• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi terletak di lokasi yang strategis yaitu di tengah kota dan mudah dijangkau. RSUD Dr. H. Kumpulan Pane berdiri tahun 1958 yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Kota Praja. Dibangun di atas areal tanah seluas 11.675 m2 dengan luas bangunan 3.296 m2 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 233/Menkes/ S.K./VI/1983 UPTD RSU Kota Tebing Tinggi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C Non Pendidikan (Profil RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi, 2012).

Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan mengenang jasa salah seorang dokter pribumi pertama yang berpraktek di Kota Tebing Tinggi dan merupakan tokoh masyarakat yang banyak bergerak di bidang kesehatan, maka nama rumah sakit dirubah menjadi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane. Perubahan ini ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1013/Menkes/Sk/IX/2007 Tanggal 6 Desember 2007, tentang Perubahan Nama Rumah Sakit. Pada Tanggal 28 Juli 2009 RSUD Dr. H. Kumpulan Pane telah ditetapkan menjadi Kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581/Menkes/VII/2009 dengan status kepemilikan adalah

Pemerintah Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara (Profil RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi, 2013).

4.2. Karakteristik Penderita

Karakteristik penderita pada penelitian ini merupakan variabel bebas, yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Secara rinci karakteristik penderita yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan

Karakteristik Penderita Status Responden Kasus n % Kontrol n % 1. Umur a. 20-34 tahun 5 7,1 5 7,1 b. 35-55 tahun 29 41,4 29 41,4 c. 56-70 tahun 36 51,5 36 51,5 Total 70 100 70 100 2. Jenis Kelamin a. Laki- laki 27 38,6 27 38,6 b. Perempuan 43 61,4 43 61,4 Total 70 100 70 100 3. Pendidikan a. Dasar/Menengah 41 58,6 44 82,9 b. Tinggi 29 41,4 26 37,1 Total 70 100 70 100

Tabel 4.1. (Lanjutan) 3. Pekerjaan a. PNS/ Pensiunan PNS 15 21,4 22 31,4 b. POLRI/TNI/Pensiunan 2 2,9 3 4,2 c. Pegawai Swasta/Wiraswasta 27 38,6 24 34,3 d. Petani 9 12,9 6 8,6 f. Buruh 8 11,3 2 2,9 g. Lain-lain 9 12,9 13 18,6 Total 70 100 70 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 56-70 tahun, dengan rincian responden kasus 36 orang (54,4%) dan responden kontrol juga 36 orang (51,4%). Sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin perempuan, dengan rincian responden kasus 43 orang (61,4%) dan kontrol juga 43 orang (61,4%). Variabel pendidikan pada kelompok kasus yang berpendidikan dasar/ menengah sebanyak 41 orang (58,6,2%) dan pendidikan tinggi sebanyak 29 orang (41,4%). Pada kelompok kontrol pendidikan dasar/menengah yaitu sebanyak 44 orang (82,9%) dan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 26 orang (37,1%). Pada variabel pekerjaan pada kelompok kasus lebih banyak pada responden yang mempunyai pekerjaan wiraswasta sebanyak 27 orang (38,6%), dan pada kelompok kontrol juga lebih banyak pada responden yang pekerjaan wiraswasta sebanyak 24 orang (34,3%).

Tabel 4.2. Distribusi Gaya Hidup Penderita di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane

Tebing Tinggi

Gaya Hidup Status Responden Kasus n % Kontrol n % 1. Aktifitas fisik a. Tidak cukup 40 57,1 33 47,1 b. Cukup 30 42,9 37 52,9 Total 70 100 70 100 2. Pola Makan a. Tidak baik 49 70 15 21,4 b. Baik 21 30 55 78,6 Total 70 100 70 100 3. Kebiasaan istirahat a. Tidak cukup 27 38,6 13 28,6 b. Cukup 43 61,4 57 71.4 Total 70 100 70 100 3. Kebiasaan Merokok a. Ya 15 21,4 5 7,1 b. Tidak 55 78,6 65 92,9 Total 70 100 70 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada variabel aktifitas fisik pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan aktifitas yang tidak cukup sebanyak 40 orang (57,1%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan aktifitas yang cukup sebanyak 37 orang (52,9%). Pada variabel pola makan pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan pola makan yang tidak baik sebanyak 49 orang (70%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan pola makan yang baik sebanyak 55 orang (78,6%). Variabel

kebiasaan istirahat pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak 43 orang (61,4%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden dengan kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak 57 orang (81,4%). Variabel kebiasaan merokok pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan kebiasaan tidak merokok sebanyak 55 orang (78,6%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden yang tidak merokok sebanyak 65 orang (92,9%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok) dengan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi, serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat ini adalah uji chisquare dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini:

Tabel 4.3. Pengaruh Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol Nilai p OR

n % n % (95% CI) Gaya Hidup Aktifitas fisik Tidak cukup 40 57,1 33 47,1 0,310 1,49 Cukup 30 42,9 37 52,9 0,76-2,91 Total 70 100 70 100 Pola Makan Tidak baik 49 70 15 21,4 0,000 8,55 Baik 21 30 55 78,6 3,97-18,41 Total 70 100 70 100 Kebiasaan istirahat Tidak cukup 27 38,6 13 28,6 0,015 2,75 Cukup 43 61,4 57 71.4 1,27-5,95 Total 70 100 70 100 Kebiasaan Merokok Ya 15 21,4 5 7,1 0,030 3,54 Tidak 55 78,6 65 92,9 1,21-10,37 Total 70 100 70 100

