• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Usaha Kecil Pengolahan Ikan di PPP Muncar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Usaha Kecil Pengolahan Ikan di PPP Muncar

Menurut UU No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang - Undang. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Pengolahan ikan di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010-2011 berjumlah 194 usaha pengolahan ikan yang terbagi berdasarkan jenis olahan ikan yang diproduksinya. Usaha pengolahan ikan yang ada, 70 diantaranya merupakan kelompok usaha kecil sedangkan 124 lainnya merupakan kelompok usaha besar.

Usaha kecil ikan di Kecamatan Muncar letaknya terbagi menjadi dua lokasi. Usaha pengolahan yang terdapat di dalam kawasan PPP Muncar berjumlah 28 sedangkan 42 usaha pengolahan lainya terdapat di luar PPP Muncar. Usaha kecil pengolahan ikan di PPP Muncar terdapat dua jenis yaitu jenis usaha pengolahan pengasinan ikan dan pembuatan terasi. Jumlah dan jenis usaha pengolahan ikan di Kecaman Muncar dapat terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14Unit usaha pengolahan ikan berdasarkan jenis olahan ikan Jenis Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Usaha Besar Pengalengan ikan 11 12 8 8 8 8 Penepungan Mekanik 25 35 34 34 39 39 Clod storage 19 25 30 30 30 30 Es-esan 16 20 26 26 26 26 Minyak ikan 14 14 11 11 11 11 Ubur-ubur 5 5 5 5 5 5 Budidaya lobster 4 4 4 4 4 4 Budidaya mutiara 0 1 1 1 1 1 Jumlah 94 116 119 119 124 124 Usaha kecil Pemindangan 29 30 22 22 23 23 Penepungan tradisional 10 15 18 18 13 13 Pengasin 48 52 53 53 24 24 Terasi 1 2 4 4 4 4 Petis 6 6 6 6 6 6 Jumlah 94 105 103 103 70 70 Sumber: PPP Muncar 2010

Pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa usaha pengolahan ikan yang paling banyak yaitu pengolahan penepungan mekanik dan pengasin ikan. Jumlah olahan penepungan mekanik dari tahun 2005 sampai tahun 2010 jumlahnya cenderung meningkat. Peningkatan jumlah usaha penepungan tidak berlangsung setiap tahun karena pada tahun 2007-2008 jumlahnya menurun tetapi tidak secara signifikan. Terlihat pada tahun 2009 dan 2010 jumlah olahan penepungan mekanik meningkat kembali. Berbeda dengan olahan penepungan mekanik yang merupakan usaha besar, olahan pengasinan ikan yang merupakan jenis usaha kecil jumlahnya merangkak naik dari tahun 2005 sampai tahun 2008 tetapi mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 2009 dan 2010.

Penurunan jumlah usaha pengasin ikan mencapai 49,2% dari jumlah pengasin pada tahun 2008. Penurunan terjadi karena pada tahun 2009 hingga 2010 ikan-ikan yang didaratkan di PPP Muncar jumlahnya menurun. Penurunan jumlah ikan-ikan yang didaratkan menyebabkan pengasin ikan tidak memiliki pasokan bahan baku, sehingga sebagian besar pengasin ini memilih untuk menutup usahanya.

Gambar 6 Pertumbuhan jumlah usaha pengolahan ikan di Kecamatan Muncar Gambar 6 di atas menjelaskan bahwa usaha pengolahan ikan skala besar di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi mengalami peningatan jumlah pada tahun 2006. Peningkatan jumlah usaha pada tahun 2006 berlanjut merangkak naik jumlahnya pada tahun 2007 hingga pada tahun 2010 mencapai jumlah 146 usaha. Usaha kecil dan menengah pengolahan ikan di Kecamatan Muncar, pada tahun 2006 mengalami peningkatan dari 94 pengolah menjadi 105 pengolah.

Peningkatan jumlah pengolah pada tahun 2006 nampaknya tidak berlangsung lama dikarenakan pada tahun 2007 jumlah usaha kecil pengolah menurun. Penurunan usaha kecil pengolah jumlahnya menjadi 103 pengolah dan pada tahun 2009 menurun secara tajam menjadi 70 pengolah ikan. Penurunan tersebut dikarenakan tahun 2007 jumlah produksi ikan di PPP Muncar menurun. Penurunan jumlah dikarenakan banyak usaha kecil pengolahan ikan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dan memilih tidak berproduksi atau menutup usahanya. Berbeda dengan usaha kecil, pegolahan ikan usaha skala besar yang jumlahnya merangkak naik di setiap tahunnya. Usaha besar lebih memiliki modal yang cukup banyak dibandingkan usaha kecil. Usaha besar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku meskipun PPP Muncar tidak dapat memenuhinya. Hal ini dikarenakan usaha besar dapat mendatangkan bahan baku dari luar negeri. Peristiwa tersebut sesuai dengan pendapatan Doone dan Kurtz 2002 dimana disebutkan bahwa bisnis kecil atau usaha kecil cukup rentan

0 30 60 90 120 150 180 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Usa ha pe ngo lah (uni t) Usaha Besar Usaha Kecil Tahun

terhadap perubahan kondisi ekonomi, terutama pada saat terjadi gejolak ekonomi. Hal ini terjadi karena bisnis kecil biasanya memiliki sumberdaya yang terbatas dibandingkan dengan pesaing yang lebih besar. Usaha besar memiliki ketahanan menghadapi penurunan penjualan dan kelemahan utama yang dihadapi bisnis kecil mencakup kurangnya pengetahuan manajemen, keterbatasan dana dan peraturan pemerintah.

