Asal persilangan : A2/R17
Golongan : Cere
Umur tanaman : 101-128 hari Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 90,20-119,93 cm Anakan produktif : 7-14
Gabah isi per malai : 91 – 266 butir Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak
Leher malai : Tertutup (tidak berleher) Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan mudah : Mudah
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21,7%
Bobot 1000 butir : 22,18-26,67 gr Rata-rata hasil : 7,36 t/ha Potensi hasil : 10,60 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 Ketahanan terhadap penyakit : Agak rentan terhadap hawar daun bakteri
patotipe IV dan VIII
Rentan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Tidak ditanam pada daerah endemik OPT Pemulia : Satoto, Murdani D.,Yudistira Nugraha,
dan Sudibyo TWU
Peneliti : E. Lubis, Indrastuti A. Rumanti, Yuni Widiastuti, Suwarno, Agus Guswara, I.N. Widiarta, Triny S. Kadir, Alidawati, Neni Ernawati, Suwarto, Untung Sumarno, dan Himawan
Teknisi : Munada, Warsono, Warsidi, Suwarto, Ajat Sudrajat, A Abdul Somad, Cecep Suparman, dan Sukirman.
Lampiran 6 Deskripsi varietas Hipa 7 Nomor seleksi : H25 Asal persilangan : A1/R14
Golongan : Cere indica
Umur tanaman : 112 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 106 cm Anakan produktif : 16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau
Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar Posisi daun : - Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : - Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning Kerontokan mudah : Sedang
Kerebahan : Agak tahan
Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,0% Indeks glikemik : 49 Bobot 1000 butir : 29,8 gr Jumlah gabah bernas permalai : 115-131 butir Rata-rata hasil : 7,6 t/ha Potensi hasil : 11,4 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak rentan terhadap hawar daun bakteri
patotipe IV dan VIII
Tahan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam pada sawah irigasi dan sawah tadah hujan
Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Agus
Guswara, dan Entis Sutisna
Teknisi : Warsidi, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Warsono, dan Sukirman.
Alasan utama dilepas : Potensi hasil 10% lebih tinggi dibanding Ciherang, tahan tungro dan adaptasi luas Dilepas tahun : 2009
Lampiran 7 Deskripsi varietas Hipa 8 Nomor seleksi : H51 Asal persilangan : A1/PK21
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110-112 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 120-130 cm Anakan produktif : 14-18 batang Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau
Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : - Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan mudah : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,7% Indeks glikemik : 73,5 Bobot 1000 butir : 27-29 gr Jumlah gabah bernas permalai : -
Rata-rata hasil : 7,5 t/ha Potensi hasil : 10,4 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe VIII
Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV
Rentan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl
Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D
Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Agus Guswara, dan Entis Sutisna
Teknisi : Warsidi, Sony Suharsono, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi,
Alasan utama dilepas : Potensi hasil 10% lebih tinggi dibanding Ciherang, tahan hawar daun bakteri, adaptasi luas dan produksi benih lebih mudah dibandingkan hibrida lainnya Dilepas tahun : 2009
Lampiran 8 Deskripsi varietas Hipa 9 Nomor seleksi : H30 Asal persilangan : A1/R12
Golongan : Cere
Umur tanaman : 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 103 cm Anakan produktif : 14 batang
Jumlah malai/m2 : 315 Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : Terbuka Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning Jerami Kerontokan mudah : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,3% Indeks glikemik : 73,5 Bobot 1000 butir : 27,3 gr Jumlah gabah bernas permalai : - Rata-rata hasil : 8,1 t/ha Potensi hasil : 10,4 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe III.
Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII
Rentan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl
Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Baehaki SE,
Triny SK, dan Indrastuti AR.
Teknisi : Warsidi, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Sukirman, suwarto, Soedirman dan Warsono.
Alasan utama dilepas : Produktivitas tinggi dan tahan hawar daun bakteri.
Lampiran 9 Deskripsi varietas Hipa 10 Nomor seleksi : H47 Asal persilangan : A6/PK18
Golongan : Cere
Umur tanaman : 114 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 97 cm Anakan produktif : 20 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : -
Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning Emas
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : -
Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 19,7% Indeks glikemik : - Bobot 1000 butir : 26,1 gr Jumlah gabah bernas permalai : - Rata-rata hasil : 8,1 t/ha Potensi hasil : 9,4 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri
patotipe III
Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII
Rentan terhadap virus tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl
Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU , Murdani D, Yuni Widiastuti dan Indrastuti AR
Peneliti : Trini SK, Agus Setyono, Prihadi W dan Baehaki SE.dan Endang S.
Teknisi : Warsidi, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Warsono, dan Sukirman.
Alasan utama dilepas : Produktivitas hasil lebih tinggi dan lebih tahan hawar daun bakteri.
