ANALISIS FUNGSI WILAYAH
KABUPATEN TANGERANG
DALAM FUNGSI PENDIDIKAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
CITRA GIA NOURIFIANA
NIM. 072692
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Citra Gia Nourifiana
NIM : 072692
Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 11 Mei 1989
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang Dalam Fungsi Pendidikan adalah hasil karya sendiri, dan seluruh
sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Juni 2011
Materai Rp. 6.000
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : CITRA GIA NOURIFIANA
NIM : 072692
Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN
TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN
Serang, 06 Juni 2011
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Agus Ajafari., M.Si Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si
Mengetahui Dekan FISIP UNTIRTA
PROGRAM ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : CITRA GIA NOURIFIANA NIM : 072692
Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN
Telah dipertahankan dalam ujian Sidang dan Komprehensif pada Program Stusi Ilmu Administasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 6, bulan Juni Tahun 2011, dan dinyatakan LULUS.
Serang, Juni 2011 Ketua Penguji
Rina Yulianti, S.IP, M.Si
NIP: 197407052006042011 (………)
Anggota
Arenawati S.Sos, M.Si
NIP: 197004102006042001 (…………..…..…)
Anggota
Ipah Ema Jumiati, M.Si
NIP: 197501312005012004 (……….)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si
ABSTRAK
Citra Gia Nourifiana. NIM.072692. SKRIPSI. Penelitian ini disusun atas terjadinya diskriminisi penerimaan siswa baru di Kabupaten Tangerang dengan adanya pengkuotaan. Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga nagara Indonesia khususnya penduduk usia sekolah untuk mendapatkannya dengan akses yang mudah dan bermutu baik. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya kepada daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih bermutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan dan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mendukung terpenuhinya daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang atas fasilitas pendidikan di Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
ABSTRACT
Motto dan Persembahan
Our greatest glory is not in never falling but in rising everytime we fall (buku 5cm)
because
The man with the greatest soul will always face the greatest war
with the low minded person (orang yang berjiwa besar akan selalu menghadapi perang besar
dengan orang yang berpikiran rendah dan pendek)
karya tulis ini ku persembahkan
untuk mama dan ayahku tercinta
serta adikku
tanpa mereka tak mungkin saya menjadi pribadi seperti ini
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat... 21
TABEL 2 Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis... 21
TABEL 3 Instrumen Penelitian... 38
TABEL 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 45
TABEL 5 Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten Lainnya... 73
TABEL 6 Perhitungan settlement function analysis jenjang TK dan RA... 74
TABEL 7 Perhitungan settlement function analysis jenjang SD dan MI... 77
TABEL 8 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMP dan MTS.. 80
TABEL 9 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMA.MA,SMK.. 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus Skematik dari Kebijakan Publik... 22
Gambar 2 Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat... 25
Gambar 3 Kerangka Berpikir... 35
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajara 2009-2010
2. Dokumen Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang
3. Pedoman Wawancara
4. Dokumen Foto
5. Panduan Bimbingan Skripsi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syrat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul “Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan”. Maka dengan ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Orangtua tercinta yang memeberi dukungan baik materil ataupun imateril.
2. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc sevagai Rektor Untirta 3. Prof. Dr. Ahamad Sihabudin, M.Si sebagai Dekan FISIP Untirta
4. Dr. Agus Sjafari., M.Si sebagai Pembantu Dekan I dan sebagai Pembimbing pertama
5. Rahmi Winangsih., M.Si sebagai Pembantu Dekan II 6. Idi dimiati, M.Si sebagai Pembantu Dekan III
7. Kadung Sapto Nugroho M.Si ketua Prodi FISIP Untirta. 8. Rina Yulianti M.Si sebagai Sekretaris Prodi FISIP Untirta 9. Ibu Ipah Ema Jumiati M.Si sebagai dosen pembimbing kedua 10.Teman-teman tercinta
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Tangerang, Juni 2011
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI….………...……….. iii
BAB I PENDAHULUAN………...………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah.………...……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah ...…………...…... 8
1.3. Perumusan Masalah.………...…...……….. 9
1.5. Kegunaan Penelitian…...………...…... 9
1.5.1. Kegunaan teoritis.………...……….. 9
1.5.2. Kegunaan Praktis...…………... 10
1.6. Sistematika Penulisan...….…...…... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....….………...………...….. 12
2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah...………..………... 12
2.2. Analisis Fungsi Wilayah...…...………... 15
2.2.1. Profil Wilayah...………..………….…... 17
2.2.2. Analisis Jarak...………... 19
2.2.3. Teori Sektor...………..…..…... 19
2.3. Kebijakan Publik...…... 20
2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik...……... 20
2.3.2. Kebijakan Publik Paling Dasar...…... 24
2.4. Konsep Pendidikan...…... 27
2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan...…... 28
2.5. Kerangka Berpikir...…... 29
3.1. Metode Penelitian...…... 32
3.2. Instrumen Penelitian...…... 32
3.2.1 Jenis dan Sumber Data...…... 33
3.3. Informan Penelitian...…... 36
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...…... 37
3.4.1. Teknik Pengolahan Data...…... 37
3.4.2. Analisis Data...…... 38
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ...…... 41
3.6. Lokasi dan Jadwal Penelitian...…... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN...….………....………...….. 45
4.1. Deskripsi Objek Penelitian...…... 45
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang...…... 45
4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang...…... 47
4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang...…...
48
4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang...
4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang...
56
4.1.2 Dinas Pendidikan ... 58
4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan... 58
4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan...…...
59
4.1.2.3 Dasar Hukum ...…...
60
4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten
Tangerang...
61
4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan...…...
