• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI WILAYAH

KABUPATEN TANGERANG

DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

CITRA GIA NOURIFIANA

NIM. 072692

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Citra Gia Nourifiana

NIM : 072692

Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 11 Mei 1989

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang Dalam Fungsi Pendidikan adalah hasil karya sendiri, dan seluruh

sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka

gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Juni 2011

Materai Rp. 6.000

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : CITRA GIA NOURIFIANA

NIM : 072692

Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN

TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

Serang, 06 Juni 2011

Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Agus Ajafari., M.Si Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si

Mengetahui Dekan FISIP UNTIRTA

(4)

PROGRAM ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : CITRA GIA NOURIFIANA NIM : 072692

Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

Telah dipertahankan dalam ujian Sidang dan Komprehensif pada Program Stusi Ilmu Administasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 6, bulan Juni Tahun 2011, dan dinyatakan LULUS.

Serang, Juni 2011 Ketua Penguji

Rina Yulianti, S.IP, M.Si

NIP: 197407052006042011 (………)

Anggota

Arenawati S.Sos, M.Si

NIP: 197004102006042001 (…………..…..…)

Anggota

Ipah Ema Jumiati, M.Si

NIP: 197501312005012004 (……….)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si

(5)

ABSTRAK

Citra Gia Nourifiana. NIM.072692. SKRIPSI. Penelitian ini disusun atas terjadinya diskriminisi penerimaan siswa baru di Kabupaten Tangerang dengan adanya pengkuotaan. Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga nagara Indonesia khususnya penduduk usia sekolah untuk mendapatkannya dengan akses yang mudah dan bermutu baik. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya kepada daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih bermutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan dan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mendukung terpenuhinya daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang atas fasilitas pendidikan di Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik

(6)

ABSTRACT

(7)

Motto dan Persembahan

Our greatest glory is not in never falling but in rising everytime we fall (buku 5cm)

because

The man with the greatest soul will always face the greatest war

with the low minded person (orang yang berjiwa besar akan selalu menghadapi perang besar

dengan orang yang berpikiran rendah dan pendek)

karya tulis ini ku persembahkan

untuk mama dan ayahku tercinta

serta adikku

tanpa mereka tak mungkin saya menjadi pribadi seperti ini

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat... 21

TABEL 2 Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis... 21

TABEL 3 Instrumen Penelitian... 38

TABEL 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 45

TABEL 5 Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten Lainnya... 73

TABEL 6 Perhitungan settlement function analysis jenjang TK dan RA... 74

TABEL 7 Perhitungan settlement function analysis jenjang SD dan MI... 77

TABEL 8 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMP dan MTS.. 80

TABEL 9 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMA.MA,SMK.. 82

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Skematik dari Kebijakan Publik... 22

Gambar 2 Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat... 25

Gambar 3 Kerangka Berpikir... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajara 2009-2010

2. Dokumen Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Tangerang

3. Pedoman Wawancara

4. Dokumen Foto

5. Panduan Bimbingan Skripsi

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syrat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul “Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan”. Maka dengan ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Orangtua tercinta yang memeberi dukungan baik materil ataupun imateril.

2. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc sevagai Rektor Untirta 3. Prof. Dr. Ahamad Sihabudin, M.Si sebagai Dekan FISIP Untirta

4. Dr. Agus Sjafari., M.Si sebagai Pembantu Dekan I dan sebagai Pembimbing pertama

5. Rahmi Winangsih., M.Si sebagai Pembantu Dekan II 6. Idi dimiati, M.Si sebagai Pembantu Dekan III

7. Kadung Sapto Nugroho M.Si ketua Prodi FISIP Untirta. 8. Rina Yulianti M.Si sebagai Sekretaris Prodi FISIP Untirta 9. Ibu Ipah Ema Jumiati M.Si sebagai dosen pembimbing kedua 10.Teman-teman tercinta

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Tangerang, Juni 2011

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI….………...……….. iii

BAB I PENDAHULUAN………...………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.………...……….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ...…………...…... 8

1.3. Perumusan Masalah.………...…...……….. 9

(13)

1.5. Kegunaan Penelitian…...………...…... 9

1.5.1. Kegunaan teoritis.………...……….. 9

1.5.2. Kegunaan Praktis...…………... 10

1.6. Sistematika Penulisan...….…...…... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....….………...………...….. 12

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah...………..………... 12

2.2. Analisis Fungsi Wilayah...…...………... 15

2.2.1. Profil Wilayah...………..………….…... 17

2.2.2. Analisis Jarak...………... 19

2.2.3. Teori Sektor...………..…..…... 19

2.3. Kebijakan Publik...…... 20

2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik...……... 20

2.3.2. Kebijakan Publik Paling Dasar...…... 24

2.4. Konsep Pendidikan...…... 27

2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan...…... 28

2.5. Kerangka Berpikir...…... 29

(14)

3.1. Metode Penelitian...…... 32

3.2. Instrumen Penelitian...…... 32

3.2.1 Jenis dan Sumber Data...…... 33

3.3. Informan Penelitian...…... 36

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...…... 37

3.4.1. Teknik Pengolahan Data...…... 37

3.4.2. Analisis Data...…... 38

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ...…... 41

3.6. Lokasi dan Jadwal Penelitian...…... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN...….………....………...….. 45

4.1. Deskripsi Objek Penelitian...…... 45

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang...…... 45

4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang...…... 47

4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang...…...

48

4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang...

(15)

4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang...

56

4.1.2 Dinas Pendidikan ... 58

4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan... 58

4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan...…...

59

4.1.2.3 Dasar Hukum ...…...

60

4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten

Tangerang...

61

4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan...…...

62

4.1.2.5.1 Jalur Horizontal...…...

62

4.1.2.5.2 Jalur Vertikal...…...

63

4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional...…...

64

4.1.2.7 Jalur Pendidikan...…...

(16)

4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar... ....

65

4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah... ....

65

4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi... ..

66

4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal...

66

4.1.2.7.5 Pendidikan Informal...

67

4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini...

