yang dimaksud kufur adalah menutupi rasa

bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Syukur juga melibatkan sifat ridha. Orang yang telah ridha dengan kenikmatan adalah orang yang bersyukur. 21

d. Manfaat Syukur

Mendayagunakan segenap potensi untuk mengubah kehidupan

menjadi lebih baik adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah swt atas nikmat anggota tubuh dan potensi luar biasa yang telah dikaruniakan oleh Allah swt. Kemudian, Men-syukur-i kesehatan yang

ada pada diri dengan mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Yang nantinya akan membuat diri melakukan apa yang bisa

dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu mengubah diri menjadi lebih baik. Syukur menuntun diri untuk tetap berbaik sangka terhadap Allah swt dalam segala hal yang terjadi pada kehidupan ini,

sehingga mampu menggerakkan hati untuk ikhlas menerima ketetapan

21

(21)

Allah swt. Sehingga mengarahkan seseorang untuk menerima kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. 22

Selain itu, nilai dalam ajaran syukur mengarahkan untuk selalu memaknai setiap peristiwa dalam kehidupan dengan sudut pandang

positif. Maka mampu meningkatkan kemampuan untuk berpikir positif dan memiliki evaluasi diri yang bagus serta membangun konsep diri yang lebih positif. Secara psikologis rasa syukur dapat memberikan

kepuasan pada diri sendiri sehingga mampu menghilangkan perasaan resah ketika gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan. Dan juga,

Syukur mengandung arti mengenali semua nikmat yang telah Allah swt karuniakan, termasuk didalamnya yakni dengan mengenali potensi potensi yang Allah swt anugerahkan pada diri ini, yang nantinya akan

menumbuhkan optimisme yang membuat diri bersemangat menghadapi tantangan. Maka dengan perasaan ber-syukur menumbuhkan rasa tidak

takut gagal dan berani mencoba hal baru sehingga tidak bersikap pesimis terhadap kompetisi, dan meningkatkan rasa percaya diri.23

Manfaat syukur itu kembali pada orang yang ber-syukur,

kebaikan yang ada kembali pada mereka yang ber-syukur, sebagaimana dalam surat An-Naml ayat 40.

22

Aura Husna (Neti Suriana), Kaya dengan Bersyukur: Menemukan Makna Sejati Bahagia dan Sejahtera dengan Mensyukuri Nikmat Allah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013),154.

23

(22)

Sayyid Quthb yang dikutip oleh Ahmad Yani, menyatakan empat manfaat ber-syukur, yakni:24

1) Menyucikan Jiwa

2) Mendorong jiwa untuk beramal saleh

3) Menjadikan orang lain ridha

4) Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial

Manfaat syukur lainnya, disebutkan oleh Aura Husna sebagai

berikut:

1) Menuntun hati untuk ikhlas

2) Menumbuhkan optimisme 3) Memperbaiki kualitas hidup

4) Membentuk hubungan persahabatan yang lebih bai

5) Mendatangkan pertolongan Allah swt.25

Dalam metode bimbingan ruhani, Frankl menekankan realisasi nilai-nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap

penderitaan yang dialami manusia. Dalam pandangan Islam, sikap positif tersebut antara lain qonaah, sabar, syukur dan tawakal. Dengan menunjukkan sikap-sikap tersebut, seorang muslim dapat mengambil

24

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), 218.

25

(23)

hikmah dan menemukan makna dibalik musibah atau penderitaan yang dialaminya, sehingga dapat merasakan kebermaknaan hidup.

Rasa syukur merupakan kecenderungan seseorang menunjukan respon terhadap segala yang terjadi di sekitarnya dengan adanya rasa

terima kasih terhadap orang lain. Rasa syukur pada diri seseorang biasanya ditunjukan dengan sikap positif terhadap lingkungannya seperti memberi kenyamanan dengan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap

orang lain, memiliki niat baik untuk berbagi dan sebagainnya.

Syukur merupakan salah satu bentuk dari ekspresi kebahagiaan

yang berhubungan dengan kesejahteraan. Syukurmerupakan elemen penting serta fundamental dalam meningkatkan kesejahteraan. Disamping itu aktifitas bersyukur dapat memelihara dan

mempertahankan kesejahteraan psikologis pada diri seseorang. Dengan demikian syukur merupakan salah satu bentuk dari emosi positif yang

bertolak belakang dengan emosi negatif seperti marah, cemas,cemburu, dan bentuk emosi negatif lainnya.

