• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Deskripsi adalah suatu bentuk lukisan atau karangan yang melukiskan sesuatu hal atau kejadian dengan cara sehidup-hidupnya, sehingga pembaca mendapat kesan seolah-olah melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Menurut Sujanto deskripsi adalah salah satu jenis paparan yang memberikan penjelasan tentang persepsi sesuatu seperti adanya.27 Menurut para ahli lain deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut.28 menurut Heri deskripsi adalah karangan yang menggambarkan atau melukiskan benda atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasakan, mencium, dan mendengarnya.29 Menurut Ramlan deskripsi adalah lukisan,artinya jenis karangan yang menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu keadaan,peristiwa atau orang.30 Menurut Ismail deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan.31

c. Eksposisi

Eksposisi adalah suatu bentuk lukisan atau karangan yang berusaha menerangkan sesuatu hal atau gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca, dengan paparan kita ingin memberi penjelasan atau keterangan atau ingin mengembangkan gagasan kita.

27

Sujanto, Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara Untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), Edisi I, hlm.107.

28

Dewi Kusuma.dkk, Terampil Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta:Andi, 2013), Edisi I, hlm.80.

29

Heri Jauhari,Terampil Mengarang, (Bandung:Nuansa Cendekia, 2013), Edisi I, hlm.45 30

Ramlan, dkk, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:FITK Press, 2011), Edisi Revisi, hlm.99

31

Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta:Dunia Pustaka Jaya, 2010), Edisi Revisi, hlm.45.

16

d. Argumentasi

Argumentasi adalah bentuk tulisan atau karangan yang ingin mempengaruhi pembaca, agar pembaca merubah sikap mereka dan menyesuaikannya dengan pendapat penulis atau pengarang,

4. Hakikat Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi merupakan upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Menurut Ramlan dan Fitriyah Karangan deskripsi adalah lukisan. Karangan lukisan adalah jenis karangan yang menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu keadaan, peristiwa, atau orang.32 Dengan deskripsi tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menikmati dengan pancaindra tentang apa yang dirasakannya.

Di sisi lain, Lamuddin Finoza mengatakan karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.33 Hal ini sesuai dengan asal katanya, yaitu describere (bahasa latin) yang berarti „menulis tentang, membeberkan (memerikan), melukiskan sesuatu hal‟. Dalam karangan ini berusaha menjelaskan sesuatu secara lebih detail dan merinci sebagaimana adanya sesuatu tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa ada persamaan dari beberapa pendapat tersebut mengenai pengertian tentang karangan deskrispi, yang pada intinya adalah deskripsi menekankan pada pemberian yang berusaha memberi perincian terhadap suatu objek secara detail atau melukiskan suatu keadaan secara detail dengan kemampuan menggunakan penginderaan yang baik, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan sesuatu yang dilukiskan tersebut.

32

Ramlan A.Gani dkk, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2007), Cetakan Pertama, hlm.141.

33

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Jakarta:Diksi, 2008), Edisi Revisi, hlm.240.

a. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Setiap karangan mempunyai ciri atau kekhasannya masing-masing, agar mudah dikenali atau diidentifikasi oleh pembacanya. Begitu pula dengan karangan deskripsi, ada beberapa ciri-ciri yang dapat mempermudah pembaca untuk mengenali apakah itu karangan deskripsi atau bukan, ciri-ciri ini dipaparkan oleh Semi diantaranya adalah:34

1) Karangan deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.

2) Karangan deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensivitas dan membetuk imajinasi pembaca.

3) Karangan deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah.

4) Karangan deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga pada umumnya objek lebih berupa benda, alam, manusia, dan sebagainya.

5) Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang. Dari kelima ciri di atas, penulis menyimpulkan bahwa karangan deskripsi mengandung unsur penginderaan yang kuat, sehingga memberi pengaruh yang kuat terhadap pembaca, agar pembaca seolah-olah melihat, atau membayangkan bagaimana objek yang menjadi gambaran pada karangan tersebut, selain itu siswa akan lebih mudah memahami dan membuat karangan deskripsi dengan baik dan mempermudah siswa dalam mengembangkan gagasannya ketika membuat karangan tersebut.

b. Jenis-Jenis Karangan Deskripsi

Menurut Aceng Hasani karangan deskripsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deskripsi ekspositorik (deskripsi tehnis) dan deskripsi artistic (deskripsi literer, impresiontik atau sugestif).35 Berikut pemaparan lebih jelas mengenai kedua jenis karangan deskripsi tersebut :

34

Dewi Kusuma.dkk, Terampil Berbahasa Indonesia (Yogyakarta:Andi, 2013), Edisi I, hlm.80.

