• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Lokasi Penelitian 1.Lokasi Sekolah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.Lokasi Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo yang beralamat di Jalan Bantul, gang Tawangsari, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. SD Negeri Gedongkiwo merupakan Sekolah Adiwiyata Provinsi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi sekolah binaan dari SD Ungaran Yogyakarta. Pada tahun 2017, SD Negeri Gedongkiwo akan dilakukan penilaian Sekolah Adiwiyata Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud. Maka dari itu, melalui program hidroponik diharapkan anak-anak lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Secara umum, SD Negeri Gedongkiwo memiliki keadaan fisik yang baik. Kondisi lingkungan SD Negeri Gedongkiwo cukup aman dan tidak bising karena tidak berada di pinggir jalan raya utama. Namun SD Negeri Gedongkiwo tetap mudah ditemukan karena ada papan penunjuk jalan di pinggir jalan raya utama sebelum masuk gang. Sebelah timur SD Negeri Gedongkiwo berbatasan langsung dengan makam, sebelah utara berbatasan dengan jalan dan rumah warga, sebelah barat juga berbatasan dengan jalan dan rumah warga, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Mantrijeron. Penerangan listrik dan sarana air bersih di SD Negeri Gedongkiwo memadai serta terdapat saluran telepon dan internet.

Gedung SD Gedongkiwo terdiri dari dua lantai dan memiliki fasilitas yang memadai. Pada lantai pertama terdapat ruang kepala sekolah, mushola,

68

Administrasi Sekolah, ruang guru, ruang kelas I A, I B, II A, II B, III A, dan III B, UKS, kantin, perpustakaan, ruang tari, gudang, kamar mandi, ruang alat olahraga, dapur, tempat parkir, dan halaman yang cukup luas. Pada lantai kedua terdapat ruang kelas IV A, IV B, V A, V B, VI A, dan VI B, gudang hidroponik, ruang alat peraga, ruang alat mudik, ruang komputer, dan kamar mandi. SD Negeri Gedongkiwo merupakan sekolah Adiwiyata sehingga halaman sekolah terdapat banyak pohon peneduh, tanaman hias, tanaman obat, dan tentunya tanaman hidroponik sehingga tampak hijau dan asri. Selain itu, terdapat pula berbagai sarana seperti tempat sampah, wastafel, kolam ikan, dan komposter sehingga mendukung pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo. 2. Visi dan Misi Sekolah

a. Visi Sekolah

Visi SD Negeri Gedongkiwo adalah “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan dan berbudaya.” Adapun indikator dari visi sekolah adalah sebagai berikut.

1) Nilai UAN yang tinggi 2) Unggul dalam lomba OSN 3) Unggul dalam lomba MTQ 4) Unggul dalam lomba O2SN

5) Unggul dalam kreatifitas seni dan budaya 6) Unggul dalam bidang IT

69 b. Misi Sekolah

Misi SD Negeri Gedongkiwo adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Meningkatkan profesionalisme dan keteladanan

3) Mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dan memaksimalkan narasumber yang ada

4) Menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau bersih menyenangkan B. Deskripsi Hasil Penelitian

Adapun deskripsi hasil penelitian ini adalah penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gedongkiwo yang dijabarkan melalui program hidroponik pada tahap persiapan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, serta karakter peduli lingkungan yang ditanamkan melalui program hidroponik.

1. Tahap Persiapan Hidroponik

a. Perencanaan Penanaman Peduli Lingkungan pada program hidroponik

Hasil penelitian mengenai perencanaan penanaman peduli lingkungan pada program hidroponik dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi mengenai papan Visi dan Misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan, peneliti menemukan papan Visi dan Misi yang dipajang di tembok ruang Kepala Sekolah, di depan ruang Kepala Sekolah, di tembok ruang guru, di depan ruang guru, dan di tembok ruang kelas VI A. Papan visi dan misi sekolah diletakan di berbagai tempat yang stategis agar semua warga sekolah dan

70

pengunjung yang datang dapat membaca visi dan misi sekolah dengan jelas. Berikut merupakan dokumentasi papan visi dan misi SD Negeri Gedongkiwo.

Gambar 3. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruang Kepala Sekolah.

Gambar 4. Papan Visi dan Misi sekolah yang berada di depan ruang guru.

