• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Galeri Paradise of North Sumatera di Kota Medan ( Tema : Asitektur Metafora )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Galeri Paradise of North Sumatera di Kota Medan ( Tema : Asitektur Metafora )"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Tinjauan Fungsi 2.1.1. Terminologi Judul

Galeri adalah tempat suatu tempat untuk memamerkan, memperlihatkan, memajang hasil karya yang baik itu berupa karya maupun budaya. Galeri berbeda dengan museum, selain berbeda dari ukuran, perbedaan yang paling menonjol dari galeri dan museum adalah bila galeri hanya menjual hasil karya, sedangkan museum hanya tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka.

Menurut arti bahasanya, pengertian galeri dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (2003) :

Galeri adalah selasar atau tempat; dapat pula diartikan sebagai tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional karya seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga didefinisikan sebagai ruangan atau gedung tempat untuk memamerkan benda atau karya seni.

2. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, A.S Hornby, edisi kelima, Great Britain: Oxford University Press, (1995) : “Gallery: Aroom or building for showing works of art”.

3. Menurut Kamus Inggris - Indonesia, An English-Indonesian Dictionary,(1990) : “Galeri: Serambi, balkon, balai atau gedung kesenian”.

Menurut Encyclopedia of American Architecture (1975), Galeri diterjemahkan sebagai suatu wadah untuk menggelar karya seni rupa. Galeri juga dapat diartikan sebagai tempat menampung kegiatan komunikasi visual di dalam suatu ruangan antara kolektor atau seniman dengan masyarakat luas melalui kegiatan pameran. Sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang aktifitas publik, area publik yang kadang kala digunakan untuk keperluan khusus (Dictionary of Architecture and Construction, 2005).

(2)

tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka (Koran Tempo, 2013).

Medan yang dimaksud adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktifitas dan kehidupan Sumatera Utara. Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, serta kota terbesar di luar Pulau Jawa. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia.

( https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan(2017))

“Paradise of North Sumatera”; merupakan nama yang diciptakan yang memiliki arti khusus sebagai identitas galeri ini. Paradiseadalah kosa kata bahasa Inggris oxford yang artinya “tempat yang indah” (kamus B.Inggris) dan North of Sumatera adalah nama provinsi yang Sumatera Utara yang sudah dibahasa inggriskan (wiktionary.org/wiki/Sumatera_utara). Dan galeri ini diharapkan menjadi tempat yang indah dan menampilkan karya dan budaya yang ada pada Sumatera Utara.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Galeri Paradise North of Sumatera di Kota Medan adalah tempat atau wadah yang dapat menampung dan memfasilitasi segala kegiatan pameran dan pemajang karya dan budaya yang berasal dari Sumatera Utara di Kota Medan. Mulai dari kegiatan pameran, diskusi para seniman medan, pengedukasi karya dan budaya Sumatera Utara kepada masyarakat.

(3)

2.1.2. Kriteria Pemilihan Lokasi 1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Pemilihan lokasi site didasarkan atas beberapa kriteria, seperti:

a. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK). Lokasi site harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan.

b. Lingkungan tapak berada di lokasi yang strategis, lingkungan dengan image yang bagus dan berbudaya sesuai fungsinya dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun. c. Aksesbilitas lokasi tapak yang mudah dicapai, dan adanya

sarana transportasi umumnya yang melewati lokasi site.

Kriteria pemilihan lokasi agar perancangan bangunan Galeri Paradise of North Sumatera di Kota Medan efektif, adalah sebagai berikut:

a. Lokasi site merupakan daerah yang mudah di jangkau untuk wisatawan maupun masyarakat lokal sendiri.

b. Lokasi site merupakan lahan kosong yang sudah memenuhi kriteria dalam perancangan bangunan ini.

c. Sirkulasi site yang efektif bagi pengguna

d. Site bukan merupakan lokasi yang dilarang pemerintah untuk pembangunan.

2. Pencapaian

Dalam hal pencapaian, site harus terletak pada daerah yang mudah dicapai oleh wisatawan lokal maupun non-lokal. Baik dengan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum.

3. Area Pelayanan

Area disekitar site dekat dengan bangunan atau sarana prasarana yang membutuhkan jasa/pelayanan yang berhubungan dengan fasilitas komersil dan lainnya.

4. Persyaratan Lain

Status kepemilikan lahan: Individu

(4)

Rp. 300.000 menjadi 1-1,5 juta (Artikel SitusMedan).

2.1.3. Pengguna dan Jenis Kegiatan pada Galeri

Galeri memiliki fungsi utama sebagai wadah / alat komunikasi antara konsumen dengan produsen. Pihak produsen yang dimaksud adalah para seniman sedangkan konsumen adalah kolektor dan masyarakat. Fungsi galeri menurut Kakanwil Perdagangan antara lain :

1. Sebagai tempat promosi barang-barang seni.

2. Sebagai tempat mengembangkan pasar bagi para seniman.

3. Sebagai tempat melestarikan dan memperkenalkan karya seni dan budaya dari seluruh Indonesia.

4. Sebagai tempat pembinaan usaha dan organisasi usaha antara seniman dan pengelola.

5. Sebagai jembatan dalam rangka eksistensi pengembangan kewirausahaan. 6. Sebagai salah satu obyek pengembangan pariwisata nasional.

Jenis-jenis galeri dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Galeri di dalam museum

Galeri ini merupakan galeri khusus untuk memamerkan benda-benda yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun kelangkaan.

2. Galeri Kontemporer

Galeri yang memiliki fungsi komersial dan dimiliki oleh perorangan. 3. Vanity Gallery

Galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi suatu kegiatan didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan.

4. Galeri Arsitektur

Galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di bidang arsitektur yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri menurut karakter masing-masing.

5. Galeri Komersil

(5)

Pada suatu galeri yang tertata dengan baik pasti terdapat pengguna dan kegiatan yang aktif.Pengguna pada Galeri pada umumnya dan ditinjau dari kegiatannya terdiri dari:

1. Pengunjung 2. Seniman

3. Pengelola Pelayanan

Pengunjung, terbagi atas dua bagian yaitu pengunjung yang bersifat khusus dan bersifat umum,yaitu:

1. Pengunjung bersifat umum yaitu pengunjung yang datang untuk bersifat rekreasi, tertarik menikmati pameran untuk memuaskan rasa keingin tahuannya, kegiatannya melihat-lihat objek yang dipamerkan dan jika cocok akan membeli objek yang dipilih. Pengunjung yang dapat mengikuti pelatihan atau komunitas seni sebagai peserta.

