• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data

Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk mengetahui deskripsi suatu data seperti rata-rata, standard deviasi, varians, dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis descriptive statistic dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00 dapat diketahui skor minimum, skor maksimum, sum statistic, rata- rata, standard deviasi, dan varians dari jawaban subjek terhadap skala ukur sebagai berikut :

Tabel 14

Deskripsi Statistik

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Peer Relationship 61 24 77 101 88.37 5.745 Interpersonal Competence 61 27 78 105 90.09 6.717 Valid (listwise) 61

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah subjek yang diteliti baik dari skala interpersonal competence maupun skala peer relationship adalah 61 responden. Pada pada skala peer relationship memiliki rentang skor (range) sebesar 24, skor terendah adalah 77 dan skor tertinggi 101 dengan rata-rata (mean) sebesar 88.37 serta standar deviasi sebesar 5,745. Sedangkan skala

interpersonal competence memiliki rentang skor (range) sebesar 27, skor terendah adalah 78 dan skor tertinggi 105 dengan rata-rata (mean) sebesar 90.09 serta standar deviasi sebesar 6,717.

Selanjutnya deskripsi data berdasarkan data demografinya adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan jenis kelamin responden Tabel 15

Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Peer Relationship Laki-laki 28 86.92 5.603 Perempuan 33 89.60 5.656 Interpersonal Competence Laki-laki 28 88.21 5.493 Perempuan 33 91.69 7.307

Dari tabel di atas dapat diketahui banyaknya data dari kategori jenis kelamin yaitu dua puluh delapan responden berjenis kelamin laki-laki dan tiga puluh tiga responden berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel peer relationship ada pada responden laki- laki dengan nilai mean sebesar 86.92, dan nilai rata-rata tertinggi pada variabel interpersonal competence ada pada responden yang berjenis kelamin perempuan dengan nilai mean sebesar 91.69.

b. Berdasarkan usia responden Tabel 16

Deskripsi Data Berdasarkan Usia Responden

Usia N Mean Std. Deviation

Peer Relationship 16 32 89.03 5.761 17 29 87.65 5.740 Interpersonal Competence 16 32 90.62 6.588 17 29 89.51 6.926

Dari tabel diatas dapat diketahui banyaknya data dari kategori usia yaitu 32 responden berusia 16 tahun, 29 responden berusia 17 tahun. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel peer relationship ada pada responden yang berusia 16 tahun dengan nilai mean sebesar 89.0312, dan nilai rata-rata tertinggi pada variabel interpersonal competence ada pada responden yang berusia 16 tahun dengan nilai mean sebesar 90.6250.

c. Berdasarkan kelas yang sedang ditempuh responden Tabel 17

Deskripsi Data Berdasarkan Kelas Responden

Kelas N Mean Std. Deviation

Peer Relationship XI IPA 13 88.38 5.852 XI IPS 16 91.12 4.617 XII IPA XII IPS 12 20 89.91 85.25 6.986 4.399 Interpersonal Competence XI IPA 13 90.23 6.796 XI IPS 16 91.50 6.562 XII IPA XII IPS 12 20 93.83 86.65 8.077 4.307

Dari tabel di atas dapat diketahui banyaknya data dari kategori kelas yang ditempuh oleh responden yaitu 13 responden kelas XI IPA, 16 responden menempuh kelas XI IPS, 12 responden menempuh kelas XII IPA

dan 20 responden menempuh kelas XII IPS. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel peer relationship ada pada responden yang sedang menempuh kelas XI IPS dengan nilai mean sebesar 91.12, dan nilai rata-rata tertinggi pada variabel interpersonal competence ada pada responden yang sedang menempuh kelas XII IPA dengan nilai mean sebesar 93.83.

Kelas XII IPS memiliki nilai rata-rata 86.65 lebih rendah dari kelas XII IPA yang memiliki nilai rata-rata 93.83. Adapun standard deviasi kelas XII IPS 4.307 lebih rendah dari kelas XII IPA memiliki nilai standard deviasi dua kali lebih besar yakni 8.077. Hal ini terlihat bahwa siswa IPS tidak menjamin memiliki interpersonal competence lebih tinggi dari siswa IPA terdapat beberapa faktor yang memungkin rendahnya interpersonal competence pada siswa IPS yang dikenal memiliki kemampuan sosial yang lebih tinggi daripada anak IPA.

