• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Martumba

4. 1. 1 Sejarah Tarian Martumba

Martumba berasal dari daerah Pahae, menurut MT Nainggolan bahwa martumba pertama sekali diadakan di desa Siburian Kecamatan Pahae Jae. Muncul tumba diperkirakan pertama sekali diadakan pada tahun 1930 – an atau pada masa penjajahan Belanda. Kemudian berkembang pada masa penjajahan Jepang dan sering ditampilkan pada acara – acara besar pada waktu itu. Pada masa itu kegiatan martumba tidak dilarang oleh pemerintah Jepang sehingga kegiatan martumba mengalami perkembangan

dan diminati oleh warga masyarakat dan ditata oleh seorang perempuan br. Siburian,

Sejarah mengapa dikatakan “ tumba “ adalah dahulu bahwa ketika malam terang bulan ibu – ibu dan anak gadis yang ada diperkampungan menganyam tikar dan juga menumbuk padi secara bersamaan. Mereka yang

menumbuk padi ( manduda ) sekali – kali sambil bernyanyi untuk

menambah semangat. Bunyi tumbukan itu terjadi secara berirama karena menumbuk padi tersebut dilakukan oleh beberapa orang. Bunyi sahut – sahutan atau berganti – gantian berbunyi : tum...ba, tum...ba, tum...ba dan lama kelamaan sehingga menjadi tumba.

4. 1. 2 Pelaksanaan Tarian Tumba

Pelaksanaan tumba pada dahulu dan sekarang memiliki perbedaan. Dahulu pelaksanaannya dilakukan pada saat terang bulan, pada saat malam tersebut seluruh ibu dan anak gadis di suatu perkampungan berkumpul di halaman perkampungan. Saat terang bulan ibu dan gadis diperkampungan menganyam tikar dan juga menumbuk padi, para gadis akan mengajak satu sama lain berkumpul untuk melakukan tumba setelah berkumpul lalu mereka pun martumba di halaman perkampungan.

Pelaksanaan tumba dilakukan dimulai malam hari ketika terang bulan dan tumba ini dilakukan setiap malam selama cahaya terang bulang

masih bersinar. Akan tetapi, ini tidak dilaksanakan hanya pada satu perkampungan saja. Martumba dilakukan di beberapa perkampungan yang berbeda. Ketika suatu perkampungan pada malam hari itu melaksanakan kegiatan tumba maka untuk malam berikutnya dilaksanakan pada perkampungan berikutnya.

Pada pelaksanan tumba tidaklah memiliki hari yang ditentukan dan juga tidak ditentukan dengan penanggalan hari dalam pelaksanaannya,

tidak seperti halnya dengan kegiatan muda – mudi yang ada di Karo yang disebut dengan Guro – guro aron melainkan kegiatan tumba

dilakukan pada saat sedang terang bulan. Selama pada malam tersebut masih terang bulan muda – mudi akan melakukan tumba. Muda – mudi suatu perkampungan yang melaksanakan tarian tumba, mereka akan bergabung dengan muda mudi perkampungan lain untuk melaksanakan tarian tumba tersebut.

Pada saat sekarang ini adanya perubahan dalam pelaksanan tumba tersebut. Dahulu yang diadakan pada malam terang bulan kini diadakan pada kegiatan acara besar tertentu seperti hari kemerdekaan negara Republik Indonesia, peresmian gedung sekolah, peresmian gedung gereja dan lain - lain. Saat sekarang pelaksanaan tumba tersebut lebih singkat dan dilaksanakan pada satu hari saja pada saat hari besar tersebut.

Pelaksaanaan tumba tersebut bahkan tidak hanya pada malam hari saja, tetapi pada siang hari tumba tersebut dilakukan. Perubahan – perubahan ini disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dahulu hiburan pada masyarakat Batak Toba masih jarang sekali. Saat sekarang hiburan yang ada sudah banyak seperti televisi, radio, internet dan lain - lain. Sehingga pada saat malam terang bulan masyarakat sudah jarang berada di halaman perkampungan. Masyarakat lebih memilih untuk berdiam di dalam rumah dengan kesibukan lain.

4. 1. 3 Gerakan Tarian Tumba.

Sebelum kegiatan martumba dimulai setiap peserta berbaris dan membentuk sebuah lingkaran. Setelah membentuk lingkaran maka dimulailah gerakan tarian tumba sambil menyanyikan pantun.

