• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis deskripsi data

penelitian dengan tujuan untuk melihat gambaran secara umum dari subyek

terkiat dengan power distance dan perilaku seksual. Analisis deskripsi data dilakukan dengan melihat mean teoritis dan mean empirik data.

Tabel 4.3

Hasil Pengukuran Deskripsi Power distance

Teoritik Empirik

Min Max Mean Min Max Mean

8 56 32 16 48 31,55

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mean empirik power distance lebih rendah dengan angka 31,55 dibandingkan dengan mean teoritisnya yang

berada pada angka 32. Hal ini menunjukkan remaja Indonesia memiliki

Tabel 4.4

Hasil Pengukuran Deskripsi Bentuk Perilaku Seksual

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mean empirik bentuk

perilaku seksual pranikah pada remaja lebih tinggi dengan angka 123,43

dibandingkan dengan mean teoritisnya yang berada pada angka 98,5. Hal ini

menunjukkan bentuk perilaku seksual pranikah pada remaja di Indonesia

cenderung tinggi.

E. Hasil Penelitian

Data yang terkumpul kemudian dioleh dengan meggunakan SPSS for mac 22.0. Sebelum data diolah menggunakan SPSS, peneliti mengolah data terlebih dahulu menggunaka excel dengan menjumlahkan hasil yang didapatkan dari respon subyek melalui survey. Dalam prosesnya, peneliti menguji normalitas data baru kemudian menguji hipotesis yang sudah

diberikan.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, eror yang dihasilkan mempunyai distribusi normal atau

Teoritik Empirik

Min Max Mean Min Max Mean

tidak (Santoso, 2012). Sebuah variabel dikatakan memiliki distribusi

normal jika memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

a. Power distance

Peneliti melakukan pengujian normlaitas pada variabel power

distance dengan menggunakan analisis grafik dan statistik. Gambar 4.1

Histogram Uji Normalitas Power distance

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat banyak diagram

berada pada garis garis normal dan cenderung ekstrem ke kanan. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel power distance memiliki distribusi

item yang tidak normal. Tidak normlanya persebaran data juga

Tabel 4.5

Uji Normalitas Power Distance

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Power Distance N 206 Normal Parametersa,b Mean 31.55 Std. Deviation 6.045 Most Extreme Differences Absolute .069 Positive .056 Negative -.069 Test Statistic .069

Asymp. Sig. (2-tailed) .017c

Berdasarkan data yang ditampilkan pada table diatas,

variabel power distance memiliki distribusi yang tidak normal karena nilai probabillitas (Asymtotic Significance) kurang dari 0,05

yaitu 0,017.

b. Perilaku Seksual

Peneliti juga melakukan pengujian normalitas pada variabel

Gambar 4.2

Histogram Uji Normalitas Bentuk Perilaku Seksual

Berdasarakan histogram di atas, dapat dilihat bahwa diagram

tersebar sehingga terdapat data yang berada pada ekstrem kann dan

kiri serta bagian tengah. Banyaknya diagram yang berada jauh di sisi

kanan maupun kiri garis normal menunjukkan bahwa distribusi item

perilaku seksual tidak normal. Tidak normalnya persebaran data uji

Tabel 4.6

Uji Normalitas Bentuk Perilaku Seksual

B e r d a s a r k a n

Berdasarkan data yang ditampilkan pada table diatas, variabel

bentuk perilaku seksual pada remaja memiliki distribusi yang tidak

normal karena nilai probabillitas (Asymtotic Significance) kurang

0,05 yaitu 0,000.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Bentuk Perilaku Seksual

N 206

Normal Parametersa,b Mean 123.43 Std. Deviation 50.891 Most Extreme Differences Absolute .164 Positive .090 Negative -.164 Test Statistic .164

dalam suatu empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2002: 80) Peneliti melakukan analissis linear antara power distance dan perilaku seksual. Uji linearitas ini dilakukan peneliti dengan menggunakan data grafik dan statistik.