2. Pengunjung bersifat khusus yaitu pengunjung baik domestik maupun manca negara yang mempunyai tujuan bisnis biasanya para pengusaha. Peserta ini, terbebas dari mengatur jalannya acara, dan hanya menjadi penikmat acara. Ada beberapa kelompok orang yang menjadi peserta antara lain:

a. Narasumber

b. Pejabat pemerintah c. Cendekiawan d. Profesional

e. Masyarakat umum

Penyelenggara/penyewa yaitu orang yang mengorganisir pelaksanaan kegiatan. Penyelenggara adalah kelompok orang yang tersusun dalam sebuah organisasi yang mempunyai jabatannya masing-masing guna melancarkan jalannya acara konvensi atau eksibisi tersebut. Beberapa kelompok penyelenggara antara lain:

1. Panitia 2. Wartawan 3. Operator 4. Keamanan

Pengelola adalah pihak yang mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas yang di butuhkan penyelenggara dan biasanya meliputi:

(6)

2. Seketaris

3. Bagian Pemasaran

4. Bagian Keuangan dan Administrasi 5. Teknisi

6. Divisi Keamanan

7. Bagian pelayanan dan oprasional 8. Karyawan

2.1.3.1. Kegiatan

Jenis kegiatan pada galeri dapat dibedakan menjadi beberapa bagian tugas, yaitu :

1. Pengadaan

Hanya beberapa benda yang dapat dimasukan ke dalam galeri, yaitu hanya benda-benda yang memiliki nilai budaya, artistic dan estetis. Serta benda yang dapat diidentifikasi menurut wujud, asal, tipe, gaya, dan hal-hal lainnya yang mendukung identifikasi.

2. Pemeliharaan

Terbagi mejadi 2 aspek, yaitu : a. Aspek Teknis

Dijaga serta dirawat supaya tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan.

b. Aspek Administrasi

Benda-benda koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang membuatnya bersifat monumental.

3. Konservasi

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris “Conservation” yang artinya pelestarian atau perlindungan.

4. Restorasi

(7)

5. Penelitian

Bentuk dari penelitian terdiri dari 2 macam, yaitu :

a. Penelitian Intern adalah penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Penelitian Ekstern adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa, pelajar dan lain-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi dan lain-lain.

6. Pendidikan

Kegiatan ini lebih ditekankan pada bagian edukasi tentang pengenalan-pengenalan materi koleksi yang dipamerkan.

7. Rekreasi

Rekreasi yang bersifat mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati oleh pengunjung dan tidak diperlukan konsentrasi yang menimbulkan keletihan dan kebosanan.

8. Bisnis

Bisnis juga dapat dilakukan di dalam galeri, karena galeri merupakan wadah atau tempat untuk memperjualbelikan benda-benda langka atau benda-benda yang dipamerkan di dalam galeri tersebut.

2.1.3.2. Aktivitas

Aktivitas yang terjadi pada galeri pada umumnya, meliputi: 1. Aspek Pengunjung

a. Pengunjung akan melakukan pendaftaran yang dilakukan di receptionist dan mendapatkan pengarahan.

b. Pengunjung datang dengan maksud untuk melakukan rekreasi / refreshing.

c. Pengunjung datang hanya untuk mendapatkan informasi dari karya yang dipamerkan.

2. Aspek Kurator

(8)

a. Menjaga dan memelihara semua koleksi.

b. Mengumpulkan benda-benda yang akan dipamerkan.

c. Mempublikasikan dan memasarkan benda-benda yang dipamerkan di dalam galeri.

d. Membantu mempertimbangkan tata pameran tetap, sistem pendokumentasian dan kebijakan pengelolaan koleksi.

2.1.4 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Kebutuhan ruang sebuah galeri meliputi:

1. Exhibition Room / Tempat untuk memamerkan karya

2. Workshop / Tempat untuk membuat/memperbaiki sebuah karya. 3. Stock Room / Tempat untuk menampung / meletakkan karya 4. Restoration Room / Tempat untuk memelihara karya

5. Auction Room / Tempat untuk mempromosikan karya dan sebagaitempat jual beli sebuah karya.

6. Multifunction Hall / Aula yang serbaguna

7. Service Room/ Tempat yang terdiri dari Ruang ME, AHU, Cleaning Service & OB, Security atau keamanan.

8. Café/ Tempat untuk mendukung fasilitas galeri untuk menikmati minuman dan makanan ringan.

(9)

Tabel 2.1. Pengelompokan Ruang (Lanjutan)

1. Ruang Penyimpanan Koleksi

2. Ruang Komputer Pengawas (CCTV) 3. Ruang Perlengkapan

Keamanan

2.1.5 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Galeri

Pada suatu bangunan pasti terdapat persyaratan dan criteria umum, sama seperti halnya dengan galeri. Menurut Neufert (1996), Ruang pamer pada galeri sebagai tempat untuk memamerkan atau menampilkan karya seni harus memenuhi beberapa hal yaitu: Terlindung dari kerusakan, pencurian, kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu. Persyaratan umum tersebut antara lain :

1. Pencahayaan yang cukup

2. Penghawaan yang baik dan kondisi ruang yang stabil

(10)

Terdapat tiga macam penataan atau display benda koleksimenurut Patricia Tutt dan David Adler (The Architectural Press, 1979), yaitu :

1. In show case

Benda koleksi mempunyai dimensi kecil maka diperlukan suatu tempat display berupa kotak tembus pandang yang biasanya terbuat dari kaca. Selain untuk melindungi, kotak tersebut terkadang berfungsi untuk memperjelas atau memperkuat tema benda koleksi yang ada.

2. Free standing on the floor or plinth or supports

Benda yang akan dipamerkan memiliki dimensi yang besar sehingga diperlukan suatu panggung atau pembuatan ketinggian lantai sebagai batas dari display yang ada. Contoh: patung, produk instalasi seni, dll.