Adapun bentuk gerakan tubuh saat menari tumba adalah :

1. Tangan bertepuk ke depan kemudian kaki kanan dihempaskan ke depan ( gambar 1 ).

2. Tangan ditepuk kepinggang dan kaki bagian kanan di kembalikan keposisi semula ( gambar 2 ).

3. Tangan bertepuk ke depan kemudian kaki kiri kembali dihempaskan ke depan ( gambar 3 ).

4. Setiap peserta berjalan berputar sambil bertepuk tangan ketika nyanyian pengulangan dan berbalik kembali hingga keposisi semula.

5. Jika terdiri dua barisan lingkaran maka peserta berjalan berputar berlawanan arah dan berbalik kembali pada posisi semula ( gambar 4 )

Gambar 3 gambar 4

4. 1. 4 Peserta Dalam Tarian Tumba

Dalam kegiatan tarian tumba yang menjadi peserta tersebut adalah :

1. Muda – Mudi Desa.

Peserta dalam kegiatan tarian tumba adalah seluruh muda – mudi yang ada di dalam perkampungan baik laki – laki maupun perempuan.

Seluruh muda – mudi desa terlibat dalam kegiatan martumba. Umumnya yang lebih berperan aktif dalam kegiatan tarian tumba ini adalah anak gadis. Sedangkan pemudanya sering hanya ikut dalam mengiringi tumba dengan bermain musik. Namun tidak jarang juga

pemuda ikut menari bersama dengan anak gadis ketika tarian tumba berlangsung.

Gbr. Muda – mudi sedang melaksanakan tarian Tumba

2. Pengetua Adat.

Pengetua adat ikut menjadi peserta dalam martumba. Mereka juga sangat berperan dalam kegiatan martumba namun tidak secara langsung. Para muda – mudi belajar setiap pantun ( Umpasa ) yang akan dinyanyikan pada pelaksanaan tarian tumba kepada penatua adat. Karena pengetua adatlah yang lebih banyak menguasai tentang pantun, baik pantun adat maupun pantun muda – mudi.

Sebelum kegiatan tarian tumba dilaksanakan para pemuda – pemudi datang kepada pengetua adat untuk mempelajari setiap pantun yang akan dinyanyikan ketika tarian tumba berlangsung. Pada saat itulah

juga disusun setiap pantun yang akan dinyanyikan sehingga pantun yang dinyanyikan dapat berkaitan antara pantun yang satu dengan yang lain.

Pada saat sekarang ini peserta dalam kegiatan martumba juga berbeda antara lain :

1. Anak – anak

Pada saat sekarang ini anak – anak merupakan peserta dalam kegiatan martumba. Adapun yang dimaksud anak – anak adalah anak sekolah. Saat sekarang biasanya kegiatan martumba dilakukan oleh anak – anak sekolah pada waktu hari kemerdekaan Republik Indonesia. Para siswa – siswi dari setiap sekolah akan mempersembahkan tarian tumba yang mereka bawa untuk dipertunjukkan sebagai hiburan pada saat hari kemerdekaan tersebut. Para peserta dari siswa yang ada di sekolah dasar. Untuk menambah kemeriahan kadang – kadang ini kegiatan martumba yang dilakukan anak – anak diperlombakan antar sekolah Sekolah Dasar.

Gbr. Anak – anak sekolah sedang melaksanakan tarian tumba.

2. Guru

Guru merupakan salah satu peserta dalam kegiatan martumba namun tidak secara langsung. Guru berperan untuk mengajari para siswa dalam melakukan tarian tumba, baik yang membacakan pantun yang akan dinyanyikan dan juga gerakan yang akan dipertontonkan ketika tumba dilaksanakan. Pada saat kegiatan martumba berlangsung, guru berperan membacakan pantun yang akan dinyanyikan. Pada saat sekarang, guru merupakan pengganti dari pengetua adat yang mengajarkan pantun – pantun yang akan dibawakan pada saat kegiatan martumba berlangsung.

Tarian Tumba adalah tarian yang unik, sebab tarian muda – mudi ini diiringi dengan nyanyian – nyanyian. Nyanyian – nyanyian tersebut adalah pantun yang memiliki berbagai makna yang tersirat yang disampaikan kepada setiap peserta dan penonton tarian tumba. Nyanyian pada saat dahulu dan sekarang memiliki perbedaan.