Rasa syukur dapat dicirikan sebagai konsep moral dan

pro-sosial, serta ekspresi yang memiliki implikasi potensial untuk kepuasan hidup dan kesejahteraan. Konsep kebersyukuran berlakutermasuk dalam

(24)

kedua kesejahteraan dan kepuasan hidup, bahkan pada hasil penelitian yang relevan saat ini akan tampil lebih valid sebagai prediktor

kesejahteraan psikologis. Bersyukur bisa membuat seseorang lebih baik dan bijak, seseorang yang lebih bijaksana dapat menciptakan

keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan dan komunitasnya. Dalam penelitian lain, aktivitas bersyukur menjadikan seseorang merasa bahagia, optimistis dan merasakan kepuasan hidup. 26

2. Kesehatan Mental a. SecaraEtimologi

Secara etimologi, kesehatan mental yang biasanya disebut mental hygiene, berasal dari dua kata yaitu mental dan hygeia. Hygeia adalah nama dewi kesehatan Yunani. Dan hygiene berarti “ilmu kesehatan”. Sedangkan mental (dari kata latin mens, mentis) artinya:

jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Mental hygiene dalam hal ini sering

disebut pula sebagai psiko hygiene. Psyche (dari kata yunani psuche) artinya: nafas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, semangat. Jadi pengertian kesehatan mental secara etimologi adalah jiwa yang sehat

atau ilmu yang mempelajari tentang kesehatan jiwa. b. Secara Terminologi

26

(25)

Adapun pengertian kesehatan mental secara terminologi, beberapa pakar memberikan definisi yang berbeda-beda. Berikut ini

adalah rumusan-rumusan pengertian kesehatan mental menurut pakar-pakar tersebut :

1) Kartini Kartono

“Hygiene mental adalah ilmu kesehatan jiwa yang mempermasalahkan kehidupan kerohanian yang sehat, dengan memandang pribadi manusia sebagai satu totalitas psiko-fisik yang kompleks”.

2) Abdul Aziz El-Quussy

“Kesehatan mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa terjadi pada orang, disamping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan”.

3) M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky

“Mental yang sehat adalah integrasinya jiwa muthmainnah (jiwa yang tenteram), jiwa radhiyyah (jiwa yang meridloi), dan jiwa mardhiyyah (jiwa yang diridloi)”.

4) Zakiah Daradjat

“Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh -sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat”.

5) Jalaluddin

(26)

orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram.”27

6) Tamami

“Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian, keharmonisan, dan integralitas kepribadian yang mencakup seluruh potensi manusia secara optimal dan wajar. 28

Dari beberapa definisi di atas, secara umum dapat disimpulkan

bahwa kesehatan mental adalah integrasi keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan yang perasaan tentram dan mampu menyesuaikan diri lingkungannya, sehingga mampu menghadapi goncangan-goncangan

kejiwaan dengan berlandaskan keimanan danketakwaan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.

c. Tanda-Tanda Kesehatan Mental

Untuk mengetahui sehat dan tidaknya mental seseorang, pada

tahun 1959, Organisasi Kesehatan Dunia merumuskan kriteria jiwa atau mental yang sehat, adalah sebagai berikut :

1) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.

2) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.

3) Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. 4) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.

27

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 154.

28

(27)

5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.

6) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk dikemudian hari.

7) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

8) Mempunyai rasa kasih sayang yang besar

Kriteria jiwa yang sehat menurut WHO tersebut, belum memasukkan elemen agama. Oleh karena itu, pada tahun 1984, WHO

menyempurnakan batasan sehat dengan menambah satu elemenspiritual (agama), sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis dan sosial, tetapijuga sehat

dalam arti spiritual atau agama (empat dimensi sehat: biopsiko-sosio-spiritual).

d. PengertianGangguan Mental

Berdasarkan pengertian kesehatan mental yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, Yahya Jaya menjelaskan bahwa penyesuaian diri

meliputi:

Pertama, Penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri,

(28)

kemampuan dalam memanfaatkan potensi dan daya seoptimal mungkin sehingga penyesuaian diri membawa kepada kesejahteraan dan

kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.

Kedua, penyesuaian diri yang sehat dengan lingkungan dan

masyarakat, merupakan tuntutan kepada seseorang untuk meningkatkan keadaan masyarakatnya dan keadaan dirinya sendiri sebagai anggota. Dalam hal ini ia tidak hanya memenuhi tuntutan masyarakat dan

mengadakan perbaikan di dalamnya, tetapi juga dapat membangun dan mengembangkan dirinya sendirisecara serasi dalam masyarakat

tersebut.29

Zakiah Daradjat membagi keabnormalan (penyakit mental) tersebut menjadi dua bagian, yakni neurosa dan psikosa. Neurosa

berkaitan dengan gangguan kejiwaan pada perasaan, dan psikosa pada gangguan pikiran. Perbedaan antara psikosa dan neurosa terletak pada

perasaan, pikiran dan kepribadian penderita. Neurosis yang terganggu hanya perasaannya, karena itu ia masih merasakan kesukaran yang dihadapinya sehingga kepribadiannya tidak memperlihatkan kelainan

yang berarti dan masih berada dalam alam kenyataan.30

29

Skripsi, Bakhtiyar Zain, Pemikiran Viktor E. Frankl Tentang Logoterapi dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan Konseling Islam), (Semarang: Institut Agama Islam Negeri (Iain) Walisongo, 2005), 177.

