• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Penyajian Data

4.2.2. Hasil Wawancara

4.2.2.1. Deskripsi Persepsi Masyarakat Secara Umum

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil wawancara mendalam peneliti dengan beberapa informan terkait dengan pertanyaan umum seputar tayangan televisi. Diantaranya mengenai frekuensi dan durasi menonton serta persepsi terhadap sebuah tayangan acara. Umumnya para informan mengakui bahwa di sela kesibukannya, mereka masih meluangkan waktunya untuk menonton televisi, meskipun waktu yang disediakan tidak terlalu banyak. Berikut adalah kutipan dari hasil wawancara tersebut :

1. Frekuensi dan Durasi Menonton Televisi INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“Aku sehari-hari kan kuliah mas, biasanya aku menonton televisi tuh jam 5 sore-an ke atas sampai malam. Jadi kurang lebih sekitar 6 jam-an lah, tergantung acara dan juga moodku. Kalo emang lagi pengen nonton ya bisa lebih dari itu, tapi kalo lagi males paling jam 9 an dah tidur”.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan pertama yaitu Dewi (19 tahun) yang berstatus sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, mengakui bahwa dirinya tidak memiliki banyak waktu untuk menonton televisi. Sehari-hari, aktivitas Dewi hanya berkuliah, selepas aktivitas itu barulah Dewi meluangkan waktu untuk menonton televisi karena pada saat itulah Dewi dapat merasa santai. Dari sisi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi juga tidak terlalu lama, kurang lebih sekitar 6 jam saja. Informasi tersebut menunjukkan bahwa informan adalah pemirsa yang tidak cukup aktif untuk menikmati tayangan televisi.

Informasi yang senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga, keduanya menyatakan bahwa tidak banyak waktu yang mereka luangkan untuk menonton televisi di rumah, rata-rata para informan hanya menghabiskan waktu 5- 6 jam saja di depan televisi karena sudah terlalu capek setelah seharian beraktivitas. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan dua dan tiga.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”Tidak terlalu banyak mas, paling hanya 5 jam saja dalam sehari”.

Informan kedua yaitu Bapak Mustopo (54 tahun) adalah seorang wiraswasta, sehari-hari Bapak Mustopo beraktivitas mengelola usaha sendiri di rumah dan menjadi penceramah agama. Bapak Mustopo mengakui bahwa kegiatannya

menonton televisi hanya di sela-sela waktu saja, terutama di jam-jam setelah beribadah. Oleh karena itu Bapak Mustopo tidak banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“Tidak lama mas, tergantung dinas kan…tapi kalau pas lagi nonton televisi saya paling hanya 4-5 jam saja dalam sehari”.

Demikian halnya dengan Bapak Bambang (57 tahun). Sehari-hari Bapak Mustopo masih aktif berdinas di Reskrim Polsekta Tegalsari, di bagian Unit Reskrim dan Humas Polsekta Tegalsari. Oleh karena itu waktunya untuk menonton televisi hanyalah selepas bekerja yaitu sore atau malam hari atau jika beliau sedang tidak berdinas.

Demikian halnya dengan informan keempat, yaitu Bapak L (40 tahun), seorang karyawan swasta. Menurut pengakuan beliau, tidak lama waktu yang dihabiskannya untuk menonton televisi, paling lama hanya 5 jam saja, karena sudah terlalu lelah bekerja sehingga beliau hanya ingin beristirahat selepas bekerja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak L.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“Tidak lama mas, paling hanya 5 jam saja. Kalau pulang bawaannya capek pengen istirahat”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan empat informan di atas dapat diketahui bahwa umumnya para informan menghabiskan waktu di depan televisi hanya sekitar 4 hingga 5 jam saja dalam sehari dan umumnya dilakukan sore hingga malam hari selepas informan beraktivitas. Hal tersebut menunjukkan

bahwa informan bukan pemirsa aktif televisi sehingga tidak banyak diterpa tayangan-tayangan acara di televisi.

2. Aktivitas Menonton Televisi

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan diketahui bahwa secara umum informan menghabiskan waktu untuk menonton televisi bersama keluarga, baik saudara ataupun istri dan anak-anak. Dari berbagai alasan yang dikemukakan informan, umumnya para informan menganggap bahwa dengan menonton televisi dapat menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, misal ada papa-mama atau kalo nggak sama kakak”.

Informan pertama yaitu Dewi menyatakan bahwa setiap menonton televisi, dia terkadang menonton sendiri dan terkadang bersama keluarga, namun aktivitas terbanyak menonton televisi, informan habiskan bersama keluarga. Informasi senada juga disampaikan oleh informan kedua dan ketiga yang menyatakan bahwa

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”kadang sendiri, kadang sama keluarga. Cuman paling sering sama keluarga, kalo pas anak-anak di rumah ya, kami menonton bersama. Sekalian kumpul keluarga”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, diketahui bahwa pada saat menonton televisi, beliau lebih sering menonton bersama keluarga terutama jika anak-anak beliau sedang berada di

rumahnya. Aktivitas menonton televisi bersama menjadi momen penting bagi beliau dan keluarga untuk berkumpul. Hal senada juga disampaikan oleh informan ke tiga dan keempat yaitu Bapak Bambang dan Bapak L. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“tergantung situasi dan kondisi Mas. kadang sendiri, kadang sama keluarga. Apalagi kalau pas anak-anak datang ke rumah. Rame jadinya nonton bersama keluarga”.

Bapak Bambang mengaku bahwa aktivitas menonton televisi yang dia lakukan tergantung situasi dan kondisi di rumah, terkadang sendiri terkadang menonton bersama keluarga. Terutama jika anak-anak beliau sedang berada di rumah. Karena aktivitas tersebut, beliau merasa rumahnya menjadi hangat karena semua keluarga menjadi berkumpul.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“kadang sendiri, kadang sama ibunya anak-anak. Cuma paling sering sama ibu. Anak-anak jarang nonton televisi di ruang tengah, biasanya mereka suka nonton di kamarnya masing-masing”.

Hasil wawancara dengan Bapak L menunjukkan bahwa aktivitas menonton televisi yang dilakukan beliau umumnya dilakukan bersama keluarga terutama istrinya. Mengingat anak-anaknya jarang menonton televisi di ruang tengah bersama orang tua. Dengan demikian dapat diketahui bahwa empat informan yang diwawancarai dalam penelitian ini umumnya melakukan aktivitas menonton televisi bersama keluarga, karena menurut mereka dengan menonton

televisi bersama dapat menghangatkan kebersamaan keluarga sehingga membuat aktivitas menonton televisi jadi kegiatan yang menyenangkan bersama keluarga.

3. Perhatian Pada Saat Menonton Televisi

Perhatian menunjukkan seberapa besar perhatian atau respon yang diberikan oleh informan terhadap sebuah tayangan acara di televisi. Semakin perhatian pemirsa terhadap sebuah acara menunjukkan bahwa pemirsa tersebut akan semakin paham dengan pesan yang disampaikan oleh acara tersebut. Perhatian tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap gambar, tokoh, jalan cerita atau tema cerita. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”hmm…..(sambil berpikir) apa ya mas ?....biasanya aku tuh pilih nonton acara di televisi itu karna temanya. Maksud aku, apa sinetron, musik, kuis atau lainnya”.

oh gitu…..kalo aku, biasanya emang memperhatikan….karna menonton televisi buat aku nggak hanya sekedar nonton aja, tapi biasanya aku suka diskusikan sama keluarga atau orang lain yang sedang nonton sama aku. Jadi kalo ada acara dengan tema-tema yang menarik pasti aku bakalan memperhatikan.

Ketika peneliti menanyakan tentang perhatian pertama kali para informan terhadap sebuah acara yang ditonton. Jawaban yang diberikan cenderung sama, yaitu berkaitan dengan temanya. Seperti yang disampaikan oleh Dewi. Dewi menyatakan bahwa perhatiannya pertama kali tertuju pada tema acara, apakah sinetron, musik, kuis atau lainnya. Sebagai remaja, Dewi mengaku menyukai acara yang bertema hiburan seperti musik ataupun kuis dan setiap menonton

sebuah acara di televisi, Dewi selalu memperhatikan pesan yang disampaikan. Dewi menyatakan bahwa tujuan dirinya menonton televisi bukan hanya untuk sekedar menonton saja tetapi juga untuk berdiskusi bersama keluarga ataupun orang lain yang sedang menonton bersama dirinya. Jadi setiap ada acara dengan tema-tema yang menarik, Dewi pasti sangat memperhatikan pesan yang ada dalam acara tersebut.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

(sambil berpikir) apa ya mas ?....kalau saya tidak terlalu suka acara-acara anak muda, jadi biasanya saya memilih acara yang temanya bagus, seperti berita atau hiburan.

Hasil wawancara peneliti dengan informan kedua yaitu Bapak Mustopo, peneliti dapat mengetahui bahwa informan tidak terlalu menyukai acara-acara yang diperuntukkan untuk anak muda, jadi Bapak Mustopo lebih menyukai acara yang bertema bagus seperti berita ataupun hiburan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat menonton acara di televisi, hal yang pertama kali diperhatikan adalah tentang temanya. Untuk memperjelas bagaimana perhatian informan terhadap acara di televisi tersebut, berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan :

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”oh begitu…..kalau saya, memang selalu memperhatikan mas. Lha buat apa kita nonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Apalagi saat menonton bersama keluarga, dengan ibu atau anak-anak, biasanya kami suka berdiskusi mengenai acara yang sedang ditonton bersama”.

acara televisi yang dilihatnya. Menurut Bapak Mustopo, tujuan dirinya menonton tidak hanya untuk menikmati tayangan acara di televisi tetapi juga untuk menyerap informasi di dalamnya karena kebiasaan dalam keluarga Bapak Mustopo adalah berdiskusi atau membahas tema-tema penting dalam sebuah acara di televisi.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“apa ya mas ? .... (sambil berpikir). Saya itu sukanya olahraga, jadi saya suka sekali nonton acara olahraga. Atau kalau tidak ya berita atau hiburan. Saya tidak suka sinetron atau musik-musik anak muda”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan ke tiga yaitu Bapak Bambang diketahui bahwa sehari-hari beliau lebih banyak menonton acara televisi yang bertema olahraga mengingat beliau hobi berolahraga. Namun jika tidak, beliau lebih memilih menonton acara berita atau hiburan dan tidak terlalu menyukai acara sinetron atau musik-musik untuk anak muda. Ketika peneliti menanyakan tentang bentuk perhatian Bapak Bambang terhadap setiap acara di televisi, beliau menyatakan bahwa dirinya selalu memperhatikan pesan yang ada, karena menurut beliau menonton televisi juga bermanfaat untuk menyerap informasi yang ada di dalamnya. Berikut adalah petikan wawancaranya :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“kalau saya, cenderung selalu memperhatikan mas. Untuk apa menonton kalau tidak menyerap informasi yang ada di dalamnya. Kan dapat 2 manfaat sekaligus”.

Demikian halnya dengan pernyataan Bapak Lie, informan keempat. Beliau menyatakan bahwa perhatian pertama beliau pada saat menonton televisi tertuju

pada tema acara. Menurut Beliau jika tema acaranya bagus maka beliau akan melihat, sebaliknya jika tema acaranya kurang bagus maka beliau akan memilih mengganti acara yang lain. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan informan keempat.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”...(sambil berpikir) kalau saya lihat temanya dulu. Kalau bagus dan menarik, baru saya melihat”.

Selanjutnya setiap menonton televisi, Bapak Lie mengaku tidak terlalu memperhatikan pesan yang disampaikan kecuali beliau benar-benar tertarik dengan tema yang disampaikan. Jika tidak terlalu menarik untuk dilihat maka beliau merasa malas untuk menonton mengingat saat ini banyak acara di televisi yang tidak jelas tema dan alur ceritanya. Pernyataan Bapak L terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

”oh gitu to…..kalau saya, tidak terlalu memperhatikan mas. Kecuali temanya benar-benar menarik untuk saya. Malas mas, kalau cuma melihat acara-acara yang tidak penting”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan empat informan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa umumnya para informan selalu memperhatikan pesan yang disampaikan dalam setiap acara yang ditonton. Menurut para informan, alasan mereka menonton tidak hanya untuk menikmati acara televisi saja tetapi juga untuk menyerap informasi yang diberikan dalam acara tersebut, sehingga pada akhirnya mereka memperoleh manfaat tambahan disamping hiburan.

4. Persepsi Terhadap Tayangan Acara Yang Baik

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan para informan berkaitan dengan persepsi pemirsa terhadap tayangan acara yang baik. Pada umumnya persepsi informan tentang sebuah acara yang baik adalah sama yaitu acara yang tidak hanya mengejar rating saja tetapi diharapkan acara tersebut memiliki pesan moral untuk para pemirsanya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan masing-masing informan sebagaimana terangkum dalam petikan wawancara berikut ini :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“kalo menurut aku, acara yang baik itu nggak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan stasiun televisi aja, tapi juga acara yang mengandung unsur edukasi….maksudnya ada pesan moral gitu yang disampaikan kepada pemirsa. Jadi nggak hiburan aja….”

Menurut Dewi, persepsinya mengenai acara yang baik adalah acara yang tidak hanya sekedar mengejar rating atau penghasilan televisi saja, tetapi juga acara yang mengandung unsur edukasi atau pendidikan untuk para pemirsa. Termasuk juga pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pemirsa. Mengingat saat ini banyak sekali acara-acara kurang bermutu yang hanya sekedar mengejar rating dan tidak mengandung sisi positif sama sekali. Sebagai mahasiswa, Dewi memiliki pemikiran kritis bahwa tayangan acara yang baik harus mengandung unsur yang mendidik sehingga pemirsa dari berbagai segmen usia dapat menyerap informasi yang disampaikan. Sebagai contoh adalah tayangan “Mario Teguh” yaitu tayangan yang bertujuan untuk memotivasi para pemirsa melalui sikap dan tingkah laku sehari-hari. Acara talkshow tersebut

dikemas ringan namun unsur pesan moralnya dapat diterima dengan jelas oleh pemirsa. Demikian halnya dengan acara-acara lain.

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”wah ini kebetulan Mas, kalau Bapak ditanyakan masalah itu, karna saat ini menurut Bapak banyak acara yang kurang baik, baik dari sisi materi atau pesannya ataupun dari sisi penyampaiannya. Banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya ”.

”menurut Bapak, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, baik dari sisi materinya seperti memberikan informasi ataupun hiburan. Karna kita nonton televisi itu kan tidak hanya untuk hiburan to Mas, tapi juga cari informasi”.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mustopo diketahui bahwa saat ini banyak sekali acara-acara yang kurang baik baik dari sisi materi atau pesannya serta dari sisi penyampaiannya. Menurut Beliau banyak acara yang sekedar mengejar rating saja dan melupakan dampak dari penayangan acara tersebut kepada pemirsanya. Sebagai seorang ayah dan pendidik, beliau berharap banyak acara-acara yang lebih mengutamakan pesan moral kepada pemirsanya seperti misalnya acara ”Jika Aku Menjadi” yang mengangkat sisi perjuangan masyarakat kelas bawah, sehingga diharapkan dari acara semacam itu, dapat menumbuhkan sikap empati yang kuat dari masyarakat terhadap kondisi di lingkungannya. Karena di alquran sudah dituliskan bahwa perjudian itu pebuatan dosa seperti Surat Annisa ayat 29

هﺬﺧأو ﺎ ﺮ ا ﺪﻗو اﻮﻬ ﻪ ﻋ ﻬ آأو لاﻮ أ سﺎ ا ﻃﺎ ﺎ

Dan juga (disebabkan mereka mengambil riba padahal mereka telah dilarang melakukannya adalah mereka telah dilarang melakukannya, dan (disebabkan) mereka memakan harta orang dengan jalan yang salah (tipu, judi dan sebagainya). Dan (ingatlah) Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir di antara mereka, azab seksa yang tidak terperi sakitnya.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang. Beliau berpendapat bahwa acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya dan bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Menurut Beliau, di televisi saat ini banyak acara-acara yang lebih mengutamakan unsur hiburan seperti halnya infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada para pemirsa. Yang perlu dikhawatirkan adalah masyarakat tidak peka atau kurang kritis dalam menyikapi berbagai tayangan sejenis yang marak di berbagai stasiun televisi sehingga akan memberikan dampak buruk kepada pemirsa seperti kemerosotan moral atapun kenakalan remaja. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan Bapak Bambang :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“Menurut saya, acara yang baik adalah acara yang memberikan manfaat untuk pemirsanya. Bukan hanya sekedar mengejar rating dan pendapatan untuk stasiun televisi saja. Sekarang itu banyak sekali acara yang lebih mengutamakan hiburan saja seperti infotainment yang lebih banyak menyoroti aib daripada memberikan edukasi kepada pemirsanya”.

Setelah menguraikan hasil wawancara dengan tiga informan terdahulu, berikut ini adalah kutipan wawancara dengan informan ke empat yaitu Bapak L

yang juga memberikan pernyataan yang sama tentang persepsi terhadap tayangan acara yang baik di televisi.

INFORMAN 4

21 April 2011, pukul 18.00 s/d pukul 19.00 WIB

“menurut saya, acara yang baik itu acara yang bermanfaat untuk pemirsanya. Bermanfaat untuk semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Maksudnya ada pesan moral yang disampaikan kepada pemirsa, tidak hanya sekedar hiburan saja”.