Pada saat dahulu lagu – lagu yang dinyanyikan pada pelaksanaan martumba lebih tersusun dengan baik. Pantun yang dinyanyikanpun saling berkaitan antara pantun pertama dengan pantun berikutnya sehingga pantun tersebut lebih enak didengar. Lagu pertama yang dinyanyikan adalah lagu penghormatan kepada hula – hula perkampungan atau orang yang pertama sekali membuka perkampungan tersebut, dengan memohon kepada hula – hula dan penatua adat untuk memperbolehkan kiranya melakukan tumba di perkampungan tersebut. Pantun yang dinyanyikan setelah memohon

kepada hula – hula adalah pantun yang berkaitan kepada muda – mudi,

baik berupa nasehat maupun hiburan. Pantun tersebut lebih terkhusus dinyanyikan kepada muda – mudi yang memiliki makna – makna tersirat kepada setiap muda - mudi. Adapun lagu yang dinyanyikan dalam pelaksanaan tumba adalah :

5 5 3 3 1 1 Lasson ma ari

3 4 5 5 6 4 5 5 Asa manurbu panga - loan 4 3 2 2 5 5 4 4 hamalohon ma Anggi 1 1 2 2 3 1 2 5 unang sar di boto do - ngan 5 . 6 5 4 3 2 5 Se - edeng dainang oi nonge

5 . 3 . 3 2 1 Se - deng da i - nang

‘Hari semakin terik

Untuk membakar desa pangaloan Semakin pintarlah adik

Jangan diketahui teman’ Sedeng ibu oh ibu Sedenglah ibu

Pukka ma lagemi ‘Bukalah tikarmu’

Lage namarhasumba

‘Tikar yang berwarna merah’ Tapukka ma ende ta ende ‘Kita mulailah lagu’

Na mardongan tumba ‘Lagu mendampingi tumba’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedenglah ibu oh ibu’ Sedeng dainang

‘Sedenglah ibu’

Manuk jarum bosi ‘Ayam jarum bosi’

Mangeat ho dirassang bosi

‘Bertengger di kayu ransang bosi’

Nasorokkap ni tondi

‘Yang bukan jodoh’ Pangeolhon ma panotnot i ‘Tarianku inilah dilihat’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedenglah ibu oh ibu’

Sedeng dainang ‘Sedenglah ibu’ Sorat motor martimbang ‘Berat mobil martimbang’ dibantu sibual – bual i

‘Dibantu mobil sibual – buali’ E surat hon mandok marsirang ‘Surat ini berkata berpisah’ Unang be sai datdat i ‘Jangan selalu kau ulangi’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedenglah ibu oh ibu’ Sedeng dainang

‘Sedenglah ibu’ Arirang didokkon ho ‘bunga enau kau katakan‘ Bane – bane na hubarbari ‘kayu bane ku potongi’ Marsirang didokkon ho ‘berpisah kau katakan’ Mauliate hu dok hami

‘terima kasih ku katakan’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedenglah ibu oh ibu’ Sedeng dainang

‘Sedenglah ibu’

Hodong do lili ku

‘Tulang kelapa lidiku’

Bane – bane na hubarbari ‘Kayu bane kupotongi’ Holan tu ho do nipikku ‘Hanya kepadamu mimpiku’ Ganup borngin ganup ari ‘Tiap malam tiap hari’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedeng ibu oh ibu’ Sedeng dainang ‘Sedenglah ibu’

Hutarik – hutarik ‘Kutarik – tarik’

Hutarik marenet – enet ‘Kutarik dengan hati – hati’ Molo hujaha surat mi ‘Jika kubaca suratmu’ Iluki sabur manetek ‘Air mataku jatuh’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedeng ibu oh ibu’ Sedeng dainang ‘Sedenglah ibu’

Tiur ni bulanon ‘Terangnya bulan’

Marmeam hita di alaman ‘Bermain kita di halaman’ Tanda ma naung adong ‘Nampak sudah ada’ Namarbaju ni huta on

‘Anak gadis di kampung ini’ Sedeng dainang oi nonge ‘Sedeng ibu oh ibu’

Sedeng dainang ‘Sedenglah ibu’

Satallik ni gulang – gulang

‘Sepotong kayu penyanggah’ Paembang rere di alaman ‘Bentangkan tikar di halaman’ Santabi dihula – hula

‘Permisi kepada penatua’ Marembas hami di alaman ‘Menari kami di halaman’

Sedeng dainang oi nonge ‘Sedeng ibu oh ibu’ Sedeng dainang ‘Sedenglah ibu’