Lampiran 10 Nilai kemiripan genetik delapan galur tetua hibrida (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (1) IR62829A 1.00 (2) B8094F 0.56 1.00 (3) IR58025A 0.48 0.68 1.00 (4) IR40750 0.36 0.64 0.80 1.00 (5) BP51-1 0.44 0.56 0.88 0.78 1.00 (6) S4325A 0.44 0.64 0.72 0.84 0.68 1.00 (7) IR68897A 0.64 0.68 0.84 0.72 0.80 0.64 1.00 (8) Bio-9 0.56 0.76 0.76 0.56 0.64 0.64 0.76 1.00
Lampi No K 1 2 a b 3 A 4 B W p W p 5 L ran 11 Gam Karakter Koleoptil warna anthoc Daun a. Leher daun Warna anto b. Lidah daun Bentuk, Wa Anak Bunga ( Warna putik Batang Warna anthoc pada buku Warna anthoc pada ruas Lemma Steril mbar bebera cyanin (Collar) osianin (Ligula) arna (Spikelet): (stigma) cyanin cyanin : Warna apa karakter Hi Tidak b H A Cleft (b Tidak b Putih Tidak ada Kuning Jera kualitatif pa pa 6 berwarna ijau Ada. berlekuk) berwarna mi da Hipa 6 da H Tidak Cleft Tidak Putih Tidak ada Kuning Je an Hipa 7 Hipa 7 k berwarna Hijau Ada (berlekuk) k berwarna a erami
No Karakt 6 Malai a. Bulu Warn (peng (peng Distri gaba b. Anak Kepa pada Warn c. Karak batan d. Caba Perila malai er : ujung gabah na gamatan awa gamatan akhi busi bulu uju h k bunga: adatan rambu lemma na kternya terha ng ang sekunder aku dari caba
i al) r) ng Putih Kunin Hanya t Kuat Kunin dap Agak ang Ada, k Agak Hipa 6 kekuning g jerami a diujung mal g Jerami terkulai kuat tegak ai Pu Ku Ha Se Ku Ag Ad Ag Hipa 7 tih kuningan ning jerami anya diujung m edang ning Jerami ak terkulai a, kuat ak tegak malai
No Karakter Hipa 6 Hipa 7
e. eksersi (pemunculan malai dari leher malai)
Muncul Muncul sampai muncul
sempurna 7 Lemma : Warna Bentuk Kuning jerami Ramping panjang Kuning jerami Ramping panjang 8 Lemma:
Reaksi terhadap fenol Ada, Ada
Lampiran 12 Prosedur baku pembuatan larutan kimia untuk ekstraksi DNA NaCl 5M (larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989)
Bahan kimia :
• NaCl (Natrium Choride)
• Aquades streril
Prosedur
• Disiapkan 65 ml aquades steril kemudian ditimbang sebanyak 29,22 g NaCl
• Secara bertahap dilarutkan NaCl dengan aquades ke dalam beaker glass 250 ml menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer.
• Pelarutan dilakukan sedikit demi sedikit karena NaCl pekat sukar larut dalam air
• Setelah seluruh bahan benar-benar larut, volumen larutan ditepatkan 100 ml dengan menambahkan aquades steril.
EDTA 0,5M pH 8(larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia :
• Na-EDTA
• NaOH (Natrium Hydroxide)
• Aquades streril Prosedur
• Sebanyak 18,6 g Na-EDTA dan 2,0 gr NaOH dimasukan dalam beaker glass 250 ml
• Bahan dilarutkan dengan menambahkan 80 ml aquades steril
• Setelah semua bahan larut, pH larutan diukur dengan menggunakan pH meter.
• Pengaturan pH 8 dilakukan dengan manambahkan NaOH 2,5 M pada larutan hingga pH yang dikehendaki tercapai.
Tris-HCl 1 M pH 8 (larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia :
• NaCl (Natrium Choride)
• Aquades streril Prosedur
• Disiapkan 65 ml aquades steril kemudian ditimbang sebanyak 29,22 g NaCl
• Secara bertahap dilarutkan NaCl dengan aquades ke dalam beaker glass 250 ml menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer.
• Pelarutan dilakukan sedikit demi sedikit karena NaCl pekat sukar larut dalam air
• Setelah seluruh bahan benar-benar larut, volumen larutan ditepatkan 100 ml dengan menambahkan aquades steril.
• Larutan dimasukan pada botol kaca bening 100 ml, lalu disimpan pada suhu ruang.
Buffer ekstrak padi 250 ml Bahan kimia: • NaCl 5M • Tris-HCl 1M pH 8,0 • EDTA 0,5M • Aquades • SDS Prosedur
• Sebanyak 25 ml NaCl 5 M dan 25 ml Tris-HCl 1M dan 25 ml EDTA 0,5M dimasukan dalam beaker glass, bahan dilarutkan dengan menambahkan Aquades
• Tambahkan 1,2 gr SDS kemudian campur semua bahan dengan manggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer.