2. Reliabilitas Data

Dalam penelitan ini, peneliti mengunakan uji reliabilitas Cronbach’s

Alpha dengan bantuan SPSS for windows versi 16.00 untuk menguji skala yang digunakan dalam penelitian, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 18

Hasil Uji Estimasi Reliabilitas

Skala Koefisien Reliabilitas Jumlah Aitem

Interpersonal Competence

0.820 28

Hasil uji reliabilitas variabel interpersonal competence, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,820 maka reliabilitas alat ukur adalah baik, sedangkan untuk variabel peer relationship diperoleh nilai reliabilitasnya adalah 0,761 maka reliabilitasnya juga baik. Kedua variabel memiliki reliabilitas yang baik, artinya aitem-aitemnya sangat reliabel sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Dikatakan sangat reliabel karena nilai koefisiensi reliabilitas lebih dari 0,70 dan mendekati 1,00.

3. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor variabel apabila terjadi penyimpangan sejauh mana penyimpangan tersebut. Apabila signifikansi > 0.05 maka dikatakan berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya jika signifikansi < 0.05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal (Azwar, 2012).

Data dari variabel penelitian diuji normalitas sebarannya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00 yaitu dengan uji

Kolmogorov - Smirnov. Data yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Tabel 19

Hasil Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Peer

Relationship

Interpersonal Competence

N 61 61

Normal Parametersᵃ Mean 88.37 90.09

Std. Deviation 5.745 6.717 Most Extreme Differences Absolute 0.119 0.114 Positive 0.119 0.114 Negative -0.082 -0.061 Kolmogorov-Smirnov Z 0.933 0.894

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.348 0.401

Dari hasil tabel diatas diperoleh nilai signifikansi untuk skala

interpersonal competence sebesar 0,401 > 0,05 sedangkan nilai signifikansi untuk skala peer relationship sebesar 0,348 > 0,05. Karena nilai signifikansi kedua skala tersebut lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan model ini memenuhi asumsi uji normalitas.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel peer relationship dan interpersonal competence memiliki hubungan yang linier. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah jika signifikansi > 0.05 maka hubungannya linier, jika signifikansi < 0.05 maka hubungan tidak linier.

Data dari variabel penelitian diuji normalitas sebarannya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00. hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 20

Hasil Uji Linieritas

Interpersonal Competence*Peer Relationship Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups (Combined) 1350.745 24 56.281 3.218 0.000 Linierity 972.619 1 972.619 55.615 0.000 Deviation from Linierity 378.126 23 16.440 0.940 0.553 Within Grup Total 629.583 36 17.488 1980.328 60

Hasil uji linearitas antara variabel Interpersonal Competence dengan Peer Relationship menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,553 > 0,05 yang artinya bahwa variabel interpersonal competence dengan peer relationship mempunyai hubungan yang linier.

Berdasarkan hasil uji prasyarat data yang dilakukan melalui uji normalitas sebaran kedua variabel baik variabel interpersonal competence maupun variabel

linieritas hubungan keduanya dinyatakan korelasinya linier. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki syarat untuk dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment.

C. Hasil Penelitian

Hubungan peer relationship terhadap interpersonal competence diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) for windows versi 16.00, dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5% atau 0.05. Adapun hasil uji statistik korelasi product moment sebagai berikut :

Tabel 21

Hasil Uji Korelasi Product Moment

Peer Relationship Interpersonal Competence PeerRelationship Pearson Correlation 1 0.701** Sig. (2-tailed) 0.000 N 61 61 InterpersonalCompetene Pearson Correlation 0.701** 1 Sig. (2-tailed) 0.000 N 61 61

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

peer relationship dengan interpersonal competence pada siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya.