30

(29)

Sebaliknya, manusia kadang-kadang tidak dapat menyesuaikan diridengan situasi yang penuh dengan berbagai konflik, masalah dan

cobaan yang dihadapinya. Artinya dia tidak bisa bersikap tenang dan cenderung tidak bisa menerima keadaan dirinya, serta mengalami

ketegangan batin.Jika konflik dan ketegangan batin ini tidak mendapatkan penyaluran serta penyelesaian yang baik, dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama,maka akan menimbulkan macam-macam

bentuk gangguan atau kekalutan mental. Kekalutan mental ini sifatnya bisa ringan; akan tetapi juga bisa serius, sehingga memerlukan

perawatan di rumah sakit jiwa dan bimbingan khusus.

Menurut Islam, indikasi orang yang tidak sehat mentalnya antara lain adalah pemarah, pendendam, pendengki (hasad), takabur (sombong,

angkuh), suka pamer (riya‟), membanggakan diri sendiri („ujub), berburuk sangka (su‟udzan), was-was, pendusta (kadzib), rakus dan

serakah, berputus asa, pelupa (lalai), pemalas, kikir (bathil), dan hilangnya perasaanmalu.

Menurut Frankl, penyebab utama gangguan mental yang di

derita seseorang adalah kegagalan manusia modern memperoleh arti kehidupan. Kehidupan modern telah mengabaikan keinginan manusia

untuk mencari arti atau dasar hidup yang sesungguhnya.31 Upaya manusia untuk mencari makna hidup bisa menimbulkan ketegangan

31

(30)

batin, bukan keseimbangan batin. Tetapi ketegangan seperti itu justru merupakan pra syarat yang sangat dibutuhkan bagi tercapainya

kesehatan mental. Frankl percaya bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa lebih efektif membantu seseorang untuk bertahan hidup,

bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun, selain kesadaran bahwa hidupnya memiliki makna.32

Kesehatan mental seseorang didasarkan pada ketegangan dengan

tingkatan tertentu; yaitu tingkatan ketegangan yang sudah dicapainya dan tingkatan yang masih harus dicapainya, atau kesenjangan diantara

kondisi seseorang pada saat tertentu dengan kondisi yang seharusnya dicapai. Ketegangan seperti itu merupakan bagian tak terpisahkan dari manusia, dan karena itu sangat diperlukan bagi kesehatan mental.33

Jadi, kita tidak perlu ragu-ragu menantang manusia untuk menemukan potensi makna hidup yang harus dipenuhinya. Dengan cara

itulah kita bisa memicu keinginannya untuk mencari makna hidupnya yang masih tersembunyi. Salah jika kita beranggapan bahwa yang dibutuhkan manusia untuk mencapai kesehatan mental adalah

keseimbangan, atau yang dalam ilmu biologi disebut dengan istilah homeostatis, yaitu sebuah kondisi tanpa tekanan. Yang dibutuhkan

32

Skripsi Bakhtiyar Zain, Pemikiran Viktor E. Frankl Tentang Logoterapi dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan Konseling Islam), (Semarang: Institut Agama Islam Negeri (Iain) Walisongo, 2005, 133.

33

(31)

manusia bukan kondisi tanpa tekanan melainkan upaya dan perjuangan untuk meraih sasaran yang bermakna, sebuah tugas yang dipilih dengan

bebas. Yang dibutuhkan manusia bukan menghilangkan tekanan dengan ongkos apapun, melainkan panggilan untuk mencari makna hidup yang

potensial yang harus dia penuhi. Yang dibutuhkan manusia bukan kondisi homeostatis, tetapi sesuatu yang dinamakan Frankl sebagai noodinamik, yaitu dinamika eksistensi atau kehidupan yang terletak

diantara dua kutub medan ketegangan; kutub pertama mewakili makna yang harus dipenuhi manusia, sedangkan kutub lain mewakili orang

yang harus memenuhi makna tersebut. Jadi, jika para terapis ingin memperkuat kesehatan mental pasien mereka, mereka tidak boleh ragu-ragu untuk menciptakan sejumlah ketegangan yang logis dengan

mengajak si pasien untuk meninjau kembali makna hidupnya.34

Suatu kepribadian yang sehat mengandung tingkat ketegangan

tertentu antara apa yang telah dicapai atau diselesaikan, suatu jurang pemisah antara siapa kita dan bagimana seharusnya kita. Ini berarti bahwa orang-orang sehat selalu memperjuangkan tujuan yang

memberikan arti bagi kehidupan. Orang-orang ini terus menerus berhadapan dengan tantangan untuk memperoleh maksud baru yang

harus dipenuhi. Dan perjuangan yang terus menerus ini menghasilkan kehidupan yang penuh semangat dan gembira. Kemungkinan lain tidak

34

(32)

berusaha mencari menyebabkan suatu kekosongan eksistensial dan menyebabkan kita merasa bosan, masa bodoh, dan tanpa tujuan.