35

18

1) Deskripsi Ekspositorik

Bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang lugas dan formal.

2) Deskripsi Artistik

Adalah deskripsi yang mengaruh kepada pemberian pengalaman kepada pembaca, bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikannya dengan cara sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan menggunakan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.

c. Pendekatan Deskriptif

Menurut Lamuddin Finoza, supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan.36 Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek yang ditulis. Pendekatan yang dimaksud adalah :

1) Pendekatan Realistis

Pendekatan realistis adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang akan ditulis. Artinya objek yang akan diamati harus dilukiskan sesuai dengan keadaan yang nyata. Perincian-perincian dan perbandingan antara satu bagian dengan bagian yang lain, harus dipaparkan sedemikian rupa sehingga tampak seperti dipotret.

2) Pendekatan Imprisionistis

Pendekatan Imprisionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif dengan impresi penulis, isi tulisan harus tetap memberikan sesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya atau cara pandang pribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi

36

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta:Diksi, 2008), Edisi Revisi, hlm.240-241

pandangan atau interprestasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatnya.

d. Langkah-Langkah Menyusun Karangan Deskripsi

Menurut Aceng Hasani agar segala kegiatan menjadi efektif dan lancer, terlebih dahulu kita harus mengetahui dan menguasai langkah-langkah kerjanya. Mana yang harus dikerjakan kemudian, begitu pula dengan halnya menyusun karangan deskripsi. Berikut ini, penulis kemukakan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun karangan deskripsi:37

1. Menyusun Topik

Perlu kita ketahui, bahwa topik suatu karangan merupakan hal yang sangat penting karena dengan topik kita dapat menentukan kegiatan apa yang hendak dilakukan dengan karangan yang kita buat. Dalam menentukan topik harus sesuai dengan tujuan deskripsi.

2. Menetapkan Tujuan

Dalam karangan deskripsi, kita hendaknya menyusun tujuan secara tepat, karena tujuan penulisan merupakan pedoman untuk mencari data yang diperlukan dalam memberikan gambaran terhadap objek atau permasalahan yang dikemukakan dalam karangan.

3. Menyusun Kerangkan Karangan

Langkah ketiga sebelum memaparkan masalah, terlebih dahulu kita menyusun kerangka karangan secara lengkap dan sistematis. Semua gagasan yang akan kita paparkan dicatat. Setelah tercatat lengkap, kita pilih mana yang harus dikemukakan pada bagian pertama, kedua, dan seterusnya. Artinya, bagian ketiga merupakan pelengkap bagian kedua dan seterusnya sehingga membuat karangan menjadi utuh. Kerangka karangan dapat ditulis dalam bentuk frase-frase atau kalimat-kalimat. 4. Mengembangkan Kerangka Karangan

Setalah kerangka karangan tersusun secara sistematis, kita dpaat mengembangkannya dengan tiga cara. Pertama, setiap pokok pikiran yang terdapat pada kalimat-kalimat dalam kerangka karangan

37

20

dikembangkan menjadi paragraf-paragraf yang lengkap, kedua, gunakan tanda baca sesuai dengan ketentuan EYD. Ketiga, gunakan pilihan kata yang tepat supaya pembaca dapat merasa seolah-olah melihat, merasakan, meraba, atau mendengar sendiri objek yang dituliskan dalam karangan deskripsi.

5. Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan muncul karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam mempelajari bahasa. Melihat kenyataan itu, guru harus menunjukkan atau memberikan pemahaman yang benar tentang kemampuan konsep berbahasa anak. Kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi bahkan dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan jika faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan diketahui kemudian dikaji secara cermat sehingga menemukan kebenaran dari kesalahan yang dibuat siswa. Pengkajian dari seluruh aspek kesalahan itulah yang disebut dengan analisis kesalahan.

Tujuan daripada dilakukannya analisis kesalahan adalah: 1. Menentukan urutan bahan ajaran.

2. Menentukan urutan jenjang penekanan bahan ajaran. 3. Merencanakan latihan dan pengajaran remedial. 4. Memilih butir pengujian kemahiran siswa.