62
4.1.2.5.1 Jalur Horizontal...…...
62
4.1.2.5.2 Jalur Vertikal...…...
63
4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional...…...
64
4.1.2.7 Jalur Pendidikan...…...
4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar... ....
65
4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah... ....
65
4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi... ..
66
4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal...
66
4.1.2.7.5 Pendidikan Informal...
67
4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini...
67
4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan... ....
68
4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan...
68
4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh...
68
4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan
Khusus...
4.2. Informan Penelitian... 70
4.3. Deskripsi dan Analisis Data ...…... 71
4.3.1. Deskripsi Data ...…...
71
4.3.2. Analisis Data ...…...
71
4.4. Interpretasi Hasil Penelitian ...…...
89
4.4.1. Masalah Pemerataan Pendidikan...…...
90
4.4.2.Pemecahan Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi
Pendidikan...…...
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...………....………...….. 101
DAFTAR PUSTAKA... 106
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 ). Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003).
Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang
dasar 1945 adalah mencakup empat hal, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum dan
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa serta
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Berdasarakan keempat poin di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia
baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita
mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Selain
itu negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk
kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Bagian Kedua Fungsi dan Tujuan Pasal 3
Perda No. 11 Tahun 2007).
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan tidak boleh ada
yang terbatasi dalam akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut tapi pada
kenyataannya, dengan adanya otonomi daerah yang memisahkan satu daerah
menjadi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota (Contoh Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang) menjadi penghalang bagi warga negara terutama siswa
untuk mengakses pendidikan yang lebih bermutu seperti tertera pada Bab III
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Kota biasanya selalu menjadi pusat berbagai kegiatan bahkan semua
kegiatan termasuk pendidikan yang lebih bermutu begitu juga Kota Tangerang
Tangerang karena selain pusat segala kegiatan, pendidikan yang ada di Kota
Tangerang memang sudah terbukti kualitasnya dari mulai gedung sekolah, guru
sampai kepada alumninya sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri belum bisa
lebih bermutu dalam segi pendidikan, fasilitas yang ada pada sekolah belum bisa
sebagus dan bermutu seperti di Kota Tangerang sehingga menyebabkan siswa
yang ada di Kabupaten Tangerang ingin bersekolah di sekolah yang berkualitas.
Keinginan ini berbenturan dengan peraturan daerah dimana para orangtua
yang ingin anaknya bersekolah di tempat yang lebih bermutu di batasi dengan
(kuota) sebanyak 5 % bagi siswa yang berasal dari Kabupaten Tangerang (luar
Kota, baik daerah Kabupaten atau daerah lainnya) sehingga menimbulkan
ketidakadilan terhadap para siswa yang ingin mendapatkan fasilitas pendidikan
yang lebih bermutu. Kuota ini diberlakukan dengan alasan ingin memberikan hak
kepada warga Kota Tangerang secara penuh untuk menikmati APBD yang berasal
dari berbagai pajak dan pungutan dari masyarakat Kota Tangerang tersebut.
Kuota sebasar 5 % ini seperti yang tertera pada Perda Kota Tangerang no.
11 Tahun 2007 Bagian Keenam, Penerimaan Peserta Didik Baru Pasal 18 ayat 4 “
Bila sekolah tidak mungkin menerima seluruh calon peserta didik pendaftar
karena terbatasnya daya tampung, maka dilaksanakan seleksi”. Ayat 7, “Biaya
pendaftaran penerimaan peserta didik baru tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK
Negeri yang sekolahnya berasal dari Kota dibebankan pada APBD”. Ayat 8
“Calon peserta didik yang berasal dari luar Kota pendaftarannya langsung ke
sekolah yang dituju dengan jumlah kuota untuk siswa yang diterima dari luar Kota
ditetapkan” dan ayat 10 Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (9), diatur lebih lanjut oleh Dinas.
Peneliti tertarik pada permasalahan perbedaan hak yang terjadi pada siswa
yang tinggal di Kabupaten Tangerang dengan siswa yang tinggal di Kota
Tangerang. Perbedaan ini sangat menyalahi aturan Undang-Undang pendidikan
karena setiap siswa berhak memilih dimana ia bersekolah demi mendapatkan
haknya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk hidupnya dan hak itu
dilindungi negara. Perbedaan hak atas penerimaan siswa baru terhadap fasilitas
pendidikan yang terjadi di daerah satu dengan daerah yang lain sangat tidak
pantas dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah hak setiap warga negara
selain itu siswa yang ada di Kabupaten Tangerang belum tentu tidak berprestasi
dibandingkan dengan siswa Kota Tangerang sehingga pemberian kuota ini bisa
membatasi kreatifitas dan hak para siswa.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa gedung sekolah yang ada di Kabupaten Tangerang memang
belum memenuhi standar bahkan banyak yang rusak atau dalam masih direnovasi,
tidak seperti yang ada di daerah Kota Tangerang. Jumlah peserta dan jumlah
siswa yang lulus yang ada di Kabupaten Tangerang juga terdapat selisih yang
banyak, pada tahun 2009 di jenjang SD/MTS terdapat 49401 peserta ujian dan
siswa yang lulus sebanyak 45218 dan yang tidak lulus sebanyak 4189 siswa, di
tingkat SMP/MTS sebanyak 22057 peserta ujian dan yang lulus sebanyak 20819
siswa dan yang tidak lulus sebanyak 1238 siswa. Pada jenjang SMS/MTS/SMK
14949 siswa sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5793 siswa (sumber data:
Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Data
ini menunujukkan bahwa memang mutu pendidikan di Kabupaten Tangerang
masih kurang karena masih banyak ribuan siswa yang tidak lulus pada setiap
jenjang. Selain kualitas yang kurang dan fasilitas yang belum memenuhi syarat,
pada jenjang SD dan RA tidak terdapat fasilitas seperti perpustakaan, sedangkan
pada jenjang SMP dan MTS terdapat 421 sekolah hanya terdapat 171 jumlah
laboratorium, pada jenjang SMA,SMK dan MA terdapat 233 sekolah dan hanya
memiliki 153 laboratorium (Sumber Data : Dokumen Data Pendidikan Kabupaten
Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Jumlah perguruan tinggi yang ada di
Tangerang berjumlah 48 perguruan tinggi, perguruan tinggi yang berada
Kabupaten Tangerang hanya berjumlah sepuluh (sumber:
http://bantenprov.go.id/get_page.php?link=dtl&id=3140)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun
usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu
(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan
penduduk kelompok usia sekolah). Misalnya, APK SD sama dengan jumlah siswa
yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7
sampai 12 tahun. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang
bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia
sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa
daerah perbatasan. Pada tahun 2008 APK di Kabupaten tangerang rata-rata telah
mencapai 96,18% (sumber: http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD).