Kehidupan tidak mempunyai arti; kita tidak mempunyai alasan untuk meneruskan kehidupan.35

Frankl juga mengakui peran agama dalam kesehatan mental, meskipun menurutnya hubungan antar agama dan kesehatan mental tidak merupakan hubungan kausalitas langsung, seperti dijelaskan dalam

skema berikut ini:

Mental health Salvation & Faith

Psychotherapy Religion

Tujuan psikoterapi pada umumnya adalah mengembangkan kehidupan dengan mental yang sehat (mental health), sedangkan tujuan

akhir agama adalah mengembangkan keimanan (faith) danpenyelamatan ruhani (spiritual salvation). Walaupun keduanya mempunyai tujuan

yang berbeda, yang satu berdimensi psikologis dan yang lain berdimensi spiritual, tetapi keduanya mungkin berkaitan dalam hal akibat sampingnya. Seseorang yang beriman diharapkan sehat mentalnya,

walaupun mungkin tidak selalu demikian. Sebaliknya seseorang yang sehat mentalnya diharapkan akan lebih terbuka baginya untuk beriman,

sekalipun tidak selalu demikian kenyataannya. Dengan kata lain,

35

(33)

seorang beriman belum tentu sehat mentalnya, dan orang yang sehat mentalnya belum tentu beriman.36

Mental mempunyai pengertian yang sama dengan jiwa, nyawa, roh, dan semangat. Ilmu kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan

jiwa yang mempersalahkan kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi manusia sebagai satu totalitas psiko fisik yang kompleks. Kesehatan mental ialah pondamen (pondasi) yang harus

ditegakkan orang dalam dirinya guna mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Diantara prinsip tersebut adalah:

1) Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri. Memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image) merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan kesehatan

mental.

2) Keterpaduan atau integrasi diri.

3) Perwujudan diri.

4) Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas social, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.

5) Berminat dalam tugas dan pekerjaan.

6) Memiliki agama, cita-cita dan falsafah hidup.

36

(34)

7) Pengawasan diri terhadap hawa nafsu atau dorongan yang bertentangan dengan hukum, baik hukum agama, Negara, adat

maupun aturan moral dalam hidupnya.

8) Rasa benar dan bertanggung jawab, hal ini penting karena setiap individu ingin babas dari rasa dosa, salah dan kecewa.37

Mental sakit (suffering) dalam hal ini,mental sakit merupakan lawan dari mental sehat dalam agama yaitu penderitaan. Terkait dengan

penderitaan ini, penderitaan dapat dibagi 2:

1) Faktor dari luar

a) Malapetaka/musibah Musibah yang serius dapat menggoncangkan kejiwaan seseorang. keguncangan jiwa ini sering menimbulkan kesadaran pada diri manusia, berbagai

macam interpretasi untuk mereka waktu sehatnya kurang memiliki pengalaman dan kesadaran agama yang cukup

umumnya menafsirkan musibah sebagai peringatan Tuhan kepada dirinya.

b) Kontemplasi kejahatan Orang yang menekuni kehidupan

dilingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku maupun sebagai pendukung kejahatan umumnya akan mengalami keguncangan

batin dan rasa berdosa. perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan

37

(35)

yang bersifat kompensatif. Seperti melupakan sejenak minuman keras, berjudi, maupun berfoya-foya. Namun upaya untuk

menghilangkan keguncangan batin sering tidak berhasil. Karena itu jiwa mereka menjadi labil dan terkadang dilampiaskan dengan

tindakan yang brutal, pemarah, mudah tersinggung, dan berbagai tindakan negatif lainnya.

