• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Deskripsi Parameter Pengamatan

Berikut merupakan deskriptif dari parameter pengamatan:

1. Tipe pembungaan

Untuk pengamatan tipe pembungaan dilakukan dengan mengamati tipe pembungaan menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Tjitrosoepomo (2009), tipe-tipe pembungaan terdiri atas tunggal dan majemuk.

2. Tipe pembungaan majemuk

Untuk pengamatan tipe pembungaan dilakukan dengan mengamati tipe pembungaan menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al.

(2004), tipe pembungaan majemuk terdiri atas cymosa, spica, racemus, panicula, umbella.

3. Posisi pembungaan

Untuk pengamatan posisi pembungaan dilakukan dengan mengamati posisi pembungaan pada tanaman anggrek menggunakan panduan literatur.

Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), posisi pembungaan terdiri atas pangkal atau sisi pseudobulb, sisi atau diantara dua ketiak daun dan pucuk.

4. Aroma bunga

Untuk mengamati aroma bunga dilakukan dengan mengamati langsung apakah bunga anggrek mengeluarkan aroma atau tidak.

5. Bentuk bunga

Untuk mengamati bentuk bunga dilakukan dengan mengamati bentuk bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al.

(2004), bentuk bunga terdiri atas bulat (saling menumpang antara sepal dan petal), bintang, keriting dan bertanduk.

6. Bentuk petal

Untuk mengamati bentuk petal dilakukan dengan mengamati bagian petal pada bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), bentuk petal terdiri atas berbentuk pita/lurus, lonjong, oval, seperti belah ketupat, bulat telur sungsang, berbentuk sendok, bulat telur dan agak membulat.

7. Bentuk ujung petal

Untuk mengamati bentuk ujung petal dilakukan dengan mengamati bagian ujung petal pada bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), bentuk ujung petal terdiri atas lancip/menajam ke ujung, meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, berembang berujung runcing, berujung suntih dangkal bertulang runcing, tumpul, berbentuk pepat/memotong, romping/tumpul bertakik sedikit, ujung membelah, bergigi tiga, bergerigi, berbentuk sikat dan berekor.

8. Bentuk ujung sepal

Untuk mengamati bentuk ujung sepal dilakukan dengan mengamati bagian ujung sepal pada bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), bentuk ujung sepal terdiri atas lancip/menajam ke

ujung, meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, berembang berujung runcing, berujung suntih dangkal bertulang runcing, tumpul, berbentuk pepat/memotong, romping/tumpul bertakik sedikit, ujung membelah, bergigi tiga, bergerigi, berbentuk sikat dan berekor.

9. Letak lekuk bibir

Untuk mengamati letak lekuk bibir dilakukan dengan mengamati letak lekuk bibir pada bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), letak lekuk bibir terdiri atas lekuk di ujung, lekuk di pangkal dan lekuk di tengah.

10. Bentuk keping sisi untuk aksesi yang memiliki keping sisi

Untuk mengamati bentuk keping sisi untuk aksesi yang memiliki keping sisi dilakukan dengan mengamati bentuk keping sisi pada bagian bibir bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al. (2004), bentuk keping sisi untuk aksesi yang memiliki keping sisi terdiri atas segitiga, bulat telur, trapesium menyempit dan trapesium melebar.

11. Bentuk keping tengah untuk aksesi yang memiliki keping sisi

Untuk mengamati bentuk keping tengah untuk aksesi yang memiliki keping sisi dilakukan dengan mengamati bentuk keping tengah pada bagian bibir bunga anggrek menggunakan panduan literatur. Berdasarkan Kartikaningrum et al.

(2004), bentuk keping tengah untuk aksesi yang memiliki keping sisi terdiri atas mengginjal, belah ketupat, bulat telur melintang dan jorong/bujur telur.

12. Jumlah polinia

Untuk mengamati jumlah polinia dilakukan dengan menghitung jumlah polinia yang ada disetiap kuntum bunga.

13. Sudut yang dibentuk saat mengalami resupinasi

Untuk mengamati sudut yang dibentuk oleh kuncup bunga dilakukan dengan mengamati langsung berapa derajat sudut yang dibentuk oleh kuncup bunga saat fase resupinasi (perputaran). Pengukuran menggunakan busur dengan tangkai bunga sebagai pusatnya.