Dari hasil analisis data yang dapat dilihat pada tabel uji korelasi product moment di atas, menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada enam puluh

satu siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0.701 dengan taraf kepercayaan 0.05 (5%), maka dapat diperoleh harga r tabel sebesar 0.254. Harga r hitung lebih besar dari r tabel (0.701 > 0.254) dengan signifikansi 0.000, karena signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara peer relationship dengan

interpersonal competence pada siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut juga dapat dipahami bahwa korelasinya bersifat positif (+) jadi menunjukkan adanya arah hubungan yang positif (+), artinya semakin tinggi peer relationship maka semakin tinggi pula

interpersonal competence pada siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Dengan memperhatikan harga koefisien korelasi sebesar 0,701, berarti sifat korelasinya kuat.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peer relationship

dengan interpersonal competence pada siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Sebelum dilakukan analisis statistik dengan korelasi product moment terlebih dahulu melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi untuk skala interpersonal competence sebesar 0,401 > 0,05 sedangkan nilai signifikansi untuk skala peer relationship sebesar 0,348 > 0,05. Karena nilai signifikansi kedua skala tersebut lebih dari 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya uji linieritas yang bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel linier, hasil uji linieritas diperoleh nilai sig. = 0.553 > 0,05 artinya hubungannya linier.

Selanjutnya hasil uji analisis korelasi pada tabel 20, didapatkan harga signifikansi sebesar 0.000 > 0.05 yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Artinya terdapat hubungan antara peer relationship

dengan interpersonal competence. Selain itu, pennelitian ini juga menunjukkan harga koefisien korelasi yang positif yaitu 0.701 maka arah hubungannya adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi peer relationship maka akan diikuti oleh semakin tingginya interpersonal competence siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kuh & Terenzini et al., (dalam Foubert & Grainger, 2006) menyatakan bahwa peer relationship memiliki kontribusi terhadap interpersonal competence.

Begitu pula dengan pendapat Kramer dan Gottman (Nashori, 2008) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya (peer) memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan lebih mudah dalam membina hubungan interpersonal.

Menurut Buhrmester, Firman, Witenberg dan Reis (1988) mengatakan bahwa

interpersonal competence adalah keterampilan atau kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu. Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan adalah subjek

penelitian yang mampu berinteraksi dengan teman sebaya (peer) kemampuan dalam berkomunikasi, pengaturan diri, bersama-sama dengan orang lain, dan pengetahuan tentang dunia timbul kebanyakan sejak awal hubungan dan terus berlanjut dalam diri mereka. Hal ini dibuktikan pada subjek yang dapat membina hubungan inerpersonal dengan baik.

Interpersonal competence dapat memberikan manfaat positif bagi siswa yang menempuh boarding school antara lain dapat membuat siswa menjalin hubungan interpersonal yang efektif dengan teman sebaya (peer) jika mereka memiliki kemampuan-kemampuan dalam membina hubungan interpersonal sehingga berdampak pada kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif,kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang lain, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain (Buhrmester, dkk (1988).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setiap siswa mampu membina hubungan antar teman sebaya (peer) dengan baik. Maka dari itu tampaknya hubungan peer relationship selayaknya harus dimiliki oleh setiap siswa terutama siswa yang menempuh boarding school karna interaksi antar teman sebaya sangat penting demi mencapainya sebuah interpersonal competence. Hal ini mengingat

peer relationship memiliki kontribusi terhadap interpersonal competence.

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Nashori (dalam Indah, 2012) mengemukakan bahwa interpersonal competence dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal antara lain : Jenis kelamin, tipe kepribadian, kematangan, dan konsep diri.

b. Faktor eksternal antara lain : Kontak dengan orang tua, interkasi antar teman sebaya (peer), aktivitas, partisipasi sosial, dan pendidikan.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya yaitu sebanyak enam puluh satu siswa. Dalam mencapai keberhasilan membina hubungan peer relationship, maka setiap siswa seharusnya memiliki kemampuan-kemampuan dalam membina hubungan interpersonal yang baik sehingga berdampak pada kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang lain, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain. Oleh karena itu peer relationship diakui sebagai faktor yang mempengaruhi interpersonal competence.