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator yang berguna untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu
untuk bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan batasan usianya
(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan
penduduk kelompok usia sekolah). Apabila dibandingkan dengan APK, APM
merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi
penduduk kelompok usia tertentu dijenjang pendidikan yang sesuai. Makin tinggi
APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah,
atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di
tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena
adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. Kegunaan
APM adalah untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
disuatu jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni SD/MI yang ada di
Kabupaten Tangerang diketahui sebesar 95,27 %. Angka melek huruf yang ada di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2002 diketahui sebesar 93.7% , tahun 2003
sebesar 93.7%, tahun 2004 sebesar 94.0% , tahun 2005 sebesar 94.7% , tahun
2006 sebesar 94.7% , tahun 2007 sebesar 95.3% dan pada tahun 2008 95.3%
(sumber : http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD) .
Jumlah TK/RA pada tahun 2009 di Kabupaten Tangerang diketahui
sebanyak 556 bangunan, memiliki kelas sebanyak 20 dan ruang kelas sebanyak
22.627 siswa dan yang menjadi anak baru sebanyak 23.945. Jumlah rencana
penerimaan atas siswa SD di Kabupaten Tangerang sebanyak 26.086 siswa,
sedangkan siswa yang mendaftar baik perempuan dan laki-laki yang mendaftar
sebanyak 70.623 dan yang tercatat menjadi siswa SD di Kabupaten Tangerang
sebanyak 67.133. Jumlah SMP yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat
pada tahun 2009 sebanyak 411 SMP baik negeri maupun swasta, sedangkan
rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 53833 siswa, dan yang
mendaftar adalah sebanyak 56317 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama
di SMP yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 47846 siswa. Jumlah
SMA/MA yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009
sebanyak 158 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan
siswa pada tahun 2009 sebanyak 17392 siswa, dan yang mendaftar adalah
sebanyak 17550 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMA yang ada
di Kabupaten Tangerang sebanyak 14483 siswa yang diterima pada tahun
pertama. Jumlah SMK yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada
tahun 2009 sebanyak 46 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana
penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 10095 siswa, dan yang mendaftar
adalah sebanyak 10614 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMK
yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 7929 siswa yang masuk pada tahun
pertama (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangerang). Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti masalah yang ada di Kabupaten Tangerang secara khusus dan di
wilayah atas fungsi pendidikan karena pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, indentifikasi masalah
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Implementasi otonomi daerah atas dana APBD yang berasal dari rakyat
berupa pajak dan lain-lain menyebabkan pengkuotaan terhadap PSB
(Penerimaan Siswa Baru).
2. Kuota 5 % atas penerimaan siswa baru dari daerah Kabupaten Tangerang
ke daerah Kota Tangerang menimbulkan ketidakadilan.
3. Daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan gedung
sekolah dan fasilitasnya yang lebih bermutu untuk masyarakat daerahnya
masih kurang.
Pembatasan masalah dalam penelitian Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini hanya kepada daya dukung wilayah
Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih
bermutu.
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Analisis Fungsi
Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi
Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
pengambil kebijakan mengenai analisis fungsi wilayah dan seberapa besar daya
dukung wilayah Kabupaten Tangerang terhadap fungsi pendidikan sehingga dapat
meningkatkan pembangunan daerah Kabupaten Tangerang.
1.5.1. Kegunaan teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan yang ada, khususnya bidang perencanaan pembangunan dan
kebijakan publik.
1.5.2. Kegunaan praktis
Kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
pengambilan keputusan oleh para pengambil keputusan di Kabupaten Tangerang,
dengan penelitian ini para pengambil keputusan bisa mencarikan jalan keluar atas
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab merupakan bagian-bagian
yang berkesinambungan secara sistematis. Sistematika ini disusun untuk
memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan, sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan keterangan umum latar belakang masalah yang
menjadi dasar penelitian, kemudian identifikasi masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun
manfaat secara praktis, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir, dan
hipotesis penelitian. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang
beberapa pendapat ahli mengenai teori yang berkaitan dengan analisis
fungsi wilayah, kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.
Selanjutnya dalam kerangka berpikir digambarkan alur pemikiran
penulisan dalam penelitian ini. Kemudian dalam hipotesis penelitian,
disajikan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji melalui
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, instrumen penelitian,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,
dan tempat dan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang deskripsi data hasil penelitian, pengujian
hipotesis serta analisis data yang terdiri dari deskripsi objek penelitian,
deskripsi data, pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian dan
pembahasan atas penelitian yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan
(Riyadi dan Supriyadi, 2005:4).