14. Bentuk 2 pasang polinia

Untuk mengamati bentuk 2 pasang polinia dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan panduan literatur. Berdasarkan Banerjee et al. (2012), bentuk 2 pasang polinia terdiri atas heart shape, spindle shape, human foot-print shape, triangular shape, ovoid to circular shape dan bean shape.

15. Ujung polinia

Untuk mengamati ujung polinia dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan panduan literatur. Berdasarkan Prasetyo (2014), ukuran kedalaman lekukan ujung polinia terdiri atas berlekuk sedikit, yaitu memiliki kedalaman lekukan 0,1 - 15 µm, berlekuk sedang, yaitu memiliki kedalaman lekukan 15,1 - 30 µm dan berlekuk dalam, yaitu memiliki kedalaman lekukan ≥ 30 µm.

16. pangkal polinia

Untuk mengamati pangkal polinia dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan panduan literatur. Berdasarkan Prasetyo (2014), ukuran kedalaman lekukan pangkal polinia terdiri atas berlekuk sedikit, yaitu memiliki kedalaman

lekukan 0,1 - 15 µm, berlekuk sedang, yaitu memiliki kedalaman lekukan 15,1 - 30 µm dan berlekuk dalam, yaitu memiliki kedalaman lekukan ≥ 30 µm.

17. Panjang bunga (pb)

Untuk menentukan panjang bunga dilakukan pengukuran panjang bunga secara vertikal (Gambar 3.1). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan panjang bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

18. Lebar bunga (lb)

Untuk menentukan lebar bunga dilakukan pengukuran lebar bunga secara horizontal pada bagian yang terlebar (Gambar 3.1). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm.

Masing-masing penghitungan lebar bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.1 Bunga Dendrobium sp. pb = panjang bunga, lb = lebar bunga, bar = 1,07 cm

19. Diameter lingkar bunga

Untuk menghitung diameter lingkar bunga dilakukan dengan cara menghitung lebar bunga. Masing-masing penghitungan diameter lingkar bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

20. Panjang tangkai bunga (pt)

Untuk menentukan panjang tangkai bunga dilakukan pengukuran pada pangkal titik tumbuhnya hingga bagian pertama munculnya kuncup bunga (Gambar 3.2). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris. Masing-masing penghitungan panjang tangkai bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

21. Panjang rangkaian bunga (pr)

Untuk menentukan panjang rangkaian bunga dilakukan pengukuran pada tumbuhnya kuncup pertama hingga tangkai tumbuhnya kuncup terakhir (Gambar 3.2). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris. Masing-masing penghitungan panjang rangkaian bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

22. Panjang tangkai kuntum bunga (pk)

Untuk menentukan panjang tangkai kuntum bunga dilakukan pengukuran pada pangkal titik tumbuhnya hingga bagian ujung dari tangkai kuntum bunga (Gambar 3.2). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan panjang tangkai kuntum bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.2 Tangkai bunga anggrek, pr = panjang rangkaian bunga, pt = panjang tangkai bunga, pk = panjang tangkai kuntum (Sumber: Kartikaningrum et al., 2004)

23. Diameter tangkai kuntum bunga (dt)

Untuk menentukan diameter tangkai kuntum bunga dilakukan pengukuran pada tangkai bunga. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan diameter tangkai bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

24. Panjang sepal lateral (pl)

Untuk menentukan panjang sepal lateral dilakukan pengukuran pada bagian pangkal hingga ujung sepal lateral (Gambar 3.3). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan panjang sepal lateral dilakukan sepuluh kali pengulangan.

25. Lebar sepal lateral (ll)

Untuk menentukan lebar sepal lateral dilakukan pengukuran pada bagian sepal lateral yang terlebar (Gambar 3.3). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan lebar sepal lateral dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.3 Sepal lateral bunga Dendrobium sp. pl = panjang sepal lateral, ll = lebar sepal lateral bar = 0,59 cm

26. Panjang sepal dorsal (pd)

Untuk menentukan panjang sepal dorsal dilakukan pengukuran pada bagian pangkal hingga ujung sepal dorsal (Gambar 3.4). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan panjang sepal dorsal dilakukan sepuluh kali pengulangan.

