• Tidak ada hasil yang ditemukan

α i = pengaruh akibat pemberian patogen ke-

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Deskripsi Penyakit

a. Gejala Penyakit di PT. TPL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan 2 jenis penyakit hawar daun yang terdapat di PT. TPL. Kedua jenis penyakit menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Atas dasar inilah maka dilakukan isolasi daun dari kedua jenis penyakit hawar daun yang terdapat pada bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita dengan tujuan untuk mengetahui penyebab utama penyakit hawar daun.

Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui nama penyakit yang terdapat pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita dengan melihat gejala yang terdapat pada bagian atas dan bawah daun. Terdapat dua jenis penyakit hawar daun yaitu hawar daun I dan hawar daun II. Gejala penyakit yang menyerang daun bibit Eucalyptus sp. di TPL dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Gejala hawar daun I dan II yang menyerang daun bibit Eucalyptus sp. di TPL

Penyakit hawar daun I dan II banyak ditemukan pada tanaman dengan kondisi tempat tumbuh yang mempunyai kelembaban tinggi seperti karena penyiraman bibit tanaman yang berlebihan pada bagian tertentu daun. Bagian tanaman yang paling banyak terinfeksi oleh penyakit ini adalah bagian pangkal tanaman dimana daun bibit tanaman pada bagian tersebut sedikit mendapatkan cahaya matahari sehingga ketika dilakukan penyiraman daun bibit tanaman akan menyimpan air dalam selang waktu tertentu yang juga berpengaruh terhadap kelembaban tanah.

a. Patogen Penyebab Penyakit

Setelah isolasi dilakukan maka diperoleh dua jenis fungi patogen sebagai penyebab utama penyakit hawar daun. Fungi penyebab penyakit hawar daun I adalah Pestalotia sp. sedangkan fungi penyebab penyakit hawar daun II adalah Cylindrocladium sp. Hasil pengamatan secara makroskopis dan mikrokopis terhadap isolat penyebab penyakit atau patogen hawar daun I dan II diperoleh dari bibit E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita yang sakit.

Ciri-ciri makroskopik fungi Pestalotia sp. dan Cylindrocladium sp. adalah sebagai berikut:

1. Pestalotia sp.

Ciri-ciri makroskopik fungi Pestalotia sp.adalah pada hari ke-5 permukaan koloni berwarna putih, dan pada hari ke-14 warna fungi ini menjadi putih seperti kapas, sedang diameter fungi ini pada umur 14 hari adalah 8,7 cm. Pertumbuhan koloni fungi Pestalotia sp. adalah yang paling cepat.

lurus, kadang-kadang agak membentuk lengkungan dengan setula yang terbentuk pada salah satu ujungnya. Tiga sel tengah (sel urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula berpangkal) berwarna coklat gelap dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih gelap dibandingkan dengan warna sel keempat. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak memanjang atau menyempit ke ujung, sedang sel pangkal atau sel basal (sel kelima) hialin agak silindris. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal berjumlah 2-3 dengan panjang 33,25 µm, ujungnya agak berbentuk seperti sendok (“spathulatae”), posisinya agak melengkung. Ujung pedisel (tangkai konidia) hialin dan terletak di ujung sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 8,56 µ m. Bentuk mikroskopik fungi Pestalotia sp. dapat dilihat pada Gambar 4.

a

B

Gambar 4. Karakteristik Pestalotia theae Sawada., A. Koloni fungi umur 14 hari pada media PDA; B. Konidiaspora fungi : setula (a), pedisel (tangkai konidia) tampak seperti ekor konidia (b)

Konidiaspora Pestalotia sp. bersel 5 yang digunakan dalam penelitian ini termasuk golongan “Quinqueloculatae” sebagaimana penggolongan Pestalotia seperti dinyatakan (Guba (1961), diacu oleh Sutarman, dkk, 2003) yaitu: (i) golongan “Qudriloculatae”, konidia 4 sel dengan 2 sel tengh berwarna; (ii) golongan “Quinqueloculatae”, konidia 5 sel dengan 3 sel tengah berwarna; (iii) golongan “Sexloculatae”, konidia bersel 6 dengan 4 sel tengah. Selanjutnya jenis Pestalotia sp. tersebut digunakan kunci determinasi yang diberikan oleh Guba (1961) yaitu sebagai berikut:

A

a. Setula berbonggal (ber-“knob”) pada ujungnya (“spathulatae”) b. Sel-sel berwarna coklat, atau coklat kekuningan, “concolorous” c. Konidia dengan panjang 22-32 µm

d. Konidia sempit dengan lebar 5-8 µm

e. Setula berjumlah 3, berukuran 18-35 µ m……… P. elastica f. Setula berjumlah 2-4, berukuran 25-50 µm,

kadang-kadang di atas 60 µ m………... P. theae

Berdasarkan kunci determinasi dan sesuai dengan deskripsi ciri-ciri Pestalotia sp. yang dinyatakan oleh Guba (1961), maka fungi patogen yang menyerang bibit E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita di PT. TPL, Porsea diidentifikasi sebagai Pestalotia theae Sawada.

2. Cylindrocladium sp.

Ciri-ciri makroskopik fungi Cylindrocladium sp. adalah pada hari ke-3 permukaan koloni berwarna coklat muda, dan pada hari ke-14 warna fungi ini berubah menjadi warna coklat tua, sedang diameter fungi ini pada umur 14 hari adalah 5,75 cm.

Ciri-ciri mikroskopik fungi Cylindrocladium sp.adalah konidiaspora dengan panjang 30 µ m-45 µ m dan diameternya 1 µ m-2 µ m. Ciri-ciri mikroskopik fungi Cylindrocladium sp. dapat dilihat pada Gambar 5.

B

Gambar 5. Karakteristik Cylindrocladium sp., A. Koloni fungi umur 14 hari pada media PDA; B. Bentuk mikroskopis fungi : 3 sel mikro konidia

dengan perbesaran 40 x (a), klamidospora pada media PDA (b)

Berdasarkan ciri-ciri mikroskopik dari fungi Cylindrocladium sp. yang telah ditemukan, maka fungi patogen yang menyerang bibit E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita di PT. TPL, Porsea diidentifikasi sebagai Cylindrocladium reteaudii (Old, dkk,2003).

b. Gejala Penyakit di Rumah Kaca

Hasil pengamatan menunjukkan serangan penyakit hawar daun terjadi pada perlakuan dengan penyemprotan suspensi konidia dari kedua jenis patogen

a A

daun teratas bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita. Dari pengamatan yang dilakukan dengan melihat gejala yang terlihat di bagian atas dan bagian bawah daun, maka diperoleh dua jenis nama penyakit yaitu hawar daun I dan hawar daun II.

Gejala penyakit ini adalah berupa hawar daun (leaf blight) yang berukuran kecil hingga besar dan menyebar sampai menutupi daun. Gejala penyakit ini ditunjukkan dengan adanya bercak-bercak pada daun berukuran kecil dan berwarna merah dan dapat berpindah pada daun sekitarnya. Serangan lebih lanjut menyebabkan daun akan kering, mati, dan gugur. Gejala penyakit hawar daun I, bagian permukaan daun berwarna merah dan pada bagian bawah permukaan daun yang terinfeksi terlihat warna hitam (Gambar 6).

Gejala penyakit yang disebabkan oleh fungi Pestalotia sp. akan menunjukkan daun yang berbintik-bintik kecil, kuning, coklat atau bintik-bintik hitam yang semakin besar. Bintik-bintik tersebut biasanya berubah hitam abu- abu dengan garis besar. Gejala dapat terjadi pada beberapa daun sekaligus, terutama pada anak muda pohon kelapa (ML. Elliott, 2006).

A B

Gambar 6. Gejala penyakit hawar daun I pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla (A) dan E. grandis x E. pellita (B)

Gejala penyakit lain yang juga terlihat pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita yang hampir sama dengan gejala hawar daun I yaitu penyakit hawar daun II. Gejala penyakit hawar daun II adalah pada bagian atas daun berwarna kuning yang tersebar merata dan lama kelamaan akan berubah menjadi warna merah. Perbedaan gejala hawar daun I dan II adalah gejala hawar daun II dapat menembus organ daun bibit tanaman sedangkan pada hawar daun I gejala tidak menembus organ daun bibit tanaman. Daun yang terserang penyakit hawar daun II akan mengering dan akhirnya gugur (Gambar 7).

Penyakit yang disebabkan oleh Cylindrocladium sp., terutama yang mempengaruhi akar, dapat mengakibatkan kematian bibit signifikan. Sublethal infeksi dapat mengakibatkan daun menjadi kuning bahkan dieback parah sehingga banyak bibit yang harus dipisahkan. Infeksi oleh jenis Cylindrocladium sp. dapat mengakibatkan berbagai gejala. Ini termasuk pra-dan-off postemergence pembasahan, akar membusuk, hawar daun, batang dan luka (Cordell, dkk, 1989).