Menurut Siagian (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4), pembangunan diartikan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Ginanjar
Kartasasmita (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4) memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”. Sebagaimana dikemukakan para ahli,
pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh
kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal. Wilayah
tersebut dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu wilayah homogen,wilayah nodal,
wilayah perencanaan dan wilayah administrasi (Budiharsono, 2005:18-19)
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk
perencanaan penggerakan di dalam ruang wilayah) dan perencanaan kegiatan pada
bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam
wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. (Tarigan, 2005: 32-33)
Tujuan dari perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang
efisien, nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak
pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi
dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan
benturan kepentingan dari berbagai pihak (Tarigan, 2005:10). Menurut Blair
dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe (Tarigan, 2005:10).
Pertama, wilayah fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat
integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke dalam
wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar.
Terbentuknya wilayah fungsional ini akan tampak dalam keadaan pelaku –
pelaku ekonomi lokal saling berinteraksi di antara mereka sendiri pada derajat
atau tingkatan (kualitas dan kuantitas) lebih dari interaksi pelaku ekonomi lokal
dengan pelaku dari luar wilayah. Salah satu wujud wilayah fungsional yang paling
umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal (wilayah pendukung) didasarkan
pada susunan (sistem) yang berhierarki dari suatu hubungan di antara simpul –
simpul perdagangan. Suatu pusat atau simpul perdagangan kecil diikat
(tergantung) oleh pusat perdagangan yang lebih besar dan keduanya diikat lagi
oleh pusat perdagangan yang lebih besar. Wilayah nodal (nodal region) adalah
wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan
dalam wilayah yang lebih besar atau kota – kota menengah memiliki kota – kota
kecil sebagai wilayah pinggiran dari suatu kota besar sebagai inti (core). Dengan
demikian, wilayah nodal lebih dibatasi dari aspek kekuatan interaksi dan
hubungan ekonomi, bukan dari aspek wilayah dalam arti fisik geografis. Campbell
dan Fainstain dalam Tarigan (2005) menyatakan bahwa dalam pembangunan Kota
atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis. Dalam konteks
tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan
suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan publik mempengaruhi
kepentingankepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila kekuasaan
mempengaruhi perencanaan.
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial
(Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah
pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang
memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih
ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004). Perencanaan pembangunan jangka pendek maupun
jangka panjang harusnya berbasis data agar tidak salah sasaran. Salah satu teknik
yang dipakai dalam perencanaan pembangunan adalah analisis fungsi wilayah.
Menurut Budiharsono (2005) wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi
yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara
internal. Analisis fungsi wilayah sendiri merupakan analisis terhadap
fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah perencanaan dalam kaitannya dengan
berbagai aktivitas masyarakat untuk dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas
pelayanan tersebut (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :110)
Analisis fungsi wilayah merupakan alat yang efektif melihat berbagai
macam kegiatan ekonomi masyarakat yang dikonsentrasikan dalam suatu area
tertentu (aglomeration) pada lingkungan wilayah perencanaan sehingga
mempermudah para perencana untuk menentukan prioritas yang mendorong
masyarakat untuk fasilitas pelayanan secara mudah.( Riyadi dan Supriyadi, 2005
:111).
Tujuan dari analisis fungsi wilayah adalah :
(1)Mengetahui pengelompokkan wilayah menurut fungsinya, seperti : pusat kota,
pusat perekonomian, pusat pendidikan,dll
(3)Mengetahui nilai strategis suatu wilayah terhadap perkembangan daerah
(4)Memetakan potensi wilayah yang dapat dikembangkan secara ekonomis di
masa depan
(5)Memetakan kawasan hinterland yaitu kawasan yang berada di bawah standar
tingkat pelayanan sehingga harus dirancang sebagai pusat-pusat terpencil
(hinterland).
(6)Mengetahui wilayah yang mempunyai nilai batas yang dibutuhkan untuk
mendukung pelayanan dan fasilitas sekarang atau masa yang akan datang
(Riyadi dan Supriyadi, 2005 :111)
Adapun teknik – teknik dalam analisis fungsi wilayah adalah settlement
function analysis, centrality index analysis, dan scalogram. settlement function
analysis merupakan alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai
struktur/hirarki fungsi – fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah (Riyadi
dan Supriyadi, 2005 :116).
Settlement function analysis merupakan suatu alat yang digunakan untuk
melakukan analisis mengenai struktur / hirarki dan fungsi – fungsi pelayanan yang
ada dalam suatu wilayah. Melalui analisis ini diharapkan akan diketahui hal – hal
mengenai tata jenjang dan distribusi pusat – pusat pelayanan dalam suatu wilayah
dengan instrument ini tingkat-tingkat pelayanan sosial, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya dapat dilihat, sampai sejauh mana mampu
memberikan fungsi pelayanan, terutama dalam daya jangkau pelayanannya.