2) Faktor intern

a) Watak merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan

kejiwaan seseorang.

b) Penyakit saraf Orang yang menderita penyakit saraf ini menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkahlakunya.

keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkan tergantung dari segi gejala yang mereka derita. misal; para

schizoprenia, Paranoia, Psychostenia dan gangguan jiwa lainnya.

c) Konfik dan keraguan Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri

seorang mengenaikeagamaan mempengaruhi sikap keagamaannya. konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi

(36)

d) Jauh dari Tuhan Orang yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan

kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan. hal ini menyebabkan terjadi semacam perubahan sikap keagamaan

pada diri seseorang.38

Sementara itu, Sururin menjelaskan kesehatan mental dengan beberapa pengertian: 1). Terhindarnya seseorang dari gangguan dan

penyakit jiwa (neorosis dan psikosis). 2). Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, dan masyarakat

serta lingkungan dimana ia hidup. 3). Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang bisa terjadi dari

kegelisahan dan pertengkaran batin (konflik). 4). Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin. Sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.39

38

Ulin Nihayah, Peran Komunikasi Interpersonal Untuk Mewujudkan Kesehatan Mental Bagi Konseling, Islamic Communication Journal Voll. 01, No. 01, Mei-Oktober 2016, 37-38.

39

(37)

e. Tolak Ukur dan Kriteria Kesehatan Mental

Daradjat menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah seseorang

terganggu mentalnya atau tidak bukanlah hal yang mudah, sebab tidak mudah diukur, diperiksa ataupun dideteksi dengan alat-alat ukur seperti

halnya dengan kesehatan jasmani/badan. Bisa dikatakan bahwa kesehatan mental adalah relatif, dalam arti tidak terdapat batas-batas yang tegas antara wajar dan menyimpang, maka tidak ada pula batas

yang tegas antara kesehatan mental dengan gangguan kejiwaan.40 Keharmonisan yang sempurna di dalam jiwa tidak ada, yang diketahui

adalah seberapa jauh kondisi seseorang dari kesehatan mental yang normal. Meskipun demikian ada beberapa ahli yang berusaha merumuskan tolok ukur kesehatan mental seseorang, salah satunya

adalah Sadli. Ia mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan mental, yakni: Pertama, orientasi Klasik: Seseorang dianggap sehat bila ia tak

mempunyai keluhan tertentu, seperti: ketegangan, rasa lelah, cemas, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau “rasa tak sehat”

serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Kedua, orientasi

penyesuaian diri: Seseorang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang

lain serta lingkungan sekitarnya. Ketiga, orientasi pengembangan potensi: Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan mental, bila ia

40

(38)

mendapat kesempatan untuk mengembang-kan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya

sendiri.41

Bastaman memberikan tolak ukur kesehatan mental, dengan

kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan. 2) Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar pribadi yang bermanfaat dan

menyenangkan. 3) Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat

bagi diri sendiri dan lingkungan. 4) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya menerapkan tuntutan agama dalam kehidupan sehari-hari.42

Dari berbagai ciri orang yang memiliki mental yang sehat sebagaimana dijelaskan di atas, penelitian ini memilih ciri kesehatan

mental yang dikemukakan Bastaman dengan alasan bahwa tolak ukur kesehatan mental ini sesuai dengan kajian peniliti seperti keserasian dengan ketaatan beribadah, potensi diri serta keterkaitannya dengan

lingkungan dan atas hasil diskusi dari berbagai pihak. Pendapat yang dikemukakan Bastaman ini akan dijadikan dasar dalam membuat skala

kesehatan mental dengan memberikan tolok ukur kesehatan mental

41

H. D. Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam; Menuju Psikologi Islami. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1985), 132.

42

(39)

secara operasional sesuai kriteria-kriteria: 1). Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan; 2). Mampu secara luwes menyesuaikan diri

dan menciptakan hubungan antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan; 3). Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat,

kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya; 4). Beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan berupaya menerapkan tuntunan agama dalam

kehidupan sehari-hari.

Kartini Kartono berpendapat ada tiga prinsip pokok untuk

mendapatkan kesehatan mental, yaitu:

1) Pemenuhan kebutuhan pokok. 2) Kepuasan

3) Posisi dan status sosial.

Dalam usaha untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan hidup,

seseorang kadang-kadang mendapat halangan dan rintangan, bahkan mengalami jalan buntu. Kondisi ini akan mengganggu ketenangan, bahkan dapat mengganggu keseimbangan mentalnya. Kegagalan dalam

usaha untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan itu ada yang berasal dan dalam dirinya, yaitu kegagalan penyesuaian dalam dirinya, dan ada

pula yang berasal dari luar dirinya.43

43

(40)

