• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Proses Produksi Minyak Kelapa

Bahan baku yang digunakan dalam unit pengolahan minyak kelapa dapat berupa daging buah kelapa basah maupun yang sudah kering atau dikenal dengan nama kopra. Daging buah kelapa ini diperoleh dari buah kelapa butiran hasil dari beberapa varietas unggul yaitu kelapa dalam atau kelapa hibrida. Penggunaan daging kelapa segar sebagai bahan baku akan menghasilkan perbedaan pada proses produksi dari perusahaan dengan skala mikro (rumah tangga) dan perusahaan kecil yang menggunakan peralatan yang lebih modern. Pada usaha skala mikro proses ekstraksi dilakukan pada santan, sedangkan perusahaan dengan pabrik skala kecil proses ekstraksi minyak dilakukan pada hasil penggilingan kelapa. Kapasitas produksi minyak kelapa untuk skala menengah berkisar antara 600 kg minyak kelapa setiap produksi membutuhkan sekitar 2 ton daging kelapa segar.

Pengolahan minyak kelapa dengan menggunakan bahan baku daging buah kelapa segar merupakan cara yang sering digunakan petani kelapa. Secara umum urutan proses produksi minyak kelapa sebetulnya hampir sama, meskipun dikerjakan secara tradisional ataupun dengan teknik yang lebih modern baik oleh industri kecil maupun industri skala menengah atau besar. Inti dari proses produksi tersebut adalah memisahkan minyak kelapa dari buah kelapa. Minyak kelapa dapat dipisahkan (diekstrak) langsung dari daging kelapa segar disebut sebagai cara basah, atau diekstrak dari daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan (kopra) yang disebut cara kering. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%.

Ada peralatan utama yang digunakan dalam unit pengolahan minyak kelapa yaitu peralatan penggiling untuk menggiling atau memarut daging kelapa segar, peralatan pemeras untuk mengepress bungkil kelapa yang masih mengandung minyak dan peralatan penggerak untuk menggerakkan mesin pengepress. Tungku dan alat penggorengan (wajan) juga diperlukan dalam proses produksi ini. Tungku ini berguna untuk melakukan penggorengan dalam rangka memisahkan air dan minyak kelapa dari daging kelapa yang sudah digiling halus.

Proses ekstraksi minyak kelapa dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut: pertama, daging kelapa segar dicuci bersih dan kemudian digiling atau diparut dengan penggilingan atau parutan. Potongan daging kelapa tersebut selanjutnya digiling, dan dimasukkan dalam wajan penggorengan yang telah berisi minyak goreng panas pada suhu 110oC -120o

Upaya untuk mempercepat pemisahan butiran kelapa panas dengan unsur minyak dapat dilakukan dengan cara mengaduk dengan menggunakan sendok panjang. Butiran yang sudah berpisah dari minyak kemudian dikeluarkan dari wajan dengan menggunakan penyaring dan minyak hasil penggorengan ditampung. Diagram alir proses produksi minyak kelapa ini dapat ditunjukkan melalui diagram di bawah ini.

C selama 15-40 menit. Proses ini tergantung dari suhu dan rasio daging kelapa giling dan minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng. Hal yang harus diperhatikan selama proses penggorengan, wajan jangan diisi terlalu penuh karena daging kelapa giling yang digoreng cepat menguap dan menghasilkan minyak sehinga jika terlalu penuh akan bisa tumpah. Peningkatan suhu dalam wajan akan menghasilkan uap air dari penggorengan daging kelapa giling. Uap ini sudah tidak berarti lagi apabila penggorengan sudah selesai dan daging kelapa giling berubah warnan dari warna kekuning-kuningan menjadi kecoklatan.