Profil wilayah merupakan gambaran umum suatu wilayah dengan
menggambarkan keadaan lam, sosial, ekonomi, budaya politik, kelembagaan dan
sebagainya yang pada umumnya dituangkan dalam bentuk data-data baik bersifat
kualitatif ataupun kuantitaif (angka-angka). Dalam perumusan perencanaan
pembangunan daerah dan anaisis fungsi wilayah, profil wilayah merupakan salah
satu bahan yang sangat penting karena dari profil wilayah akan mendapatkan
informasi-informasi awal yang relatif lengkap tentang gambaran umum suatu
wilayah perencanaan. Profil wilayah juga merupakan salah satu data sekunder
bagi setiap perencana pembangunan daerah, karena dalam proses perencanaan
pembangunan daerah profil wilayah merupakan data yang cukup penting, setap
perencana pembangunan daerah harus menelaan profil wilayah tersebut secara
intensif. Analisis profil wilayah itu merupakan suatu proses yang sistematis guna
mengetahui ciri-ciri dan kondisi obyektif suatu wilayah yang diperlukan dalam
rangka mempersiapkan proses perencanaan daerah (Riyadi dan Supriyadi,
2005:84)
Data-data yang pada umumnya diperlukan dalam rangka menyusun profil
wilayah, antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut:
DATA MANFAAT SUMBER
Data Kependudukan:
*Jumlah penduduk dan
Untuk mengetahui potensi
tenaga kerja dan fasilitas
* Biro Pusat Statistik
perkembangannya
(analisis kependudukan)
pelayanan yang perlu
disediakan untuk
masyarakat
Untuk mengetahui apakah
fasilitas pendidikan yang
ada sudah cukup atau
belum dengan
* Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Data Fasilitas Pendidikan:
*Jumlah Sekolah (SD, SMP,
SMU, Kejuruan)
*Jumlah Murid
*Jumlah Gedung dan
Ruangan
* Jumlah Tenaga Guru
(analisis Fungsi)
Apakah prasarana yang
tersedia sudah mencukupi
serta bagaimana
pemanfaatannya.
* Biro Pusat Statistik
* Departemen Pendidikan
yang menerbitkan Statistik
Sekolah
* Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Sumber: Modul Diklat PRDP 1999, setelah diolah kembali (Riyadi dan Supriyadi,
2005: 87).
2.2.2 Analisis Jarak
Analisis jarak merupakan salah satu teknik dalam perencanaan
bentuk matriks jarak diperlukan untuk mengukur jarak dari wilayah-wilayah
pemukiman lainnya yang memungkinkan bagi terlaksananya proses interaksi dari
anggota masyarakat, dalam proses perencanaan pembangunan daerah
dititikberatkan di daerah Kabupaten/Kota dengan sasa desentralisasi (otonomi
daerah) yang ditetapkan di Indonesia (Riyadi dan Supriyadi, 2005: 124).
2.2.3 Teori Sektor
Teori sektor (Sector Theory) menurut Humer Hoyt yang mengatakan bahwa
kota tersusun sebagai berikut: (Jayadinata, 1999:130)
(1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota;
(2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan
perdagangan;
(3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah
menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal
kaum murba atau kaum buruh;
(4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak
sektor madyawisma;
(5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan
atas.
2.3 Kebijakan Publik
Menurut Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala
sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang
membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. Harold Laswell
mendefinisikannya sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan
tujuan-tujuan tertentu nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu. Carl I. Friedrick
mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seorang,
kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman
dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk
memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka
mencapai tujuan tertentu (dalam Riant Nugroho, 2003:4).
Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang
dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari
kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan
publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal
yang diputuskn pemerintah untuk tidak dikerjakan- atau dibiarkan. Kebijakan
publik ”memilih dan tidak memilih” dapat dipahami dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat
Kegiatan
Strategis
Kegiatan Tidak/
Masyarakat mampu
Sumber: Riant Nugroho (2003:56)
Disini tampak bahwa pemerintah hanya mengerjakan seluruh pekerjaan
pada Kuadran III dan sebagian pada Kuadran I. Secara detail jenis-jenis pekerjaan
pada masing-masing kuadran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV
Pendidikan Perdagangan Persenjataan Perintisan
Transportasi Produksi Mie
instan
Bendungan Catatan Sipil
Sumber: Riant Nugroho (2003:56)
Pembagian jenis kebijakan publik yang kedua adalah bentuknya.
Kebijakan publik dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis dalam
bentuk peraturan perundangan, dan peraturan-peratura yang tidak tertulis namus
Gambar 1
Siklus Skematik dari Kebijakan Publik
Sumber: Riant Nugroho (2003:73)
Dari gambar diatas tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai
berikut:
1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat
strategis yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan
keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa
diselesaikan oleh orang-seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini
diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.
2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan output
Perumusan Kebijakan
Publik
Implementasi Kebijakan
Publik
Evaluasi Kebijakan
Publik outcome
ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya-termasuk
pimpinan negara.
3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh
pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan
masyarakat.
4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan,
diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian
apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan
diimplementasikan dengan baik dan benar pula.
5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa
kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan olen
pemanfaat.
6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam
bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan
yang hendak dicapai dengan kebijakn tersebut.
Dengan melihat skema diatas kita melihat bahwa terdapat tiga kegiatan
pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:
1. Perumusan Kebijakan
2. Implementasi Kebijakan
2.3.2 Kebijakan Publik Paling Dasar
Seperti diketahui dalam masyarakat, terdapat tiga jenis tugas pokok
(bahkan bisa disebut ”misi”) yang diperlukan agar masyarakat hidup, tumbuh, dan
berkembang, yaitu tugas pelayanan, tugas pembangunan, tugas pemberdayaan.
Ketiga tugas ini dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang memang dilahirkan
untuk tugas-tugas tersebut. Setiap organisasi mengemban satu tugas dan kemudian
menjadi misi atau rasion d’etre atau ”alasan keberadaan”. Pembagiannya sebagai
berikut:
1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada
umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau
dengan sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu pun bisa
menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh negara yang dilaksanakan
melalui salah satu lengannya, yaitu lengan eksekutif (pelaksana
pemerintah).
2. Tugas pembangunan adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya pembangunan
produktivitas dari masyarakat dan mengkreasikan nilai ekonomi atas
produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan menjadi misi dari
organisasi ekonomi atau lembaga bisnis.