3. On wall or panels

Benda yang akan dipamerkan biasanya merupakan karya seni 2 dimensi dan ditempatkan di dinding ruangan maupun partisi yang dibentuk untuk membatasi ruang. Contoh: karya senilukis, karya fotografi, dll.

Ada beberapa syarat tentang cara pemajangan benda koleksiseni yang ada antara lain adalah dengan cara berikut :

1. Random Typical Large Gallery

Penataan benda yang dipamerkan disajikan dengan acak, biasanya terdapat pada galeri yang berisi benda-benda non klasik dan bentuk galeri yang asimetris, ruang-ruang yang ada pada galeri dibentuk mempunyai jarak atau lorong pembatasan oleh pintu. Jenis dan media seni yang ada dicampur dan menguatkan kesan acak. Contoh: menggabungkan display benda 2 dimensi dan 3 dimensi seperti seni lukis dan seni patung.

2. Large Space With An Introductory Gallery

Pengolahan ruang pamer dengan pembagian area pamer sehingga memperjelas tentang benda apa yang dipamerkan didalamnya, pembagian dimulai pada suatu ruang utama kemudian dengan memperkenalkan terlebih dahulu benda apa yang dipajang didalamnya.

(11)

1. Vitrine Dinding

Vitrine yang diletakkan berhimpit dengan dinding, Dapatdilihat dari sisi samping dan depan.

Gambar 2.1. VitrineDinding Sumber ; DPK, 1994

2. Vitrine Tengah

Diletakkan di tengah dan tidak berhimpit dengan dinding. Isinya harus terlihat dari segala arah, sehingga keempat sisinya terbuat dari kaca.

(12)

3. Vitrine Sudut

Terletak di sudut ruangan yang hanya dapat dilihat dari satu arah saja, yaitu dari sisi depan saja, sisi lain melekat pada dinding.

Gambar 2.3.VitrineSudut Sumber: DPK, 1994

4. Vitrine Lantai

Terletak di bawah pandangan mata dan biasanya diletakkan untuk menata benda-benda kecil dan harus dilihat dari dekat.

5. Vitrine Tiang

Diletakkan disekitar tiang, sama seperti vitrine tangah karena dapat dilihat dari berbagai sisi.

Karya Seni

Adapun karya seni yang menggisi pajangan pameran galeri yaitu: A. Lukisan

(13)

Gambar 2.5. Seni Fotografi (sumber : Google.com)

C. Patung

Gambar 2.6. Seni Patung (Sumber : Google.com) D. Keramik

(14)

E. Miniatur Arsitektur

Gambar 2.8. Miniatur Rumah Jabu Bolon (Sumber : Google.com)

F. Seni Kriya

Gambar 2.9. Seni Kriya 3D (Sumber : Google.com) G. Dan Lain-lain

2.1.5.1. Elemen Interior

Elemen Interior terbagi menjadi: 1. Elemen Lantai

(15)

2. Elemen Plafon

Menurut Gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai untuk ruang pamer (exibition hall) adalah langit-langit yang sebagian dibiarkan terbuka untuk keperluan ekonomis danmemberikan kemudahan untuk akses terhadap peralatan yang digantung pada langit-langit/ceiling. Ceiling merupakan faktor yang penting yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan komponen yang terkait dengan pencahayaan.

3. Elemen Fleksibilitas

“Flexibilitas can definded as : eaxily changed to suit new condition” (Homby,1987) dan dalam Bahasa Indonesiaartinya mudah disesuaikan dengan kondisi yang baru. Elemen flexibilitas berarti elemen pembentuk ruang yang dapat diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi berbeda dengan tujuan kegiatan baru yang diwadahi seoptimal mungkin pada ruang yang sama.

2.1.5.2. Sistem Pencahayaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yangdiperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Dengan adanya cahaya pada lingkungan ruang dalam yang bertujuan menyinari berbagai bentuk elemen-elemen yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi teramati dan dapat dirasakan suasana visualnya (Honggowidjaja, 2003). Pencahayaan pada galeri memberikan kontribusi yang besar tentang bagaimana menampilkan benda yang dipamerkan agar lebih memiliki kekuatan dan menarik sesuai tema yang ada, selain itu pencahayaan juga dapat memberikan fokus yang lebih menonjol dibandingkan dengan suasana galeri secara keseluruhan. Berdasarkan sumber dan fungsinya pencahayaan dibagi menjadi :

1. Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami yaitu matahari. Pencahayaan alami dapat diperoleh dengan membuat jendela atau ventilasi atau bukaan-bukaan yang besar.

2. Pencahayaan Buatan (General Artificial Lighting)

(16)

dicapai oleh pencahayaan alami, maka dapat digunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis kegiatan.

b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada ruang.

c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayangyang dapat mengganggu kegiatan.

d. Sistem pencahayaan merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam proses mendesain. Untuk menciptaka suasana yang dinginkan pada sebuah ruang. Teknik pendistribuasian cahaya, dibedakan menjadi (Industrial Hygiene Engineering, 1998) :

1) Direct Lighting

Jenis pencahayaan langsung yang hampir seluruh pencahayaannya dipancarkan pada bidang kerja, dapat dirancang menyebar/terpusat. Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.

2) Semi Direct Lighting

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding.

3) General Difus Lighting

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4) Semi Indirect Lighting

(17)

5) Indirect Lighting

Indirect Lighting disebut juga sebagai pencahayaan tidak langsung. Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

Gambar 2.10. Lima Teknik Pendistribusian Cahaya

Sumber : Philips Methods of Light Dispersement

Sistem pencahayaan buatan menurut cakupan cahaya dapat dibedakan menjadi :

1. General Lighting

Pencahayaan merata pada ruangan & dimaksudkan untuk memberi kesan merata agar tidak terlalu gelap.

2. Ambience Lighting

Pencahayaan tidak langsung yang di pantulkan plafon & dinding, lampu dapat digantung pada dinding atau menyatu dengan perabot.

3. Task Lighting

Jenis pencahayaan yang hanya terdapat pada tempat & area sekelilingnya yang terkena cahaya.