Setelah pantun ini habis dinyanyikan, maka untuk menyanyikan pantun yang baru dinyanyikan terlebih dahulu pantun khusus untuk mengatakan bahwa akan dimulainya pantun yang baru yaitu :

Ta singkam ma jolo ‘Kini kita potonglah’

Pisang sitabar tabar bari ‘Pisang sitabar diratakan’ Ta singkap nama jolo ‘Kini kita gantilah’ Lagu na asing taulahi ‘Lagu yang lain diulangi’

Ta singkap nama jolo da amang da inang ‘Kini kita gantilah bapak ibu’

Lagu na asing ta ulahi ‘Lagu yang lain diulangi’

5 1 . 1 1 . 2 3 . Mandurung di - a rirang

3 2 . 1 2 . 2 1 . 7 1 . . 5 So – tar huar siala ta - no 5 1 0 1 3 3 . 2 5

Disor ma ude udeng 5 1__ . 1 1 . 2 3 .

malungun di amang da inang

3 2 . 1 2 . 2 1 . 7 1 . . 5 So – tar suruk toru - ni ta - no 5 2 0 2 7 5 . 2 1 1 Disor ma ude - e ude

‘Menjaring di arirang Tak tergalik buah siala’

Disorma ude - ude ‘Rindu kepada ibu

Tak terselami bawah tanah’ Disorma ude – ude Addilo na hinan

‘Pohon addilo yang dahulu’ Hadang – hadangan saonari ‘Menjadi tas sandang sekarang’

Disor ma ude - ude Bagian na hinan

Mananggung badan saonari ‘Menanggung badan sekarang’

Disor ma ude – ude

Di paddurung durungan hi ‘Di tempat kolam – kolamku’ Dua – dua issor di batu ‘Ada ikan insor di batu’

Disor ma ude - ude Di parlungunan hi ‘Di dalam rinduku’

Dua – dua ilu madabu

‘berjatuhan air mataku’ Disor ma ude – ude Hu tatap lobu tua

‘Ku pandang desa lobu tua’ Hu tailihon lobu tolong

‘Ku toleh ke desa lobu tolong’ Disor ma ude - ude Molo hu tatap na martua ‘Jika kulihat yang diberkati’

Tar ilu – ilu simalolong ‘Berlinang air mata’

Disor ma ude - ude

Be ha bahenon i ‘Bagaimana jadinya’

Malamun pisang di balian ‘masak pisang di ladang’

Disor ma ude - ude Beha bahenon i

‘Bagaimana jadinya’

Mardomu nasib tu bagian ‘Ketemu nasib dan kenyataan’

Disor ma ude – ude Pitola so pitola

‘Pitola tidak pitola’ Pitola ni passur batu ‘Pitola di pancur batu’

Disor ma ude - ude Sikkola so sikkola ‘Sekolah tidak sekolah’

Ni arsak ni namarbaju ‘Kesedihan anak gadis’

Disor ma ude – ude

Ta singkam ma jolo ‘Kini kita potonglah’

Pisang sitabar tabar bari ‘Pisang sitabar diratakan’ Ta singkap nama jolo ‘Kini kita gantilah’ Lagu na asing taulahi ‘Lagu yang lain diulangi’

Ta singkap nama jolo da amang da inang ‘Kini kita gantilah bapak ibu’

Lagu na asing ta ulahi ‘Lagu yang lain diulangi’

5 5 5 5 1 3 3 Duda ma - i tak mi

2 3 2 1 2 2 . 5 Saut maho mar itak ba ri

5 5 5 5 1 2 2 Saut i - lo mo mi

1 2 1 3 2 1 . 1 Saut ma ho sumolsolba gi

‘Tumbuklah tepung berasmu Jadilah punya itak basi Kehendakmu yang jadi Kelak penyesalan nanti’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’

Tandiang piar – piar

‘Pohon tandiang piar – piar’ Ho narian

‘Kau tadi siang’ Inang boru gultom ‘Gadis gultom’ Sian dia ho narian

‘Dari mana tadi siang’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’

Ndada sian dia

‘Tidak dari mana – mana’ Sian passur paridian ‘Dari tempat pemandian’ Paias – ias daging ‘Bersih- bersihkan badan’ Asa lakku tu pariban ‘Agar laku kepariban’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’

Indion sabi tolong ‘Ini sabi tolong’

Manang marsambilu – sambilu ‘Atau mempunyai sambilu’ Ingot hami ito

‘Ingatlah kami adik’