Gambar 4.3

Scatter Plot Uji Linearitas

Berdasarkan scatter plot di atas, dapat dikatakan bahwa data power distance dan bentuk perilaku seksual pada remaja bersifat tidak linear karena sebaran datanya yang tidak menunjukkan pola yang linear

Tabel 4.7

Uji Linearitas Power Distance dan Bentuk Perilaku Seksual

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Bentuk Perilaku Seksual * Power Distance Between Groups (Combined) 61167.162 29 2109.212 .790 .769 Linearity 2387.770 1 2387.770 .895 .346 Deviation from Linearity 58779.392 28 2099.264 .787 .770 Within Groups 469753.387 176 2669.053 Total 530920.549 205

Hal ini juga dibuktikan dengan data statistik terkait dengan uji

linearitas varibel power distance dan bentuk perilaku seksual. Dalam uji linearitas, data dikatakan linear jika memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel di atas menunjukkan adanya signifikasi pada angka 0,346

dimana angka ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa

data tidak linear.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji korelasi antara

usia 19 sampai 24 tahun. Uji korelasi ini dilakukan untuk mleihat ada

tidaknya hubungan antara power distance dan bentuk perilaku seksual pada remaja dengan rentang usia 19 sampai 24 tahun serta mengetahui

seberapa kuat korelasi tersebut.

Tabel 4.8

Uji Hipotesis Power Distance dan Bentuk Perilaku Seksual

Correlations Power Distance Bentuk Perilaku Seksual Power Distance

Spearman's rho Correlation 1.000 -.106

Sig. (2-tailed) . .128

N 206 206

Bentuk

Perilaku

Seksual

Spearman's rho Correlation -.106 1.000

Sig. (2-tailed) .128 .

N 206 206

Berdasarkan tabel statistik dari hasil uji korelasi antara power distance dan bentuk perilaku seksual pada remaja tersebut, dapat terilihat bahwa koefisien korelasi anatar power distance dan bentuk perilaku seksual berada pada angka -0.106 yang berarti bentuk hubungan antar

keduanya negatif cenderung lemah, namun siginifikansi data korelasi

tidak adanya korelasi antara power distance dan bentuk perilaku seksual pada remaja.

4. Analisis Tambahan

a. Persebaran Intensitas Perilaku Seksual Pranikah

Pada analisis ini, peneliti ingin melihat intensitas perilaku

seksual pada remaja di Indonesia. Data yang digunakan pada analisis

frekuensi ini adalah menggunakan nilai rata-rata dari penskalaan

intensitas yang digunakan.

Tabel 4.9

Pengelompokkan Data Intensitas Perilaku Seksual

Variabel Nilai Rata- Rata Pengelompokkan data Keterangan Jumlah Perilaku 94,6 > 94,6 Tinggi 104 < 94,6 Rendah 102 TOTAL 106

Berdasarkan tabel pengelompokkan data di atas dapat dikatakan

bahwa nilai rata-rata variabel intensitas perilaku seksual pranikah

pada remaja berada pada angka 94,6. Dari 206 subjek dalam

pranikah yang tinggi dan 102 lainnya memiliki perilaku seksual yang

rendah.

Tabel 4.10

Tabel Persebaran Intensitas Perilaku Seksual

Power distance

Intensitas Perilaku Seksual

TOTAL

Rendah Tinggi

Tinggi 54 49 103

Rendah 50 53 103

TOTAL 206

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa dari 103 subjek yang

memiliki power distance yang tinggi, 54 diantara memiliki intensitas

perilaku seksual yang rendah dan 49 lainnya memiliki intensitas

perilaku seksual yang tinggi. Pada 103 subjek yang memiliki power

distance rendah, 50 diantaranya memiliki intensitas perilaku sesual yang rendah dan 53 lainnya memiliki intensitas perilaku seksual

yang tinggi.

b. Uji Korelasi Power Distance dan Intensitas Perilaku Seksual

Setelah ditemukan data terkait intensitas perilaku seksual, kemudian

antara power distance dan intensitas perilaku seksual pranikah yang

dilakukan oleh remaja di Indonesia.

Tabel 4.11

Uji Korelasi Power Distance dan Intensitas Perilaku Seksual

Correlations

Power Distance

Intensitas

Perilaku Seksual

Power Distance Spearman’s rho Correlation Coefficient 1.000 -.066 Sig. (2-tailed) . .347 N 206 206 Intensitas Perilaku Seksual

Spearman’s rho Correlation Coefficient

-.066 1.000

Sig. (2-tailed) .347 .

