• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Pendekatan Struktur dan Utilitas Bangunan 1.Pendekatan Sistem Struktur Bangunan

ÿ Persyaratan Perancangan Sistem Struktur Bangunan

1. Secara umum, struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu basestructure (pondasi), Kelayakan (serviceability)

2. Kestabilan (stability) 3. Kekuatan (strength) 4. Keamanan (safety) 5. Keawetan (durability)

Struktur rangka bangunan (kolom-balok), dan upperstructure (struktur atap). Ketiganya harus membentuk suatu kesatuan sistem struktur yang tertutup, kokoh, dan kaku (rigid).

ÿ Kriteria pemilihan sistem struktur 1. Resistance to Load

∑ Sistem struktur dipilih atas dasar kemampuannya melawan beban utama (gravitasi, angin, gempa)

∑ Kemampuan mempertahankan stabilitas bangunan

∑ Berkekuatan melawan perubahan bentuk dan pergeseran struktur secara parsial atau menyeluruh.

∑ Sistem struktur memiliki daya tahan sampai batas waktu yang dikehendaki. 2. Building Use and Function

∑ Sistem struktur ditentukan oleh Tipe atau fungsi bangunan ∑ Sistem struktur ditentukan oleh bentuk dan dimensi ruang

∑ Sistem struktur ditentukan oleh ketinggian dan tata ruang secara horizontal dan vertikal.

3. Integration to Other Building System

∑ Sistemstruktur yang memiliki kemampuan bersatu dengan system bangunan Iainnya.

∑ Dapat menjadi tumpuan “eksterior cladding” serta komponen fasade Iainnya

∑ Selain itu, jaringan mekanikal, elektrikal dapat terakomodir di celah sistem struktur oleh adanya sifat fleksibilitas sistem tersebut.

4. Cost Infulence

∑ Berkaitan dengan masalah biaya dengan bahan serta sistem kontruksi tahan api, antisipasi, bentang, style yang diinginkan dan adanya sifat integritas.

∑ Berkaitan dengan biaya dan penataan “the most economical arrangement” dari sistem struktur .

∑ Berkaitan dengan keterbatasan biaya. 5. Fire Resistance

∑ Berapa lama struktur bangunan masih dapat berdiri ∑ Apakah mudah terbakar atau tidak

∑ Apakah mudah kehilangan kekuatan atau tidak ketika kenaikan suhu Sebagai gambaran: Baja tidak terbakar, tetapi cepat kehilangan kekuatan pada suhu tinggi, Sebaliknya kayu mudah terbakar tetapi kekuatannya tidak cepat hilang.

6. Construction Limitation

∑ Berapalamawaktu yang dikehendaki (mungkin lebih cepat karena gaji tukang tergolong mahal). Faktor ini sering menjadi kriteria utama.

∑ Ketersediaan material, labor atau tukang dan equipment 7. Style (What Style of the Building will be?)

∑ Gaya (style) apa yang ingin dicapai menentukan pilihan system struktur. Contoh: misal intemasional style, cenderung memilih Steel Post and Beam System.

∑ Harus ada keseimbangan antara gaya apa yang diinginkan dari aspek praktis dipandang dan sisi konstruksi.

∑ Berkaitan dengan aspek lingkungan social dan budaya ÿ Tipe Struktur Bangunan

a. Dinding pendukung sejajar ( paralel bearingwalls )

b. Inti dan dinding pendukung fasade ( core and façade bearing walls ) c. Boks berdiri sendiri ( self supporting boxes )

d. Plat terkantilever ( cantilevered slab ) e. Plat rata ( flat slab )

f. Interspasial ( interspatial ) g. Gantung ( suspension )

h. Rangka selang-seling ( staggered truss ) i. Rangka kaku ( rigid frame )

j. Rangka kaku dan inti ( rigid frame and core ) k. Rangka trussed ( trussed frame )

l. Rangka belt-trussed dan inti ( belt-trussed and core ) m. Tabung dalam tabung ( tube in tube )

n. Kumpulan tabung ( bundled tube )

Gambar 2.24.Tipe Struktur Bangunan

(Sumber : Mata Kuliah Struktur dan Konstruksi 4. Universitas Gadjah Mada. 2010)

Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.

Peranangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

2.1.6.2. Perancangan Plambing dan Sanitasi

Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang peralatan dan instalasinya. Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut : 1. Kesehatan.

2. Penggunaan air.

3. Pengolahan dan pembuangan limbah. 2.1.6.3. Perancangan Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suata cara atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat. Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

2. Bahaya kebakaran sedang. 3. Bahaya kebakaran berat.

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-istem yang melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah bahaya kebakaran skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah :

a. Sistem hidran b. Sistem sprinkle

Gambar 2.25. Contoh Sistem Sprinkle Sumber : www.google.com

2.1.6.4. Perancangan Pengudaraan / Penghawaan

Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun aliran udara buatan. Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.

Gambar 2.26. Contoh Penyejuk Udara Buatan (AC) Sumber : www.google.com

2.1.6.5. Perancangan Penerangan / Pencahayaan

Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun pada malam hari. Dewasa ini pemanfaatan pencahayaandigunakan sumber alami dan telah diatur berdasarkan SNI 03–2396-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung”.

Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga mempertimbangkan tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 03-6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung”. Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.

Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

2.1.6.6. Perancangan Telepon

Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar. Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

Gambar 2.27. Contoh Telepon

Sumber : www.google.com

2.1.6.7. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem

CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Sistem kameran dan televisi ini terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan di dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan security.

Gambar 2.28. Contoh Sistem Keamanan CCTV

Sumber : www.google.com

2.1.6.8. Perancangan Penangkal Petir

Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan

tersebut. Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.

Gambar 2.29. Contoh Komponen Instalasi Penangkal Petir

Sumber : www.google.com

2.1.6.9. Perancangan Tata Suara

Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing system (public address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau kalau ada pengumuman-pengumuman tertentu. Selain itu juga ada sistem untuk car call, bagi bangunan-bangunan umum. Peralatan dari sistem tata suara tersebut dapat berupa, microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker, speaker selector switch, volume control, dan horn speaker(untuk car call).

2.1.6.10. Perancangan Transportasi dalam Bangunan

Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di bangunan tersebut. Alat transportasi tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah vertikal berupa elevator, arah horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa eskalator.

Gambar 2.30. Contoh Elevator

Sumber : www.google.com

2.1.7 Studi Banding Arsitektur dan Fungsi Sejenis

Dokumen terkait