• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mukhammad Hasan Tsu'banullah BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mukhammad Hasan Tsu'banullah BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun lingkungan (Rathus & Nevid, 2002).

Menurut data WHO, sebanyak 450 juta penduduk di dunia mengalami gangguan kesehatan akibat stres. Supriyantoro (dalam Kompas, 29 September 2011) menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan depresi dan stress.

(2)

faktor-faktor yang bersifat akademik, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non akademik. Faktor eksternal dapat berupa dukungan maupun hambatan lingkungan, fasilitas, sistem sosial ekonomi, kondisi alam dan lain sebagainya. Adapun faktor internal dapat berupa kondisi kesehatan jasmani maupun kondisi kesehatan psikis atau emosional. Faktor internal memegang peranan yang paling menentukan dalam keberhasilan proses belajar karena kesehatan psikis seorang mahasiswa dapat berubah dengan adanya perubahan lingkungan (Purwanto, 2009).

Menurut Wendy Green (2009) faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah faktor psikologis (stres), lingkungan tidur, gaya hidup, kondisi medis, masalah kesehatan mental, kelainan tidur, tindakan pengobatan, obat-obat reaksi. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah stres.

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengalami ngantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup (Perry & Potter 2006).

Menurut Andri, Sp. KJ, psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang, penelitian terbaru menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia (http//TribunNews.com di akses tanggal 5 Oktober 2014).

(3)

transient, sedang untuk insomnia kronis mencapai 10 % hingga 15 %. Hasil survei Warwick Medical School dari Inggris terhadap Negara Negara di Afrika dan Asia diperoleh sekitar 150 juta orang dewasa mengalami gangguan tidur. Rata rata 16,6 % kasus insomnia. Angka ini mendekati Negara Negara di barat yaitu sekitar 20% (http//detik.com diakses tanggal 5 Oktober 2014).

Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Pada tahun 2011 survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep Foundation dengan melibatkan 1.508 responden, dimana responden dibagi dalam 4 kelompok usia yakni usia 13-18 tahun, 19-29 tahun, 30-45 tahun, 40-64 tahun. Sebagian besar responden mengaku tidak pernah atau jarang tidur pulas pada hari kerja atau sekolah, dengan persentase tertinggi sekitar 51% pada usia 19-29 tahun (Sulistiani.C, 2012).

(4)

Di Indonesia, menurut Nurmiati Amir, dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Insomnia menyerang 10 persen dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 28 juta orang. Dari total angka kejadian insomnia itu, 10-15 persennya merupakan gejala insomnia kronis (http://www.tempo.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2014). Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan (Perry & Potter 2006).

Belajar merupakan suatu proses biasanya mencakup tiga komponen yaitu input, proses dan output. Input sebagai masukan biasanya terdiri dari mahasiswa, materi perkuliahan, sarana dan fasilitas perkuliahan, dosen, kurikulum, dan manajemen yang berlaku di Perguruan Tinggi tersebut. Sedangkan proses terdiri dari strategi perkuliahan, media instruksional, cara mengajar dosen, dan cara belajar mahasiswa. Output merupakan hasil dari proses belajar yaitu prestasi (Nurhidayah, 2009).

(5)

dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar masyarakat dan sebagainya (Anni, 2004).

Sedangkan, Dalyanto (1997) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1 Faktor internal mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar. 2 Faktor eksternal mencakup keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Studi tersebut membuktikan bahwa masalah psikologis,masalah tidur dengan prestasi belajar memiliki kaitan yang cukup erat.

(6)

insomnia sering mengalami penurunan prestasi akademik, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Puspito pada tahun 2009. Penelitian yang dilakukan di fakultas kedokteran tersebut menyatakan bahwa jika angka insomnia naik maka prestasi belajar akan menurun.

Berdasarkan uraian di atas membuat penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang Adakah Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Insomnia dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah: “Adakah Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Insomnia Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dan insomnia dengan Prestasi Belajar pada mahasiswa Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :.

a. Mengidentifikasi tingkat stres pada mahasiswa Keperawatan. b. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada mahasiswa Keperawatan. c. Mengidentifikasi Prestasi Belajar pada mahasiswa Keperawatan.

(7)

e. Membuktikan hubungan antara insomnia dengan kejadian prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

a. Untuk mengetahui dampak dari Stres dan insomnia bagi prestasi belajar. 2. Bagi program studi ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

a. Untuk menambah kepustakaan tentang, stres, insomnia dan Prestasi Belajar.

3. Bagi penulis

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu tingkat stress dan insomnia pada mahasiswa yang dikaitkan dengan Prestasi Belajar.

4. Bagi peneliti lainnya

a. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan insomnia.

E. Penelitian Terkait

(8)

hubungan antara stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif studi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan tahun 2009 dan 2010 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu sebanyak 145 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Fisher-Exact.Hasil penelitian ini adalah: 34 responden (23,4%) mengalami stres ringan, 31 (21,4%) responden mengalami stres sedang, 3 responden (2,1%) mengalami stres berat, 1 responden (0,7%) mengalami stres sangat berat, dan 62 responden (42,8%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro.

(9)

dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dengan hasil penelitian: Angka kejadian internet addiction pada mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu sebanyak (72,9%) mengalami internet addiction. Sebanyak (58,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, (27,1%) mahasiswa mengalami stres sedang, (14,6%) mahasiswa mengalami stres berat. sebanyak (41,7%) mahasiswa mengalami insomnia ringan, (52,1%) mahasiswa mengalami insomnia sedang, (6,2%) mahasiswa mengalami insomnia berat. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, keabsahan akta notaris meliputi bentuk isi, kewenangan pejabat yang membuat, serta pembuatannya harus memenuhi

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Hal tersebut membuat instagram menjadi platform media sosial yang paling tepat untuk melakukan digital branding, mengingat bahwa definisi digital branding oleh Rowles (2018:

Keinginan guru untuk mengajar dengan baik di kelas serta didukung pemberian kompensasi pelatihan peningkatan kompetensi dari sekolah akan memberikan dampak yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja (siswa), tentang faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja (siswa), dan mengetahui upaya

oleh jaksa penuntut umum terhadap pelaku tindak pidana. anak di Kejaksaan

Bertitik tolak dari uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan kognitif siswa antara yang menggunakan tes pilihan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal, pengalaman usaha, umur pedagang, dan tingkat pendidikan terhadap omzet pedagang di Pasar Ir Soekarno sebelum