• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang akan dianalisis, dimana keempat variabel yang dimaksud dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu variabel dependen adalah harga saham industri manufaktur yang terdaftar di IHSG, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap US$ (Kurs).

4.2.1. Harga Saham Industri Manufaktur

Indeks harga saham yang dipakai adalah IHSG dimana harga saham diklasifikasikan untuk industri-industri manufaktur yang terdaftar di IHSG. Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan Indeks Harga Saham Industri Manufaktur untuk periode tahun 2007-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Data Perkembangan Harga Saham Industri Manufaktur Di IHSG Periode 2007-2009 (satuan rupiah)

Bulan Harga Saham 2007 2008 2009 Januari 280.143 394.862 243.747 Februari 280.388 390.070 234.283 Maret 274.513 355.888 257.480 April 288.020 323.563 290.911 Mei 311.562 359.141 337.510 Juni 336.381 336.618 377.394 Juli 362.423 354.426 448.167 Agustus 336.148 341.097 451.711 September 350.774 300.310 483.421 Oktober 393.248 217.554 474.211 Nopember 390.156 223.058 492.718 Desember 403.006 236.540 529.023

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada Oktober 2008, harga saham industri manufaktur mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena krisis yang dialami Indonesia pada saat itu, dan berdampak pada industri manufaktur Indonesia. Namun, kembali meningkat di tahun 2009 seiring usainya krisis dan kembali pulihnya perekonomian Indonesia. Hal ini menyebabkan, semakin meningkatnya kepercayaan investor baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk tetap berinvestasi di Indonesia, terutama beroperasi di dalam industri manufaktur. Dengan kata lain, industri manufaktur Indonesia tidak terlalu merasakan dampak dari krisis global yang terjadi di tahun 2008.

4.2.2. Tingkat Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sedangkan suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Jadi, tingkat suku bunga SBI adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu untuk SBI.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan tingkat suku bunga SBI pada Bank Indonesia periode tahun 2007-2009 dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Data Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Pada Bank Indonesia Periode 2007-2009 (satuan persen)

Bulan

Suku Bunga SBI

2007 2008 2009 Januari 9,50 8,00 9,50 Februari 9,25 7,93 8,74 Maret 9,00 7,96 8.21 April 9,00 7,99 7,59 Mei 8,75 8,31 7,25 Juni 8,50 8,73 6,95 Juli 8,25 9,23 6,71 Agustus 8,25 9,28 6,58 September 8,25 9,71 6,48 Oktober 8,25 10,98 6,49 Nopember 8,25 11,24 6,47 Desember 8,00 10,83 6,46

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga SBI pada akhir tahun 2008 mengalami perubahan peningkatan cukup signifikan dikarenakan krisis yang melanda Indonesia pada saat itu. Namun kembali turun dan mulai stabil kembali pada tahun 2009 seiring membaiknya perekonomian. Perubahan tingkat suku bunga yang tidak stabil dapat mempengaruhi keinginan investor untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain.

4.2.3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ (Kurs)

Nilai tukar rupiah/US$ merupakan nilai dari mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang Dolar AS. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai tukar Rupiah/US$ pada Bank Indonesia untuk periode tahun 2007-2009 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.

Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/US$ Pada Bank Indonesia Periode 2007-2009 (satuan rupiah)

Bulan

Nilai Tukar Rupiah/US$

2007 2008 2009 Januari 9.090 9.291 11.355 Februari 9.160 9.051 11.980 Maret 9.118 9.217 11.575 April 9.083 9.234 10.713 Mei 8.828 9.318 10.340 Juni 9.054 9.225 10.225 Juli 9.186 9.118 9.920 Agustus 9.410 9.153 10.060 September 9.137 9.378 9.681 Oktober 9.103 10.995 9.545 Nopember 9.376 12.151 9.480 Desember 9.419 10.950 9.400

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2007, kurs selalu mengalami peningkatan atau bertambah mahal. Hal ini mengindikasikan bahwa

nilai rupiah terhadap US$ mengalami penurunan yang signifikan sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investasi di pasar modal. Kurs tertinggi terdapat pada bulan Nopember 2008. Hal ini terjadi karena krisis global yang melanda perekonomian Indonesia dimana banyak investor yang menarik modalnya kembali. Namun, sepanjang tahun 2009 kurs rupiah kembali mengalami penurunan seiring semakin membaiknya perekonomian Indonesia dimana usaha pemerintah dalam menekan kurs dengan melakukan perdagangan dan menahan permintaan terhadap rupiah.

4.2.4. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh faktor-faktor musiman (misalnya peringatan hari-hari besar) atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya.

Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan inflasi di Indonesia menurut Bank Indonesia untuk periode tahun 2007-2009 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Data Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 2007-2009 (dalam satuan persen)

Bulan Inflasi 2007 2008 2009 Januari 6,26 7,36 9,17 Februari 6,30 7,40 8,60 Maret 6,52 8,17 7,92 April 6,29 8,96 7,31 Mei 6,01 10,38 6,04 Juni 5,77 11,03 3,65 Juli 6,06 11,90 2,71 Agustus 6,51 11,85 2,75 September 6,95 12,14 2,83 Oktober 6,88 11,77 2,57 Nopember 6,71 11,68 2,41 Desember 6,59 11,06 2,78

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2007 inflasi di Indonesia masih stabil dan tidak terlalu berdampak kepada perekonomian Indonesia. Namun, pada tahun 2008, inflasi mengalami gejolak yang cukup signifikan karena adanya krisis yang melanda perekonomian Indonesia sampai menembus 2 angka. Dan kembali turun pada tahun 2009 seiring semakin pulihnya perekonomian global sampai mencapai titik terendahnya. Hal ini mencerminkan, perekonomian Indonesia yang tangguh dalam menangani krisis.

4.3. Analisis Data dan Interpretasi

Dokumen terkait