• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang

Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Banten mempunyai pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).

Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok

umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%.Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 29 kecamatan dan 316 desa dan kelurahan. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km.

Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan, yaitu Serpong (sekarang menjadi Kota Tangerang Selatan), Balaraja dan Tigaraksa serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman (menjadi daerah Kota Tangerang Selatan estela pemkeran). Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek, Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan. Pusat Pertumbuhan Teluknaga meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga, Kosambi, Sepatan, Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan untuk pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan.

4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang

Visi Kabupaten Tangerang, berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif seluruh sumber daya dan komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik maka ditetapkan visi sebagai berikut :

”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”

Yang dimaksud dengan :

Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;

Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual;

Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat;

Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945;

Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar;

Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.

4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang

Misi Kabupaten Tangerang, untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehteraan sosial.

3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, dan sektor informal.

4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur.

5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggung jawab (good governance).

6. Meningkatkan pembangunan infra struktur bagi percepatan aspek-aspek pembangunan.

7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi kritis dalam proses pembangunan.

8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.

Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Ketakwaan, masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan

komponen yang sangat penting untuk mewujudkan suatu perubahan yang hakiki dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan;

Partisipatif, rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan yang terdiri eksekutif, legislatif dan masyarakat serta swasta berperan serta mengambil bagian mulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka mempercepat tajuan dan sasaran pembangunan yang efisien dan efektif;

Transparansi, merupakan salah satu unsur dari good government yang harus ditingkatkan agar dapat mendorong partisipasi masyarakat dan swasta untuk mencapai suatu kemajuan seperti yang tercantum dalam sasaran dan tujuan pembangunan.

Berkelanjutan, prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung makna bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga pembangunan yang akan dipacu tidak hanya untuk kepentingan sesaat.

Guna mencapai keberhasilan pembangunan sebagimana yang diharapkan dalam Visi dan Misi kepala daerah, maka rumusan Strategi yang akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten Tangerang dalam kurun waktu 2008-2013 adalah:

"Menuju Masyarakat Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri, dan Berwawasan Lingkungan"

Arah dari strategi pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan ekonomi lokal khususnya sektor industri, perdagangan dan jasa serta mampu mendukung terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Dengan

pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi lokal ini diharapkan dapat hak-hak dasar masyarakat terutama di prioritaskan terhadap upaya peningkatan daya beli masyarakat, akses kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan dan berusaha. Dalam menjalankan strategi pembangunan Kabupaten Tangerang diperlukan dukungan birokrasi dalam peningkaan pelayanan publik melalui upaya penataan struktur organisasi agar yang efisien dan efektif, serta pembenahan kebijakan publik dan regulasi agar tercipta iklim kondusif yang dapat peningkatan kinerja investasi dan ekonomi.

Dari rumusan strategi tersebut sedikitnya terdapat tiga strategi pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di masa datang, yakni

1. Strategi mendorong pertumbuhan/kinerja ekonomi berbasis ekonomi lokal untuk peningkatan daya beli masyarakat.

2. Strategi peningkatan kualitas Hidup masyarakat dengan pemenuhan hak dasar masyarakat.

3. Strategi Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah, yang meliputi :

a. Kapasitas Sistem,

b. Kapasitas Kelembagaan, dan

c. Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur.

Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta – Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda.Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.

Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan SAntika. Konon, basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa]. Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung Gerendeng, kini]. Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, “Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal

Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”

Arti tulisan prasasti itu adalah: “Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadae] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang”. Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang. Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati.

Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682–1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta. Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.

Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai

memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon. Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken (kabupaten).

Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta.

Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten.

Keadaan kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Tangerang sampai dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang, mereka yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK, sejahtera I sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III sebanyak 130.356 KK dan sejahtera III Plus sebanyak 52.660 KK. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 jumlah penduduk sebesar 3.502.226 jiwa menjadi 3.585.269 jiwa. Angka kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang sebesar 3.229 orang per Km² dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.154 orang per Km². Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 409.310 jiwa.

4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106°20'-106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah, dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Dataran tinggi berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.