Dari korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa peer relationship akan membuat siswa semakin meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal (interpersonal competence). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi peer relationship pada siswa maka semakin tinggi pula untuk meningkatkan hubungan

interpersonal competence. Dan sebaliknya semakin rendah peer relationship pada siswa maka semakin rendah pula untuk meningkatkan hubungan interpersonal competence. Mencermati paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peer relationship berhubungan dengan interpersonal competence pada siswa MA

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian ini telah menjawab hipotesis bahwa peer relationship dan

interpersonal competence terbukti secara empiris memiliki hubungan signifikan yang bersifat positif sebesar 0.701. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kuh & Terenzini et al., (dalam Foubert & Grainger, 2006) menyatakan bahwa peer relationship memiliki kontribusi terhadap

interpersonal competence. Dalam mencapai keberhasilan membina hubungan interpersonal, maka setiap siswa seharusnya memiliki kemampuan- kemampuan dalam membina hubungan interpersonal sehingga berdampak pada kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang lain, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain. Oleh karena itu peer relationship diakui sebagai faktor yang mempengaruhi interpersonal competence.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan terkait dengan penelitian yang serupa, yaitu:

1. Bagi sekolah

Diharapkan untuk dapat memantau pengembangan hubungan

interpersonal competence siswa dilingkup sekolah sehingga dapat berkembang dengan baik .

2. Bagi siswa

Diharapkan untuk dapat memiliki peer relationship yang baik sehingga siswa mampu untuk mengembangkan interpersonal competence. Hal tersebut dapat ditingkatkan melalui kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional kepada orang lain, empati serta kemampuan mengelola dan mengatasi konflik dengan orang lain, maka

peer relationship akan semakin kuat dan berkembang. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan agar mencermati faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap interpersonal competence seperti tipe kepribadian yang dimiliki seseorang, interaksi dengan orang tua, dan variabel lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muhid. (2012). Analisis Statistik. Sidoarjo: Zifatama. Abu, Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Ahmad Asrori. (2009). Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa. Lapoan Penelitian. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Ali Muhammad. (2008). Psikologi Remaja. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Amelia, G. (2008). Hubungan Performa Kerja Dengan Kompetensi Interpersonal

(Studi Pada Staf Personal Trainer PT. EI). Jurnal Phronesis, 10 (1), 54-75. Aprianti, Indah. (2012). Hubungan antara Perceived Social Support dan

Psychology Well Being Pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama di Universitas Indonesia. Skripsi. Jakarta; Fakultas Psikologi Program Studi Sarjana Reguler Depok.

Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineke Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan praktik.

Jakarta: Rineke Cipta.

Atwater, E. (1983). Psychology of Adjusment : “personal growth in changing world” (2nd edition). New Jersey : Prentice Hall.

Azwar, S. (2012). Pedoman Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S., (2011). Sikap dan Perilaku. Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3-22.

Azwar, Saifuddin. (1998). Metode penelitian. Yogyakarta. Pustaka pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, A. Robert, Bryne, Donn, & Branscombe, Nyla R. (2006). Social

Bierman, & Suchy,S. (2000). Personal Change and Leadership Development: A process of Learning How To Learn. Paper presented to ICTOP Annual

Victoria, Canada. Retrieved From

:http://www.city.ac.uk/ictop/suchy.2000.html. 15 Oktober 2006.

Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five Domain of Interpersonal Competence in Peer Relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 55 (6), 991-1008.

Chickering, Arthur, & Reisser, Linda. Education and Identity. Josey-Bass: San francisco, CA 1993.

Cobb, Nancy. (2007). Adolescence. Continuity, Change and Diversity. McGrawHill International Edition; New York.

Coleman, J.S. (1994). Dasar-dasar Teori Sosial, Edisi Revisi. Nusa Media: Bandung

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

DeVito, J.A. (1996). The Interpesonal Communications Book. 7 thEdition. New York: Harper Collins College Publishers.

Elsayed-Elkhouly, Sayed M (2001). Core Competency as a Competitive Advantage in Service Operations Management: A Comparative Study. Source: Global Competitiveness American Society for Competitiveness.