4. Accent Lighting

Jenis pencahayaan yang digunakan pada obyek tertentu. 5. Decorative Lighting

Pencahayaan dengan lampu sebagai object untuk di lihat.

(18)

1. Downlight (Arah cahaya ke bawah)

Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan untuk memberikan cahaya pada obyek di bawahnya.

2. Uplight (Arah cahaya ke atas)

Pencahayaan datang dari bawah ke atas. Uplight umumnya berperan untuk dekoratif dengan kesan megah, dramatis, dan memunculkan dimensi. Contoh aplikasi pencahayaan ini misalnya pada kolom rumah yang biasanya memakai lampu halogen.

3. Backlight (Arah cahaya dari belakang)

Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek untuk memberi aksentuasi pada obyek seperti menimbulkan siluet. Jenis pencahayaan memberikan pinggiran cahaya yang menarik pada obyek dan bentuk obyek menjadi lebih terlihat.

4. Sidelight (Arah cahaya dari samping)

Arah cahaya datang dari samping sehingga memberikan penekanan pada elemen interior tertentu, memberikan aksen pada obyek. Biasanya digunakan pada benda-benda seni untuk menonjolkan nilai seninya.

5. Frontlight (Arah cahaya dari depan)

Arah cahaya datang dari depan obyek dan biasanya diaplikasikan pada obyek dua dimensi seperti lukisan atau foto.

2.1.5.3. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan memnberikan kenyamanan thermal bagi pengunjungnya. Kenyamanan fisik dapat dicapai pada kondisi temperatur rata-rata 23°C. Pencapaian kondisi kenyamanan ini tergantung dari banyaknya bukaan jendela, kondisi lingkungan, jumlah manusia dan dimensi ruang. Untuk mengatasinya dapat dicapai dengan banyaknya bukaan jendela atau menggunakan penghawaan seperti air conditioner atau fan. Berikut adalah beberapa jenis air conditioneryang dijelaskan menurut peletakannya:

1. Mounted type

Ditanam didalam dinding atau didalam plafond ruangan. 2. Ceiling type

(19)

3. Custom floor type

Diletakkan di atas lantai tanpa ada pemasangan khusus. 4. Wall mounted type

Ditanam didalam dinding.

Di pasaran pada umumnya kita mengenal 3 jenis air conditioner (Suptandar, 1982: 150), yaitu :

1. AC Window

Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada pada salah satu dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan udara tidak mengganggu si pemakai.

2. AC Central

Biasanya digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel, supermarket dengan pengontrolan pengendalian yang dilakukan dari satu tempat.

3. AC Split

Memiliki bentuk yang hampir sama dengan AC window, bedanya hanya terletak pada konstruksi dimana alat kondensator terletak di luar ruangan.

2.1.5.4. Sirkulasi Ruang

Sirkulasi dalam galeri adalah mengantarkan pengunjung untuk memberikan kelayakan dalam memamerkan hasil karya. Sirkulasi pergerakan jalur dalam suatu kegiatan ruang pameran perlu dilakukan agar memberikan kenyamanan antara objek dengan pengunjung. Menurut De Chiara dan Calladar (Time Saver Standards for Building Types, 1973), tipe sirkulasi dalam suatu ruang yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1. Sequential Circulation

(20)

Gambar 2.11. Pola Jalur Sequential Circulation

Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

3. Random Circulation

Sirkulasi yang memberikan kebebasan bagi para pengunjungnya untuk dapat memilih jalur jalannya sendiri dan tidak terikat pada suatu keadaan dan bentuk ruang tertentu tanpa adanya batasan ruang atau dinding pemisah ruang.

Gambar 2.12. Pola Jalur Random Circulation

(21)

4. Ring Circulation

Sirkulasi yang memiliki dua alternatif, penggunaannya lebih aman karena memiliki dua rute yang berbeda untuk menuju keluar suatu ruangan.

Gambar 2.13. Pola Jalur Ring Circulation

Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

5. Linear Bercabang

Sirkulasi pengunjung jelas dan tidak terganggu, pembagian koleksi teratur dan jelas sehingga pengunjung bebas melihat koleksi yang dipamerkan.

Gambar 2.14. Pola Jalur Linear Bercabang Sumber: De Chiara and Calladar, 1973

Menurut DK. Ching (2000), faktor yang berpengaruh dalam sirkulasi eksterior maupun interior yaitu pencapaian, konfigurasi jalur, hubungan jalur dan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pencapaian

(22)

Tabel 2.2. Sirkulasi Pencapaian

Pencapaian Keterangan Gambar

Pencapaian langsung

Suatu pendekatan yang mengarah langsung ke suatu tempat masuk, melalui sebuah

jalan lurus yang segaris dengan alur sumbu bangunan

Pencapaian tersamar

Pendekatan yang samar meningkatkan efek perspektif

pada fasad depan dan bagunan

Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung sampai titik pencapaian akhir.

3. Hubungan Jalur dan Ruang

Hubungan Jalur dan Ruang dapat difungsikan sebagai fleksibilitas ruang-ruang yang kurang strategis.

Tabel 2.3. Hubungan Jalur dan Ruang

No Hubungan Jalur Keterangan Gambar

1 Melalui ruang

1. Kesatuan tiap ruang dipertahankan

2. Konfigurasi jalan yang fleksibel

(23)

Tabel 2.3. Hubungan Jalur dan Ruang (Lanjutan)

No Hubungan Jalur Keterangan Gambar

2 Menembus ruang

1. Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya

2. Dapat menimbulkan ruang istirahat

Bentuk ruang sirkulasi lebih mengutamakan pada interior bangunan yang dapat menampung gerak pengunjung waktu berkeliling, berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati sesuatu yang dianggapnya menarik.