67

4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan... ....

68

4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan...

68

4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh...

68

4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan

Khusus...

(17)

4.2. Informan Penelitian... 70

4.3. Deskripsi dan Analisis Data ...…... 71

4.3.1. Deskripsi Data ...…...

71

4.3.2. Analisis Data ...…...

71

4.4. Interpretasi Hasil Penelitian ...…...

89

4.4.1. Masalah Pemerataan Pendidikan...…...

90

4.4.2.Pemecahan Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi

Pendidikan...…...

96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...………....………...….. 101

DAFTAR PUSTAKA... 106

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

BAB I

(18)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 ). Pendidikan nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang

dasar 1945 adalah mencakup empat hal, yaitu :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum dan

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa serta

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Berdasarakan keempat poin di atas maka dapat kita simpulkan bahwa

negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia

baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita

(19)

mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Selain

itu negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk

kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Bagian Kedua Fungsi dan Tujuan Pasal 3

Perda No. 11 Tahun 2007).

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan tidak boleh ada

yang terbatasi dalam akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut tapi pada

kenyataannya, dengan adanya otonomi daerah yang memisahkan satu daerah

menjadi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota (Contoh Kota Tangerang dan

Kabupaten Tangerang) menjadi penghalang bagi warga negara terutama siswa

untuk mengakses pendidikan yang lebih bermutu seperti tertera pada Bab III

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

kemajemukan bangsa.

Kota biasanya selalu menjadi pusat berbagai kegiatan bahkan semua

kegiatan termasuk pendidikan yang lebih bermutu begitu juga Kota Tangerang

(20)

Tangerang karena selain pusat segala kegiatan, pendidikan yang ada di Kota

Tangerang memang sudah terbukti kualitasnya dari mulai gedung sekolah, guru

sampai kepada alumninya sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri belum bisa

lebih bermutu dalam segi pendidikan, fasilitas yang ada pada sekolah belum bisa

sebagus dan bermutu seperti di Kota Tangerang sehingga menyebabkan siswa

yang ada di Kabupaten Tangerang ingin bersekolah di sekolah yang berkualitas.

Keinginan ini berbenturan dengan peraturan daerah dimana para orangtua

yang ingin anaknya bersekolah di tempat yang lebih bermutu di batasi dengan

(kuota) sebanyak 5 % bagi siswa yang berasal dari Kabupaten Tangerang (luar

Kota, baik daerah Kabupaten atau daerah lainnya) sehingga menimbulkan

ketidakadilan terhadap para siswa yang ingin mendapatkan fasilitas pendidikan

yang lebih bermutu. Kuota ini diberlakukan dengan alasan ingin memberikan hak

kepada warga Kota Tangerang secara penuh untuk menikmati APBD yang berasal

dari berbagai pajak dan pungutan dari masyarakat Kota Tangerang tersebut.

Kuota sebasar 5 % ini seperti yang tertera pada Perda Kota Tangerang no.

11 Tahun 2007 Bagian Keenam, Penerimaan Peserta Didik Baru Pasal 18 ayat 4 “

Bila sekolah tidak mungkin menerima seluruh calon peserta didik pendaftar

karena terbatasnya daya tampung, maka dilaksanakan seleksi”. Ayat 7, “Biaya

pendaftaran penerimaan peserta didik baru tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK

Negeri yang sekolahnya berasal dari Kota dibebankan pada APBD”. Ayat 8

“Calon peserta didik yang berasal dari luar Kota pendaftarannya langsung ke

sekolah yang dituju dengan jumlah kuota untuk siswa yang diterima dari luar Kota

(21)

ditetapkan” dan ayat 10 Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai

dengan ayat (9), diatur lebih lanjut oleh Dinas.

Peneliti tertarik pada permasalahan perbedaan hak yang terjadi pada siswa

yang tinggal di Kabupaten Tangerang dengan siswa yang tinggal di Kota

Tangerang. Perbedaan ini sangat menyalahi aturan Undang-Undang pendidikan

karena setiap siswa berhak memilih dimana ia bersekolah demi mendapatkan

haknya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk hidupnya dan hak itu

dilindungi negara. Perbedaan hak atas penerimaan siswa baru terhadap fasilitas

pendidikan yang terjadi di daerah satu dengan daerah yang lain sangat tidak

pantas dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah hak setiap warga negara

selain itu siswa yang ada di Kabupaten Tangerang belum tentu tidak berprestasi

dibandingkan dengan siswa Kota Tangerang sehingga pemberian kuota ini bisa

membatasi kreatifitas dan hak para siswa.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa gedung sekolah yang ada di Kabupaten Tangerang memang

belum memenuhi standar bahkan banyak yang rusak atau dalam masih direnovasi,

tidak seperti yang ada di daerah Kota Tangerang. Jumlah peserta dan jumlah

siswa yang lulus yang ada di Kabupaten Tangerang juga terdapat selisih yang

banyak, pada tahun 2009 di jenjang SD/MTS terdapat 49401 peserta ujian dan

siswa yang lulus sebanyak 45218 dan yang tidak lulus sebanyak 4189 siswa, di

tingkat SMP/MTS sebanyak 22057 peserta ujian dan yang lulus sebanyak 20819

siswa dan yang tidak lulus sebanyak 1238 siswa. Pada jenjang SMS/MTS/SMK

(22)

14949 siswa sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5793 siswa (sumber data:

Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Data

ini menunujukkan bahwa memang mutu pendidikan di Kabupaten Tangerang

masih kurang karena masih banyak ribuan siswa yang tidak lulus pada setiap

jenjang. Selain kualitas yang kurang dan fasilitas yang belum memenuhi syarat,

pada jenjang SD dan RA tidak terdapat fasilitas seperti perpustakaan, sedangkan

pada jenjang SMP dan MTS terdapat 421 sekolah hanya terdapat 171 jumlah

laboratorium, pada jenjang SMA,SMK dan MA terdapat 233 sekolah dan hanya

memiliki 153 laboratorium (Sumber Data : Dokumen Data Pendidikan Kabupaten

Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Jumlah perguruan tinggi yang ada di

Tangerang berjumlah 48 perguruan tinggi, perguruan tinggi yang berada

Kabupaten Tangerang hanya berjumlah sepuluh (sumber:

http://bantenprov.go.id/get_page.php?link=dtl&id=3140)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun

usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu

(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan

penduduk kelompok usia sekolah). Misalnya, APK SD sama dengan jumlah siswa

yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7

sampai 12 tahun. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang

bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia

sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa

(23)

daerah perbatasan. Pada tahun 2008 APK di Kabupaten tangerang rata-rata telah

mencapai 96,18% (sumber: http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD).