Analisis kesalahan mendasarkan prosedur kerja pada data yang aktual dan masalah yang nyata. Analisis kesalahan (Anakes) dianggap lebih efisien dalam penyusunan rancangan strategi pengajaran. Untuk melakukan analisis kesalahan, diperlukan metode dalam menganalisisnya. Metode analisis kesalahan yang paling ideal mencakup upaya:

1. Mengumpulkan data kesalahan.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan. 3. Memperingkat kesalahan.

4. Menjelaskan kesalahan.

5. Memprakirakan daerah yang rawan kesalahan. 6. Mengoreksi kesalahan.

Lebih dari setengah penduduk dunia adalah dwibahasawan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi. Orang-orang Amerika turunan Perancis, Italia, Yahudi, Indian, Spanyol menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa pertama (bahasa Ibu) dan bahasa Inggris (bahasa kedua).

Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma di dalam penerapan kaidah bahasa pertama (B1) di dalam penggunaan bahasa kedua (B2). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian sistem B2 pada saat menggunakan B1. Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa. Interferensi itu sendiri merupakan produk dari kedwibahasaan. Kedwibahasaan terjadi karena pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa mungkin melalui jalur pendidikan atau pengajaran bahasa informal (di rumah) dan jalur pendidikan atau pengajaran formal (di sekolah) atau melalui jalur itu secara stimulan.38

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.39

Kesalahan berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita memandangnya. Dengan kata lain, setiap sudut pandangan menghasilkan pengelompokan tertentu.

38

Henry Guntur Tarigan.dkk, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa

(Bandung:Angkasa, 2011), Edisi Revisi, hlm.4. 39

22

Ada hal yang membedakannya atas dua jenis, yaitu:

1. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian disebut “faktor performansi”, kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes.

2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa, yang disebut sebagai “faktor kompetensi”, merupakan

penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 atau bahasa kedua disebut errors.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian mengenai kesalahan pembetukan kata depan para pembelajar di jenjang menengah sampai ke perguruan tinggi antara lain ditulis oleh Dewi Prabawati (2010), Nurul Hidayah (2007), dan Lisa Oktaviantina (2009).

Pertama, peneliti melihat skripsi Dewi Prabawati, 106013000293, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2010 yang berjudul Penggunaan Kata Depan dalam Karangan Deskripsi (Sebuah Analisis Kesalahan pada Siswa Kelas VII SMP Waskito Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi tersebut berbeda dengan skripsi yang peneliti buat. Perbedaannya, Dewi Prabawati membahas keseluruhan jenis kata depan yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa dalam karangan deskripsi serta menggunakan acuan teoritis yang berbeda pula.

Kedua, peneliti melihat skripsi Nurul Hidayah, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, 2007 yang berjudul Analisis Preposisi dalam Karangan Siswa Kelas IV SD Negeri Kasin Kota Malang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi tersebut membahas tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan preposisi atau kata depan dalam karangan siswa SD Negeri Kasin Kota Malang. Nurul Hidayah tidak

membatasi jenis karangan yang akan dipakai untuk menganalisis penggunaan preposisi tersebut.

Ketiga, penulis melihat skripsi Lisda Oktaviantina, 310050138, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009 yang berjudul Pemakaian Prefiks dalam Cerita Pendek di Majalah Aneka. Skripsi tersebut menjabarkan hal mengenai pemakaian prefiks atau awalan dalam cerita pendek di majalah Aneka yang mencakup fungsi prefiks, pemaknaan prefiks, dan prefiks yang dominan digunakan dalam cerpen tersebut.

Peneliti sendiri membahas tentang penguasaan siswa terhadap pemahaman dan penulisan kata depan di, ke, dari dan pada di dalam karangan, khusunya karangan deskripsi. Ketiga skripsi di atas, umumnya membahas keseluruhan kata depan dan awalan di berbagai jenis tulisan yang berbeda dengan skripsi milik peneliti.

Perbedaan-perbedaan di atas memungkinkan dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama tentang kebahasaan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara lebih mendalam dari sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Kata depan dalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat, dan tempatnya selalu berada di depan kata. Kata depan memiliki klasifikasi yang dapat membedakan antara kata depan yang satu dengan kata depan yang lain, seperti kata depan di, ke, dari dan pada. Kata depan di digunakan untuk menyatakan tempat berada, kata depan ke, digunakan untuk menyatakan tempat berada, dan kata depan dari, digunakan untuk menyatakan arah asal dan kata depan pada, digunakan untuk menyatakan tempat yang tidak sebenarnya. Dari keempat kata depan utama tersebut pada hakikatnya menyatakan suatu tempat, di mana tempat itu, dan bagaimana dari tempat itu.