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan dan keinginan manusia beraneka ragam, sesuai dengan tingkat kehidupan, lingkungan, dan

tingkat rasa kepuasannya. Di samping itu, ada kebutuhan yang dirasakan harus ada pada setiap orang, yaitu rasa ingin disayang, rasa aman, harga

diri, ingin tahu, dan ingin sukses. Apabila salah satu kebutuhan yang dirasakan harus ada itu tidak terpenuhi secara wajar akan timbul rasa tidak senang pada diri seseorang. Kadar ketidaksenangan itu sesuai

dengan keadaan jiwanya, lingkungannya, dan banyak sedikitnya kebutuhan tersebut terpenuhi. Ketidaksenangan inilah yang dapat

menimbulkan kecemasan dan mengganggu keseimbangan mental seseorang.44

Seorang pedagang yang mengalami kegagalan dalam

perniagaannya atau pegawai yang gagal menduduki jabatan, tentu merasa tidak senang dan kecewa. Kekecewaan tersebut akan

mengganggu keseimbangan mental. Makin tinggi tingkat kekecewaan itu makin berat gangguan keseimbangan mental tersebut. Hal ini dapat membawanya melakukan apa saja demi menghilangkan kekecewaan

tersebut, bahkan ada yang bunuh diri, jika mentalnya tidak sehat dan kuat. Tetapi, jika mentalnya atau jiwanya sehat dan kuat, apa pun

masalah yang dihadapinya, ia akan selalu tenang dan mampu

44

(41)

mengendalikan diri. Kegagalan baginya bukan membuatnya putus asa apalagi bunuh diri, tetapi menjadi pelajaran berharga dan memacu

dirinya untuk lebih giat dan gigih berusaha mencapai sukses. Karena itu, kesehatan mental sangat penting bagi seseorang agar ia dapat

menghadapi dan mengatasi problema kehidupan dengan jiwa yang tenang, tenteram, dan damai.

3. Syukur dan Kesehatan Mental

Tsang, Rowatt dan Buechsel menyimpulkan bahwa pengalaman bersyukur memiliki potensi untuk mempengaruhi secara positif terhadap

kesehatan mental dan fisik, bahkan berfungsi untuk menguatkan ikatan sosial, komunitas dan keagamaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dinyatakan pula bahwa bersyukur mendorong individu umtuk kembali kepada kebaikan,

serta ekspresi bersyukur menghargai kedermawanan,sehingga memungkinkan mereka membantu lagi di waktu yang akan datang. Penelitian Watkins

Woodward, Stone dan Kolts, menyimpulkan bahwa kepribadian bersyukur berkorelasi negatif dengan depresi, agresireligiusitas yang dangkal, kebencian (dendam) dan narcisistik. Selanjutnya Rowatt dan Buechsel menyatakan

bahwa kepribadian bersyukur berkaitan dengan sifat-sifat positif, selanjutnya orang yang bersyukur cenderung bahagia dan memiliki kepribadian suka

(42)

Orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang memiliki level lebih tinggi dalam emosi-emosi positif dan kepuasan hidup serta lebih rendah

dalam emosi-emosi negatif seperti kecemasan, depresi dan iri hati. Selanjutnya orang yang bersyukur lebih berorientasi prososial, lebih empatik,

memaafkan, suka menolong dan memberi bantuan kepada orang lain.45

45

(43)

39

A. Pendekatandan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, dalam hal ini Moleong menjelaskan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.46

Pendekatan kualitatif ini memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil,

analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif,

dan ma’na merupakan hal yang esensial.

Jenis penelitian yang diguanakan adalah studi kasus, yaitu suatu

deskripsi intensif dan analisi fenomena tertentu atau satuan social seperti individu, kelompok,institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan

secara tepat dalam bnayak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan pendiaikan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.

B. Kehadiran Peneliti

Ciri khas peneliti kualitatif tidak bisa dipisahkan dari pengamatan

berperan namun peran peneliti yang menentukan keseluruhan scenarionya.

46

(44)

Sebagai pengamat peneliti brperan serta dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkan untuk dpat difahaminya. Kehadiran peneliti

didini merupakan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Adapun

penelitian ini dilakukan oleh penulis di Madrasah Miftahul Huda Mayak dengan responden pendidik.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Miftahul Huda Mayak Tonatan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur Indonesia. Peneliti memilih tempat tersebut

karena peneliti tertarik dengan kesemangatan para pengajar (guru) dalam memenuhi tanggungjawabnya menyebarkan ilmu. Karea semangat dan loyalitas tersebut menunjukkan tingkat kesyukuran seorang guru atas nikmat

ilmu yang diberikan Allah SWT.

D. Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang ssuai dengan focus penelitian. Sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik sebagai

(45)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah interview, observasi,

dan dokumentasi.47 1. Teknik wawancara

Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatab muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.48 Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonsia sebab merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap akan

observasi. Meskipun daftar pertanyaan telah lanjur dibuat sempurna oleh peneliti, namun tetap kuncinya terletak pada para pewawancara.Adapun tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi dan bukanya

untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.49

Sebagaimana bentuk-bentuk pertanyaan dalam wawancara ada dua

yaitu:

a. Wawancara yang bersifat tertutup terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang bentuknya sedemikian rupa sehingga kemungkinan jawaban

responden maupun informan (pemberi informasi/keterangan) amat terbatas.

47

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 158

48

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) 83.