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator yang berguna untuk

mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu

untuk bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan batasan usianya

(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan

penduduk kelompok usia sekolah). Apabila dibandingkan dengan APK, APM

merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi

penduduk kelompok usia tertentu dijenjang pendidikan yang sesuai. Makin tinggi

APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah,

atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di

tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena

adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. Kegunaan

APM adalah untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah

disuatu jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni SD/MI yang ada di

Kabupaten Tangerang diketahui sebesar 95,27 %. Angka melek huruf yang ada di

Kabupaten Tangerang pada tahun 2002 diketahui sebesar 93.7% , tahun 2003

sebesar 93.7%, tahun 2004 sebesar 94.0% , tahun 2005 sebesar 94.7% , tahun

2006 sebesar 94.7% , tahun 2007 sebesar 95.3% dan pada tahun 2008 95.3%

(sumber : http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD) .

Jumlah TK/RA pada tahun 2009 di Kabupaten Tangerang diketahui

sebanyak 556 bangunan, memiliki kelas sebanyak 20 dan ruang kelas sebanyak

(24)

22.627 siswa dan yang menjadi anak baru sebanyak 23.945. Jumlah rencana

penerimaan atas siswa SD di Kabupaten Tangerang sebanyak 26.086 siswa,

sedangkan siswa yang mendaftar baik perempuan dan laki-laki yang mendaftar

sebanyak 70.623 dan yang tercatat menjadi siswa SD di Kabupaten Tangerang

sebanyak 67.133. Jumlah SMP yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat

pada tahun 2009 sebanyak 411 SMP baik negeri maupun swasta, sedangkan

rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 53833 siswa, dan yang

mendaftar adalah sebanyak 56317 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama

di SMP yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 47846 siswa. Jumlah

SMA/MA yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009

sebanyak 158 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan

siswa pada tahun 2009 sebanyak 17392 siswa, dan yang mendaftar adalah

sebanyak 17550 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMA yang ada

di Kabupaten Tangerang sebanyak 14483 siswa yang diterima pada tahun

pertama. Jumlah SMK yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada

tahun 2009 sebanyak 46 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana

penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 10095 siswa, dan yang mendaftar

adalah sebanyak 10614 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMK

yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 7929 siswa yang masuk pada tahun

pertama (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Tangerang). Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti masalah yang ada di Kabupaten Tangerang secara khusus dan di

(25)

wilayah atas fungsi pendidikan karena pendidikan merupakan hal yang sangat

penting dalam pembangunan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, indentifikasi masalah

penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Implementasi otonomi daerah atas dana APBD yang berasal dari rakyat

berupa pajak dan lain-lain menyebabkan pengkuotaan terhadap PSB

(Penerimaan Siswa Baru).

2. Kuota 5 % atas penerimaan siswa baru dari daerah Kabupaten Tangerang

ke daerah Kota Tangerang menimbulkan ketidakadilan.

3. Daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan gedung

sekolah dan fasilitasnya yang lebih bermutu untuk masyarakat daerahnya

masih kurang.

Pembatasan masalah dalam penelitian Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini hanya kepada daya dukung wilayah

Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih

bermutu.

(26)

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Analisis Fungsi

Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi

Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

pengambil kebijakan mengenai analisis fungsi wilayah dan seberapa besar daya

dukung wilayah Kabupaten Tangerang terhadap fungsi pendidikan sehingga dapat

meningkatkan pembangunan daerah Kabupaten Tangerang.

1.5.1. Kegunaan teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khazanah

ilmu pengetahuan yang ada, khususnya bidang perencanaan pembangunan dan

kebijakan publik.

1.5.2. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk

pengambilan keputusan oleh para pengambil keputusan di Kabupaten Tangerang,

dengan penelitian ini para pengambil keputusan bisa mencarikan jalan keluar atas

(27)

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab merupakan bagian-bagian

yang berkesinambungan secara sistematis. Sistematika ini disusun untuk

memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan, sistematika

penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan keterangan umum latar belakang masalah yang

menjadi dasar penelitian, kemudian identifikasi masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun

manfaat secara praktis, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir, dan

hipotesis penelitian. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang

beberapa pendapat ahli mengenai teori yang berkaitan dengan analisis

fungsi wilayah, kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.

Selanjutnya dalam kerangka berpikir digambarkan alur pemikiran

penulisan dalam penelitian ini. Kemudian dalam hipotesis penelitian,

disajikan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji melalui

(28)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, instrumen penelitian,

populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,

dan tempat dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang deskripsi data hasil penelitian, pengujian

hipotesis serta analisis data yang terdiri dari deskripsi objek penelitian,

deskripsi data, pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian dan

pembahasan atas penelitian yang dilakukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(29)

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan

daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu

kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan

(Riyadi dan Supriyadi, 2005:4).

Menurut Siagian (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4), pembangunan diartikan

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,

menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Ginanjar

Kartasasmita (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4) memberikan pengertian yang lebih

sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui

upaya yang dilakukan secara terencana”. Sebagaimana dikemukakan para ahli,

pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui

upaya-upaya secara sadar dan terencana.

Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh

kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal. Wilayah

tersebut dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu wilayah homogen,wilayah nodal,

wilayah perencanaan dan wilayah administrasi (Budiharsono, 2005:18-19)

Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk

perencanaan penggerakan di dalam ruang wilayah) dan perencanaan kegiatan pada

(30)

bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam

wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. (Tarigan, 2005: 32-33)

Tujuan dari perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang

efisien, nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang

menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak

pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi

dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan

benturan kepentingan dari berbagai pihak (Tarigan, 2005:10). Menurut Blair

dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe (Tarigan, 2005:10).

Pertama, wilayah fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat

integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke dalam

wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar.

Terbentuknya wilayah fungsional ini akan tampak dalam keadaan pelaku –

pelaku ekonomi lokal saling berinteraksi di antara mereka sendiri pada derajat

atau tingkatan (kualitas dan kuantitas) lebih dari interaksi pelaku ekonomi lokal

dengan pelaku dari luar wilayah. Salah satu wujud wilayah fungsional yang paling

umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal (wilayah pendukung) didasarkan

pada susunan (sistem) yang berhierarki dari suatu hubungan di antara simpul –

simpul perdagangan. Suatu pusat atau simpul perdagangan kecil diikat

(tergantung) oleh pusat perdagangan yang lebih besar dan keduanya diikat lagi

oleh pusat perdagangan yang lebih besar. Wilayah nodal (nodal region) adalah

wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan

(31)

dalam wilayah yang lebih besar atau kota – kota menengah memiliki kota – kota

kecil sebagai wilayah pinggiran dari suatu kota besar sebagai inti (core). Dengan

demikian, wilayah nodal lebih dibatasi dari aspek kekuatan interaksi dan

hubungan ekonomi, bukan dari aspek wilayah dalam arti fisik geografis. Campbell

dan Fainstain dalam Tarigan (2005) menyatakan bahwa dalam pembangunan Kota

atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis. Dalam konteks

tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan

suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan publik mempengaruhi

kepentingankepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila kekuasaan

mempengaruhi perencanaan.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)

kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari

sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap

keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial

(Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah

pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi

lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang

memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih

ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan

besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat

tersebut.

(32)

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk

menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara

untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan

Rochmin Dahuri, 2004). Perencanaan pembangunan jangka pendek maupun

jangka panjang harusnya berbasis data agar tidak salah sasaran. Salah satu teknik

yang dipakai dalam perencanaan pembangunan adalah analisis fungsi wilayah.

Menurut Budiharsono (2005) wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi

yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara

internal. Analisis fungsi wilayah sendiri merupakan analisis terhadap

fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah perencanaan dalam kaitannya dengan

berbagai aktivitas masyarakat untuk dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas

pelayanan tersebut (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :110)

Analisis fungsi wilayah merupakan alat yang efektif melihat berbagai

macam kegiatan ekonomi masyarakat yang dikonsentrasikan dalam suatu area

tertentu (aglomeration) pada lingkungan wilayah perencanaan sehingga

mempermudah para perencana untuk menentukan prioritas yang mendorong

masyarakat untuk fasilitas pelayanan secara mudah.( Riyadi dan Supriyadi, 2005

:111).

Tujuan dari analisis fungsi wilayah adalah :

(1)Mengetahui pengelompokkan wilayah menurut fungsinya, seperti : pusat kota,

pusat perekonomian, pusat pendidikan,dll

(33)

(3)Mengetahui nilai strategis suatu wilayah terhadap perkembangan daerah

(4)Memetakan potensi wilayah yang dapat dikembangkan secara ekonomis di

masa depan

(5)Memetakan kawasan hinterland yaitu kawasan yang berada di bawah standar

tingkat pelayanan sehingga harus dirancang sebagai pusat-pusat terpencil

(hinterland).

(6)Mengetahui wilayah yang mempunyai nilai batas yang dibutuhkan untuk

mendukung pelayanan dan fasilitas sekarang atau masa yang akan datang

(Riyadi dan Supriyadi, 2005 :111)

Adapun teknik – teknik dalam analisis fungsi wilayah adalah settlement

function analysis, centrality index analysis, dan scalogram. settlement function

analysis merupakan alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai

struktur/hirarki fungsi – fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah (Riyadi

dan Supriyadi, 2005 :116).

Settlement function analysis merupakan suatu alat yang digunakan untuk

melakukan analisis mengenai struktur / hirarki dan fungsi – fungsi pelayanan yang

ada dalam suatu wilayah. Melalui analisis ini diharapkan akan diketahui hal – hal

mengenai tata jenjang dan distribusi pusat – pusat pelayanan dalam suatu wilayah

dengan instrument ini tingkat-tingkat pelayanan sosial, ekonomi, kesehatan,

pendidikan, dan sebagainya dapat dilihat, sampai sejauh mana mampu

memberikan fungsi pelayanan, terutama dalam daya jangkau pelayanannya.

(34)

Profil wilayah merupakan gambaran umum suatu wilayah dengan

menggambarkan keadaan lam, sosial, ekonomi, budaya politik, kelembagaan dan

sebagainya yang pada umumnya dituangkan dalam bentuk data-data baik bersifat

kualitatif ataupun kuantitaif (angka-angka). Dalam perumusan perencanaan

pembangunan daerah dan anaisis fungsi wilayah, profil wilayah merupakan salah

satu bahan yang sangat penting karena dari profil wilayah akan mendapatkan

informasi-informasi awal yang relatif lengkap tentang gambaran umum suatu

wilayah perencanaan. Profil wilayah juga merupakan salah satu data sekunder

bagi setiap perencana pembangunan daerah, karena dalam proses perencanaan

pembangunan daerah profil wilayah merupakan data yang cukup penting, setap

perencana pembangunan daerah harus menelaan profil wilayah tersebut secara

intensif. Analisis profil wilayah itu merupakan suatu proses yang sistematis guna

mengetahui ciri-ciri dan kondisi obyektif suatu wilayah yang diperlukan dalam

rangka mempersiapkan proses perencanaan daerah (Riyadi dan Supriyadi,

2005:84)

Data-data yang pada umumnya diperlukan dalam rangka menyusun profil

wilayah, antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut:

DATA MANFAAT SUMBER

Data Kependudukan:

*Jumlah penduduk dan

Untuk mengetahui potensi

tenaga kerja dan fasilitas

* Biro Pusat Statistik

(35)

perkembangannya

(analisis kependudukan)

pelayanan yang perlu

disediakan untuk

masyarakat

Untuk mengetahui apakah

fasilitas pendidikan yang

ada sudah cukup atau

belum dengan

* Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan

Data Fasilitas Pendidikan:

*Jumlah Sekolah (SD, SMP,

SMU, Kejuruan)

*Jumlah Murid

*Jumlah Gedung dan

Ruangan

* Jumlah Tenaga Guru

(analisis Fungsi)

Apakah prasarana yang

tersedia sudah mencukupi

serta bagaimana

pemanfaatannya.