Penggunaan kata depan banyak sekali dijumpai dalam penulisan, seperti penulisan karangan. Di dalam karangan terdapat kaidah-kaidah bahasa yang

24

digunakan, seperti penggunaan tanda baca, penulisan kalimat, penggunaan kata, dan penulisan kata depan. Kaidah-kaidah tersebut digunakan dalam jenis karangan apapun, termasuk karangan deskripsi, karena pada karangan deskripsi menceritakan suatu kejadian secara merinci dan mendetail, baik itu tentang suatu tempat, benda, alam, dan lain sebagainya, sehingga penulisan kata depan berpotensi untuk digunakan dalam karangan deskripsi, baik itu kata depan di, ke,dari dan pada.

Dari uraian-uraian mengenai penggunaan kata depan, termasuk penggunaannya dalam penulisan karangan deskripsi itulah penulis melakukan penelitian, agar penulis mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan kata depan yang masih dialami oleh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al – Ihsan Jakarta, masalah-masalah yang sering dilakukan siswa adalah belum tepatnya penempatan penggunaan kata depan, kesalahan penulisan kata depan yang baik dan benar, serta fungsi kata depan yang sebenarnya.

25

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dalam penelitian ini penulis memberikan uraian atau teori-teori yang mendukung serta konkret, sehingga penulisan ini dapat diuji kebenaran dan kejelasannya. Pendekatan yang menjadi sasaran utama penulis adalah siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al–Ihsan Jakarta yang beralamat di Jalan. Apus II A No. 35 Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat. Pada sasaran tersebut, penulis akan mencari tahu tentang kemampuan siswa dalam penggunaan kata depan, apakah sudah baik atau belum, serta seberapa besar unsur pemahaman siswa mengenai kata depan yang menjadi masalah penelitian penulis.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sabagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.1

Tidak seperti penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.2

1

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:CV.Alfabeta, 2005), Edisi Revisi, hlm.9.

2

Syamsuddin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung:Rosda, 2009), Edisi Revisi, hlm.73.

26

Proses penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tahap, di antaranya:

1. Tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan.

2. Tahap reduksi atau fokus. Pada ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan.

3. Tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Pada tahap ini setelah melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.3

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

“social situasion” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis.4 Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin

diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para siswa MTs Al-Ihsan Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.5 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen

3

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:CV.Alfabeta, 2005), Edisi Revisi, hlm.19.

4

Sugiyono,op,cit., hlm.215. 5

Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, hlm.173.

yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.6 Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah

mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi, Sampel dalam penelitan ini adalah siswa kelas VIII Semester Genap di

MTs Al-Ihsan tahun pelajaran 2013/2014.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.7 Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Di MTs Al-Ihsan terdapat tiga (3) kelas VIII, yaitu VIIIA dengan jumlah 27 Siswa, VIIIB dengan jumlah 28 Siswa, dan VIIIC dengan jumlah 25 Siswa. Peneliti akan mengambil 50% dari jumlah siswa tiap kelasnya yang

diambil secara acak dari tiga (3) kelas siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta.

D. Teknik Pencatatan Data

Teknik yang digunakan dalam pencatatan data penelitian ini adalah : 1. Membuat keseluruhan isi karangan

2. Mencermati penggunaan kata depan di, ke, dari, dan pada yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa.

3. Mengklasifikaskan jumlah kata depan di, ke, dari dan pada dalam setiap karangan deskripsi siswa.

6

Suharsimi, op, cit., hlm.174. 7

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung:CV.Alfabeta, 2005), Edisi Revisi, hlm.218.

28

4. Menghitung dan mempresentasikan jumlah kata dalam seluruh karangan siswa berdasarkan kriteria ketepatan penggunaan kata depan di, ke, dari dan pada.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan bentuk batasan berkaitan ndengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi adalah proses untuk mendapatkan data yang valid melalui penggunaan variasi instrumen. Metode triangulasi ini merupakan cara pengkombinasian antara penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan cara mengecek antara satu tipe hasil penelitian (kuantitatif) misalnya dapat dicek dengan hasil penelitian yang diperoleh dari tipe penelitian yang lain (kualitatif). Fungsi dari penggunaan metode triangulasi adalah untuk memahami fenomena sosial dan konstruksi psikologi tidak cukup hanya dengan menggunakan satu alat ukur saja.

Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data untuk mencapai keabsahan, yaitu:

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar penelitian yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai pengamat (expert judgesment) yang memberikan masukan terhadap hasil

Dokumen terkait