Gambar 11 Diagram Alir Proses Produksi Minyak Kelapa

. Pengupasan Pembelahan Pemarutan Pemanasan Buah kelapa Sabut kelapa Air kelapa Galendo Pemisahan daging dari tempurung Tempurung Kelapa butiran Daging kelapa Pengendapan Minyak kelapa Sisa-sisa galendo

Penggunaan daging kelapa segar sebagai bahan baku akan menghasilkan perbedaan pada proses produksi dari perusahaan dengan skala mikro (rumah tangga) dan perusahaan kecil yang menggunakan peralatan yang lebih modern. Pada usaha skala mikro proses ekstraksi dapat juga dilakukan pada santan, sedangkan perusahaan dengan pabrik skala kecil proses ekstraksi minyak dilakukan pada hasil penggilingan kelapa.

Proses Produksi Nata de Coco

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi nata de coco ini berupa bahan baku air kelapa. . Bahan baku yang diperoleh masih dalam kondisi kotor terdapat bahan ikutan seperti serpihan sabut, daging buah kelapa dan tempurung kelapa bahkan sisa parutan daging kelapa. Hal yang dilakukan dalam proses produksi yaitu berupa penyaringan. Proses ini dengan tujuan untuk membersihkan air kelapa dari semua bahan pengotor dan kontaminan fisik. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan penyaring kawat.

Air kelapa bersih hasil penyaringan dimasukkan ke dalam wadah yang besar untuk direbus. Proses perebusan menggunakan energi bahan bakar melalui kompor pompa. Perebusan ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme dan kontaminan bilogis yang terdapat di dalam air kelapa. Perebusan dilakukan selama lebih kurang 20 – 30 menit hingga air kelapa benar-benar mendidih. Jika bahan kurang mendidih akan sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada saat pemeraman.

Saat proses perebusan, bahan tambahan yang terdiri dari gula pasir, ZA dan asam asetat / cuka dimasukkan, kira-kira ketika bahan mencapai suhu ± 80 o

Larutan starter hasil perebusan selanjutnya dituangkan kedalam loyang / baki plastik yang telah steril. Penuangan ini dilakukan ketika larutan masih dalam keadaan panas atau hangat dengan menggunakan bantuan gayung. Setiap loyang diisi satu gayung larutan bahan atau sekitar ± 1,25 liter. Setelah diisi, loyang C. Selama proses perebusan, bahan harus diaduk. Pengadukan ini bertujuan agar bumbu yang dimasukkan merata. Saat perebusan, sisa-sisa kotoran yang masih terdapat dalam bahan akan mengapung dan dapat diambil dengan mudah.

segera ditutup menggunakan kertas koran dan diikat dengan karet. Hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya kontaminan.

Loyang-loyang yang telah berisi larutan bahan dan ditutup kertas koran kemudian disimpan di ruang fermentasi / pemeraman untuk mendinginkan larutan. Penyimpanan loyang dilakukan dengan menyusun loyang-loyang dengan rapi. Jumlah tumpukan loyang maksimum 15 loyang. Pendinginan ini dilakukan selama ± 7 – 10 jam hingga larutan benar-benar dingin. Pendinginan yang tidak sempurna akan mengganggu keberhasilan proses selanjutnya.

Larutan bahan yang telah dingin kemudian ditambah starter sebagai bibit awal pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini yang nantinya akan menggumpalkan bahan / air kelapa sehingga membentuk nata. Jumlah starter yang ditambahkan pada setiap loyang ± 125 ml. Kertas penutup kembali direkatkan agar pertumbuhan bakteri berjalan optimal tanpa gangguan dari kontaminan. Loyang-loyang larutan bahan yang telah ditambahkan starter kembali disimpan & disusun rapi di ruang fermentasi / pemeraman. Proses fermentasi berlangsung selama lebih kurang 7 hari.

Larutan bahan yang telah mengalami fermentasi selama 7 hari akan menjadi gumpalan putih yang siap dipanen yang dinamakan nata de coco. Pemanenan dilakukan pada hari yang sama dengan saat dimulainya fermentasi. Jika bahan baku dan proses bagus maka nata de coco yang berbentuk lembaran umumnya memiliki ketebalan 1,1 – 1,2 cm dengan berat sekitar 1 – 1,2 kg per lembar. Selain lembaran nata de coco juga terdapat sisa cairan bahan yang tidak membentuk nata. Cairan ini berbau asam. Lembaran nata de coco yang sudah dipanen memiliki lapisan tipis di bagian bawahnya. Lapisan ini merupakan endapan dari campuran bahan. Lapisan ini tidak dikonsumsi sehingga harus dipisahkan.

Pembersihan yang sudah dilakukan pada lembaran nata tersebut selnjutnya dilakukan pencucian dan perendaman. Pencucian dilakukan sebanyak 2 - 3 kali dalam drum plastik besar. Pencucian dan perendaman ini bertujuan untuk mengurangi kandungan asam pada nata. Selain itu juga perendaman bertujuan untuk mempertahankan kandungan air pada nata selama proses distribusi ke

konsumen. Diagram alir proses produksi nata de coco ini dapat dilihat pada gambar 12.

Produk yang dihasilkan oleh petani nata de coco berupa lembaran nata de coco mentah. Lembaran nata de coco dijual dengan harga Rp 1.100,00 per kg. Penjualan dilakukan secara langsung tanpa perantara dengan pembayaran tunai. Penjualan nata de coco dilakukan setiap satu kali dalam satu minggu berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh pabrik pembeli nata tersebut yang selanjutnya diproses menjadi minuman nata de coco atau produk-produk lain.

Proses Produksi Serat Sabut Kelapa

Bagian kulit buah kelapa merupakan bagian dengan persentase terbesar dari buah kelapa. Bagian ini berkisar 35% dari total bobot kelapa. Serat sabut kelapa atau coco fiber merupakan produk yang berasal dari proses pemisahan serat dari bagian kulit buah kelapa (epicarp dan mesocarp). Bahan baku berupa sabut kelapa ini diperoleh dari bahan sisa pembuatan minyak kelapa dan kopra. Bahan baku ini juga diperoleh dari pasar-pasar yang merupakan hasil samping konsumsi rumah tangga. Bahan baku ini akan mudah diperoleh di daerah-daerah sentra penghasil kelapa di berbagai wilayah di Indonesia. Bahan baku ini sangat kamba sehingga membutuhkan tempat yang cukup luas untuk penampungan bahan baku dan juga dalam pengangkutan.

Bahan baku kulit buah kelapa bersifat kamba, sehingga untuk efisiensi biaya transportasi serta kemudahan dalam pengadaan bahan baku, maka lokasi usaha ditetapkan dekat atau pada daerah sentra produksi kelapa. Lokasi usaha seyogyanya juga tidak pada lokasi pemukiman, karena hasil samping pengolahan berupa bagian gabus (coco peat) dapat mengganggu lingkungan. Usaha ini memerlukan area yang cukup luas untuk penampungan bahan baku, penjemuran, dan penampungan hasil samping karena karakteristik bahan baku dan hasil samping yang kamba.

Proses produksi serat sabut kelapa dilakukan teknologi dengan menggunakan teknologi yang cukup aplikatif. Peralatan yang diperlukan berupa peralatan pengurai dan pemisah serta dari sabut kelapa. Peraltan tambahan yang diperlukan berupa peraltan pengepres serat sabut kelapa. Proses produksi ini dapat ditunjukkan melalui diagram alir proses produksi pada gambar 13 di bawah ini.

Gambar 13 Diagram Alir Proses Produksi Serat Sabut Kelapa Sabut kelapa Pemotongan sabut Perendaman 3 hari Penirisan Pelunakan Penguraian Pemisahan serat

Sortasi melalui pengayakan

Pembersihan

Pengeringan dengan penjemuran

Pengepresan dan Pengepakan

Serat Sabut

Potongan ujung sabut Air

Bagian Gabus yang membusuk Butiran Gabus Butiran Gabus Sisa-sisa Butiran Gabus Sisa-sisa Butiran Gabus

Tahapan pemotongan bagian ujung sabut kelapa merupakan bagian persiapan awal dalam proses produksi serat sabut kelapa. Pemotongan sabut kelapa dilakukan secara membujur dan bagian yang keras di bagian ujung dipotong. Sabut yang sudah dipotong di bagian ujung tersebut selanjutnya direndam selam 3 hari untuk mempermudah pemisahan bagian serat dengan gabus. Penirisan selanjutnya dilkaukan untuk mempermudah penguraian sabut.

Pelunakan dilakukan dengan memukul-mukul bagian sabut yang sudah ditiriskan dengan pemukul sehingga serta menjadi lebih terurai. Hasil samping berupa butiran gabus sudah dapat diperoleh pada tahapan ini. Penguraian serat yang merupakan tahapan pemisahan serat dilakukan dengan menggunakan peralatan pengurai untuk memisahkan bagian serat dengan gabus. Pemisahan dilakukan agar dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan standar pasar. Tahapan penguraian ini juga menghasilkan hasil samping berupa butiran gabus.

Sortasi dengan pengayakan dilakukan untuk memisahkan bagian serat yang halus dengan yang kasar. Peralatan yang digunakan berupa peralatan pengayak dan butiran-butiran gabus masih dapat diperoleh pada tahapan ini. Pembersihan selanjutnya dilakukan untuk memisahkan bagian gabus yang kemungkinan masih menempel pada serat yang dihasilkan. Tahapan proses selanjutnya berupa pengeringan dengan penjemuran seperti yang dilakukan oleh beberapa usaha kecil dan menggunakan mesin pengering bagi usaha skala menengah. Tahapan terakhir berupa pengepresan dan pengepakan terhadap serta sabut yang diperoleh untuk mempermudah dalam pendistribusian produk kepada konsumen dan juga penyimpanan produk di gudang penyimpanan. Pengepakan dilakukan dengan cara manual dengan bobot setiap bal berkisar 40 kg ataupun dengan menggunakan mesin pengepak otomatis dengan bobot setiap bal berkisar 100 kg. Butiran gabus yang dihasilkan sebagai hasil samping ditampung secara tersendiri dan didistribusikan secara terpisah juga. Kapasitas produksi maksimum serat sabut rata-rata berkisar 400-600 kg serat per hari.

Proses Produksi Arang

Proses produksi arang tempurung ini menggunakan bahan baku berupa tempurung kelapa yang dapat diperoleh dari pengolah kopra, pengolah minyak kelapa dan juga dari pasar-pasar tradisional sebagai bahan sisa. Bahan baku ini mudah diperoleh seperti halnya bahan baku sabut kelapa. Beberapa pasar tradisional membiarkan tumpukan tempurung ini, oleh sebab itu upaya untuk memperoleh bahan baku cukup mudah dilakukan.

Proses produksi arang tempurung dilakukan dengan memasukkan bahan baku berupa arang tempurung ke dalam tempat pembuatan arang secara berlapis-lapis. Lapisan paling bawah dibakar agar menyala dan selanjutnya diberi tambahan tumpukan arang tempurung sehingga tempat pembuatan arang tersebut penuh. Pembakaran tempurung ini dilakukan selama tujuh jam. Selama kurun waktu tujuh jam tersebut diharapkan keseluruhan bagian tempurung dapat terbakar. Tempat pembuatan arang tersebut selanjutnya ditutup sehingga diharapkan tidak ada udara yang masuk selam 12 jam. Tempat pembuatan arang tersebut dibuka pada pagi hari dan arang dibongkar dari dalam tempat pembuatan tersebut. Hasil yang diperoleh berupa arang tempurung setelah didinginkan dan selanjutnya ditempatkan di dalam karung plastik untuk didistribusikan.

Rendemen arang tempurung kelapa yaitu 40% dari tempurung kelapa. Kapasitas produksi berkisar pada produksi maksimal 1.200 kg arang per hari dan harus lebih dari 537 kg per hari atau lebih dari 153.000 kg arang per tahun agar memberikan keuntungan yang layak menurut analisis kelayakan dari Bank Indonesia. Diagram alir proses produksi arang tempurung ini dapat dilihat pada gambar 14 di bawah ini.

Gambar 14 Diagram Alir Proses Produksi Arang Tempurung kelapa Penyusunan dalam tanur pembakar Pembakaran Penutupan tanur pembakar Pendinginan Pengemasan Arang tempurung Pembukaan tanur Minyak tanah Sisa pembakaran

Dokumen terkait