Pada dokumentasi berupa gambar di atas, terlihat jelas bahwa sekolah memiliki visi dan misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Dokumentasi yang didapat oleh peneliti tidak hanya berupa dokumentasi gambar, namun peneliti juga menemukan dukumentasi sekolah berupa surat keputusan. Surat Keputusan yang didapat oleh peneliti adalah Surat Keputusan tentang Perubahan Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah (lampiran 15). Surat Keputusan ini telah mengalami perubahan visi dari “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan” menjadi “Terwujudnya SD Negeri Gedongkiwo yang unggul dalam Imtaq dan Iptek yang berwawasan lingkungan dan berbudaya”. Penambahan berbudaya ini menguatkan visi agar warga sekolah tidak hanya berwawasan lingkungan namun memiliki budaya lingkungan.

Adapun hasil observasi dan dokumentasi mengenai visi dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan ini diperkuat dengan hasil wawancara dari beberapa sumber. Menurut Dj selaku admin sekolah, sekolah memiliki visi dan

71

misi yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Namun sayangnya admin sekolah tidak hafal dengan bunyi visi dan misi dari SD Negeri Gedongkiwo. Pendapat mengenai visi dan misi sekolah tersebut diperkuat dengan hasil wawancara Mz siswa kelas V B yang mengungkapkan bahwa siswa tahu visi dan misi sekolah mengenai peduli lingkungan yaitu unggul dalam Imtek dan Iptek dalam wawasan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, SD Negeri Gedongkiwo memiliki visi dan misi sekolah yang berkaitan dengan peduli lingkungan.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara mengenai alasan pemilihan program hidroponik dalam rangka pendidikan karakter peduli lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan admin sekolah, program hidroponik dipilih oleh SD Negeri Gedongkiwo karena sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan untuk menjadi pelopor sekolah hidroponik. Selain itu sekolah merupakan sekolah berbasis adiwiyata dan sudah mencapai tingkat provinsi.

Pernyataan admin sekolah di atas sesuai dengan pernyataan Um selaku guru pendamping program hidroponik. Um mengatakan bahwa Disperindagkoptan menunjuk sekolah untuk menerapkan program hidroponik. Hal ini dipilih karena sekolah telah menjadi sekolah Adiwiyata Provinsi. Maka dapat dikatakan bahwa alasan pemilihan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan ini karena sekolah ditunjuk oleh Disperindagkoptan untuk mengenalkan hidroponik pada siswa.

Hasil wawancara dengan Dj mengenai tujuan diterapkannya program hidroponik yakni agar siswa menjadi tahu bahwa bercocok tanam tidak selamanya menggunakan tanah, namun dapat menggunakan media pengganti tanah lainnya.

72

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat An selaku guru pendamping program hidroponik yang menyatakan bahwa program hidroponik diterapkan agar anak-anak menjadi lebih menyukai menanam, tahu cara merawat tanaman, dan bisa mengelola lahan dengan baik. Dengan demikian, penerapan program hidroponik bertujuan agar siswa dapat bercocok tanam, merawat tanaman, dan menciptakan lingkungan sekolah yang asri dan hijau.

Pelaksanaan program hidroponik diterapkan pada siswa kelas tinggi, khususnya kelas IV dan V. Hal ini sesuai dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa sasaran dari program hidroponik adalah anak-anak dan kelas yang rutin melakukan hidroponik adalah kelas IV dan V. Pada umumnya, anak-anak kelas IV dan V tahu bahwa program hidroponik ini diterapkan dalam rangka pendidikan karakter peduli lingkungan terutama sebagai sekolah hidroponik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Um yang mengatakan bahwa kebanyakan siswa tahu jika program hidroponik diterapkan dalam rangka peduli lingkungan. Namun menurut Dj hanya ada sebagian saja yang mengetahui hal tersebut.

Program hidroponik memiliki nilai-nilai peduli lingkungan yang dapat diterapkan kepada siswa. Hasil wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa sebenarnya sekolah mengharapkan siswa peduli terhadap tumbuhan hidroponik yang ditanamnya. Pihak sekolah mengharapkan siswa untuk rajin menyiram, memberi pupuk, dan mengecek secara berkala. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Ay selaku siswa kelas IV B yang mengatakan bahwa melalui hidroponik ini dirinya berharap dapat merawat tanaman yang dimiliki, merasakan panen sendiri, dan dapat menambah udara segar. Berdasarkan hasil penelitian di atas,

73

nilai-nilai pendidikan karakter peduli lingkungan yang ingin diterapkan oleh sekolah melalui program hidroponik ini adalah siswa dapat merawat tanaman dan peduli terhadap lingkungan.