49

(46)

b. Wawancara yang bersifat terbuka terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sedemikian rupa bentuknya sehingga responden/informan

diberikan kebebasan dalam menjawab

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terbuka

karena dengan cara demikian sesuai dengan peneliti kualitatif yang biasanya berpandangan berbukti, jadi para subjek atau pelaku kejadian mengetahui pula maksud dari wawancara tersebut.50

Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai:

a. Kepala Madin untuk mengetahui lebih lanut terkait dengan profil

Madin tersebut.

b. Ustadz untuk mengetahui latar belakang pengembangan kepribadian Muslim santri berbasis hukuman edukatif.

2. Teknik observasi

Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses

yang tersesat dan sebagai proses biologis, dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.51

Penggunaan teknik-teknik observasi tergantung sekali kepada

situasi dimana observasi diadakan. Adapun teknik-teknik tersebut yaitu: a. Observasi partisipan atau nonpartisipan.

b. Observasi sistematik atau nonsistematik.

50

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal.137.

51

(47)

c. Observasi eksperimental atau noneksperimental.

Dalam penelitian ini menggunakan tekhnik observasi yang

pertama yakni bertindak sebagai partisipan. Dimana peneliti mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari objek penelitian, karakteristik fisik situasi dan

bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.52 Hasil observasi, dicatat dalam cacatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.

Dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif jantungnya adalah catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya catatan lapangan

ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian.

Pada observasi ini, peneliti akan mengambil data dan hukuman edukatif yang diterapkan dalam rangka mengembangkan kepribadian

Muslim santri di lingkungan madin Mifathul Huda. 3. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber insani, sumber ini terdiri sumber dokumen dan rekaman.53 Rekaman sebagai setiap tulisan atau pertanyaan yang diarsipkan oleh

individual ataupun organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu

52

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 1997), 161.

53

(48)

peristiwa atau memenuhi acaunting. Sedangkan “dokumen” digunakan

untuk mengacu atau bukan selain dari rekaman, yaitu tidak diarsipkan

secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto dan sebagainya,

Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari kosumsi waktu, (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi

yang kaya secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. (3) sumber ini sering merupakan pertanyaan yang legal yang dapat memenuhi

akuntabilitas. Hasil pengupulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam format traskip dokumentasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi untuk

mengetahui data umum tentang Madin Miftahul Huda, serta perkembangan kepribadian Muslim santri yang ada di Madin Putra Mifathul Huda.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.54

54

(49)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, dan datanya menjadi jenuh. Aktivitas dalam analisis

data, meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut55:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.56

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif beberapa jenis bentuk penyajian

datanya adalah bentuk uraian singkat, bagan dan sebagainya.57

55

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), 338.

56

Ibid, 338.

57

(50)

3. Penarikan Kesempulan (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah penarikan

kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah berupa temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Adapun uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi.

Triangulasi yang penulis gunakan ada dua jenis, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.58 Dimana penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yang

dinamakan triangulasi teknik. Sedangkan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi pasif, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Tujuan dari triangulasi adalah untuk mengecek data-data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi agar data

yang diperoleh valid.

58

(51)

H. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahap - tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan

ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah :

1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.. 2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan

data.

(52)

48

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah Berdirinya Madin Miftahul Huda59

Madrasah Diniyah Miftahul Huda berdiri tahun 1967. Berdirinya Madrasah Diniyah Miftahul Huda ini tidak terlepas dari keberadaan Pondok Pesantren Darul Huda. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan

Ponorogo pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sangat sederhana sekali, yaitu sebagai tempat pendidikan yang mempelajari ilmu pengetahuan

agama Islam di bawah bimbingan seorang kyai atau guru. Sejalan dengan perkembangn jaman tuntutan masyarakat dewasa ini, lembaga pesantren masih tetap bertahan dalam pendidikan salafiyah dan modern, bahkan

semakin eksis berkembang, baik dari segi jumlah santrinya, tujuannya, maupun sistem pendidikan yang diselenggarakan.

Pondok Pesantren Darul Huda merupakan salah satu pondok pesantren yang merupakan metode salafiyyah dan haditsah, berdiri tahun 1968 di bawah asuhan KH. Hasyim Sholeh. Metode salaf yang digunakan di

Pondok Pesantren Darul Huda adalah metode sorogan, wetonan, dan sekolah diniyah Miftahul Huda. Sedangkan metode modern yang dimaksudkan adalah

adanya penyelenggaraan sekolah formal kurikulum Departemen Agama.

59

(53)

Dengan metode tersebut santri Pondok Pesantren Darul Huda diharapkan dapat mempelajari ilmu agama secara utuh.