A B

Gambar 7. Gejala penyakit hawar daun II pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla (A) dan E. grandis x E. pellita (B)

Uji Ketahanan dan Virulensi

Uji ketahanan dan virulensi dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita terhadap isolasi patogen. Tumbuhan dapat bertahan dari serangan patogen dengan dua senjata yang dimilikinya yaitu:

1. Sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik dn menghambat patogen untuk mendapatkan peluang masuk dan menyebar,

2. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tumbuhan yang menghasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi yang menghambat dengan kekuatan yang dihasilkan fungi patogen jenis lain yang diketahui memiliki virulensi yang tinggi (Semangun, 2001).

Berdasarkan hasil inokulasi yang telah dilakukan maka diperoleh nilai rata-rata intensitas serangan dan luas serangan yang dimulai dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4.

a. Minggu I

Intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata yang diperoleh dihitung setiap minggunya. Pada minggu ke-1 belum diketahui hasil intensitas serangan dan luas serangan penyakit hawar daun karena belum munculnya gejala sebagai akibat perlakuan yang diberikan. Gejala serangan mulai muncul pada hari ke-10 setelah inokulasi.

b. Minggu II

Pada minggu ke-2 intensitas serangan rata-rata tertinggi adalah 10,37 % yang terdapat pada daun bibit E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Pestalotia sp. Adapun pada daun bibit E. grandis x E. urophylla yang

diinokulasikan dengan Cylindrocladium sp. intensitas serangan rata-rata terendah adalah 6,75 %.

Luas serangan rata-rata pada minggu ke-2 tertinggi adalah 21,62 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Pestalotia sp. Luas serangan rata-rata terendah adalah 16,43 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Pestalotia sp.

Perkembangan intensita serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit Eucalyptus sp. dengan empat perlakuan pada minggu II disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Perkembangan intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita pada minggu ke-2

Berdasarkan analisa data intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata pada minggu ke-2, menunjukkan bahwa semua faktor perlakuan jenis patogen tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat pada berdasarkan hasil sidik ragam yang dapat disajikan pada Lampiran 4.

a. Minggu III

Intensitas serangan rata-rata pada minggu ke-3 yang tertinggi adalah 14 % yang terdapat pada daun bibit E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Pestalotia sp. Intensitas serangan rata-rata yang terendah adalah 7,37 % sedangkan intensitas serangan rata-rata terendah adalah 7,37 % yang terdapat pada daun bibit E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Cylindrocladium sp.

Luas serangan rata-rata pada minggu ke-3 tertinggi adalah 36,88 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Pestalotia sp. Intensitas serangan rata-rata terendah adalah 29,32 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Pestalotia sp. dan pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Cylindrocladium sp .

Perkembangan intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit Eucalyptus sp. dengan empat perlakuan pada minggu III disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Perkembangan intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita pada minggu ke-3

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6) dapat dikatakan bahwa faktor perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap intensitas serangan penyakit hawar daun pada minggu ke-3.

b. Minggu IV

Intensitas serangan rata-rata pada minggu ke-4 yang tertinggi adalah 16,62 %yang terdapat pada daun bibit E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Cylindrocladium sp. Intensitas serangan rata-rata yang terendah adalah 7,37 % sedangkan intensitas serangan rata-rata terendah adalah 9,62 % yang terdapat pada daun bibit E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Cylindrocladium sp. dan jenis patogen Pestalotia sp.

Luas serangan rata-rata pada minggu ke-4 tertinggi adalah 50,92 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla yang diberi jenis patogen Pestalotia

sp. Intensitas serangan rata-rata terendah adalah 44,1 % pada daun bibit tanaman E. grandis x E. pellita yang diberi jenis patogen Pestalotia sp.

Perkembangan intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit Eucalyptus sp. dengan empat perlakuan pada minggu III disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10.Perkembangan intensitas serangan rata-rata dan luas serangan rata-rata penyakit hawar daun pada daun bibit tanaman E. grandis x E. urophylla dan E. grandis x E. pellita pada minggu ke-4

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6) dapat dikatakan bahwa faktor perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap intensitas serangan penyakit hawar daun pada minggu ke-4.

Pembahasan

1. Deskripsi Penyakit

Dokumen terkait