Sekolah mengenalkan program hidroponik kepada siswa melalui guru yang ditunjuk sebagai pendamping dalam bercocok tanam hidroponik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendamping, sekolah mengenalkan langkah-langkah hidroponik melalui gambar-gambar hidroponik, kemudian guru memberikan contoh, dan siswa praktek dari persiapan hingga pemanenan. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara siswa bahwa guru pendamping mengajarkan langkah-langkah hidroponik seperti persiapan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Berdasarkan wawancara dari Dj, program hidroponik biasanya dilakukan di setiap awal semester, namun khusus untuk kelas IV A sering merawat hidroponik di setiap minggunya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, perencanaan program hidroponik dalam rangka peduli lingkungan yang diterapkan untuk kelas IV dan V ini benar-benar direncanakan oleh sekolah. Selain itu, sekolah mengharapkan siswa dapat merawat tanaman dengan baik dan peduli dengan lingkungan sekitar.

b. Persiapan Bercocok tanam Hidroponik

Pada persiapan bercocok tanam hidroponik ini peneliti menggali informasi mengenai lokasi hidroponik, media tanam, teknik, wadah, benih, serta alat dan bahan hidroponik yang digunakan oleh sekolah. Untuk menggali informasi-informasi di atas, peneliti menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

74

Berdasarkan hasil observasi, lokasi hidroponik berada di depan ruang Kepala Sekolah dan di depan ruang kelas IV, V, dan VI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa hidroponik pot berbotol air mineral di tempatkan di depan kelas tinggi dan pot berparalon berada di depan kantor kepala sekolah.

Gambar 5. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V, dan VI.

Gambar 6. Lokasi hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah.

Untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara, maka peneliti menambahkan dokumentasi seperti gambar di atas. Pada gambar 5 menunjukan bahwa tanaman hidroponik berada di lantai atas dimana lantai kedua ini terdapat ruang kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada gambar 6 menunjukan bahwa tanaman hidroponik berada di depan sebuah ruangan. Ruangan tersebut adalah ruang Kepala Sekolah yang berada di lantai bawah. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa tanaman hidroponik terletak di depan ruang Kepala Sekolah dan depan ruang kelas IV, V, dan VI.

Berdasarkan hasil observasi mengenai media tanam, sekolah menggunakan arang sekam, kerikil, dan arang sebagai pengganti tanah. Media tanam berupa arang

75

sekam dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah dan depan ruang kelas IV, V, dan VI. Media tanam berupa kerikil dan arang dapat ditemukan di tanaman hidroponik yang berada di depan ruang kelas IV, V, dan VI. Hal ini diperkuat dengan pendapat Dj yang menyatakan bahwa media tanam yang pernah digunakan adalah arang sekam dan spons. Kemudian karena perkembangan tanaman melalui spons kurang memuaskan, akhirnya sekolah lebih memilih arang sekam dan tidak menggunakan lagi media spons. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan guru pendamping An yang menyatakan bahwa arang sekam lebih bagus dibandingkan dengan media spons. Disisi lain, hasil wawancara siswa disimpulkan bahwa media tanam yang pernah digunakan oleh sekolah yaitu arang sekam, kerikil, dan arang.

Gambar 7. Media tanam kerikil, arang sekam dan arang.

Untuk membuktikan bahwa media tanam yang digunakan sekolah adalah arang sekam, kerikil, arang, dan spons maka peneliti membuktikan dengan hasil dokumentasi seperti gambar 7 di atas. Dokumentasi di atas merupakan dokumentasi pot hidroponik yang berisi kerikil, arang sekam, dan spons. Pot sebelah kiri merupakan pot dengan media tanam berupa kerikil, sedangkan pot sebelah kanan berisi arang sekam dan arang. Namun peneliti tidak menemukan media tanam

76

berupa spons. Berdasarkan hasil penelitian di atas, media tanam yang pernah digunakan oleh sekolah adalah arang sekam, spons, kerikil, dan arang.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa tanaman hidroponik yang berada di lantai 2 menggunakan teknik sumbu. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pot hidroponik yang diletakan di atas botol plastik bekas yang berisi air. Begitu pula dengan tanaman hidroponik yang berada di depan ruang Kepala Sekolah diletakan di atas paralon berlubang yang berisi air. Hasil observasi tersebut dibuktikan dengan dokumentasi pada gambar 8 dan 9 di bawah ini yang menunjukan bahwa pot hidroponik ditempatkan di atas botol yang berisi air. Namun sayangnya hasil wawancara dengan Dj tidak mengetahui istilah teknik sumbu. Dj hanya mendeskripsikan bahwa pot ditempatkan di atas botol yang berisi air. Maka dapat dikatakan bahwa teknik hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah teknik sumbu. Berikut ini dokumentasi mengenai teknik sumbu.

