• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan gambaraan umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisinya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002:1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi saru dengan lainya (http://www.depsos.go.id/ diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 21.15 WIB).

Santrock (2007:282), status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada

beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.

Menurut Soekanto, sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Menurut Abdulsyani sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh.

Dalam laporan PBB I berjudul Report on International Definition and

Measurement of Standart and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi:

1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi

3. Kondisi pekerjaan

4. Situasi kesempatan kerja

5. Konsumsi dan tata hubungan aggregative

7. Perumahan, termasuk fasilitas-fasilitas perumahan

8. Sandang

9. Rekreasi dan hiburan

10.Jaminan sosial

11.Kebebasan manusia (siagian, 2012:74)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi

Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Sejak masa kolonialisme, pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Masyarakat Indonesia yang biasa dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya, meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat

untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sosial_ekonomi diakses pada tanggal 13 April 2015 pukul 19.36 WIB).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pendidikan diupayakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan menadapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.

Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat di golongkan didalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi :

a. Golongan Ekonomi Rendah

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal.

b. Golongan Ekonomi Sedang

Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup namun hanya pas-pasan. Menjadikan pendidikan sebagai acuan kehidupan.

c. Golongan Ekonomi Tinggi

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangaka pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam keluarga untuk menjaga marwah.

Siagian (2012:69-72), Pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapak hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Bank Dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan sebesar US$ 2 perhari perorang dan untuk yang benar-benar miskin sebesar US$ 1.

Melihat kondisi pasar, mahalnya suatu barang yang akan dikonsumsi maka peneliti menetapkan acuan besaran pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga perbulannya adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan:

1. Pendapatan ekonomi bawah : < Rp. 5.000.000

2. Pendapatan ekonomi menengah : Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000

3. Pendapatan ekonomi tinggi : > Rp. 10.000.000

b. Pengeluaran:

1. Pengeluaran rendah : < Rp. 1.000.000

2. Pengeluaran menengah : Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000

3. Pengeluaran tinggi : > Rp. 5.000.000

(http://media.unpab.ac.id/ diakses pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 16.15 Wib).

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga. Kepemilikan kekayaan atau fasilitas tersebut diantaranya:

a. Barang-barang berharga

Kepemilikan kekeyaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

b. Jenis-jenis kendaraan pribadi

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga. Misalnya, orang yang mempunyai mobil

akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.

Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta benda yang dimiliki oleh orang tua anak berupa harta yang tidak bergerak berupa mobil, kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak sepeerti tanah, sawah, rumah, dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai pendidikan anak.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, ber upa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan

hidup. (http://digilib.unimed.ac.id/publik/UNIMED-Undergraduate-22748 diakses

pada tanggal 14 April 2015 pukul 08.46 WIB).

Menurut Manginsihi (2013:15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua anak untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain.

Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Profesional ahli teknik dan ahli jenis

b. Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c. Administrasi tata usaha dan sejenisnya

d. Jasa

e. Petani

f. Produksi dan operator alat angkut

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.

Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat dari jenjang pekerjaan, maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai berikut:

a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat

5. Kesehatan

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari bada jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit

2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit

3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami tampak sakit

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan. Adapun yang menjadi indicator dalam pemenuhan kesehatan yaitu:

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan

b. Kemampuan untuk berobat ke dokter

c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spiritual

2.1.3 Faktor Penghambat Sosial Ekonomi Keluarga

a. Sumber penghasilan

Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, diantaranya sumber penghasilan tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tetap dan sumber penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha sampingan. Jadi, apabila penghasilan pekerjaan tetap tidak mencukupi dan penghasilan tambahan

tidak ada akan membuat sebuah keluarga kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Besarnya Penghasilan

Yang dimaksud adalah besarnya pemasukan uang, barang-barang atau harta kekayaan yang dapat dipakai oleh seluruh keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori bahwa unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi keluarga adalah sumber penghasilan.

c. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah orang-orang yang menjadi tanggung jawab suatu keluarga atau rumah tangga dipenuhi kebutuhan hidupnya, semakin banyak jumlah anggota keluarga berarti semakin banyak pula kebutuhan yang harus dicukupi atau nilai kebutuhan bertambah besar. Oleh sebab itu, penghasilan keluarga dituntut mampu mencukupi kebutuhan anggota keluarga.

d. Penggunaan Penghasilann Keluarga

Mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari masing-masing anggota keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilih antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder serta kebutuhan pelengkap lainnya. Semua itu harus disesuaikan dengan kemampuan penghasilan keluarga yang diperoleh, sehingga tidak terjadi pemborosan. Untuk itu, gunakanlah prinsip seperti dahululukan kebutuhan mana yang penting, kebutuhan mana yang mendesak, dan kebutuhan mana yang memiliki sifat lebih penting dan mendesak untuk dipenuhi.