* Biro Pusat Statistik

* Departemen Pendidikan

yang menerbitkan Statistik

Sekolah

* Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan

Sumber: Modul Diklat PRDP 1999, setelah diolah kembali (Riyadi dan Supriyadi,

2005: 87).

2.2.2 Analisis Jarak

Analisis jarak merupakan salah satu teknik dalam perencanaan

(36)

bentuk matriks jarak diperlukan untuk mengukur jarak dari wilayah-wilayah

pemukiman lainnya yang memungkinkan bagi terlaksananya proses interaksi dari

anggota masyarakat, dalam proses perencanaan pembangunan daerah

dititikberatkan di daerah Kabupaten/Kota dengan sasa desentralisasi (otonomi

daerah) yang ditetapkan di Indonesia (Riyadi dan Supriyadi, 2005: 124).

2.2.3 Teori Sektor

Teori sektor (Sector Theory) menurut Humer Hoyt yang mengatakan bahwa

kota tersusun sebagai berikut: (Jayadinata, 1999:130)

(1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota;

(2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan

perdagangan;

(3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah

menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal

kaum murba atau kaum buruh;

(4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak

sektor madyawisma;

(5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan

atas.

2.3 Kebijakan Publik

(37)

Menurut Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala

sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang

membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. Harold Laswell

mendefinisikannya sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan

tujuan-tujuan tertentu nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu. Carl I. Friedrick

mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seorang,

kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman

dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk

memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka

mencapai tujuan tertentu (dalam Riant Nugroho, 2003:4).

Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang

dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari

kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan

publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal

yang diputuskn pemerintah untuk tidak dikerjakan- atau dibiarkan. Kebijakan

publik ”memilih dan tidak memilih” dapat dipahami dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat

Kegiatan

Strategis

Kegiatan Tidak/

(38)

Masyarakat mampu

Sumber: Riant Nugroho (2003:56)

Disini tampak bahwa pemerintah hanya mengerjakan seluruh pekerjaan

pada Kuadran III dan sebagian pada Kuadran I. Secara detail jenis-jenis pekerjaan

pada masing-masing kuadran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

Pendidikan Perdagangan Persenjataan Perintisan

Transportasi Produksi Mie

instan

Bendungan Catatan Sipil

Sumber: Riant Nugroho (2003:56)

Pembagian jenis kebijakan publik yang kedua adalah bentuknya.

Kebijakan publik dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis dalam

bentuk peraturan perundangan, dan peraturan-peratura yang tidak tertulis namus

(39)

Gambar 1

Siklus Skematik dari Kebijakan Publik

Sumber: Riant Nugroho (2003:73)

Dari gambar diatas tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai

berikut:

1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat

strategis yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan

keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa

diselesaikan oleh orang-seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini

diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan

publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan output

Perumusan Kebijakan

Publik

Implementasi Kebijakan

Publik

Evaluasi Kebijakan

Publik outcome

(40)

ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya-termasuk

pimpinan negara.

3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh

pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan

masyarakat.

4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan,

diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian

apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan

diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa

kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan olen

pemanfaat.

6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam

bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan

yang hendak dicapai dengan kebijakn tersebut.

Dengan melihat skema diatas kita melihat bahwa terdapat tiga kegiatan

pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:

1. Perumusan Kebijakan

2. Implementasi Kebijakan

(41)

2.3.2 Kebijakan Publik Paling Dasar

Seperti diketahui dalam masyarakat, terdapat tiga jenis tugas pokok

(bahkan bisa disebut ”misi”) yang diperlukan agar masyarakat hidup, tumbuh, dan

berkembang, yaitu tugas pelayanan, tugas pembangunan, tugas pemberdayaan.

Ketiga tugas ini dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang memang dilahirkan

untuk tugas-tugas tersebut. Setiap organisasi mengemban satu tugas dan kemudian

menjadi misi atau rasion d’etre atau ”alasan keberadaan”. Pembagiannya sebagai

berikut:

1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada

umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau

dengan sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu pun bisa

menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh negara yang dilaksanakan

melalui salah satu lengannya, yaitu lengan eksekutif (pelaksana

pemerintah).

2. Tugas pembangunan adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya pembangunan

produktivitas dari masyarakat dan mengkreasikan nilai ekonomi atas

produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan menjadi misi dari

organisasi ekonomi atau lembaga bisnis.

3. Tugas pemberdayaan adalah peran untuk membuat setiap warga

masyarakat mampu meningkatkan kualitas kemanusiaan dan

(42)

Organisas-organisasi nirlaba adalah Organisas-organisasi yang memiliki kompetensi pokok

(core competence) di bidang pemberdayaan.

Gambar 2

Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat

Sumber: Riant Nugroho (2003:76)

Dengan melihat pemilahan ini, kita melihat bahwa tugas pokok dari

pemerintah adalah memberikan pelayanan, di dalam arti pelayana umum atau

pelayanan publik. Di sini menjadi relevan untuk menilai seberapa jauh pemerintah

sudah melakukan pelayanan sebagaimana misi yang diembannya. Hal ini

berkenaan dengan masalah akuntabilitas dari pelaksanaan misi dari pemerintah,

dimana akuntabilitas adalah salah satu inti yang paling inti dari prinsip good

governance.