Berdasarkan Tabel 4.3. hasil analisis pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 40 orang (50,4%) dengan aktifitas fisik tidak cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 33 orang (47,1%) dengan aktifitas fisik tidak cukup. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 30 orang (42,9%) dengan aktifitas fisik cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 37 orang (52,9%) dengan aktifitas fisik cukup. Hasil uji statistik chi square

diperoleh nilai p=0,310 < 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara variabel aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil statistik pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 49 orang (70%) dengan pola makan tidak baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 15 orang (21,4%) dengan pola makan tidak baik. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 21 orang (30%) dengan pola makan baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 55 orang (78,6%) dengan pola makan baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel pola makan dengan kejadian hipertensi, dengan OR sebesar 8,55 (95%CI = 3,97-18,41), menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 8,5 kali kecenderungan dengan pola makan tidak baik dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Hasil pengaruh istirahat dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 27 orang (38,6%) yang tidak cukup istirahat, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 15 orang (18,6%) yang tidak cukup istirahat. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 43 orang (61,4%) yang cukup istirahat, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 57 orang (81,4%) yang cukup istirahat. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 < 0,15, artinya ada pengaruh antara variabel istirahat dengan kejadian hipertensi dengan OR sebesar 2,75 (95%CI = 1,27-5,95), menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 2,7 kali kecenderungan dengan istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang menderita hipertensi.

Hasil analisis pengaruh riwayat merokok dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 15 orang (21,4%) dengan riwayat merokok, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 5 orang (7,1%) dengan riwayat merokok. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 55 orang (78,6%) dengan tidak riwayat merokok, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 65 orang (92,9%) dengan tidak riwayat merokok. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,030 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel riwayat merokok dengan kejadian hipertensi dengan OR sebesar 3,54 (95%CI = 1,21-10,37), menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 3,5 kali kecenderungan dengan riwayat merokok dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui 3 variabel (tiga) yaitu pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan 3 (tiga) variabel tersebut dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada bivariat dengan binary logistik hasil output pada tabel block 1 didapatkan hasil omnibus test pada bagian bloc dengan p value nya <0,25 sehingga ketiga variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu : pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok dengan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi, serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhi.

Dari hasil uji multivariat dengan mempergunakan regresi logistik ganda diperoleh bahwa variabel bebas yaitu, pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Sedangkan variabel aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Tabel 4.4. Pengaruh Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel B P value Exp (B) 95% CI

Pola Makan 3,361 0,000 8,01 6,22 - 13,36

Istirahat -1,992 0,022 2,13 1,12 - 2,74

Kebiasaan Merokok 0,693 0,315 2,00 1,51 - 7,72

Constant -3,160 0,003 0,04

Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa variabel kebiasaan merokok akan dikeluarkan dari model karena memiliki nilai p>0,05, oleh karena itu variabel yang masuk kedalam kandidat model selanjutnya adalah variabel pola makan dan kebiasaan istirahat dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5. Pengaruh Pola Makan dan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel B P value Exp (B) 95% CI

Pola Makan 3,361 0,000 8,11 6,22 - 13,36

Istirahat -1,667 0,040 2,18 1,13 - 2,92

Constant -2,425 0,000 0,00

Hasil analisis uji regresi logistik ganda juga menunjukkan bahwa variabel gaya hidup yaitu pola makan dengan p value 0,000 (p<0,05), dan istirahat dengan p value 0,040 (p<0,05) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil analisis uji regresi logistik ganda

menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi adalah variabel pola makan dengan nilai OR sebesar 8,110 (95% CI = 6,224-13,361) artinya bahwa responden yang menderita hipertensi 8,1 kali kecenderungan mempunyai pola makan tidak baik dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi. Hal ini menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Pada tabel 4.5. juga terlihat bahwa variabel istirahat menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel istirahat diperoleh nilai OR sebesar 2,189 (95% CI = 1,138-2,927), menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 2,2 kali kecenderungan mempunyai istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan variabel bebas yaitu gaya hidup (pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi adalah sebagai berikut :

Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 atau Y = -3,361 + 1,113X1 -1,667X2

Keterangan :

Y = Variabel dependen (kejadian hipertensi) X1 = Pola makan

X2 = Istirahat

Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika pola makan (X1) dan istirahat (X2), ditingkatkan ke arah yang lebih baik, maka hal ini akan

menyebabkan penurunan angka kejadian hipertensi RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Dapat dihitung ramalan probalilitas (risiko) responden untuk menderita hipertensi dapat dihitung dengan persamaan berikut :

y = -2,425 + 3,361 (pola makan) + (-1,667) (istirahat) = -2,425 + 3,361 (1) - 1,667(1)

y = -0,731

Dengan nilai probalilitasnya adalah : p = 1/(1+e-y) = 1/ (1+2,7-(-0,731)) = 0,33

Dengan demikian, probabilitas untuk menderita hipertensi adalah 33%. Artinya semakin buruk pola makan dan kebiasaan istirahat maka angka kejadian hipertensi akan meningkat sebesar 33%.

4.5. Population Attribute Risk (PAR)

Dokumen terkait