Tabel 2.4. Ruang Pembentuk Sirkulasi

No Ruang Sirkulasi Keterangan Gambar

1 Tertutup

Membentuk koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu

masuk

2 Terbuka pada salah satu sisinya untuk jalan lintas yang menjadi

(24)

2.1.5.5. Jarak Display

Gambar 2.15. Jarak Display

Sumber : Julius Panero dan Martin Zelnik, 2003:293

Gambar 2.16. Jarak dan Sudut Pandang Pengamat Sumber : Neufert 2002:250

2.1.5.6. Sistem Keamanan

(25)

2.1.5.7. Deskripsi Fungsi Penunjang Fasilitas 2.1.5.7.1. Café

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafe berarti tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan musik atau tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman seperti kopi, teh, bir, dan kue-kue, kafe juga berarti kedai kopi. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) café juga dapat diartikan sebuah restaurant kecil yang menyediakan makanan dan minuman. Istilah kafe berasal dari bahasa Perancis yaitu café yang secara harafiah adalah kopi.

Café merupakan suatu tipe restoran yang biasanya tidak menyajikan makanan berat namun lebih berfokus pada menu makanan ringan seperti kue, roti, dan sup. Untuk minuman biasanya disajikan teh, kopi, juice, serta susu coklat. Minuman beralkohol tidak disediakan di kafe.

Menurut Marsum WA (2004:1) Bar adalah suatu tempat yang diorganisasikan secara komersial dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, terdapat baik di dalam sebuah hotel, kadang-kadang berdiri sendiri di luar hotel, dimana seseorang bisa mendapatkan pelayanan segala macam minuman baik yang beralkohol maupun yang tidak beralkohol.

Para ahli mengatakan bahwa kata bar berasal dari kata ‘barrier’ yang berarti penghalang. Yang dimaksudkan adalah bahwa para tamu yang datang untuk membeli dan menikmati minuman dengan petugas peramu-pencampur minuman dibatasai oleh suatu penghalang yang lazim disebut bar counter, sehingga para tamu tidak bebas masuk ke tempat petugas berada.

2.1.5.7.2. Fungsi dan Tujuan Café Bar

Untuk menghidangkan minuman ringan seperti kopi, teh atau jus dan juga makanan ringan sampai minuman beralkohol yang memberikan tempat serta pelayanan yang nyaman bagi pengunjung. Café Bar juga berguna sebagai tempat melepas lelah dan penat bagi sebagian orang sehingga café bar harus dibuat senyaman mungkin.

2.1.5.7.3. Jenis-jenis Kegiatan pada Café Bar

(26)

1. Konsumsi

Pengunjung sebagai konsumen datang untuk menikmati makanan dan minuman yang dijual pada tempat tersebut.

2. Rekreasi

Rekreasi adalah kegiatan yang menyehatkan pada aspek sosial, fisik dan mental. Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah pelengkap dari kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang. 3. Bisnis

Kegiatan ini lebih ditekankan pada maksud kedatangan pengunjung untuk keperluan bisnis.

2.1.5.7.4. Aktifitas Café Bar

Aktifitas café bardapat dibagi menjadi beberapa aspek yaitu : 1. Aspek Pengunjung

a. Pengunjung yang datang dan langsung memesan hidangan.

b. Pengunjung yang telah memesan, membayar makanan yang dipesan. c. Pengunjung yang telah membayar, menunggu hidangan disiapkan.

d. Pengunjung yang telah mendapat hidangan, mendapati tempat duduk mereka.

2. Aspek Pegawai

a. Pegawai melayani pengunjung yang memesan hidangan. b. Pegawai melayani pengunjung yang membayar hidangan. c. Pegawai meracik dan menyiapkan hidangan yang dipesan.

2.1.5.7.5. Pembagian Ruang Café Bar

Pembagian ruangan café bar dapat dibagi menjadi beberapa ruang yaitu :

1. Smoking Area

(27)

2. Non Smoking Area

Berdasarkan Dictionary of the English Language, Fifth edition, Houghton Mifflin, Non Smoking Area adalah “Designated or reserved for non smokers. The non smoking section of a restaurant”.Non smoking area harus diletakkan secara terpisah dari smoking areaagar asap rokok tidak mengganggu aktifitas pengunjung pada area ini.

2.1.5.7.6. Prinsip Perancangan Ruang Café Bar

1. Elemen Interior a. Lantai

Material penutup lantai harus dapat mempresentasikan suasana yang hangat dan nyaman namun tetap memperhatikan ketahanan dan kebersihannya.

b. Dinding

Pola, tekstur, dan warna akan memberikan kesan yang aktif dan dapat mengundang perhatian pengunjung. Bahan-bahan seperti batu bata, kayu, dan gypsum board adalah beberapa bahan yang dapat digunakan untuk pengaplikasian dinding.

c. Ceiling

Pemilihan material ceiling harus mudah dibersihkan dan tidak mudah terbakar.

d. Jendela

Sirkulasi udara dan pencahayaan alami perlu diperhatikan dalam sebuah cafébar.

2. Sirkulasi, Dimensi Manusia dan Ruang Interior a. Sirkulasi Ruang

Menurut Kuhne, Gunther (New Restaurants, New York : Architectural Book, 1973), pola penataan sirkulasi café ada beberapa macam antara lain :

1) Linier

(28)

2) Radial

Pengunjung tidak diarahkan pada suatu tempat namun pengunjung bebas memilih arah yang dituju.

3) Random

Pengunjung bebas memilih arah yang dituju tanpa ada batasan ataupun dinding pemisah ruang.

b. Pengarahan Jalan

Gambar 2.17. Pengarahan Jalan

Sumber www.pnri.go.id

c. Dimensi Manusia dan Ruang Interior

(29)

Gambar 2.18. Jarak Ideal dan Ketinggian Meja Makan

Sumber: Panero, Zelnik, 2003:227

Gambar 2.19. Jarak Bersih Pelayanan dan Sirkulasi

(30)

Gambar 2.20. Jarak sirkulasi pelayanan

Sumber : Panero, Zelnik, 2003:229

Gambar 2.21. Jalur Pelayanan Antar Meja

Sumber: Panero, Zelnik, 2003:229

(31)

Gambar 2.23. Pengaturan Meja Secara Pararel

Sumber: Panero, Zelnik, 2003:229

2.1.6. Deskripsi Pendekatan Struktur dan Utilitas Bangunan 2.1.6.1. Pendekatan Sistem Struktur Bangunan

ÿ Persyaratan Perancangan Sistem Struktur Bangunan

1. Secara umum, struktur bangunan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu basestructure (pondasi), Kelayakan (serviceability)

2. Kestabilan (stability) 3. Kekuatan (strength) 4. Keamanan (safety) 5. Keawetan (durability)

Struktur rangka bangunan (kolom-balok), dan upperstructure (struktur atap). Ketiganya harus membentuk suatu kesatuan sistem struktur yang tertutup, kokoh, dan kaku (rigid).