Anggo marsahali saminggu ‘Paling tidak sekali seminggu’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’ Ndang sambilu sambilu

‘Tidak mempunyai sambilu’ Manang marsaludeng saludeng ‘Mempunyai saludeng pun jadi’ Ndang sahali saminggu

‘Tidak sekali seminggu’ Nanggo marsahali sabulan ‘Sekali sebulan pun jadi’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’ Hodong do liliku

‘Hodong lidiku’

Goring – goring mali – mali ‘Kayu kering mali – mali’ Holan tu ho do nipingku ‘Hanya kepadamu mimpiku’ Ganup borngin ganup ari ‘Tiap malam tiap hari’

Idem taridem idem idem taridem olo ‘Idem teridem idem idem ya teridem ‘ Amang hassit nai manetek ilu sobinoto

‘Batapa sedihnya tidak tahu menetes air mata’

Ta singkam ma jolo ‘Kini kita potonglah’

Pisang sitabar tabar bari ‘Pisang sitabar diratakan’ Ta singkap nama jolo ‘Kini kita gantilah’ Lagu na asing taulahi

‘Lagu yang lain diulangi’

Ta singkap nama jolo da amang da inang ‘Kini kita gantilah bapak ibu’

Lagu na asing ta ulahi ‘Lagu yang lain diulangi’

Poltak mata niari ‘Terbit matahari’

Mate – mate tu hasuddutan ‘Di barat terbenam’

Madabu soro niari ‘Kelak jatuh suatu hari’ Tu ise do panggissurutan ‘Kepada siapa pengaduan’

Sekka na uli natinerawang

,Sapu tangan yang diterawang’

Natinerawang natinerawang

‘Yang diterawang yang diterawang’

Anak nauli sanggup melawan

‘Anak baik sanggup melawan’

‘Sanggup melawan sanggup melawan’

Natinittip sanggar ‘Dipotong sanggar’ Baen huru – huruan ‘Untuk membuat sangkar’ Jolo sinukkun marga ‘Dahulu bertanya marga’ Asa binoto partuturan ‘Agar tahu cara menyapa’

Bayon situdu ‘Pandan situdu’

Naripe di panggotapan ‘Tinggal dipotongi’ Oinang pangitubbu ‘Ibu yang mengandung’ Naripe di panggoaran ‘Tinggal pemanggilan’

‘Kayu di atap’

Parasaran ni borong – borong ‘Tempat sarang kumbang’ Bulan na diginjang ‘Bulan yang di atas ‘

Pardomuan ni simalolong ‘Pertemuan antara kita’

Pining di rahis – rahis ‘Pinang di tanah terjang’ Jinakkit manogot – nogot ‘Dipanjat pagi – pagi’ Gogo damang massari ‘Semangatlah nak bekerja’

Atik na rap di hita sogot

‘Mungkin sama kita kelak nanti’

Met – met do sikkoru ‘Kecil sikoru’

Nungga di haddang haddangi ‘Sudah dipagari’

Metmet dope siboru ‘Masih kecil sigadis’

Nungga di tandang tandangi ‘Sudah didekat – dekati’

Pada saat sekarang beberapa umpasa yang dinyanyikan pada waktu martumba mengalami beberapa perubahan. Namun tetap lagu pertama yang dinyanyikan adalah permohonan kepada penonton untuk mempertunjukkan kegiatan martumba. Peserta dalam kegiatan martumba memberikan penghormatan kepada setiap penonton dan sekaligus meminta ijin untuk melaksanakan kegiatan martumba. Karena kegiatan martumba dilaksanakan pada hari kemerdekaan Republik Indonesia, pantun yang dinyanyikan juga mengenai tentang kemerdekaaan Indonesia.

Jika dilihat pada sekarang bahwa pantun yang dinyanyikan tidak hanya terkhusus kepada muda – mudi saja. Bahwa pantun tersebut ditujukan kepada siapa saja yang menyaksikan kegiatan martumba. Pantun yang ditujukan kepada profesi tertentu. Misalnya pantun kepada bapak – ibu yang bekerja sebagai petani, pedagang dan lain - lain. Bahkan pantun yang dinyanyikan ditujukan kepada penonton yang lebih dihormati. Misalnya bapak Polisi, bapak Camat dan bapak Bupati.