2.2 Konsep Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga

Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern secara harfiah keluarga berarti sanak saudara: kaum kerabat, orang seisi rumah, anak bini. Dalam kamus

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, keluarga berasal dari kata famiy yang berarti:

a. Group consisting of one or two parents and their children (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak-anak mereka);

b. Group consisting of one or two parents, their children, and close relations (kelompok yang terdiri dari satu atau dua orang tua, anak-anak mereka, dan kerabat-kerabat dekat);

c. All the people descendend from the same ancestor (semua keturunan dari nenek moyang yang sama).

Konsep keluarga ideal tentu diawali dari sebuah pernikahan atau perkawinan yang sah dan diakui. Dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat dalam perkawinan yang sah dan diakui hendaknya sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, baik syarat dalam agama maupun dalam hukum negara. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat pertama dan yang paling utama dimana anak-anak belajar. Dari kelurga, mereka mempelajari sifat-keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta keterampilan hidup.

Keluarga dengan sistem konjungal, menekankan pada pentingnya hubungan perkawinan (antara suami dan istri), ikatan dengan suami atau istri

cenderung dianggap lebih penting daripada ikatan dengan orangtua (Sunarto, 2004:63). Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama.

Definisi lain mengatakan bahwa, keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa bentuk atau tipe keluarga, yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anak.

2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya

6. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri dari sebuah keluarga di dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Unit terkecil dari masyarakat. 2. Terdiri atas 2 orang atau lebih.

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah.

4. Hidup dalam satu rumah tangga .

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.

6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

8. Diciptakan untuk mempertahankan suatu kebudayaan.

Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga, yaitu:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Pertalian antara suami dan isteri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah karah, dan kadangkala adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan isteri, ayah dan ibu, putra-putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen, yang sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman.

4. Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya (Suhendi, 2001:32)

2.2.3 Fungsi Keluarga

Ahmad Tafsir dkk. (2004) melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluarga itu. Apabila terjadi disfungsi peran keluarga, maka akan terjadi krisis di dalam keluarga. Oleh karena itu, para orang tua harus menjalankan fungsi sebagai pendidik dalam keluarga dengan baik, khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluarga. Fungsi pendidik di keluarga di antaranya: 1) fungsi biologis, 2) fungsi ekonomi, 3) fungsi kasih sayang, 4) fungsi pendidikan, 5) fungsi perlindungan, 6) fungsi sosialisasi anak, 7) fungsi rekreasi, 8) fungsi status keluarga, dan 9) fungsi agama.

Sementara Samsul Nizar (2002) menyatakan bahwa dalam

fungsi keluarga. Selanjutnya ia membagi fungsi keluarga menjadi delapan fungsi, yaitu: 1) fungsi keagamaan, 2) funsi cinta kasih, 3) fungsi reproduksi, 4) fungsi ekonomi, 5) funsi pembudayaan, 6) fungsi perlindungan, 7) fungsi penidikan dan sosial, serta 8) fungsi pelestarian lingkungan.

1. Fungsi Agama

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman milai-nilai keyakinan berpa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan takwa mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan peneladanan. Fungsi religius ini sangat erat kaitannya dengan fungsi edukatif, sosialisasi, dan protektif.

2. Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia. Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal. Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan (regenerasi).

3. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat

mencukupi kebutuhan keluarga termasuk memfasilitasi kebutuhan anak dalam bersekolah.

4. Fungsi Kasih Sayang

Fungsi kasih sayang menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih

5. Fungsi Pendidikan

Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

6. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

7. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

8. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

9. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan

dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa

ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

10. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi

Dokumen terkait