Gambar 4

Peta Kabupaten Tangerang

Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?imgurl

Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 Kecamatan. Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Tigaraksa dengan luas wilayah 48,74 Km², Kecamatan Cisoka dengan luas wilayah 55,99 Km², Kecamatan Solear merupakan pemekaran dari Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jambe dengan luas wilayah 26,02 Km², Kecamatan Cikupa dengan luas wilayah 42,68 Km², Kecamatan Panongan dengan luas wilayah 34,93 Km², Kecamatan Curug dengan luas wilayah 40,97 Km², Kecamatan Kelapa Dua merupakan pemekaran dari Kecamatan Curug, Kecamatan Legok dengan luas wilayah 41,06 Km², Kecamatan Pagedangan dengan luas wilayah 50,57 Km², Kecamatan Cisauk dengan luas wilayah 43,38 Km², Kecamatan Pasar Kemis dengan luas wilayah 60,53 Km², Kecamatan Sindang Jaya merupakan pemekaran dari Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Mekarbaru merupakan pemekaran dari Kecamatan Kronjo, Kecamatan Balaraja dengan luas wilayah 57,48 Km², Kecamatan Sukamulya merupakan pemekaran dari Kecamatan Balaraja, Kecamatan Jayanti dengan luas wilayah 26,91 Km², Kecamatan Kresek dengan luas wilayah 55,60 Km², Kecamatan Gunungkaler merupakan pemekaran dari Kecamatan Kresek, Kecamatan Kronjo dengan luas wilayah 68,05 Km², Kecamatan Mauk dengan luas wilayah 51,42 Km², Kecamatan Kemiri dengan luas wilayah 32,70 Km², Kecamatan Sukadiri dengan luas wilayah 24,14 Km², Kecamatan Sepatan dengan

luas wilayah 56,24 Km², Kecamatan Sepatan Timur dengan luas wilayah 35,59 Km² pemekaran dari Kecamatan Sepatan , Kecamatan Pakuhaji dengan luas wilayah 51,87 Km², Kecamatan Teluknaga dengan luas wilayah 40,58 Km², Kecamatan Kosambi dengan luas wilayah 29,76 Km² .

4.1.2 Dinas Pendidikan

4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan

Berdasarkan Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yaitu menuju masyarakat yang beriman, sejahtera, berorientasi industri, dan berwawasan lingkungan dan dengan mempertimbangkan kondisi obyektif seluruh sumber daya serta komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik, visi Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang yaitu terunggul dalam mutu lulusan dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia kabupaten tangerang yang cerdas, terampil, dan berdaya saing.

4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan

Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang menetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, tenaga struktural dan lainnya;

2. Meningkatkan pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Nonformal dan Informal;

3. Meningkatkan standar sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung proses pembelajaran;

4. Meningkatkan peran serta masayarakat, dunia industri jasa dalam bidang pendidikan;

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan.

4.1.2.3

Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten

2. (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara No. 4048);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4425);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3763);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3413), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3764);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1992 No. 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2876);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran 10. Negara Tahun 2000 No. 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 17 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2004, Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1704); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 02 Tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 0802);

14. Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 14 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 14).

4.1.2.

4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang secara resmi berdiri sesuai surat keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang Nomor : 11 Tahun 2000 tanggal 29 November 2000. Sebelum Otonomi Daerah digulirkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang adalah bagian dari beberapa keputusan yang telah dilebur menjadi satu Dinas di bawah naungan Pemerintah Daerah, antara lain; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan sebagian kecil Departemen lainnya yang tergabung dalam satu Kedinasan ( Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ).

Sesuai Tugas Pokok dan Fungsi, serta Struktur Organisasi dan Tata Kerjanya , Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang terbagi menjadi 7 ( Tujuh ) Sub Dinas dan Bagian Umum, dengan garapan program yang berbeda, namun dalam satu kesatuan Program Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

sebagaimana tertera dalam lampiran Struktur Organisasi dan Tata Kerjanya. Sub Dinas tersebut adalah; Sub Dinas Pendidikan Dasar, Sub Dinas Pendidikan Menengah Umum, Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan, Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Sub Dinas Ketenagaan, Sub Dinas SIS GEMOR, Sub Dinas Sarana dan Prasarana, Bagian Umum ( Ketatausahaan / TU ).

4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan

Setelah Otonomi Daerah digulirkan, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang memiliki ruang lingkup sebagai berikut :

4.1.2.5.1 Jalur Horizontal

1. Kinerja Dinas Pendidikan melalui jalur horizontal bertanggungjawab sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Tangerang (Bupati), sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).

2. Mekanisme kegiatannya diselenggarakan melalui pelimpahan wewenang kepada Kantor Cabang Dinas (KCD) di tingkat Kecamatan dan Persekolahan (Sekolah-sekolah) TK, SD, SMP, SMA dan SMK, serta Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Kursus-kursus di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, serta peran serta masyarakat peduli pendidikan.

1. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, bersifat Koordinatif dan Stimulatif, artinya peran pusat dalam menyelenggarakan program pendidikan sepenuhnya diserahkan kepada daerah.

2. Program yang langsung ditangani Pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional antara lain dalam bentuk kabijakan Perundang-undangan, pembiayaan, pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi.

Secara teknis dan kewenangan ruang lingkup ini mungkin berbeda, namun subtansi dan esensi programnya sama, bahkan satu sama lain sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab Pemerintah Pusat maupun Daerah serta masyarakat dan Dunia Usaha dan Industri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Dokumen terkait