N 206 206

Berdasarkan tabel statistik dari hasil uji korelasi antara power distance dan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja tersebut, dapat terilihat bahwa koefisien korelasi antara power distance dan intensitas perilaku seksual berada pada angka -0.066 yang berarti bentuk hubungan antar keduanya negatif cenderung

atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menujukkan tidak adanya korelasi

antara power distance dan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja.

F. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

power distance dan bentuk perilaku seksual dilakukan pada remaja di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan bertolak dari penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya terutama di negara barat terkait power distance dan beberapa variabel lain yang dikaitkan dengan perilaku seksual yang terjadi di

negara tersebut.

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, hasil penelitian ini

menunjukkan korelasi negatif yaitu pada angka -0,106, namun memiliki nilai

siginifikansi 0,128. Dari hasil uji hipotesis tersebut dapat dikatakan bahwa

tidak adanya hubungan antara power distance dan bentuk perilaku seksual pranikah pada remaja di Indonesia. Peneliti melihat kegagalan dari penelitian

ini karena munculnya hasil uji asumsi yang tidak sesuai dengan standar uji

dimana data tidak normal dan tidak linear. . Dalam proses menguji hipotesis

penelitian, terdapat dua uji asumsi klasik yang harus dilakukan dan sesuai

standar uji untuk kemudian dilakukan uji hipotesis

Dua uji asumsi klasik yang harus dilakukan dan sesuai standar uji

untuk kemudian dilakukan uji hipotesis yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

0,017 pada variabel power distance dan 0,000 untuk variabel bentuk perilaku

seksual remaja. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan social desirability, perbedaan prinsip dan pandangan pada remaja dan mempengaruhi jawaban mereka dalam mengisi survey yang diberikan

sehingga persebaran data menjadi tidak normal. Selain itu, memiliki hasil uji

lineritas yang dilakukan pada variabel power distance dan perilaku seksual, terlihat bahwa linearitas berada pada angka 0,346 yang berarti data kedua

variabel tersebut menunjukkan data yang tidak linear.

Ketika hasil uji asumsi normalitas dianggap tidak normal dan uji

asumsi linearitas menunjukkan hasil yang tidak linear memang tetap dapat diolah dan diuji korelasinya. Teknik pengolahan untuk data yang tidak

normal dan linear adalah dengan uji non-parametrik, namun data yang diperoleh tidak dapat menggambarkan hubungan yang sebenarnya dari kedua

varibel karena hasil korelasi ter-underestimasi.

Hasil data yang tidak linear tetap dapat dilakukan uji korelasi, namun

dapat meng-underestimasi hasil korelasi variabel. Hal ini menyebabkan data

yang sebenarnya memiliki hubungan dapat terlihat sebagai data yang

memiliki hubungan namun lemah atau bahkan tidak memiliki hubungan

karena jenis korelasi yang dilakukan dengan menggunakan uji non-

parametrik.

Uji asumsi yang tidak sesuai dengan standar merupakan salah satu

faktor gagalnya penelitian ini. Berbagai bentuk perilaku seksual dan

budaya yang ada di sekitar. Menurunnya penerapan budaya serta munculnya

budaya lain seperti budaya barat membuat bentuk perilaku seksual dan power

distance remaja di Indonesia menjadi bervariasi. Hal ini terjadi pada penelitian Ounjit (2014) yang mendapati perbedaan hasil perilaku seksual

pada remaja dimana terdapat remaja yang memiliki perilaku seksual tinggi

dan rendah karena budaya lain yang masuk.

Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Lakshmi, Gupta,

Kumar (2007) juga dikatakan bahwa faktor sosial budaya merupakan faktor

utama terbentuknya perilaku seksual terutama pada remaja namun hal ini juga

harus dilihat di budaya mana penelitian ini dilakukan. Dikatakan dalam

penelitian yang dilakukan di India tersebut, bahwa budaya yang masuk yang

budaya yang ada di masyarakat juga mempengaruhi perilaku seksual. Sebuah

negara atau tempat dengan budaya yang masih kuat seperti negara-negara di

asia yaitu India dan Indonesia, akan memiliki hasil yang berbeda dengan

sebuah negara di barat seperti Amerika.