Dari kutipan wawancara di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa menurut persepsi Bapak Lie, acara yang baik adalah acara yang bermanfaat untuk pemirsanya, artinya bermanfaat untuk semua segmen usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Jadi tidak hanya mengutamakan hiburan tetapi juga unsur pesan moral yang baik kepada para pemirsanya.

Deskripsi Persepsi Masyarakat Terhadap Acara Kuis Yang Berbau Judi Di Televisi

Setelah menguraikan pendapat masyarakat yang diwakili oleh para informan tentang persepsi pada sebuah acara televisi yang baik, berikut ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai persepsi masyarakat terhadap maraknya acara kuis yang berbau judi di televisi. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan para informan.

1. Daya Tarik Acara Kuis

Menurut informan pertama yaitu Dewi, acara di televisi yang menarik minatnya untuk menonton televisi adalah acara hiburan. Salah satunya adalah acara kuis. Dari hasil pengakuannya diketahui bahwa dari sekian banyak kuis yang ada di televisi, dirinya suka menonton acara kuis Super Deal 2 Milyar yang

ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Hal tersebut terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini:

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

”aku biasanya suka nonton kuis super deal 2 milyar di ANTV”.

Selanjutnya, peneliti menanyakan tentang beberapa hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut dan Dewi memberikan jawaban bahwa daya tarik utama dari kuis tersebut adalah karena hadiah yang ditawarkan selain itu cara bermain dalam kuis tersebut juga mudah. Hal tersebut yang menarik minat pemirsa seperti Dewi, mudah dan berhadiah besar. Pernyataan Dewi terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN I

(19 April 2011, pukul 16.00 s/d pukul 17.00 WIB)

“ya hadiahnya itu lho mas…..gede-gede. Selain itu cara mainnya juga gampang”.

Pendapat serupa disampaikan oleh Bapak Bambang selaku informan 3. Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Bambang diketahui bahwa selama ini beliau juga menyukai acara kuis super Deal 2 Milyar yang ditayangkan di ANTV, terutama jika anak-anak sedang menonton kuis yang sama.

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“saya nggak terlalu hafal mas acara kuis di televisi, tapi kalau pas anak-anak nonton kuis apa itu….super deal ya ….saya suka ikutan juga”.

Ketika ditanyakan daya tarik utama dari acara kuis yang disukainya, Bapak Bambang memberikan jawaban bahwa hal yang menarik minatnya menyukai kuis tersebut adalah karena faktor lucu meskipun di dalamnya terdapat unsur judi.

Menurut beliau, sangat menarik melihat keberuntungan para peserta, karena jika ada peserta yang memenangkan hadiah maka anggota timnya yang lain juga akan merasakan kegembiraannya sedangkan jika peserta tersebut gagal, maka peserta akan pulang dengan tangan hampa namun tetap merasakan kegembiraan karena telah ikut serta dalam acara kuis tersebut. Daya tarik utama kuis Super Deal 2 Milyar menurut Bapak Bambang karena rasa penasaran yang muncul di setiap kemunculan tirai 1 atau 2 atau 3. Uraian wawancara peneliti dengan Bapak Bambang terangkum dalam petikan wawancara berikut ini :

INFORMAN 3

20 April 2011, pukul 15.00 s/d pukul 16.00 WIB

“lucu aja….ada gamblingnya juga, kalau pas beruntung ya dapat…semua senang, kalau tidak ya…tetap senang aja, karna sudah dapat hadiah hiburan. Penasaran aja, ada apa di balik tirai 1/2/3…

Berbeda dengan pendapat Dewi serta Bapak Bambang, informan kedua dan keempat yaitu Bapak Mustopo dan Bapak Lie, memberikan jawaban bahwa kuis yang disukainya adalah kuis 1 lawan 100 yang ditayangkan di Indosiar. Seperti yang terangkum pada kutipan wawancara berikut ini :

INFORMAN 2

20 April 2011, pukul 10.00 s/d pukul 11.00 WIB

”Saya biasanya menonton kuis 1 lawan 100 mas, di Indosiar ya kalau nggak salah”.

Ketika dikorek informasi mengenai hal yang menjadi daya tarik utama dari acara kuis tersebut, Bapak Mustopo menyatakan bahwa alasan utamanya adalah karena dirinya menyukai informasi. Menurut Beliau, acara kuis 1 lawan 100 berbeda dengan acara kuis lainnya yang umumnya hanya mengutamakan hiburan. Dalam acara tersebut, lebih mengutamakan informasi atau pengetahuan untuk

pemirsa sehingga pemirsa tidak hanya mendapatkan hiburan tetapi juga tambahan

Dokumen terkait