Penilaian akan sejauh mana pemerintah telah menyelenggarakan

pelayanannya hanya bisa dilakukan jika terdapat alat ukur yang sesuai dengan Pelayanan (publik)

Pembangunan (ekonomi)

Pemberdayaan (masyarakat)

Adminstrasi Publik

Dunia Usaha

(43)

tugas yang diberikan atau misi yang diemban. Alat ukur ini diantarany diberi

”label” standar pelayanan minimum.

Pada prinsipnya, terdapat banyak jenis pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah, khususnya yang diletakkan dalam konteks kebijakan publik yang

dapat berbentuk distributif, redistributif, dan regulatif. Namun, secara generik,

pelayanan yang diberikan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pelayanan primer, yaitu pelayanan yang paling mendasar.

2. Pelayanan sekunder, yaitu pelayanan pendukung namun bersifat kelompok

spesifik.

3. Pelayanan tersier, yaitu pelayanan yang berhubungan secara tidak

langsung kepada publik.

Disini kita melihat bahwa pelayanan primer atau pelayanan paling

mendasar pada hakikatnya adalah pelayanan minimum. Secara sederhana, terdapat

tiga jenis pelayanan minimum yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

1. Pelayanan kewargaan

2. Pelayanan kesehatan

3. Pelayanan pendidikan

4. Pelayanan ekonomi

Pada keempat jenis pelayanan minimum inilah kita dapat meletakkan

standar-standar pokok yang menjadi standar acuan pelaksanaan dan standar pokok

audit implementasi kebijakan pelayanan minimum. Standarisasi sendiri dapat

dikelompokkan menjadi tiga isu, yaitu kebijakan yang terbagi kedalam dua hal,

(44)

1. Kebijakan dari pelayanan minimum, yaitu kebijakan yang sudah ada dan

kebijakan yang akan dibuat.

2. Implementasi pelayanan minimu, yang terdiri dari manusia (SDM),

organisasi, infrastruktur, mekanisme dan pembiayaan.

3. Nilai pelayanan minimum, yang terdiri dari indikator akubtabilitas,

transparansi, keadilan, dan responsivitas.

2.4. Konsep Pendidikan

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar

yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan

adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo,

2002:3). Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi

pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan

pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling

menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan

nasional.

Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan

mutu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang bermutu itu pada

hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan

pemdidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan

(45)

2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan

Menurut Hamalik (2008:76), pengertian manajemen pendidikan itu

sendiri adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan pendidikan.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk

keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:

1. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode

penyampaian, sistem evaluasi dan sistem bimbingan.

2. Program ketenagaan pendidikan.

3. Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan

4. Program pembiayaan.

5. Program hubungan dengan masyarakat.

2.5 Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara Indonesia yang

tercantum dalam tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan

undang-undang dasar 1945 adalah mencakup tiga hal, yaitu :

(46)

2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Ikut melaksanakan ketertiban

Sejalan dengan pembukaan undang-undang dasar 1945, undang-undang

No.20 tahun 2003 pasal 4 juga menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan

secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan

bangsa, tetapi di beberapa Kota/Kabuapten di Indonesia terjadi di Indonesia, salah

satunya di Kabupaten Tangerang yang terkena dampak kuota tersebut. Kuota yang

diterapkan sebesar 5% yang tercantum pada Perda Kota Tangerang No.11 tahun

2007 pasal 18 ayat 4 pada daerah luar kota Tangerang (termasuk Kabupaten

Tangerang) menunjukkan bahwa Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan

dasar (pelayanan primer) terhadap masyarakat dalam hal pendidikan dengan baik,

sebaliknya Kabupaten belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang dasar

tersebut yaitu berupa pendidikan sehingga keluarnya peraturan daerah tentang

kuota penerimaan siswa baru atas daerah di luar kota Tangerang.

Analisi jarak dengan menggunakan matriks jarak digunakan sebagai data

untuk melihat seberapa dekat Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang

ataupun Kota/Kabupaten lainnya sedangkan Teknik settlement function analysis

ini digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus

memetakan daya jangkau fungsi pelayanan pendidikan, yang menggunakan data

yang berasal dari profil wilayah dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin

(47)

pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu

fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Hasil dari penghitungan settlement function analysisi dan analisis

kebijakan diharapkan dapat memecahkan masalah ini dan menghasilkan

kebijakan-kebijakansebagai berikut:

1. Peningkatan kesejahteraan guru.

2. Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan

3. Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap

4. Pemerataan pendidikan

Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang dasar 1945

UU No. 20 tahun 2003 Pasal 4ayat 1

Kuota 5% atas PSB kepada Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Kota Tangerang no.11 tahun

(48)

Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100%

dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka

semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya

Gambar 3

• Peningkatan kesejahteraan guru

• Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan

• Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap

• Pemerataan pendidikan

* Jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan

(49)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Analisis

Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini adalah

metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan

yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan

tema. Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak

dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas,

jumlah intensitas atau frekuensinya. Menurut Denzin, para peneliti kualitatif

menekankan sikap realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara

peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk

penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang menyoroti cara

munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya (Denzin dan

Lincoln, 2009:1)

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian tentang Analisis Fungsi Wilayah

Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan adalah peneliti sendiri. Menurut

Maleong, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak

bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat-alat bantu

yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari; panduan wawancara,

buku catatan, dan handphone untuk memotret.

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

(50)

1. Jenis Data

a. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data utama yang digunakan

untuk penghitungan dalam teknik settlement function analysis. Data

sekunder ini berupa data dari Dinas yang dibutuhkan (data dari Pemerintah

Kabupaten Tangerang berupa data dari BPS Tahun 2009 dan data dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ) serta dari website yang

menyediakan data yang diperlukan. Data sekunder yang diperlukan yaitu

berupa jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan. Data lainnya berupa

ketersediaan fungsi pelayanan yaitu berupa jumlah sekolah dari jenjang

TK/RA(Taman Kanak-kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS (Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK (Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).

b. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini menjadi data pendukung dalam

membantu hasil dari data sekunder. Data primer berupa:

1. Wawancara dengan informan yang memiliki peran dalam

bidang pendidikan.