ÿ Kriteria pemilihan sistem struktur 1. Resistance to Load

Sistem struktur dipilih atas dasar kemampuannya melawan beban utama (gravitasi, angin, gempa)

∑ Kemampuan mempertahankan stabilitas bangunan

∑ Berkekuatan melawan perubahan bentuk dan pergeseran struktur secara parsial atau menyeluruh.

Sistem struktur memiliki daya tahan sampai batas waktu yang dikehendaki. 2. Building Use and Function

(32)

Sistem struktur ditentukan oleh ketinggian dan tata ruang secara horizontal dan vertikal.

3. Integration to Other Building System

∑ Sistemstruktur yang memiliki kemampuan bersatu dengan system bangunan Iainnya.

∑ Dapat menjadi tumpuan “eksterior cladding” serta komponen fasade Iainnya

Selain itu, jaringan mekanikal, elektrikal dapat terakomodir di celah sistem struktur oleh adanya sifat fleksibilitas sistem tersebut.

4. Cost Infulence

∑ Berkaitan dengan masalah biaya dengan bahan serta sistem kontruksi tahan api, antisipasi, bentang, style yang diinginkan dan adanya sifat integritas.

∑ Berkaitan dengan biaya dan penataan “the most economical arrangement” dari sistem struktur .

Berkaitan dengan keterbatasan biaya. 5. Fire Resistance

∑ Berapa lama struktur bangunan masih dapat berdiri ∑ Apakah mudah terbakar atau tidak

Apakah mudah kehilangan kekuatan atau tidak ketika kenaikan suhu Sebagai gambaran: Baja tidak terbakar, tetapi cepat kehilangan kekuatan pada suhu tinggi, Sebaliknya kayu mudah terbakar tetapi kekuatannya tidak cepat hilang.

6. Construction Limitation

∑ Berapalamawaktu yang dikehendaki (mungkin lebih cepat karena gaji tukang tergolong mahal). Faktor ini sering menjadi kriteria utama.

∑ Ketersediaan material, labor atau tukang dan equipment 7. Style (What Style of the Building will be?)

∑ Gaya (style) apa yang ingin dicapai menentukan pilihan system struktur. Contoh: misal intemasional style, cenderung memilih Steel Post and Beam System.

(33)

Berkaitan dengan aspek lingkungan social dan budaya ÿ Tipe Struktur Bangunan

a. Dinding pendukung sejajar ( paralel bearingwalls )

b. Inti dan dinding pendukung fasade ( core and façade bearing walls ) c. Boks berdiri sendiri ( self supporting boxes )

d. Plat terkantilever ( cantilevered slab ) e. Plat rata ( flat slab )

f. Interspasial ( interspatial ) g. Gantung ( suspension )

h. Rangka selang-seling ( staggered truss ) i. Rangka kaku ( rigid frame )

j. Rangka kaku dan inti ( rigid frame and core ) k. Rangka trussed ( trussed frame )

l. Rangka belt-trussed dan inti ( belt-trussed and core ) m. Tabung dalam tabung ( tube in tube )

n. Kumpulan tabung ( bundled tube )

Gambar 2.24.Tipe Struktur Bangunan

(Sumber : Mata Kuliah Struktur dan Konstruksi 4. Universitas Gadjah Mada. 2010)

(34)

Peranangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

2.1.6.2. Perancangan Plambing dan Sanitasi

Sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang peralatan dan instalasinya. Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut : 1. Kesehatan.

2. Penggunaan air.

3. Pengolahan dan pembuangan limbah.

2.1.6.3. Perancangan Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suata cara atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat. Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

2. Bahaya kebakaran sedang. 3. Bahaya kebakaran berat.

(35)

meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-istem yang melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah bahaya kebakaran skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah :

a. Sistem hidran b. Sistem sprinkle

Gambar 2.25. Contoh Sistem Sprinkle Sumber : www.google.com

2.1.6.4. Perancangan Pengudaraan / Penghawaan

Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun aliran udara buatan. Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.

(36)

2.1.6.5. Perancangan Penerangan / Pencahayaan

Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun pada malam hari. Dewasa ini pemanfaatan pencahayaandigunakan sumber alami dan telah diatur berdasarkan SNI 03–2396-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung”.

Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga mempertimbangkan tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 03-6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung”. Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.

Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).

2.1.6.6. Perancangan Telepon

(37)

Gambar 2.27. Contoh Telepon

Sumber : www.google.com

2.1.6.7. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem

CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh bagian keamanan. Sistem kameran dan televisi ini terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan di dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan security.

Gambar 2.28. Contoh Sistem Keamanan CCTV

Sumber : www.google.com

2.1.6.8. Perancangan Penangkal Petir

(38)

tersebut. Penangkal petir ini harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.

Gambar 2.29. Contoh Komponen Instalasi Penangkal Petir

Sumber : www.google.com

2.1.6.9. Perancangan Tata Suara

Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing system (public address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau kalau ada pengumuman-pengumuman tertentu. Selain itu juga ada sistem untuk car call, bagi bangunan-bangunan umum. Peralatan dari sistem tata suara tersebut dapat berupa, microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker, speaker selector switch, volume control, dan horn speaker(untuk car call).

2.1.6.10. Perancangan Transportasi dalam Bangunan

(39)

Gambar 2.30. Contoh Elevator

Sumber : www.google.com

2.1.7 Studi Banding Arsitektur dan Fungsi Sejenis 2.1.7.1. Galeri Nasional Indonesia

Gambar 2.31. Galeri Nasional Indonesia Sumber : www.google.com

(40)

Berdiri pada tanggal 8 Mei 1999. Luas tanah dan bangunan Galeri Nasional Indonesia adalah 17.600m2 terdiri dari berbagai gedung dan fasilitas penunjuang

lainnya, seperti: kantor, pameran temporer, pameran permanen (menetap), perpustakaan, auditorium, storage, laboratorium, wisma seniman, galeri shop. Lokasi Galeri Nasional Indonesia ini cukup strategis, yaitu berada di pusat ibukota Indonesia (Jakarta).