Selain budaya, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku

seksual pada remaja seperti misalnya faktor dalam diri dan dari luar dirinya.

Beberapa faktor tersebut antara lain hormon dalam diri remaja yang terus

berkembang sehingga munculnya dorongan seksual, kurangnya pengetahuan

remaja terkait seksual membuat mereka mencari tahu sendiri melalui media

internet dan teman terdekat dimana informasi yang didapatkan belum tentu

benar. Selain itu, norma agama dan norma masyarakat yang kurang kuat

memberikan pengetahuan dan informasi terkait seksual serta pergaulan yang

semakin bebas pada jaman ini mendorong dilakukannya perilaku seksual

pranikah oleh remaja (Sarwono, 2008).

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, dikatakan bahwa

power distance tidak memiliki hubungan atau pengaruh pada perilaku seksual pranikah pada remaja, namun terdapat data lain yang menyatakan bahwa

kedua variabel tersebut ada kemungkinan memiliki hubungan. Hal ini dapat

terlihat dari nilai mean empiris yang lebih rendah daripada mean teoritik pada variabel power distance dan mean empiris yang lebih tinggi daripada mean teoritik pada variabel perilaku seksual. Hasil ini berarti power distance

pada remaja Indonesia cenderung rendah namun perilaku seksual pranikah

yang muncul cenderung tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa ada

kemungkinan kedua variabel tersebut berisfat negatif yaitu jika power distance semakin tinggi maka perilaku seksual pranikah pada remaja semakin rendah, begitu juga sebaliknya

Pada penelitian ini, peneliti juga ingin melihat hubungan antara power

distance dan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja di Indonesia. Dari hasil pengambilan dan pengolahan data, terdapat hasilnya yang

menunjukkan kefisien korelasi pada angka -0,066 yang berarti terdapat

hubungan negative antara power distance dan intensitas perilaku seksual pada

remaja, namun signifikansinya berada pada angka 0,347 yang berarti tidak

signifikan. Hasil uji korelasi ini menunjukkan bahwa power distance tidak memiliki hubungan dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaha.

Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnnya oleh

Ubilos (2002) tentang budaya dan seksual. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa power distance memiliki hubungan dan pengaruh terhadap perilaku seksual terutama terkait dengan intensitas perilaku seksual

yang dilakukan walaupun sifatnya lemah.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terjadi

karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi intensitas perilaku

seksual pranikah pada remaja Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Ubilos (2002) terkait power distance dan intensitas perilaku seksual, dikatakan bahwa terdapat dimensi budaya lain yang dapat mempengaruhi

perilaku seksual seseorang antara lain kolektivis-individualis, uncertainty avoidance, serta agama yang dianut oleh sujek itu sendiri. Selain itu, perbedaan hasil penelitian ini juga dapat dipengaruhi oleh budaya dan norma

setempat mengingat penelitian Ubilos dilakukan di negara barat dengan

budaya dan norma masyarakat yang cenderung longgar sedangkan penelitian

ini dilakukan di Indonesia dengan budaya dan norma masyarakat yang

cenderung kuat. Selain itu, perbedaan hasil penelitian ini juga dapat terjadi

mengingat seksual masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan maupun

diungkapkan sehingga social disirebility masih cukup tinggi ketika mengisi

skala yang diberikan.

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi beberapa penelitian

sebelumnya seperti pada penelitian Ubilos (2002). Hasil penelitian ini

selanjutnya terkait dengan power distance, bentuk serta intensitas perilaku

seksual pranikah pada remaja di Indonesia. Di samping sebagai tambahan

informasi bagi peneliti, hasil penelitian ini juga merupakan penemuan baru di

Indonesia terkait hubungan antara power distance terhadap bentuk dan intensitas dari perilaku seksual serta tingkat power distance, bentuk perilaku seksual pranikah yang sudah dilakukan oleh remaja di Indonesia serta

intensitas perilaku seksual praikah yang sudah dilakukan oleh remaja di

Indonesia. Pada penelitian ini, kontribusi terbaru diberikan oleh data power distance pada remaja di Indonesia mengingat dimensi power distance merupakan dimensi baru yang diteliti di Indonesia.

78 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait