• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

C. Keterbatasan

V.17 Deskripsi perbedaan Semangat Kerja Berdasarkan Gaji

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di dalam sebuah perusahaan peran sumber daya manusia sangatlah penting untuk

pencapaian tujuan suatu perusahaan. Kegagalan dalam mengelola suatu sumber daya manusia

dapat mengakibatkan timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan baik terhadap kinerja

ataupun keuntungannya maupun kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Inilah suatu

tantangan harus dihadapi oleh suatu departemen sumber daya manusia.

Semangat kerja di dalam sebuah perusahaan sangat penting untuk mencapainya dengan optimal salah satunya dengan memperhatikan kepuasaan kerja pada karyawan. Karyawan dapat dikatakan puas dalam bekerja apabila karyawan tersebut merasa senang, nyaman terhadap pekerjaanya dan merasa bahwa pekerjaannya sebagai hobinya. Tetapi kenyataannya masih banyak karyawan yang merasa bosan, jenuh dan tidak nyaman terhadap pekerjaannya. Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Nitisemito (1996:96 )

Empat dimensi semangat kerja, yaitu bahwa semangat kerja mencakup hal-hal sebagai

berikut : Kepuasan dalam pekerjaan, kebanggaan dalam kelompok kerja, kepuasan atas gaji

dan kesempatan promosi, persamaan kelompok. Penelitian ini ingin mengungkap faktor

sumber daya manusia sebagai faktor penunjang produktivitas perusahaan. Sumber daya

manusia atau karyawan disini dibagi lagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan karyawan

kontrak. Upaya- upaya peningkatan kualitas dan perilaku kerja karyawan pada umumnya

bertujuan akhir pada usaha peningkatan produktivitas karyawan yang salah satu faktornya

2

memberikan hasil yang maksimal bila dalam diri karyawan tidak ada suatu semangat yang

dapat diartikan sebagai melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan diharapkan

dapat selesai dengan lebih cepat dan lebih baik. Semangat kerja individu dipengaruhi oleh

faktor-faktor penting yang akan berpengaruh pula pada prestasi kerja. Fenomena terbaru yang

tengah mencuat ke permukaan baru-baru ini, adalah munculnya istilah karyawan kontrak.

Kebijakan organisasi atau perusahaan tersebut, banyak menimbulkan persoalan, khususnya di

kalangan karyawan kontrak. Karena aktivitas kerja dalam organisasi selalu dibayangi perasaan

ketidakpastian. Luapan dari perasaan ketidakpastian ini tak jarang berakhir dengan aksi

demonstrasi karyawan kontrak yang menuntut kepastian nasib mereka kedepan. Tujuan

penelitian ini adalah memberi gambaran faktor -faktor yang mempengaruhi kondisi semangat

kerja karyawan tetap dan karyawan kontrak serta konsekuensi apa saja yang muncul sebagai

akibat dari kondisi semangat kerja pada karyawan tetap dan karyawan kontrak ,gaji,usia,jenis

kelamin dan lamanya bekerja

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Perbedaan Semangat Kerja Berdasarkan aspek Jenis Kelamin, Status

Kerja, Gaji, dan Lamanya Bekerja Studi kasus pada karyawaan PT BPR Chandra Muktiartha No 157,Kotagede,Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana semangat kerja karyawan di PT BPR Chandra Muktiartha?

2. Apakah ada perbedaan semangat kerja diantara karyawan di tinjau dari jenis kelamin,

status kerja, lamanya bekerja dan gaji ?

C. Tujuan Penelitian

3

2. Apakah ada perbedaan semangat kerja diantara karyawan di tinjau dari jenis kelamin,

status kerja, lamanya bekerja dan gaji .

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan perusahaan

dalam upaya meningkatkan semangat kerja karyawaan .

2. Bagi universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sebagai salah satu referensi tentang

perbedaan semangat kerja berdasarkan aspek jenis kelamin, status kerja, lamanya bekerja, dan

gaji.

3. Bagi penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu tentang sumber daya manusia dan

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen

a. Menurut Hasibuan (2005:1-2) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Menurut Luther Gulick (dalam T.Hani Handoko, 1998 : 7) Manajemen adalah suatu

bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami

mengapa dan bagaimana bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem

kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

c. Menurut Newman dan Terry (dalam M.Manullang,2011 : 2) Manajemen adalah fungsi

yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu dari orang lain.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia menurut para ahli sebagai

berikut:

a. Menurut Edwin B.flippo (1980 : 5) Manajemen personalia adalah perencanaan,

pengorganisian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,

pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharan dan pelepasan

sumber daya, manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan

masyarakyat.

b. Menurut French (1974 : 3) Manajemen personalia sebagai penarikan, seleksi,

pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh

5

Berdasarkan dua definisi tersebut, kita akan menggunakan definisi berikut

ini :

Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,

pemelihara dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik

individu maupun organisasi.

3. Fungsi Manajemen Sumber daya Manusia

a. Departemen sumber daya manusia bertanggung jawab terhadap aktivitas

perusahaan yang bervariasi dengan melaksanakan fungsi-fungsinya. Menurut

Cherrington (1995: 11), fungsi-fungsi sumber daya manusia terdiri dari:

1) Staffng/Employment, fungsi ini terdiri dari tiga aktivitas penting, yaitu perencanaan, penarikan, dan seleksi sumber daya manusia. Sebenarya para manajer bertanggung

jawab untuk mengantisispasi kebutuhan sumber daya manusia. Dengan semakin

berkembangnya perusahaan, para manajer menjadi lebih tergantung pada

departemen sumber daya manusia untuk mengumpulkan informasi mengenai

komposisi dan keterampilan tenaga kerja saat ini.

Meskipun penarikan tenaga kerja dilakukan sepenuhnya oleh departemen sumber

daya manusia, departemen lain tetap terlibat dengan menyediakan deskripsi dari

spesifikasi pekerjaan untuk membantu proses penarikan.

Dalam proses seleksi, departemen sumber daya manusia melakukan penyaringan

melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar belakang pelamar. Tanggung jawab

departemen sumber daya manusia untuk pengadaan tenaga kerja ini semakin

meningkat dengan adanya hukum tentang kesempatan kerja yang sama dan

berbagai syarat yang diperlukan perusahaan.

2) Performance Evaluation, penilaian kinerja sumber daya manusia merupakan tanggung jawab departemen sumber daya manusia dan para manajer. Para manajer

6

menanggung tanggung jawab utama untuk mengevaluasi bawahannya dan

departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk mengembangkan

bentuk penilaian kinerja yang efektif dan memastikan bahwa penilaian kinerja

tersebut dilakukan oleh seluruh bagian perusahaan. Departemen sumber daya

rnanusia juga perlu melakukan pelatihan terhadap para manajer tentang bagaimana

membuat standar kinerja yang baik dan membuat penilaian kinerja yang akurat.

3) Compensation, dalam hal kompensasi dibutuhkan suatu koordinasi yang baik antara departemen sumber daya manusia dengan para manajer. Para manajer bertanggung

jawab dalam hal kenaikan gaji, sedangkan departemen sumber daya manusia

bertanggung jawab untuk mengembangkan struktur gaji yang baik. Sistem

kompensasi yang memerlukan keseimbangan antara pembayaran dan manfaat yang

diberikan kepada tenaga kerja. Pembayaran meliputi gaji, bonus, insentif, dan

pembagian keuntungan yang diterima oleh karyawan. Manfaat meliputi asuransi

kesehatan, asuransi jiwa, cuti, dan sebagainya. Departemen sumber daya manusia

bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kompensasi yang diberikan bersifat

kompetitif diantara perusahaan yang sejenis, adil, sesuai dengan hukum yang

berlaku misalnya UMR, dan memberikan motivasi.

4) Training and Development, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk membantu para manajer menjadi pelatih dan penasehat yang baik bagi

bawahannya, menciptakanprogram pelatihan dan pengembangan yang efektif baik

bagi karyawan baru (orientasi) maupun yang sudah ada (pengembangan

keterampilan), terlibat dalam program pelatihan kerja dan pengembangan tersebut,

memperkirakan kebutuhan perusahaan akan program pelati han dan

pengembangan, serta mengevaluasi efektifitas progam pelatihan dan

7

5) Employee Relations, dalam perusahaan yang memiliki serikat pekeja, departemen sumber daya manusia berperan aktif dalam melakukan negosiasi dan mengurus

masalah persetujuan dengan pihak serikat pekerja. Membantu perusahaan

menghadapi serikat pekerja merupakan tanggung jawab departemen sumber daya

manusia. Setelah persetujuan disepakati, departemen sumber daya manusia

membantu para manajer tentang bagaimana mengurus persetujuan tersebut dan

menghindari keluhan yang lebih banyak. Tanggung jawab utama departernen

sumber daya manusia adalah untuk menghindari praktek-praktek yang tidak sehat

misalnya mogok kerja dan demonstrasi. Dalam perusahaan yang tidak memiliki

serikat kerja, departemen sumber daya manusia dibutuhkan untuk terlibat dalam

hubungan karyawan. Secara umum, para karyawan tidak bergabung dengan serikat

kerja jika gaji mereka cukup memadai dan mereka percaya bahwa pihak perusahaan

bertanggung jawab terhadap kebutuhan mereka. Departemen sumber daya manusia

dalam hal ini perlu memastikan apakah para karyawan diperlakukan secara baik dan

apakah ada cara yang baik dan jelas untuk mengatasi keluhan. Setiap perusahaan,

baik yang memiliki serikat pekerja atau tidak, memerlukan suatu cara yang tegas

untuk meningkatkankedisiplinan serta mengatasi keluhan dalam upaya mengatasi

permasalahan dan melindungi tenaga kerja.

6) Safety and Health, setiap perusahaan wajib untuk memiliki dan melaksanakan program keselamatan untuk mengurangi kejadian yang tidak diinginkan dan

menciptakan kondisi yang sehat. Tenaga kerja perlu diingatkan secara terus

menerus tentang pentingnya keselamatan kerja Suatu program keselamatan kerja

yang efektif dapat mengurangi jumlah kecelakaan dan meningkatkan kesehatan

tenaga kerja secara umum. Departemen sumber daya manusia mempunyai tanggung

8

mengidentifikasi dan memperbaiki kondisi yang membahayakan tenaga kerja, dan

melaporkan adanya kecelakaan kerja.

7) Personnel Research, dalam usahanya untuk meningkatkan efektifitas perusahan, departemen sumber daya manusia melakukan analisis terhadap masalah individu

dan perusahaan serta membuat perubahan yang sesuai. Masalah yang sering

diperhatikan oleh departemen sumber daya manusia adalah penyebab terjadinya

ketidakhadiran dan keterlambatan karyawan, bagaimana prosedur penarikan dan

seleksi yang baik, dan penyebab ketidakpuasan tenaga kerja. Departemen sumber

daya manusia bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi

yang menyinggung masalah ini. Hasilnya digunakan menilai apakah kebijakan yang

sudah ada perlu diadakan perubahan atau tidak.

b. Peran Departemen Sumber Daya Manusia.

Dalam hubungannya dengan para manajer dan untuk melaksanakan

fungsi-fungsinya, departemen sumber daya manusia memiliki peran yang diharapkan dapat

membantu para manajer untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Cherrington

(1995:8) peranan departemen sumber daya manusia terdiri dari :

1) Advisory / Counseling Role, dalam peran ini departemen sumber daya manusia berperan sebagai konsultan internal yang bertugas mengumpulkan informasi,

menentukan pennasalahan, menentukan solusi atas masalah tersebut, dan

memberikan bantuan serta panduan dalam memecahkan permasalahan sumber daya

manusia yang dihadapi oleh perusahaan. Peran departemen sumber daya manusia

ini tampak dalam tanggung jawabnya mengenai staffing, performance evaluation, program pelatihan, dan pemutusan hubungan kerja. Dalam hal ini, departemen

sumber daya manusia menyediakan masukan yang membantu para manajer untuk

9

2) Service Role, dalam peran ini departemen sumber daya manusia melakukan aktivitas yang memberikan pelayanan secara langung kepada pihak manajer.

Penarikan, pelatihan orientasi, melakukan pencatatan, dan melaporkan pekerjaan

merupakan contoh peranan ini.

3) Control Role, dalam melaksanakan peran ini, departemen sumber daya manusia bertugas untuk mengendalikan fungsi manajemen sumber daya manusia dalam

perusahaan. Departemen sumber daya manusia mengeluarkan kebijakan dan

mengendalikan sumber daya manusia melalui kebijakan tersebut, sehingga

departemen sumber daya manusia berperan sebagai wakil pihak top management

perusahaan. Dengan adanya berbagai peraturan, peran ini semakin penting dalam

mengatur masalah keselamatan kerja, kesempatan kerja yang sama, hubungan

tenaga kerja, dan kompensasi.

4) Semangat Kerja

a) Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja didefinisikan berbeda oleh beberapa ahli. Menurut

Nitisemito (1982), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih

giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat

dan lebih baik. Sementara Anoraga (1993) menyebutkan bahwa semangat kerja

adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan cepat selesai

dan lebih baik serta biaya perunit dapat diperkecil. Definisi semangat kerja

juga dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Saifudin Azwar (2002),

menurut Saifudin Azwar semangat kerja merupakan suatu gambaran perasaan

yang berhubungan dengan tabiat / jiwa semangat kelompok, kegembiraan/

kegiatan, untuk kelompok-kelompok pekerja yang menunjukkan iklim dan

10

bahwa semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang

mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai

produktivitas yang maksimal. Selain itu, Haddock dalam Ngambi (2011) juga

mendefinisikan semangat kerja sebagai suatu konsep yang yang mengacu pada

seberapa positif perasaan kelompok terhadap organisasi. Selanjutnya, Seroka

dalam Ngambi (2011) juga mendefinisikan semangat kerja sebagai

kepercayaan atau keoptimisan individu atau kelompok terhadap organisasi

yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan kesediaan individu dalam kegiatan

organisasi.

Dari beberapa pengertian semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah gambaran perasaan, keinginan atau kesungguhan

individu/kelompok terhadap organisasi yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan

kesediaan individu dalam kegiatan organisasi untuk mengerjakan tugas dengan

lebih baik dan lebih cepat.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi semangat kerja yang

diungkapkan oleh para ahli. Salah satunya adalah Nitisemito . Menurut Nitisemito

dalam Tohardi (2002 ), faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah:

(1) Gaji yang cukup

Setiap perusahaan seharusnya dapat memberikan gaji yang cukup

kepada pegawainya. Pengertian cukup disini relatif, artinya mampu dibayarkan

tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

11

Selain kebutuhan materi yang berwujud gaji yang cukup, para karyawan

membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani adalah menyediakan tempat

ibadah, menghormati kepercayaan orang lain.

(3) Perlu menciptakan suasana santai

Suasana rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan ketegangan bagi

para karyawan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perusahaan perlu kali

menciptakan suasana santai seperti rekreasi bersama-sama, mengadakan

pertandingan olahraga antar karyawan dan lainnya.

(4) Tempatkan karyawan pada posisi yang tepat

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada

posisi yang tepat, artinya menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan

keterampilan mereka. Ketidaktepatan dalam penempatan karyawan bisa

membuat karyawan tidak bisa maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.

(5) Perasaaan aman dan masa depan

Semangat kerja akan terpupuk apabila para karyawan mempunyai

perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka, kestabilan perusahaan

biasanya modal yang dapat diandalkan untuk menjamin rasa aman bagi.

(6) Fasilitas yang memadai

Fasilitas yang memadai untuk karyawan hendaknya perlu disediakan

oleh setiap perusahaan. Hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan akan

menimbulkan semangat kerja karyawan. Dalam rangka membangun semangat

kerja McGregor dan Maslow (Luthans, 2006) mengatakan bahwa para

karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk

mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh

12

oleh B. Von Haller Gilnur (Kerlinger, et.al, 1987) dalam empat dimensi semangat kerja, yaitu bahwa semangat kerja mencakup hal-hal sebagai berikut:

(7) Kepuasan dalam pekerjaan

kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaannya.

(8) Kebanggaan dalam kelompok kerja

Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan

memandang pekerjaan mereka. Mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan

segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

(9) Kepuasan atas gaji dan kesempatan promosi

perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai

yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang

berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya,

kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan

kerja, dan struktur organisasi.

(10) Persamaan kelompok.

Perilaku dari atasan memperilaku bawahan nya dengan perilaku yang

sama.

a. Faktor-faktor Semangat Kerja

Hal-hal yang menjadi faktor semangat kerja adalah:

13

Kedisiplinan kerja adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan

peraturan di perusahaan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. (Nitisemito,

1982:199)

2) Kegairahan kerja

Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang

dilakukan. Kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang kuat terhadap semangat

kerja. (Nitisemito, 1982:160)

3) Ketelitian kerja

Ketelitian Kerja adalah keseksamaan atau kecermatan.

Ketelitian kerja merupakan sikap dan tindakan karyawan dalam melaksanakan

pekerjaan. (Anogara dalam Tri Utami, 1990:920)

4) Kerajinan Kerja

Kerajinan kerja adalah suka atau giat atau sungguh-sungguh atau selalu berusaha

bekerja. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1989:721)

b. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Sugiyono dalam Utomo (2002 ), aspek-aspek semangat kerja karyawan

dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :

1) Disiplin yang tinggi.

Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja giat dan sadar akan

peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan

2) Kualitas untuk bertahan.

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, menurut Alport, tidak akan mudah

putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya.

14

untuk memandang masa yang akan datang dengan baik yang dapat meningkatkan

kualitas seseorang untuk bertahan.

3) Kekuatan untuk melawan frustasi.

Individu yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak memiliki sikap yang pesimistis

apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya.

4) Semangat berkelompok.

Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan tidak saling bersaing untuk

saling menjatuhkan.

c. Tanda-Tanda Semangat yang Rendah

Menurut Kossen (1993) terdapat beberapa tanda-tanda peringatan semangat kerja

yang rendah, yaitu:

1) Kemangkiran.

2) Kelambatan.Keterlambatan yang berlebihan merupakan tanda bahaya semangat

kerja yang rendah

3) Pergantian yang tinggi. Dalam setiap organisasi ada karyawan yang keluar dan ada

karyawan lain diterima kerja pada perusahaan tersebut. Apabila angka pergantian

mulai naik secara abnormal menunjukkan tanda bahaya dari semangat kerja yang

buruk.

4) Mogok dan sabotase. Pemogokan dan sabotase merupakan contoh ekstrim

ketidakpuasan dalam angkatan kerja.

5) Ketiadaan kebanggaan dalam kerja. Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan

dan perusahaan tempat dia bekerja sering kali menimbulkan sikap ketidakpedulian

15

Selain itu, menurut Nitisemito dalam Tohardi (2002) menyebutkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang harus diketahui oleh perusahaan sebagai indikasi penurunan semangat

kerja, yaitu:

1. Turunnya/rendahnya produktivitas

Salah satu indikasi turunnya semangat kerja adalah turunnya produktivitas. Turunnya

produktivitas merupakan indikasi turunnya semangat kerja.

2. Tingkat absensi yang naik/tinggi

Tingkat absensi yang tinggi juga merupakan salah satu indikasi turunnya semangat

kerja karyawan. Pada umumnya bila semangat kerja turun, mereka akan malas untuk

datang setiap hari kerja.

3. Labor turnover (tingkat perpindahan buruh) yang tinggi

Bila dalam suatu perusahaan tingkat keluar-masuk karyawan naik dari tingkat

sebelumnya, hal ini merupakan indikasi turunnya semangat kerja. Keluar-masuknya

karyawan yang meningkat disebabkan ketidaksenagan mereka bekerja pada perusahaan

tersebut.

4. Tingkat kerusakan yang tinggi

Indikasi lain yang menunjukan turunnya semangat karyawan adalah bila tingkat

kerusakan terhadap bahan baku, maupun peralatan yang dipergunakan naik

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan dimana-mana akan terjadi bila semangat kerja turun, kegelisahan itu dapat

terwujud dalam bentuk ketidaktenangan bekerja, keluh kesah, serta hal-hal lain.

6. Tuntutan sering kali terjadi

Sering terjadinya tuntutan juga merupakan indikasi turunnya semangat kerja. Tuntutan

16

7. Pemogokan

Indikasi paling kuat tentang turunnya semangat kerja adalah terjadinya pemogokan.

Pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan dan rasa

kekecewaan yang begitu mendalam serta sebagainya Berdasarkan penjelasan di atas,

peneliti menggunakan dimensi dan indikator menurut Azwar (2002) yang menyebutkan

dimensi dan indikator semangat kerja.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang perbedaan kepuasan konsumen pada jasa bus patas ramayana

jurusan jogja-semarang berdasar aspek tingkat pendapatan dan jenis kelamin dilakukan

oleh Thomas Tri kurniato Aji. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

konsumen PO ditinjau dari aspek jenis kelamin dan pendapatan ,dengan 100 responden

dan menggunakan sampel. Analisis data tingkat kepuasan konsumen PO Ramayana

menggunakan analisis indeks kepuasan konsumen (IKP) dan untuk melihat perbedaan

kepuasan konsumen digunakan alat Mann-whitney dan kruskal wallis menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan ditinjau dari aspek tingkat pendapatan dan jenis kelamin.

Penelitian tentang pengaruh persepsi karyawan pada gaya kepimpinan terhadap

semangat kerja karyawan studi kasus PT.Pos Indonesia Cabang Wonosari yang dilakukan

oleh Dwi Anjar Ruslina penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi

karyawan pada gaya kepimpinan terhadap semangat kerja PT.Pos Indonesia Cabang

Wonosari populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan yang berjumlah 30

orang,dengan sampel sebanyak 25 responden. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

kuesioner .Sedang kan teknizs analisi yang digunakan adalah regresi liner sederhana .

Hasil penelitian menunjukan persepsi karyawan pada gaya kepimpinan berpengaruh

terhadap semangat karyawan.Penelitian ini membantu penelitian penulis tentang salah

17

C. Kerangka Pemikiran

1. Jenis kelamin

Studi-studi psikologi telah menemukan bukti bahwa wanita lebih bersedia untuk

mematuhi wewenang dari pada pria. Artinya wanita lebih memiliki semangat kerja yang tinggi

dibandingkan pria (Robbins 1996). Teori ini diperkuat teori lain yang berpendapat bahwa

Dokumen terkait