Galeri Nasional Indonesia bertugas melaksanakan pengumpilan, pendokumentasian, pendaftaran, penelitian, pemeliharaan, perawatan pengamanan, penyajian, penyebaran informasi dan bimbingan edukatif tentang karya seni rupa.

Saat ini Galeri Nasional Indonesia memiliki sekitar 1770 koleksi karya seniman Indonesia dan mancanegara.

Galeri Nasional Indonesia ini memiiliki fasilitas yang dapat memadai unutk mendukung kegiatan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai lembaga yang mengkoleksi karya seni rupa, pameran, dan seminar maupun pelatihan seni rupa dalam kapasitasnya sebagai institusi resmi pemerintahan Indonesia terhadap pelestarian nilai-nilai budaya, khususnya seni rupa.

2.1.7.1.1. Ruang Pameran

Galeri Nasional Indonesia memiliki empat ruang pameran, yaitu: 1. Gedung A (1.350m2)

2. Gedung (2.800m2)

3. Gedung C (750m2)

4. Gedung D (600m2)

(41)

Gambar 2.32. Ruang Pameran Galeri Nasional Indonesia Sumber : www.google.com

Masing-masing gedung/ ruang dikhususkan untuk memajang karya seni rupa modern dan temporer, seperti: lukisan, patung, kria, grafis, fotografi, instalasi, seni media baru, dan lain-lain. Dalam Galeri Nasional Indonesia ini dilakukan beberpa jenis pameran seperti:

1. Pameran Tetap (Permanent Exhibition)

Menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia secara periodik yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia dan waktu penyelenggaraan pameran tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu tahun.

Gambar 2.33. Ruang Pameran Tetap Sumber : www.google.com

2. Pameran Temporer (Temporary Exhibition)

(42)

Gambar 2.34. Ruang Pameran Temporer Sumber : www.google.com

3. Pameran Keliling (Traveling Exhibition)

Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya di luar koleksi Galeri Nasional Indonesia ke berbagai daerah di Indonesia dan atau di luar negeri yang diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan pameran keliling minimal berlangsung selama 10 hari.

2.1.7.1.2. Ruang Seminar

Galeri Nasional Indonesia ini memiliki fasilitas ruang seminar (serba guna) untuk mendukung kegiatan seminar, diskusi pembahasan karya seni rupa. Ruang seminar ini dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC), agar suasana seminar atau diskusi terasa nyaman.

Gambar 2.35. Ruang Seminar / Ruang Serba Guna Sumber : www.google.com

2.1.7.1.3. Ruang Restorasi

(43)

Alat mikrokopis, alat kontrol klimotologi, ruang fumigasi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi laboratorium ini.

Karya-karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia sebagian besar ditempatkan di ruang penyimpanan (storage) yang sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk kayu, serta dilengkapi juga dengan alarm systemsebagai sarana pengamanannya.

Gambar 2.36. Ruang Restorasi Sumber : www.google.com

2.1.7.1.4. Ruang Penyimpanan

Karya-karya seni rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia ini sebagian besar ditempatkan di ruang penyimpanan (storage) yang sudah memenuhi persyaratan penyimpanan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu, panel geser, panel kawat dan panel kayu, serta dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana pengamannya.

(44)

2.1.7.2. Galeri Seni Gana

Gambar 2.38. Galeri Seni Gana, Seoul Sumber : www.google.com

Gana Art Center atau galeri seni Gana ini terletak di kecamatan Pyungchang, Jongno-gu, Seoul. Bangunan galeri ini terdiri dari tiga lantai yang dilengkapi dengan alun-alun dan kebun yang luas. Galeri ini dibuka pada tahun 1983 dan dianggap sebagai salah satu galeri yang berusaha untuk mengembangkan seni lukis di Korea lewat kegiatan pameran atau keikutsertaan dalam acara seni lukis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bangunan galeri ini berwarna abu-abu yang memberikan kesan modern dan ruangan dalam di galeri seni Gana ini cukup luas, maka galeri ini sangat cocok untuk menikmati seni lukis atau pemandangan indah di sekitar bangunan. Lantai pertama dan kedua bangunan galeri ini digunakan sebagai ruang pameran. Dan lantai ketiga digunakan sebagai ruang workshoppara seniman.

(45)

Gambar 2.39. Suasana Interior Galeri Seni Gana, Seoul

Sumber : www.google.com

2.1.7.3. The Art Gallery of Alberta, Canada

Gambar 2.40. The New Art Gallery of

Sumber : www.google.com

(46)

publik dan pendidikan dan peristiwa yang menghubungkan orang-orang, seni dan ide-ide. Didirikan pada tahun 1924, Art Gallery of Alberta adalah lembaga budaya tertua di Alberta, dan satu-satunya museum di provinsi semata-mata didedikasikan untuk pameran dan pelestarian seni dan budaya visual. Serta Art Gallery of Alberta memelihara koleksi lebih dari 6.000 benda.

Gambar 2.41. BangunanArt Gallery of

Sumber : www.google.com

(47)

Gambar 2.42. Suasana Interior BangunanArt Gallery of Alberta

Sumber : www.google.com

Gambar 2.43. SuasanaRestaurantpada BangunanArt Gallery of Alberta

Sumber : www.google.com

Gambar 2.44. Suasana Galeri pada Bangunan Gallery of Alberta

(48)

Fasilitas pada bangunan ini adalah Stasiun art, teater, teater serbaguna, kelas/studio, gudang penyimpanan, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri koleksi khusus, galeri anak-anak, galeri fleksibel, galeri patung, galeri taman patung diatap, galeri outdoor, kantor, ruang rapat, dan ruang konferensi.

Kesimpulan:

Galeri Nasional Indonesia : Galeri Nasional Indonesia berfungsi untuk perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan asset seni-budaya atau karya seni rupa sebagai sarana edukasi-kultural dan rekreasi serta pengembangan kreativitas dan apresiasi seni.galeri ini memiliki fasilitas yang lengkap seperti: ruang konservasi, restorasi, ruang serba gunan, pameran baik tetap, temporer, dan keliling, ruang penyimpanan, dll.