Gambar 8. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang Kepala Sekolah.

Gambar 9. Teknik sumbu pada tanaman hidroponik di depan ruang kelas IV, V, dan VI.

Berdasarkan hasil observasi, wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah adalah pot dan bagian leher dari botol plastik bekas. Namun sebagian besar menggunakan pot kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hn siswa kelas V A yang

77

mengatakan bahwa dirinya diajari oleh guru pendamping untuk menggunakan pot dan bagian leher dari botol bekas yang diukur 5 cm dari tutup ketika melakukan melakukan pembibitan. Untuk memperkuat informasi tersebut, maka berikut ini merupakan dokumentasi dari wadah pembibitan yang digunakan oleh sekolah.

Gambar 10. Wadah pembibitan

berupa pot .

Gambar 11. Wadah pembibitan berupa bagian leher dari botol plastik bekas.

Pada dokumentasi gambar 10 terlihat jelas bahwa pot kecil digunakan untuk tanaman hidroponik. Pada dokumentasi gambar 11 juga terlihat jelas bahwa bagian leher dari botol plastik bekas digunakan untuk tanaman hidroponik. Maka dapat dikatakan bahwa wadah pembibitan dari program hidroponik ini menggunakan pot dan bagian leher dari botol plastik bekas.

78

Persiapan program hidroponik tidak terlepas dari benih tanaman yang akan ditanam oleh sekolah. Berdasarkan tanaman hidroponik yang ditemukan di sekolah melalui hasil observasi, peneliti menemukan berbagai tanaman seperti cabai, bawang merah, bawang putih, lidah buaya, brokoli, sawi, kacang panjang, kacang hijau, bawang bombay, mentimun, selada, sawi hijau, dan paprika. Untuk memperjelas nama tanaman yang ditanam oleh sekolah, peneliti melakukan wawancara dengan berbagai sumber. Adapun hasil wawancara dari siswa menyatakan bahwa benih yang ditanam adalah kacang hijau, timun, tomat, selada, bawang bombay, paprika, sawi putih, terong, melon, kacang hijau, seledri, stroberi, bawang merah, dan bawang putih. Pada hasil dokumentasi gambar 12 juga diketahui bahwa tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang ditanam oleh sekolah. Selain itu paprika, kacang hijau, dan sawi pernah ditanam oleh sekolah. Maka dapat dikatakan bahwa benih tanaman yang pernah ditanam oleh sekolah adalah bayam, kangkung, selada, cabai, paprika, terong, sawi, selada merah, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, sawi sendok, timun, tomat, selada, bawang bombay, melon, seledri, dan stroberi.

Persiapan hidroponik mengenai alat dan bahan ditemukan melalui hasil wawancara. Dj menyatakan bahwa alat-alat disiapkan dari sekolah, namun untuk barang bekas jika di sekolah tidak ada maka dibawa dari rumah. Hal ini juga diperkuat dengan hasil kesimpulan dari wawancara siswa bahwa sekolah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam bercocok tanam hidroponik. Maka dapat dikatakan bahwa alat dan bahan untuk program hidroponik disiapkan oleh sekolah.

79

2. Tahap Persemaian dan Pembibitan Hidroponik

Pada tahap persemaian dan pembibitan hidroponik ini, peneliti menggali informasi pendidikan karakter peduli lingkungan melalui observasi dan wawancara. Peneliti tidak menemukan dokumentasi mengenai tahap persemaian dan pembibitan.

a. Persemaian

Berdasarkan hasil observasi, proses persemaian yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan oleh guru pendamping dan siswa. Siswa mengisi air secukupnya ke dalam gayung melalui selang, kemudian guru merendam benih ke dalam air dalam gayung. Setelah itu siswa mendapatkan benih yang telah disemai oleh guru pendamping. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Hn yang menyatakan bahwa guru pendamping An merendam benih yang nantinya ditanam oleh siswa. Guru juga memberitahu bahwa dalam merendam benih hanya membutuhkan air yang sedikit. Disisi lain, peneliti tidak menemukan dokumentasi sekolah mengenai proses persemaian. Maka dari itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat dikatakan bahwa proses persemaian yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan air secukupnya ketika merendam benih yang dimasukan ke dalam gayung.