3. Tugas pemberdayaan adalah peran untuk membuat setiap warga
masyarakat mampu meningkatkan kualitas kemanusiaan dan
Organisas-organisasi nirlaba adalah Organisas-organisasi yang memiliki kompetensi pokok
(core competence) di bidang pemberdayaan.
Gambar 2
Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat
Sumber: Riant Nugroho (2003:76)
Dengan melihat pemilahan ini, kita melihat bahwa tugas pokok dari
pemerintah adalah memberikan pelayanan, di dalam arti pelayana umum atau
pelayanan publik. Di sini menjadi relevan untuk menilai seberapa jauh pemerintah
sudah melakukan pelayanan sebagaimana misi yang diembannya. Hal ini
berkenaan dengan masalah akuntabilitas dari pelaksanaan misi dari pemerintah,
dimana akuntabilitas adalah salah satu inti yang paling inti dari prinsip good
governance.
Penilaian akan sejauh mana pemerintah telah menyelenggarakan
pelayanannya hanya bisa dilakukan jika terdapat alat ukur yang sesuai dengan Pelayanan (publik)
Pembangunan (ekonomi)
Pemberdayaan (masyarakat)
Adminstrasi Publik
Dunia Usaha
tugas yang diberikan atau misi yang diemban. Alat ukur ini diantarany diberi
”label” standar pelayanan minimum.
Pada prinsipnya, terdapat banyak jenis pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah, khususnya yang diletakkan dalam konteks kebijakan publik yang
dapat berbentuk distributif, redistributif, dan regulatif. Namun, secara generik,
pelayanan yang diberikan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pelayanan primer, yaitu pelayanan yang paling mendasar.
2. Pelayanan sekunder, yaitu pelayanan pendukung namun bersifat kelompok
spesifik.
3. Pelayanan tersier, yaitu pelayanan yang berhubungan secara tidak
langsung kepada publik.
Disini kita melihat bahwa pelayanan primer atau pelayanan paling
mendasar pada hakikatnya adalah pelayanan minimum. Secara sederhana, terdapat
tiga jenis pelayanan minimum yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
1. Pelayanan kewargaan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pelayanan pendidikan
4. Pelayanan ekonomi
Pada keempat jenis pelayanan minimum inilah kita dapat meletakkan
standar-standar pokok yang menjadi standar acuan pelaksanaan dan standar pokok
audit implementasi kebijakan pelayanan minimum. Standarisasi sendiri dapat
dikelompokkan menjadi tiga isu, yaitu kebijakan yang terbagi kedalam dua hal,
1. Kebijakan dari pelayanan minimum, yaitu kebijakan yang sudah ada dan
kebijakan yang akan dibuat.
2. Implementasi pelayanan minimu, yang terdiri dari manusia (SDM),
organisasi, infrastruktur, mekanisme dan pembiayaan.
3. Nilai pelayanan minimum, yang terdiri dari indikator akubtabilitas,
transparansi, keadilan, dan responsivitas.
2.4. Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo,
2002:3). Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi
pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan
pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
nasional.
Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan
mutu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang bermutu itu pada
hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan
pemdidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan
2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan
Menurut Hamalik (2008:76), pengertian manajemen pendidikan itu
sendiri adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan pendidikan.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk
keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:
1. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode
penyampaian, sistem evaluasi dan sistem bimbingan.
2. Program ketenagaan pendidikan.
3. Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan
4. Program pembiayaan.
5. Program hubungan dengan masyarakat.
2.5 Kerangka Berpikir
Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara Indonesia yang
tercantum dalam tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan
undang-undang dasar 1945 adalah mencakup tiga hal, yaitu :
2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Ikut melaksanakan ketertiban
Sejalan dengan pembukaan undang-undang dasar 1945, undang-undang
No.20 tahun 2003 pasal 4 juga menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa, tetapi di beberapa Kota/Kabuapten di Indonesia terjadi di Indonesia, salah
satunya di Kabupaten Tangerang yang terkena dampak kuota tersebut. Kuota yang
diterapkan sebesar 5% yang tercantum pada Perda Kota Tangerang No.11 tahun
2007 pasal 18 ayat 4 pada daerah luar kota Tangerang (termasuk Kabupaten
Tangerang) menunjukkan bahwa Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan
dasar (pelayanan primer) terhadap masyarakat dalam hal pendidikan dengan baik,
sebaliknya Kabupaten belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang dasar
tersebut yaitu berupa pendidikan sehingga keluarnya peraturan daerah tentang
kuota penerimaan siswa baru atas daerah di luar kota Tangerang.
Analisi jarak dengan menggunakan matriks jarak digunakan sebagai data
untuk melihat seberapa dekat Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang
ataupun Kota/Kabupaten lainnya sedangkan Teknik settlement function analysis
ini digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus
memetakan daya jangkau fungsi pelayanan pendidikan, yang menggunakan data
yang berasal dari profil wilayah dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin
pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu
fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Hasil dari penghitungan settlement function analysisi dan analisis
kebijakan diharapkan dapat memecahkan masalah ini dan menghasilkan
kebijakan-kebijakansebagai berikut:
1. Peningkatan kesejahteraan guru.
2. Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan
3. Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap
4. Pemerataan pendidikan
Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang dasar 1945
UU No. 20 tahun 2003 Pasal 4ayat 1
Kuota 5% atas PSB kepada Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Kota Tangerang no.11 tahun
Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100%
dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka
semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya
Gambar 3
• Peningkatan kesejahteraan guru
• Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan
• Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap
• Pemerataan pendidikan
* Jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Analisis
Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini adalah
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan
yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan
tema. Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak
dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas,
jumlah intensitas atau frekuensinya. Menurut Denzin, para peneliti kualitatif
menekankan sikap realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara
peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk
penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang menyoroti cara
munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya (Denzin dan
Lincoln, 2009:1)
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian tentang Analisis Fungsi Wilayah
Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan adalah peneliti sendiri. Menurut
Maleong, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat-alat bantu
yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari; panduan wawancara,
buku catatan, dan handphone untuk memotret.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data utama yang digunakan
untuk penghitungan dalam teknik settlement function analysis. Data
sekunder ini berupa data dari Dinas yang dibutuhkan (data dari Pemerintah
Kabupaten Tangerang berupa data dari BPS Tahun 2009 dan data dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ) serta dari website yang
menyediakan data yang diperlukan. Data sekunder yang diperlukan yaitu
berupa jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan. Data lainnya berupa
ketersediaan fungsi pelayanan yaitu berupa jumlah sekolah dari jenjang
TK/RA(Taman Kanak-kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS (Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK (Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).
b. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini menjadi data pendukung dalam
membantu hasil dari data sekunder. Data primer berupa:
1. Wawancara dengan informan yang memiliki peran dalam
bidang pendidikan.
2. Observasi terhadap keadaan beberapa keadaan sekolah baik
prasarana maupun sarana.
a. Informan, yaitu masyarakat yang memiliki peran dalam bidang
pendidikan yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Anggota DPRD, Tokoh
masyarakat dan masyarakat sendiri.
b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan
penelitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data berupa:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian dengan melihat
fakta-fakta fisik dari obyek yang diteliti. Fakta-fakta dan informasi yang
diperoleh secara langsung di lapangan, kemudian dicatat dan dirangkum
untuk dijadikan data sekunder dan data primer .
2. Metode Wawancara
Menurut Denzin, wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap
muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Melalui
wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth
interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak
dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan
cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat
menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang
penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak
berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak diatur dalam suatu urutan atau
aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara mungkin
dimulai dari tengah atau dari bagian akhir. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait yang
memiliki kaitan dengan bidang pendidikan dan pengambil kebijakan
dalam hal pendidikan di Kabupaten Tangerang sebagai bahan yang
mendukung data utama.
3. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini, gunanya adalah
untuk mendapatkan uraian yang benar dari buku-buku, literatur serta karya
ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan referensi
yang ada hubungan dengan penulisan penelitian ini
Dari ketiga metode diatas, metode kepustakaan sebagai metode primer,
sedangkan metode pengumpulan data lainnya tetap relevan untuk mendapatkan
data sekunder yang dibutuhkan dalam kerangka penulisan skripsi ini, agar hasil
penelitian dapat mewujudkan adanya konsep penelitian faktual dan dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
3.3. Informan Penelitian
Setelah mempelajari tentang Analisis Fungsi Wilayah dalam Fungsi
Pendidikan, peneliti akan mampu menentukan informan yang cocok untuk
penelitiannya. Menurut Morse, seorang informan yang baik adalah seorang yang
kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara,
dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan
dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam
Fungsi Pendidikan menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel
bertujuan). Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan interactional,
theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling (Alwasih,
2006:155). Menurut Patton, alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam
penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang dipilih sebaiknya
memiliki informasi yang kaya (rich information) (Bungin, 2007:53). Prosedur
penentuan informan yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat
informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2007:53).
Tabel 3
Informan Penelitian
No Informan Keterangan
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
Key Informan
2. Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Komisi II Bidang Kesejahteraan Rakyat
Key Informan
Kecamatan Teluknaga
4. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di Kecamatan Kosambi
Key Informan
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1. Teknik Pengolahan Data
Irawan Soehartono (1998) memberikan pengertian metode yang berbeda
dengan teknik. Metode diartikan sebagai ”cara atau strategi menyeluruh untuk
menemukan atau memperoleh data yang diperlukan sedangkan teknik
pengumpulan data merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data”.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan daerah/wilayah, pengertian
mengenai metode pengumpulan data sebagai strategi yang digunakan oleh
perencana pembangunan wilayah untuk memperoleh data-data dan informasi yang
diperlukan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan wilayah/daerah
sedangkan teknik pengumpulan data diartikan sebagai cara operasional yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :
235). Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data, proses
pengolahan data merupakan data tahapan, dimana data dipersiapkan,
diklasifikasikan, dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses
berikutnya yaitu analisis data. Data yang dikumpul diolah menjadi beberapa
proses:
a. coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu.
b. Editing, yaitu tahap mengkoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus
c. Tabulating, yaitu penyusunan data berdasarkan jenis data, serta
perhitungan kualitas dan frekuensi data serta fungsi data.
3.4.2 Analisis Data
Analisis data merupakan dalam penelitian yang dilakukan untuk menguji
data yang bersifat kuantitatif. Maka analisis data yang dilakukan dalam penelitian
disesuaikan dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan untuk menganalisis
daya dukung Kabupaten yang dipakai adalah Teknik Settlement Function
Analysis. Teknik atau metode ini merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan analisis mengenai struktur/hirarki fungsi-fungsi pelayanan yang ada
dalam suatu wilayah (Riyadi dan Supriyadi, 2005:116), dengan analisis ini dapat
diketahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus memetakan daya
jangkau fungsi-fungsi pelayanan tersebut. Dimana nilai bobot menunjukkan
bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil
pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin
rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Settlement Function Analysis
Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100% Jumlah Total Fungsi
Jumlah Total Jenis fungsi
Nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka
semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana
semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan model yang
telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data (data analysis)
terdiri dari tiga sub proses yang saling terkait yaitu reduksi data, penyajian data,
dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Proses ini dilakukan sebelum tahap
pengumpulan data, persisnya pada saat menentukan rancangan dan perencanaan
penelitian, sewaktu proses pengumpulan data, sementara dan analisis awal, serta
Gambar
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Sumber: Denzin, 2009
Kegiatan analisis data di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data (data reduction), berarti bahwa kesemestaan potensi yang
dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah mekanisme antisipatoris. Hal ini
dilakukan ketika peneliti menemukan kerangka kerja konseptual (conceptual
framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan instrument penelitian yang
digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data lain telah
tersedia, tahap seleksi data berikutnya perangkuman data (data summary),
pengodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering), dan
penyajian cerita secara tertulis (Denzin dan Lincoln, 2009:593).