Produksi ikan hasil olahan usaha kecil pengolahan di PPP muncar dipasarkan atau dijual di PPP Muncar. Proses distribusi atau penjualan dilakukan di dalam pelabuhan. Proses penjualannya berlangsung ketika para saudagar atau para pemborong datang secara langsung ke tempat-tempat pengolahan ikan di pelabuhan dan membeli ikan-ikan hasil olahan dalam jumlah besar. Ikan-ikan olahan akan dijual kembali oleh para pemborong kepada para pengecer dan konsumen di luar kota maupun dalam kota. Ikan-ikan olahan yang telah dibeli oleh para pemborong akan didistribusikan ke kota Malang, Surabaya, Semarang, Bandung dan kota-kota lain di Pulau Jawa dan Bali. Ketesediaan bahan baku UKM pengolah ikan terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Ketersediaan bahan baku pengolahan ikan (ton)

Jenis Pengolahan 2008 2009 2010 PENGASIN Layang 64,24 26,63 25,57 Teri 6,86 1,57 2,61 Lemuru 215,98 229,19 173,63 Layur 45,04 9,03 19,38 Petek 18,08 10,46 43,80 Cucut 51,74 59,20 47,14 Pari 16,06 31,14 27,10 Bang-bagan 1,46 1,01 4,72 Belanak 5,77 5,74 7,55 Manyung 2,32 2,14 2,26 Cumi-cumi 9,46 9,39 19,25 Lain-lain 15,63 18,69 23,83 Jumlah 452,67 404,25 396,89 TERASI Rebon 16,37 73,64 5,19 Jumlah 16,37 73,64 5,19 Sumber: PPP Muncar, 2010

Tabel 15 memperlihatkan bahwa bahan baku ikan yang dipergunakan oleh pengolah ikan asin yaitu ikan layang, teri, lemuru, layur, petek, cucut, pari, bang-bagan, belanak, manyung, cumi-cumi dan lain-lain. Ikan paling dominan diolah oleh para pengasin ikan yaitu jenis ikan lemuru. Pada tahun 2008 sampai tahun 2010 ikan lemuru mendominasi dalam bahan baku pengolahan ikan asin di PPP Muncar. Jumlah lemuru yang diolah mencapai 215,98 ton pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 229,19 ton pada tahun 2009. Pada tahun 2010 ikan lemuru yang menjadi bahan baku produksi pengasin ikan di PPP Muncar menurun jumlahnya. Penurunan lemuru pada tahun 2010 menjadi 173,63 ton dari total 229,19 ton pada tahun 2009. Penurunan terjadi karena pada tahun 2010 terjadi perubahan iklim dan diduga terjadi pencemaran laut oleh limbah industri pengolahan (Baya, 2011).

Ikan cucut merupakan ikan yang banyak menjadi bahan baku pengolahan ikan asin setelah ikan lemuru di PPP Muncar. Jumlah ikan cucut yang menjadi bahan baku pengasinan tahun 2008 jumlahnya menurun menjadi 51,74 ton dan meningkat kembali tahun 2009 menjadi 59,20 ton. Peningkatan jumlah ikan cucut di PPP Muncar nampaknya tidak berlangsung lama karena pada tahun 2010 jumlah ikan cucut yang diolah menurun jumlahnya menjadi 47,14 ton.

Berbeda dari ikan lemuru dan ikan cucut yang mengalami sedikit peningkatan jumlah pada tahun 2009, ikan jenis layang, teri, layur, petek, pari, bang-bangan, belanak, manyung dan cumi-cumi mengalami penurunan jumlah pada tahun 2009. Terlihat pada ikan jenis teri yang pada tahun 2008 menjadi bahan baku produksi sebesar 6,86 ton menurun menjadi 1,57 ton atau sebesar 77,04%. Hal serupa pun terjadi pada ikan layur yang mengalami penurunan jumlah sebesar 79,9%. Ikan yang menjadi bahan baku olahan ikan asin di PPP Muncar rata-rata terjadi penurunan pada tahun 2009. Secara perlahan bahan baku terus menurun pada tahun 2010 hingga pada tahun 2011 dari bulan Januari sampai Mei rata-rata jumlah ikan yang menjadi bahan baku produksi pengolahan ikan asin di PPP Muncar berjumlah 7,87 ton.