b. Pembibitan

Berdasarkan hasil observasi, proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli lingkungan tidak ditemukan oleh peneliti. Ketika peneliti berada di lapangan, peneliti hanya melihat proses persemaian yang dilakukan oleh guru dan siswa kemudian mereka langsung menuju tahap penanaman. Namun berdasarkan hasil

80

wawancara dengan Dj mengungkapkan bahwa pembibitan dilakukan oleh guru pendamping, sedangkan siswa hanya mendapatkan bibit yang telah disemai oleh guru pendamping tersebut. Bibit tersebut merupakan bibit yang telah tumbuh dengan tinggi sekitar 3 cm. Hal tersebut juga diperkuat dengan kesimpulan dari hasil wawancara guru pendamping yang menyatakan bahwa siswa menggunakan media tanam dan air secukupnya dalam melakukan pembibitan, namun biasanya guru menerapkan hidroponik dari persemaian langsung ke penanaman tanpa pembibitan. Peneliti juga tidak menemukan dokumentasi sekolah mengenai proses pembibitan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses pembibitan yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan media tanam dan air secukupnya, namun biasanya sekolah tidak menerapkan proses pembibitan.

3. Tahap Penanaman Hidroponik

Pada tahap penanaman ini, peneliti menggali informasi mengenai proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan oleh siswa dengan cara menanam bibit ke dalam pot yang berisi media tanam secukupnya. Kemudian siswa menyiram pot tersebut dengan air secukupnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara guru pendamping Um bahwa guru pendamping meminta siswa untuk menyiram tanaman yang telah ditanam dengan air secukupnya. Tidak hanya itu, kesimpulan dari hasil wawancara dengan siswa juga menyatakan bahwa guru pendamping mengingatkan siswa untuk membuang sisa pembuatan instalasi ke tempat sampah, kemudian siswa diminta untuk mengisi air secukupnya pada instalasi hidroponik, menambahkan arang sekam seperlunya ke

81

dalam pot, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tercermin bahwa siswa menggunakan air dan media tanam secukupnya ketika melakukan proses penanaman.

Gambar 13. Proses penanaman hidroponik.

Untuk memperkuat hasil penelitian di atas, maka peneliti menambahkan data berupa dokumentasi seperti gambar 13 di atas. Gambar di atas terlihat bahwa guru pendamping bersama siswa sedang melakukan proses penanaman dengan mengisi media tanam ke dalam pot dan menambahkan bibit ke dalam media tanam tersebut. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi maka dapat dikatakan bahwa proses penanaman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menggunakan air secukupnya pada instalasi hiroponik, menambah media tanam secukupnya, dan menyiram tanaman dengan air secukupnya.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan di lantai 2 terbuat dari botol plastik bekas yang dipotong, sedangkan instalasi hidroponik di depan ruang Kepala Sekolah terbuat dari paralon. Maka dapat dikatakan bahwa instalasi yang digunakan oleh sekolah adalah botol plastik bekas dan paralon. Hal ini juga sesuai hasil wawancara guru pendamping yang menyatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah

82

botol bekas dari air mineral dan paralon. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan hasil dokumentasi mengenai instalasi hidroponik.

Gambar 14. Instalasi hidroponik berupa paralon.

Gambar 15. Instalasi hidroponik berupa pot.

Pada gambar 14 menunjukan bahwa terdapat instalasi hidroponik berupa paralon yang diletakan di depan ruang Kepala Sekolah. Instalasi paralon ini menampung air dan larutan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Begitu pula pada gambar 15 terlihat bahwa tanamaan hidroponik menampung air melalui botol plastik bekas yang berisi air. Instalasi botol ini ditemukan di hidroponik lantai 2. Maka berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dapat dikatakan bahwa instalasi hidroponik yang digunakan oleh sekolah adalah botol plastik bekas dan paralon.

4. Tahap Pemeliharaan Hidroponik

Pada tahap pemeliharaan hidroponik ini, peneliti menggali beberapa informasi seperti pendidikan karakter peduli lingkungan pada proses penyiraman, pemberian larutan nutrisi, dan pemangkasan. Ketiga hal tersebut digali dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut ini penjelasan dari masing-masing proses pada tahap pemeliharaan hidroponik.

83 a. Penyiraman

Berdasarkan hasil observasi, proses penyiraman yang berkaitan dengan peduli lingkungan dilakukan dengan menyiram setiap seminggu sekali dan biasanya pada pagi hari, setelah berolahraga, istirahat pertama, istirahat kedua, atau setelah

Dokumen terkait