b. Penyajian Data (Data Display)
Denzin dan Lincoln mendefinisikan penyajian data (data display) sebagai
konstruk informasi padat terstruktur yang memungkinkan pengambilan
tahap analisis. Seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar
pemaknaan. Penyajian data yang lebih terfokus meliputi ringkasan terstruktur dan
sinopsis, deskripsi singkat, diagram-diagram, matrik dengan teks daripada angka
dalam set (Denzin dan Lincoln, 2009:593).
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles
&Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi ini melibatkan peneliti dalam proses interpretasi
penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan akan semakin
banyak; metode konspirasi, merumuskan pola dan tema, pengelompokan
(clustering), dan penggunaan metafora tentang metode konfirmasi seperti
triangulasi, mencari kasus-kasus negatif, menindaklanjuti temuan-temuan, dan cek
silang hasilnya dengan responden. Menurut Gherardi dan Turner, ketika data
informasi telah dirangkum, dikelompokan, diseleksi, dan saling dihubungkan, kita
bisa melakukan proses transformasi data (Denzin dan Lincoln, 2009:594).
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas
internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut
kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai
dengan fakta di lapangan. Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif
yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang
jelas temtang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada
keterandalan alat ukur atau instrument penelitian (Bungin, 2007:59). Menurut
Selltiz, keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan
alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur
(Denzin dan Lincoln, 2009:204). Adapun untuk pengujian keabsahan datanya,
penelitian ini menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi (Triangulation)
Menurut Campbel dan Fiske istilah yang sering digunakan untuk
mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah
yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime.
Istilah triangulasi juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan
lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi
antara berbagai teori yang digunakan (Denzin dan Lincoln, 2009:605).. Teknik
triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang
beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan
dari suatu observasi maupun interpretasi. Namun harus dengan prinsip bahwa
tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi, Denzin menggunakan
prosedur-prosedur yang beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh
(redundancy of data gathering). Triangulasi dimaksudkan lebih sebagai perangkat
pembantu bagi seorang peneliti. Denzin merangkum lima tipe dasar dari teknik
a. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah sumber data dalam penelitian.
b. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan sejumlah peneliti atau evaluator.
c. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal.
d. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation), yaitu menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal.
e. Triangulasi interdisipliner (Interdisciplinary triangulation), yaitu dengan memanfaatkan lintas disiplin keilmuan.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi.
Pertama, teknik triangulasi data. Proses triangulasi dilakukan terus-menerus
sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti
yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang
perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin, 2007:204). Kedua, teknik
triangulasi teori. Proses triangulasi menggunakan konsep analisis fungsi wilayah
untuk menghitung ketersediaan pelayanan sehingga bisa dijadikan acuan untuk
mengambil kebijakan oleh para stakeholders.
Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan
alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran
alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh
karena itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili
kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder (Bungin, 2007:205).
Format Matriks Fungsi Wilayah Dengan Analisis Pola Pemukiman Kabupaten / Kota ”X”, Provinsi ”Y” Tahun ”Z”
TK SD SMP SMA PT Fungsi ( y)
Sumber : Manfred Poppe dalam Perencanaan Sebagai Suatu Dialog, setelah dimodifikasi 2002 (dalam Riyadi dan Supriyadi, 2005 : 117)
Keterangan Tabel 5 :
X : Jumlah Fungsi; Jumlah Total Fungsi; Y1: Total % (100 %) Y : Presentase fungsi (dari total fungsi) Rumus : y = x x 100 %
X1
Cara pengisian matriks fungsi dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan).
2) Kolom (2) diisi dengan nama – nama kecamatan yang di daerah Kabupaten / Kota terkait. Upayakan urutannya didasarkan pada jumlah populasi, dimana yang terbesar diurutan pertama, dan seterusnya (hal ini bukan merupakan keharusan)
3) Pada kolom (3), tulislah jumlah populasi untuk setiap kecamatan.
4) Pada kolom jenis fungsi, pengisian dilakukan dengan memberikan angka sesuai dengan jumlah fungsi yang ada di daerah tersebut. Dalam kolom ini, pengisian dilakukan dengan dua bagian; pertama, di sudut kiri atas diisi dengan jumlah fungsi (tanda X); kedua, pada sudut kanan bawah diisi dengan angka persentase (tanda Y) yang dihitung berdasarkan rumus di atas.
5) Selanjutnya kolom indeks fungsi diisi dengan jumlah persentase dari masing – masing baris seluruh fungsi yang ada. Skor tertinggi menunjukkan frekuensi kegiatan suatu fungsi pelayanan yang tinggi, dan sebaliknya. Nilai rata – rata dari penjumlahan persentase dari masing – masing baris dapatlah dilakukan dengan membagi hasil penjumlahan tersebut dengan jumlah kolom terkait (terisi) dalam baris tersebut. Hasilnya dapat juga menjadi indeks fungsi dalam bentuk persentase rata – rata.
6) Pada garis terakhir (total persentase) dapat diisi dengan menjumlahkan seluruh persentase yang diperoleh dari setiap kolom.