Gana Art Center atau Galeri Seni Gana : Galeri ini bergaya arsitektur modern. Hasil dari kegiatan seni yang dilakukan senimannya dijual di souvenir shopnya (bersifat mencari keuntungan).

The New Art Gallery of Alberta: Bangunan ini berfungsi galeri seni. Seing melakukan kegiatan pengembangan dan pameran kontemporer dari sejarah Alberta, Kanada, dan dari seluruh dunia. Fasilitas yang ada pada galeri ini adalah art station, teater, kelas/studio, gudang, souvenir shop, galeri aula besar, galeri café, galeri khusus, galeri anak-anak, dapur, galeri fleksibel, galeri taman patung diatap, galeri outdoor, kantor, ruang rapat, ruang konferensi.Merupakan bangunan exhibition, yang memamerkan karya-karya seni lukis, patung dan fotografi. Memiliki sirkulasi yang jelas arahnya (berupa ramp).

(49)

Tema yang diterapkan pada galeri ini adalah arsitektur metafora yang dimana diuraikan sebagai berikut:

1. Pengertian Arsitektur

Menurut KBBI, aritektur adalah:

a. Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan,dsb

b. Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.

Menurut situs Wikipedia, arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

2. Pengertian Metafora

Menurut KBBI, metafora ialah Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yg sebenarnya, melainkan sbg lukisan yg berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Menurut Wikipedia, metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.

3. Pengertian Arsitektur Metafora

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Metafora merupakan sebuah gaya bahasa arsitektur yang menginterprestasikan, membawa, mengartikan dan menerjemahkan kiasan suatu obyek ke dalam desain bangunan.

Dalam Arsitektur, metafora adalah kiasan atau ungkapan bentuk yang diwujudkan pada bangunan sehingga akan menghasilkan bebagai persepsi dari sudut pandang subjek yang melihatnya. Masyarakat dapat mempunyai pandangan tertentu terhadap bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, baik itu berupa bentuk keseluruhan atau hanya sebagian dari bentuk bangunan tersebut.

(50)

membantu kita untuk lebih memahami metafora dalam arsitektur dengan lebih mudah.

a. Metafora abstrak (intangible metaphor)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya).

b. Metafora konkrit (tangible metaphor)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual ke dalam bentuk bangunan.

c. Metafora campuran (combined metaphor)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah rancangan arsitektur yang menggabungkan metafora abstrak (intangible) dan metafora konkrit (tangible)ke dalam konsep dan desain bentuk bangunannya.

2.2.2. Interpretasi Tema

(51)

menggunakan metafora biasanya merahasiakan maksudnya dan membiarkan orang lain menebak dan menilai bangunannya.

2.2.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Bangunan galeri yang memamerkan dan memajangkan hasil seniman seringkali menjadi ikon atau landmark pada suatu daerah atau kawasan karena hubungannya yang erat akan sistem budaya, edukasi dan komersil.

Galeri ini diharapkan dapat mewujudkan kesan sebagai suatu penanda suatu tempat (landmark) digunakanlah tema Arsitektur Metafora.Karena bentuk yang unik dan berbeda dengan bentuk bangunan pada umumnya yang berada disekitar cenderung menghasilkan suatu identitas pengenal suatu daerah atau kawasan tersebut.

2.2.4. Studi Banding Tema Sejenis

Berikut adalah sampel studi banding proyek sejenis di negara lain dan di Indonesia:

1. Museum of Fruit, Yamanshi, Jepang

Museum yang terletak di di kota Yamanashi,jepang ini didirikan pada tahun 1996 dan berfungsi ganda sebagai museum dan rumah kaca (green house) dengan material baja dan kaca.

Gambar 2.45. Konsep Peletakan Massa Menyerupai Biji-Bijian Sumber: www.szjs.com.cn

(52)

Gambar 2.46. Massa Tropical Sumber: commons.wikimedia.org

Gambar 2.47.Massa Fruit Workshop Sumber: www.museomagazine.com

(53)

Gambar 2.49. Suasana Interior Sumber: www.panoramio.com

Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.

2. Opera House, Sydney, Australia

(54)

Gambar 2.50.Fasade Opera House

Sumber: www.archdaily.com

Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

Gambar 2.51. Detail Opera House

Sumber: www.archdaily.com

(55)

didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera Houseterlihat monumental.

3. EX Plaza, Jakarta, Indonesia

EX Plaza merupakan salah satu contoh bangunan yang menerapkan konsep metafora kombinasi. Gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal.

Gambar 2.52. Fasade EX Plaza

Sumber: www.girinarasoma.com

Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible). Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.

Gambar

Gambar 2.2. Vitrine Tengah
Gambar 2.8. Miniatur Rumah Jabu Bolon
Gambar 2.11. Pola Jalur Sequential Circulation
Gambar 2.14. Pola Jalur Linear Bercabang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Narator : Akhirnya pengumuman bahwa Siti Nurbaya telah meninggal di sebarkan, dan sampai lagi ke telinga Syamsul Bahri yang sekarang namanya menjadi Letnan Mas. Semakin menjadi

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa melalui Model Pembelajaran Terpadu Tipe Shared pada siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah PUI Maja

Kemasan makanan dan edible film (film plastik yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan) adalah dua aplikasi utama dari polimer biodegradable berbasis pati dalam

kesehatan sepeti jarak yang dekat serta tarif yang murah membuat. masyarakat lebih memilih menggunakan layanan

Dalam menggunakan layanan kesehatan tradisional dipengaruhi oleh faktor sosiologi seperti keluarga dan luar lingkungan keluarga, namun yang didapatkan pada wawancara yang

Dari Gambar 4.7 diatas dapat dilihat munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 3537 cm -1 dan 3579 cm -1 yang terdapat pada biokomposit tanpa penambahan asam

A Debreceni Egyetem Fogorvostudományi Karának Allergológiai szakrendelésén 1996 és 1998 között megjelent, po- zitív allergiás reakcióval rendelkező, majd

Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method.. All reques ted variables