2. Observasi terhadap keadaan beberapa keadaan sekolah baik

prasarana maupun sarana.

(51)

a. Informan, yaitu masyarakat yang memiliki peran dalam bidang

pendidikan yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Anggota DPRD, Tokoh

masyarakat dan masyarakat sendiri.

b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis dalam penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data berupa:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian dengan melihat

fakta-fakta fisik dari obyek yang diteliti. Fakta-fakta dan informasi yang

diperoleh secara langsung di lapangan, kemudian dicatat dan dirangkum

untuk dijadikan data sekunder dan data primer .

2. Metode Wawancara

Menurut Denzin, wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap

muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Melalui

wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth

interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak

dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan

cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat

menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang

(52)

penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak

berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak diatur dalam suatu urutan atau

aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara mungkin

dimulai dari tengah atau dari bagian akhir. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait yang

memiliki kaitan dengan bidang pendidikan dan pengambil kebijakan

dalam hal pendidikan di Kabupaten Tangerang sebagai bahan yang

mendukung data utama.

3. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini, gunanya adalah

untuk mendapatkan uraian yang benar dari buku-buku, literatur serta karya

ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan referensi

yang ada hubungan dengan penulisan penelitian ini

Dari ketiga metode diatas, metode kepustakaan sebagai metode primer,

sedangkan metode pengumpulan data lainnya tetap relevan untuk mendapatkan

data sekunder yang dibutuhkan dalam kerangka penulisan skripsi ini, agar hasil

penelitian dapat mewujudkan adanya konsep penelitian faktual dan dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.

3.3. Informan Penelitian

Setelah mempelajari tentang Analisis Fungsi Wilayah dalam Fungsi

Pendidikan, peneliti akan mampu menentukan informan yang cocok untuk

penelitiannya. Menurut Morse, seorang informan yang baik adalah seorang yang

(53)

kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara,

dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan

dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam

Fungsi Pendidikan menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel

bertujuan). Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan interactional,

theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling (Alwasih,

2006:155). Menurut Patton, alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam

penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang dipilih sebaiknya

memiliki informasi yang kaya (rich information) (Bungin, 2007:53). Prosedur

penentuan informan yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana

menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat

informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2007:53).

Tabel 3

Informan Penelitian

No Informan Keterangan

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

Key Informan

2. Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Komisi II Bidang Kesejahteraan Rakyat

Key Informan

(54)

Kecamatan Teluknaga

4. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di Kecamatan Kosambi

Key Informan

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1. Teknik Pengolahan Data

Irawan Soehartono (1998) memberikan pengertian metode yang berbeda

dengan teknik. Metode diartikan sebagai ”cara atau strategi menyeluruh untuk

menemukan atau memperoleh data yang diperlukan sedangkan teknik

pengumpulan data merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data”.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan daerah/wilayah, pengertian

mengenai metode pengumpulan data sebagai strategi yang digunakan oleh

perencana pembangunan wilayah untuk memperoleh data-data dan informasi yang

diperlukan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan wilayah/daerah

sedangkan teknik pengumpulan data diartikan sebagai cara operasional yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :

235). Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data, proses

pengolahan data merupakan data tahapan, dimana data dipersiapkan,

diklasifikasikan, dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses

berikutnya yaitu analisis data. Data yang dikumpul diolah menjadi beberapa

proses:

a. coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu.

b. Editing, yaitu tahap mengkoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus

(55)

c. Tabulating, yaitu penyusunan data berdasarkan jenis data, serta

perhitungan kualitas dan frekuensi data serta fungsi data.

3.4.2 Analisis Data

Analisis data merupakan dalam penelitian yang dilakukan untuk menguji

data yang bersifat kuantitatif. Maka analisis data yang dilakukan dalam penelitian

disesuaikan dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan untuk menganalisis

daya dukung Kabupaten yang dipakai adalah Teknik Settlement Function

Analysis. Teknik atau metode ini merupakan alat yang digunakan untuk

melakukan analisis mengenai struktur/hirarki fungsi-fungsi pelayanan yang ada

dalam suatu wilayah (Riyadi dan Supriyadi, 2005:116), dengan analisis ini dapat

diketahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus memetakan daya

jangkau fungsi-fungsi pelayanan tersebut. Dimana nilai bobot menunjukkan

bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil

pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin

rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Settlement Function Analysis

Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100% Jumlah Total Fungsi

(56)

Jumlah Total Jenis fungsi

Nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka

semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana

semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan model yang

telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data (data analysis)

terdiri dari tiga sub proses yang saling terkait yaitu reduksi data, penyajian data,

dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Proses ini dilakukan sebelum tahap

pengumpulan data, persisnya pada saat menentukan rancangan dan perencanaan

penelitian, sewaktu proses pengumpulan data, sementara dan analisis awal, serta

(57)

Gambar

Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Sumber: Denzin, 2009

Kegiatan analisis data di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data (data reduction), berarti bahwa kesemestaan potensi yang

dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah mekanisme antisipatoris. Hal ini

dilakukan ketika peneliti menemukan kerangka kerja konseptual (conceptual

framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan instrument penelitian yang

digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data lain telah

tersedia, tahap seleksi data berikutnya perangkuman data (data summary),

pengodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering), dan

penyajian cerita secara tertulis (Denzin dan Lincoln, 2009:593).

b. Penyajian Data (Data Display)

Denzin dan Lincoln mendefinisikan penyajian data (data display) sebagai

konstruk informasi padat terstruktur yang memungkinkan pengambilan

(58)

tahap analisis. Seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar

pemaknaan. Penyajian data yang lebih terfokus meliputi ringkasan terstruktur dan

sinopsis, deskripsi singkat, diagram-diagram, matrik dengan teks daripada angka

dalam set (Denzin dan Lincoln, 2009:593).