27. Lebar sepal dorsal (ld)

Untuk menentukan lebar sepal dorsal dilakukan pengukuran pada bagian sepal dorsal yang terlebar (Gambar 3.4). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan lebar sepal dorsal dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.4 Sepal dorsal bunga Dendrobium sp. pd = panjang sepal dorsal, ld = lebar sepal dorsal, bar = 0,55 cm

28. Panjang petal (pp)

Untuk menentukan panjang petal dilakukan pengukuran pada bagian pangkal hingga ujung petal (Gambar 3.5). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan panjang petal dilakukan sepuluh kali pengulangan.

29. Lebar petal (lp)

Untuk menentukan lebar petal dilakukan pengukuran pada bagian petal yang terlebar (Gambar 3.5). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang dan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Masing-masing penghitungan lebar petal dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.5 Petal bunga Dendrobium sp. pp = panjang petal, lp = lebar petal, bar = 1,05 cm

30. Jumlah pelintiran pada petal

Untuk menghitung jumlah pelintiran pada petal dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah pelintiran yang terdapat pada petal. Masing-masing penghitungan pelintiran pada petal dilakukan sepuluh kali pengulangan.

31. Jumlah kuntum perangkaian bunga

Untuk menghitung jumlah kuntum bunga perangkaian dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah kuntum bunga yang terdapat pada rangkaian bunga. Masing-masing penghitungan jumlah kuntum bunga dilakukan sepuluh kali pengulangan.

32. Panjang polinia (jp)

Untuk menghitung panjang polinia dilakukan pengukuran pada bagian pangkal hingga ujung polinia (Gambar 3.6). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer. Masing-masing penghitungan panjang polinia dilakukan sepuluh kali pengulangan.

33. Lebar polinia (rp)

Untuk menentukan lebar polinia dilakukan pengukuran pada bagian polinia yang terlebar (Gambar 3.6). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer. Masing-masing penghitungan lebar polinia dilakukan sepuluh kali pengulangan.

34. Tinggi polinia (tp)

Untuk menentukan tinggi polinia dilakukan pengukuran pada tinggi maksimal polinia dimulai dari permukaan dasar hingga tepi dorsal polinia (Gambar 3.6). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer. Masing-masing penghitungan tinggi polinia dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.6 Polinia anggrek (A) sepasang polinia (tampak atas), jp = panjang polinia, rp = lebar polinia, bar = 0,14 cm, (B) sepasang polinia (tampak samping), tp = tinggi polinia, dop = dorsal polinia, dap = dasar polinia, bar = 0,05 cm (dokumentasi pribadi, 2016)

35. Rasio

Untuk menentukan rasio dilakukan perhitungan rata-rata panjang polinia dengan rata-rata lebar polinia. Masing-masing penghitungan rasio dilakukan sepuluh kali pengulangan.

36. Kedalaman lekukan ujung polinia (ku)

Untuk menentukan kedalaman lekukan ujung polinia dilakukan dengan mengukur kedalaman lekukannya (Gambar 3.7). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer. Masing-masing penghitungan kedalaman lekukan ujung polinia dilakukan sepuluh kali pengulangan.

37. Kedalaman lekukan pangkal polinia (kp)

Untuk menentukan kedalaman lekukan pangkal polinia dilakukan dengan mengukur kedalaman lekukannya (Gambar 3.7). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer. Masing-masing penghitungan kedalaman lekukan pangkal polinia dilakukan sepuluh kali pengulangan.

Gambar 3.7 Bagian ujung dan pangkal polinia (A) bagian ujung polinia, ku = kedalaman lekukan ujung polinia, bar = 0,26 µm, (B) bagian pangkal polinia, kp

= kedalaman lekukan pangkal polinia, bar = 0,26 µm (dokumentasi pribadi, 2016)

38. Warna pada bagian bunga

Untuk mengamati warna pada bagian bunga dilakukan dengan mengamati warna bagian bunga anggrek menggunakan panduan RGB (Red Green Blue).

39. Bentuk bunga tampak depan dan samping

Untuk mengamati bentuk bunga tampak dari depan dan samping dilakukan dengan mengamati bentuk yang terlihat dari depan dan samping bunga anggrek.

Dokumen terkait