Untuk menjawab tantangan dan tuntutan jaman serta terdorong untuk berperan aktif melaksanakan program pemerintah dalam membangun manusia

seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pondok Pesantren Darul Huda mendirikan Madrasah Diniyah Miftahul Huda dengan jenjang sekolah persiapan selama satu tahun, ibtidaiyyah selama enam tahun, Tsanawiyah

selama tiga tahun dan Madrasah Aliyah selama tiga tahun. Kemudian karena adanya beberapa faktor yang memungkinkan untuk menarik minat santri,

maka sekitar tahun 2001 sistem pendidikan di Madrasah Diniyah Miftahul Huda diubah dengan jenjang selama enam tahun. Hal ini dimaksudkan untuk santri yang memulai pendidikan di Pondok Pesantren Darul Huda, sejak di

Tsanawiyah, yang kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Darul Huda juga selesai Madrasah Diniyah Miftahul Huda.

2. Visi dan Misi Madin Miftahul Huda60

Bagi setiap lembaga pastilah mempunyai visi, misi untuk mewujudkan tujuan dari lembaga tersebut. Adapun visi dan misinya yaitu:

a. Visi : Berilmu, beramal, dan bertaqwa dengan dilandasi akhlaq al-karimah.

60

(54)

b. Misi : Menumbuhkan budaya ilmu, amal dan Taqwa disertai akhlaq al-karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya pada Agama dan

masyarakat.

3. Letak Geografis Madin Miftahul Huda61

Lokasi Madrasah Diniyah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo secara geografis terletak di Kota Ponorogo, tepatnya di jalan Ir. H. Juanda Gg IV nomor 38 Ponorogo, tepatnya di Dusun Mayak, Kelurahan Tonatan,

Kecamatan Kota Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Adapun batasan lokasi tersebut adalah:

Sebelah Utara : dibatasi oleh jalan Menur Ronowijayan Sebelah Selatan : dibatasi oleh kantor Kementerian Agama Sebelah Timur : dibatasi oleh jalan Suprapto

Sebelah Barat : dibatasi oleh jalan Ir. H. Juanda Gg. VI

Letak Madrasah Diniyah Miftahul Huda Mayak Tonatan Ponorogo

dari Kecamatan Kota Ponorogo sekitar kurang lebih 1 km, sedangkan dari Kabupaten Ponorogo sekitar kurang lebih 3 km.

4. Struktur Madin Miftahul Huda62

Dalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk memudahkan dalam membagi tugas dalam suatu organisasi, begitu pula

61

Lihat Transkip Dokumentasi Nomor 03/D/23 -V/2017 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.

62

(55)

dalam sekolah. Dengan adanya stuktur dalam sekolah, kewenangan masing-masing unit saling bekerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan.

Adapun struktur organisasi Madin Miftahul huda Mayak adalah

sebagai berikut:

a. Pimpinan Yayasan : KH. Abdussami‟ Hasyim b. Kepala Madin Mifathul Huda : Ust. H. Ahmad Saifuddin Rofi‟i

c. WaKa. Kurikulum : Ust. H. Abdul „Adhim d. WaKa. Kesiswaan : Ust. „Izzuddin Abdul Aziz

e. WaKa. Tata Usaha : Ust. Ahmad Hamrofi f. Dewan Asatidz/Ustadzat

g. Siswa/Siswi

5. Keadaan Dewan Asatidz/Ustadzat dan Santri63 a. Keadaan Dewan Asatidz/Ustadzat

Keadaan Asatidz/Ustadzat dan tenaga pengajar di Madin Miftahul Huda berjumlah ± 183 orang. Tenaga pengajar yang ada memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, baik yang berasal dari lulusan Madin

Miftahul Huda, alumni Pondok-pondok Salaf di Jawa seperti Pondok Al Anwar Sarang, pondok Lirboyo Kediri, Pondok Ploso Kediri dan beberapa

Referensi

Dokumen terkait

Kajian DRPs Kasus 13 Diabetes Mellitus tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kebumen, Jawa Tengah Periode 2007-2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stres perawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Responden diharapkan

Perbandingan ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog yang beredar di empat pasar tradisional di Kotamadya Yogyakarta yaitu Pasar Demangan, Beringharjo,

Xantin oksidase sebagai katalis hidroksilasi hipoxantin menjadi xantin dan hidroksilasi, kemudian xantin akan menjadi asam urat (Marks, Marks, dan Smith 2000). Dosis obat

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus akan membuat

Bentuk laporan yang disajikan dalam sistem tersebut adalah print out dari laporan yang diketik secara langsung berdasarkan data yang diperoleh dari survey list ketika

tanarius yang dapat memberikan efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pengaruh praperlakuan jangka waktu 30 menit sehingga dapat

R DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA ASMA DI DESA KEDUNGWULUH KIDUL KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS.. Adalah hasil karya sendiri dan bukan penjiplakan dari