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles

&Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi ini melibatkan peneliti dalam proses interpretasi

penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan akan semakin

banyak; metode konspirasi, merumuskan pola dan tema, pengelompokan

(clustering), dan penggunaan metafora tentang metode konfirmasi seperti

triangulasi, mencari kasus-kasus negatif, menindaklanjuti temuan-temuan, dan cek

silang hasilnya dengan responden. Menurut Gherardi dan Turner, ketika data

informasi telah dirangkum, dikelompokan, diseleksi, dan saling dihubungkan, kita

bisa melakukan proses transformasi data (Denzin dan Lincoln, 2009:594).

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas

internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut

kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai

dengan fakta di lapangan. Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif

(59)

yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang

jelas temtang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada

keterandalan alat ukur atau instrument penelitian (Bungin, 2007:59). Menurut

Selltiz, keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan

alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur

(Denzin dan Lincoln, 2009:204). Adapun untuk pengujian keabsahan datanya,

penelitian ini menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut:

a. Triangulasi (Triangulation)

Menurut Campbel dan Fiske istilah yang sering digunakan untuk

mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah

yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime.

Istilah triangulasi juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan

lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi

antara berbagai teori yang digunakan (Denzin dan Lincoln, 2009:605).. Teknik

triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang

beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan

dari suatu observasi maupun interpretasi. Namun harus dengan prinsip bahwa

tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi, Denzin menggunakan

prosedur-prosedur yang beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh

(redundancy of data gathering). Triangulasi dimaksudkan lebih sebagai perangkat

pembantu bagi seorang peneliti. Denzin merangkum lima tipe dasar dari teknik

(60)

a. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah sumber data dalam penelitian.

b. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan sejumlah peneliti atau evaluator.

c. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal.

d. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation), yaitu menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal.

e. Triangulasi interdisipliner (Interdisciplinary triangulation), yaitu dengan memanfaatkan lintas disiplin keilmuan.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi.

Pertama, teknik triangulasi data. Proses triangulasi dilakukan terus-menerus

sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti

yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang

perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin, 2007:204). Kedua, teknik

triangulasi teori. Proses triangulasi menggunakan konsep analisis fungsi wilayah

untuk menghitung ketersediaan pelayanan sehingga bisa dijadikan acuan untuk

mengambil kebijakan oleh para stakeholders.

Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian

kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan

alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran

alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh

karena itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili

kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder (Bungin, 2007:205).

Format Matriks Fungsi Wilayah Dengan Analisis Pola Pemukiman Kabupaten / Kota ”X”, Provinsi ”Y” Tahun ”Z”

(61)

TK SD SMP SMA PT Fungsi ( y)

Sumber : Manfred Poppe dalam Perencanaan Sebagai Suatu Dialog, setelah dimodifikasi 2002 (dalam Riyadi dan Supriyadi, 2005 : 117)

Keterangan Tabel 5 :

X : Jumlah Fungsi; Jumlah Total Fungsi; Y1: Total % (100 %) Y : Presentase fungsi (dari total fungsi) Rumus : y = x x 100 %

X1

Cara pengisian matriks fungsi dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan).

2) Kolom (2) diisi dengan nama – nama kecamatan yang di daerah Kabupaten / Kota terkait. Upayakan urutannya didasarkan pada jumlah populasi, dimana yang terbesar diurutan pertama, dan seterusnya (hal ini bukan merupakan keharusan)

3) Pada kolom (3), tulislah jumlah populasi untuk setiap kecamatan.

4) Pada kolom jenis fungsi, pengisian dilakukan dengan memberikan angka sesuai dengan jumlah fungsi yang ada di daerah tersebut. Dalam kolom ini, pengisian dilakukan dengan dua bagian; pertama, di sudut kiri atas diisi dengan jumlah fungsi (tanda X); kedua, pada sudut kanan bawah diisi dengan angka persentase (tanda Y) yang dihitung berdasarkan rumus di atas.

5) Selanjutnya kolom indeks fungsi diisi dengan jumlah persentase dari masing – masing baris seluruh fungsi yang ada. Skor tertinggi menunjukkan frekuensi kegiatan suatu fungsi pelayanan yang tinggi, dan sebaliknya. Nilai rata – rata dari penjumlahan persentase dari masing – masing baris dapatlah dilakukan dengan membagi hasil penjumlahan tersebut dengan jumlah kolom terkait (terisi) dalam baris tersebut. Hasilnya dapat juga menjadi indeks fungsi dalam bentuk persentase rata – rata.

6) Pada garis terakhir (total persentase) dapat diisi dengan menjumlahkan seluruh persentase yang diperoleh dari setiap kolom.

Gambar

Tabel 2
Gambar 1
 Gambar 2 Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat
Gambar 3 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dapat diketahui dalam perekaman SPT Tahunan adalah sebagai berikut: SPT Tahunan Lebih Bayar yang penyampaian SPT Tahunan setelah 3 (tiga) tahun maka

merupakan faktor yang sangat penting dalam penyesuaian diri. Perkembangan dan kematangan, kematangan emosional,

2.3) Cadangan yang dibentuk sebelum mencapai angka 20% dari modal yang ditempatkannya, hanya dapat dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh

Penelitian ini mengenai preferensi merek konsumen produk shampoo sunsilk dan sejauh mana preferensi merek tersebut dapat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk shampoo

Winataputra (2012:60) menjelaskan, bahwa: “sasaran pengembangan civic virtue dan civic participation adalah untuk mengembangkan watak dan karakter warga negara yang

Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu apakah penyebab yang melatar belakangi anak-anak mampu melakukan tindak kejahatan yang saat ini sedang marak terjadi yaitu

Penerapan metode Naïve Bayes pada sistem pakar diagnosa gangguan pencernaan balita terbukti dapat memberikan hasil perhitungan dengan akurasi yang tepat. Pada kasus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kompleksitas dari algoritma filter IIR Shen-Castan untuk deteksi tepi pada citra digital berdasarkan pada kompleksitas waktu