Pada selesai kegiatan martumba, pantun yang dinyanyikan adalah pantun yang berisikan permohonan kepada penonton untuk permisi untuk pulang bahwa tarian tumba telah selesai. Adapun lagu yang dinyanyikan pada saat sekarang ini diantaranya :

Tangan do botohon ‘Seluruh bagian tangan’ Na marujungkon jari – jari ‘Diujungnya jari tangan’ Jonjong hami dison ‘Kami berdiri disini’

Jumolo hami marsantabi ‘Lebih dahulu kami permisi’

Jonjong hami dison ale amang ale inang ‘Kami berdiri bapak ibu’

Muda - mudi ( Janjinauli ) ‘Muda – mudi ( Janjinauli )’

Tumba sirege – rege tumba tumba ‘Tumba sirege – rege tumba tumba’ Martumba hami on ale amang ala inang ‘Menari tumba kami bapak ibu’

Muda – mudi ( Janjinauli ) ‘Muda – mudi ( Janjinauli )’ Beta hita tu dolok

‘Ayo ke hutan’

Na marsitiang ni bendera ‘Mengambil tiang bendera’ Sude maolop – olop

‘Semua bersuka cita’

Na hita on naung merdeka ‘Bahwa kita sudah merdeka’

Manuk jarum bosi ‘Ayam jarum bosi’ Martahuak di alaman ‘Berkokok di halaman’ Horas ma pak polisi

‘Salam sejahtera pak polisi’ Na menjagai keamanan ‘Yang menjaga keamanan’ Habang ma pitola

Sai Songgop ma tu dangka – dangka ‘Selalu hinggap di dahan’

Hita parsingkola ‘Kita yang bersekolah’ Unang lalap di parabola ‘Jangan hanya menonton’

Honas ni sapilpil ‘Nenas sapilpil’

Sai ganjang duri – duri na ‘Panjang durinya’

Horas angka pemimpin ‘Semangat para pemimpin’ Nang songon i panuturina ‘Begitu juga pengikutnya’

Untuk mengakhiri kegiatan martumba, maka dinyanyikanlah pantun

( umpasa ) yang khusus dinyanyikan untuk menyatakan bahwa kegiatan

martumba sudah berakhir. Adapun pantun tersebut adalah :

‘Terbang burung walet’

Sai songgop ma tu dakka – dakka ‘Hinggap di dahan kayu’

Marujung ma meam – meam ‘Berakhirlah permainan’ Horas be horas be

‘Salam sejahtera bagi kita semua’ Mulak ma hami

‘Pulanglah kami’

4. 1. 6 Pakaian Yang Digunakan

Pakaian yang digunakan pada dahulu tidak memiliki pakaian yang secara terkhusus, seperti memakai pakaian adat yang secara khusus yang bersifat formal. Hal ini dikarenakan bahwa pada dahulu acara martumba dilakukan secara spontanitas dan juga pada dasarnya bahwa dahulu tarian tumba yang dilakukan muda – mudi adalah hiburan. Jadi pakaian yang digunakan hanya pakaian yang dikenakan adalah bebas apa adanya karena pada saat tarian tumba diadakan ketika para gadis di perkampungan selesai menganyam tikar dan menumbuk padi.

Pada saat sekarang pelaksanaan martumba, pakaian yang digunakan lebih baik dan lebih menunjukkan kebudayaan Batak Toba tersebut. Pada

pelaksaan tersebut setiap peserta telah ada menggunakan ulos. Ulos tersebut dikenakan pada tubuh, bahkan ada yang menggunakan pakaian adat batak secara menyeluruh. Bukan hanya ulos yang digunakan, juga memakai pakaian kain panjang yang diikatkan pada pinggang setiap peserta kemudian kedua ujung pakaian tersebut diikatkan pada kedua jari. Sehingga ketika setiap peserta melakukan tepuk tangan maka pakaian tersebut terlihat lebih indah. Perubahan pakaian ini karena seiring perubahan makna dalam tarian tumba. Dahulu tarian tumba dilaksanakan sebagai hiburan yang dilakukan muda – mudi kini perlahan bergeser menjadi pentas seni yang dipertontonkan.

4. 1. 7 Alat Musik Yang Digunakan

Untuk alat musik yang digunakan pada pelaksanaan tumba tidak menggunakan alat musik tradisional lengkap. Alat musik yang digunakan tidak hanya alat musik tradisional Batak Toba tetapi juga alat musik yang sering digunakan pada saat ini yang berasal dari budaya lain. Karena kegiatan martumba tidak dilakukan pada acara adat. Martumba ini adalah kegiatan muda – mudi. Alat musik yang sering digunakan untuk mengiringi

Dokumen terkait