Ketersediaan bahan baku pengolahan ikan untuk jenis olahan terasi dapat terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Ketersediaan bahan baku pengolah terasi di PPP Muncar

Ketersediaan bahan baku pengolahan jenis terasi terlihat pada Gambar 7 dimana yang menjadi bahan baku olahan untuk pembuatan terasi yaitu udang kecil atau disebut juga rebon. Terlihat pada grafik jumlah udang rebon yang mejadi bahan baku olahan pembuatan terasi pada tahun 2008 berjumlah 16,37 ton dan meningkat tahun 2009 sebesar 77,76% menjadi 73,64 ton udang rebon. Peningkatan jumlah bahan baku olahan pembuatan terasi ini nampaknya tidak berlangsung secara berkelanjutan karena terlihat pada grafik ketika memasuki tahun 2010 pasokan bahan baku menurun secara signifikan mencapai 92,94% atau menjadi 5,19 ton. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2009 terjadi ekplorasi berlebih ikan rebon sehingga pada tahun 2010 jumlah ikan rebon menurun secara drastis, selain itu pencemaran laut akibat limbah pengolahan ikan pun menjadi salah satu penyebab penurunan produksi ikan rebon.

Ikan yang menjadi bahan baku untuk pengolahan ikan di PPP Muncar berasal dari ikan-ikan hasil tangkapan nelayan yang di daratkan di PPP Muncar. Ikan yang di daratkan nelayan di PPP Mucar berasal dari perairan Selat Bali, dan Samudera Hindia dengan sistem penangkapan one day fishing. Bahan baku yang tersedia di PPP Muncar tidak dapat memenuhi kebutuhan pengolah karena hasil wawancara menyebutkan bahwa tiap produksinya pengasin ikan membutuhkan 2 ton ikan dan pembuat terasi membutuhkan 1 ton udang rebon tiap produksinya. Jika bahan baku ikan yang mereka butuhkan tidak tersedia di PPP Muncar, atau

16.377 73.648 5.198 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2008 2009 2010 Ik an re b on (t on ) Tahun

ketika ikan-ikan yang di daratkan di PPP Muncar jumlahnya sedikit, maka para pengolah ikan akan mendatangkan bahan baku dari luar daerah. Daerah tempat asal bahan baku ikan yaitu Situbondo, Tuban, Bali, Madura, Pancer, Jember, Lombok, Lamongan. Bahan baku pengolahan ikan pun diperoleh dari cold storage milik swasta yang lokasinya berada di PPP Muncar. Cold storage ini menampung ikan-ikan dalam jumlah banyak ketika stok ikan di PPP Muncar melimpah. Ikan-ikan yang berada di cold storage akan di jual ketika jumlah Ikan-ikan yang didaratkan di PPP Muncar jumlahnya sedikit. Ketika ikan-ikan yang di daratkan di PPP Muncar jumlahnya sedikit maka para pengolah ikan memasok bahan baku produksi dari cold storage di wilayah sekitar PPP Muncar.

Dalam pelaksanaannya usaha kecil pengolahan ikan di PPP Muncar mempergunakan jasa dan fasilitas yang diberikan oleh pihak pelabuhan. Fasilitas yang dipergunakan oleh pengolah ikan di PPP Muncar yaitu fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan pengolah ikan yaitu kegiatan pada saat praproduksi, produksi dan pasca produksi atau distribusi.

Fasilitas dan jasa yang dipergunakan oleh pengolahan ikan pada saat proses praproduksi yaitu dalam penyediaan bahan baku pengolahan dimana dalam hal ini berupa pasokan ikan-ikan segar yang nantinya akan menjadi bahan baku olahan. Selain itu, jasa yang dipergukan yaitu jasa dalam pemantauan mutu ikan-ikan bahan baku pengolahan dan fasilitas lahan atau tempat yang disewakan oleh pihak pelabuhan. Fasilitas yang digunakan dalam proses produksi yaitu fasilitas instalasi air bersih, instalasi listrik, jasa pembinaan dan pelatihan serta fasilitas dalam pengolahan limbah dari sisa-sisa bahan yang tidak terpakai dalam proses produksi.

Setelah proses praproduksi dan proses produksi dalam pengolahan ikan dilakukan proses distribusi atau pemasaran. Proses distribusi yang dibutuhkan pengolah ikan tidak disediakan oleh pelabuhan. Pihak pelabuhan tidak menyediakan fasilitas distribusi atau pemasaran yang dibutuhkan oleh pengolahan ikan. Pendistribusian dan pemasaran ikan dilakukan oleh para pengolah ikan dengan menunggu datangnnya pada pembeli atau pemborong ke tempat pengolahan mereka lalu para pemborong ini akan membeli hasil olahan mereka

dalam jumlah banyak dan memasarkannya ke kota-kota besar di Pulau Jawa dan Pulau Bali.

5.2 Peran PPP Muncar terhadap perkembangan usaha kecil pengolahan ikan

Dokumen terkait