Http//www.accessmyalibarary.com/com2/browse_JJ_G07

Foubert, J.D. Grainger, L. U. .(2006). Effects of Involvement in Clubs and Organizations on the Psychosocial Development of First-Year and Senior College Students. NASPA Journal, 2006, Vol. 43, no. 1. Pp. 166-182

Fuligni, A.J., Eccles, J.S., Barber, B.L., and Clements, P. (2001). Early Adolescence Peer Orientation and Adjustment during High Schools.

Developmental Psychology. 37(1) 28-36.

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Golson, H. L. (2006). The I-Competencies and Leadership. Retrieved April, 28,

2007. From http://www.management

psychology.com/Articles/ICompetencies.html

Gottman, J. & Declaire, J. (1977). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Penterjemah Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Handfield, R. (2006). Faith in the Moral Integrity of Others. http://www.careersuperstar.com/interpersonal_competence/

Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan : suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan (terjemahan: Istiwidayati). Jakarta: Erlangga.

Jerving, J. (2001). Managing Through Motivation. e-book: a summary of M35. Managing . Condensed from Management Enrichment Training Program (MERIT) module M35 Managing Through Motivation, published by CUNA’s Center for Professional. www.cuna.org.

Kartono, K. & Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pionei Jaya.

Kramer, L., & Gottman, J. M. (1992). Becoming A Sibling: With A Little Help From Friends.Journal Of Developmental Psychology, 28, 685-699.

Lerner, Richard & Steinberg, Laurence. (2009). Handbook of Adolescent Psychology Secend Edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey

Lunandi, A.G. (1987). Komunikasi Mengena: Meningkatkan Afektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Maksudin. (2008). Pendidikan Nilai Sistem Boarding School di SMP IT Abu Bakar, Disertasi. Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

McGaha, V. & Fitzpatrick, J. (2005). Personal and social contributors to dropout risk for undergraduate students. College Student Journal, June, 2005.

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0FCR/is_2_39/ai_n14703156/ pg_7

Monk,F.J Knoers, A.M.P. Haditono. (1994). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. (1979). Child Development and Personality.

Fifth Edition. New York: Harper & Row, Publishers, Inc.

Musser, L. M. & Graziano, W.G. (1991). Behavioral Confirmation in Children's Interactions With Peers. Basic and Aplied Social Psychology, 12(4), 441- 456. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Nashori, F. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana

Notoatmodjo , S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Pearlman, D. & Cosby, P. C. (1983). Social Psychology. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Qomar, Mujamil, (2007), Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga

Rubin, K., Bukowski, W. M., & Laursen. B., (2009). Handbook of Peer Interactions, Relationships, and Groups Social, Emotional, and Personality Development in Context. London : The Guilford Press.

Santoso, Singgih. (2002). Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Santrock, J W. (2003). Adolescence. 6th edition. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Santrock, J W. (2009). Life Span Development, (12th ed). New York : McGrawHill. International Edition.

Santrock, J. W. (2006). Human Adjustment . University Of Texas at Dallas. Mc Graw Hill Companies.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). (Penerj. Tri Wibowo B.S). Jakarta: Kencana.

Sears, D. O. , Freedman, J.L., & Peplau, L. A. (1991). Psikologi Sosial.

Terjemahan M. Adryanto & S. Sokresno. Jakarta: Airlangga.

Stephenmarks. (2006). Interpersonal Competence.

http://www.stephenmarks.com/interpersonal-competence.htm Sugiyono, (1997), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta.: 2002), hal. 108

Suharsimi Arikunto. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

Sumadi Suryabrata, (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksplorati dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka Welsh, J.A., and Bierman, K., L. (2006) Social Competence. Retrieved From :

http://www.findarticles.com/p/articles/mi_g2602/is_0004/ai_2602000487/ pg_11). The Pennsylvania State University . 20 Oktober 2006.

Yioe Ling & A. Dariyo. (2002). “Interaksi sosial di sekolah & harga diri pelajar sekolah menengah umum (SMU)”. Jurnal Phronesis Vol. 4, No. 7. Universitas Tarumanegara : Jakarta.

Dokumen terkait