• Tambahkan Aquades hingga volume 250 ml. dan aduk kembali.
• Simpan buffer ekstrak pada botol kaca bening tertutup, simpan dalam suhu ruang
• Sebelum digunakan buffer dapat dipanaskan pada suhu 60˚C selama 1-2 jam.
CISAM/KIAA (24:1) larutan kerja 100ml (Sambrook et al.1989) Bahan kimia: • Chloroform • Isoamlilalkohol • Aquades steril Prosedur
• Sebanyak 96 ml Chloroform dan 4 ml isoamil alcohol dimasikan dalam botol kaca bening 100 ml tertutup.
• Pencampuran dilakukan dengan mengguncangkan botol, lalu larutan disimpan pada suhu ruang.
RNAase-A (larutan stok, 10 mg/ml) Bahan kimia: • RNAase-A • Na-Asetat 3 M pH 5,2 • Tris-HCl 1M • Aquades Prosedur
• Sebanyak 10 mg RNAase-A, 3,3 µl Na-Asetat dan 996,7 µl aquades dimasukan dalam tabung mikro 2 ml
• Pencampuran dilakukan dengan spin manual.
• Suspensi yang terbentuk diinkubasi dalam waterbath pda suhu 100˚C selama 15 menit untuk menghilangkan DNAase yang masih terdapat dalam RNAase.
• Suspensi dibiarkan dingin pada suhu ruang, kemudian ditambahkan 100 µl larutan Tris-HCL 1M pH 7,4
TE (Tris-EDTA) Buffer 50x (Larutan stok) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia :
• Larutan stok Tris-HCl 1 M pH 8,0
• Larutan stok EDTA 0,5M pH 8,0
• Aquades streril
Prosedur
• Sebanyak 25 ml larutan stok Tris–HCL dan 5 ml larutan stok EDTA dimasukan dalam beaker glass 100 ml
• Bahan dilarutkan dengan menambahkan 20 mal aquades steril. pengadukan menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer
• Setelah semua bahan larut, kemudian disaring menggunakan kertas saring.
• Larutan dimasukan dalam botol kaca bening tertutup dan disimpan pada suhu ruang.
TE Buffer 1X (larutan kerja, 100 ml) Bahan kimia:
• Larutan stok TE buffer 50X
• Aquades steril Prosedur
• Sebanyak 2ml larutan stok TE buffer 50X dan 98 ml aquades steril dimasukan ke dalam botol kaca bening 100 ml tertutup
• Pencampuran dilakukan dengan mengguncang botol, lalu disimpan pada suhu ruang.
Lampiran 13. Prosedur baku pembuatan larutan kimia untuk elektroforesis horizontal
Buffer TAE 50X (larutan stok, 500 ml) (Sambrook et al 1989) Bahan kimia:
• Trizma base
• Acetic acid glacical
• Larutan stok EDTA 0,5M pH 8,0
• Aquades steril Alat
• Magnetik stirrer
• Hot plate stirrer Prosedur
• Sebanyak 121 gr trizma base, 28,55 ml Acetic acid glacial, 50 ml EDTA 0,5M pH 8,0 dan aquades dilarutkan dengan menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer
• Setelah tercampur tambahkan aquades hingga mencapai volume 500 ml, aduk sebentar agar tercampur rata.
• Larutan dimasukan dalam botol kaca bening 500 ml
Buffer TAE 1X (larutan kerja, 1000 ml) Bahan kimia:
• Larutan stok buffer TAE 50X
• Aquades steril
Prosedur
• Sebanyak 50 ml buffer TAE 50X dimasukan dalam botol bening bertutup kemudian tambahkan 980 ml aquades steril.
• Pencampuran dilakukan dengan mengguncangkan botol, taruh dalam suhi ruang.
Gel agarose 3 % Bahan kimia:
• Agarose
Prosedur
• Masukan 3 gr agarose dan 100 ml buffer TAE dalam gelas erlemeyer 250 ml
• Panaskan dalam microwave, pemanasan dilakukan 2-3 kali dengan lama pemanasan masing-masing 1-2 menit. Pemanasan dilakukan hingga larutan agarose tercampur rata dan berwarna bening.
• Diamkan laruta agarose ± 10 menit hingga uap panasnya hilang sebelum dituangkan ke dalam cetakan.
• Selanjutnya larutan agarose dituangkan ke dalam cetakan yang telah dipasang sisir terlebih dahulu. Perhatikan dalam menuangkan gel agar jangan sampai terbentuk gelembung dan agar ketinggian permukaan gel merata.
• Diamkan selama 30-60 menit hingga gel memadat.
• Setelah gel padat angkat sisir dengan hati-hati. Gel beserta cetakan diletakkan ke dalam chamber elektroforesis yang telah diisi dengan buffer TAE.
Lampiran 14. Prosedur baku pembuatan larutan kimia untuk elektroforesis