• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Studi

Kota Banda Aceh merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di NAD dengan luas daerah sekitar 61,36 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Propinsi NAD yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

Kota Banda Aceh terletak antara 2° - 6° Lintang Utara dan 95° - 98° Lintang Selatan dengan ketinggian 1,5 - 2,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Banda Aceh merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Krueng Aceh dan Krueng Daroy.

Kota Banda Aceh mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Blang Bintang pada tahun 2008 berkisar antara 22,5°C – 24,5°C dan suhu maksimum berkisar antara 30,6°C – 33,9°C. Kelembaban udara di wilayah Kota Banda Aceh rata 83% dan kecepatan angin rata 0,45 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Hari hujan di Kota Banda Aceh pada tahun 2008 rata-rata 17 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya antara 173,58 – 184,33 mm (BPS dan Perencanaan Pembangunan Daerah NAD, 2008).

Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan dan 90 desa dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang terus-menerus bertambah dari tahun ke tahun seperti yang terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Banda Aceh Tahun 2005

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Luas wilayah (Km2) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km) 2003 223.829 1,25 61,36 3.669 2004 239.146 1,50 61,36 3.920 2005 177.881 1,19 61,36 2.916 2006 179.266 1,18 61,36 2.939 2007 219.659 1,23 61,36 3.582

Sumber: BPS dan Perencanaan Pembangunan Daerah NAD, 2008.

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Banda Aceh pada tahun 2003 sampai tahun 2008 cukup signifikan yaitu berkisar antara 1,18 sampai 1,50%. Kepadatan penduduk Kota Banda Aceh terus berkurang yaitu pada tahun 2005 sebesar 2.916 jiwa/km hingga tahun 2007 berjumlah 3.582 jiwa/km.

Pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi merupakan faktor penyebab pencemaran udara yang penting di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi mendorong pengembangan wilayah perkotaan yang semakin melebar ke daerah pinggiran kota/daerah penyangga. Sebagai akibatnya mobilitas penduduk dan permintaan transportasi semakin meningkat. Jarak dan waktu tempuh perjalanan sehari-hari semakin bertambah karena jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja atau aktivitas lainnya semakin jauh dan kepadatan lalu lintas yang tinggi menyebabkan waktu tempuh makin lama.

4.1.1. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh yang mempunyai julukan “Daerah Modal” dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pembangunan fisik berupa

gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel dan tempat hiburan semakin banyak dilakukan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh ataupun pihak swasta sehingga menjadikan Kota Banda Aceh memiliki fungsi regional yang luas sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial dan perekonomian yang meliputi bisnis dan jasa yang selalu ramai dikunjungi masyarakat.

Seiring dengan kemajuan Kota Banda Aceh dari tahun ke tahun semakin bertambah pula jumlah kendaraan bermotor yang merupakan sarana transportasi bagi masyarakat, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum seperti yang tertuang dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan Tahun Mobil Penumpang

(Unit) Mobil Gerobak (Unit) Bus (Unit) Sepeda Motor (Unit) Jumlah (Unit) 2005 11.409 5.067 1.248 53.494 71.198 2006 13.061 5.739 1.248 68.831 88.879 2007 15.338 3.647 1.248 75.749 95.982 Sumber: Dinas Perhubungan, 2007.

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Banda Aceh cukup tinggi.

Jumlah sepeda motor mempunyai persentase terbesar dari total keseluruhan kendaraan bermotor yang ada di Kota Banda Aceh. Dari 95.982 unit kendaraan bermotor yang ada pada tahun 2007, sebanyak 75.749 unit (78,92%) adalah sepeda motor, selanjutnya adalah mobil pengangkut sebesar 15.338 unit (15,98%), mobil

gerobak sebesar 3.647 unit (3,79%) dan yang paling sedikit adalah bus sebesar 1.248 unit (1,38%).

Jumlah sepeda motor ini setiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata di atas 69%, hal ini disebabkan karena sepeda motor merupakan alat transportasi alternatif yang harganya terjangkau masyarakat luas dan adanya kemudahan yang ditawarkan oleh lembaga pembiayaan kepada masyarakat untuk membeli sepeda motor seperti cicilan dengan bunga ringan atau tanpa uang muka.

Jika dibandingkan antara jumlah kendaraan bermotor dengan jumlah penduduk maka rasio kendaraan bermotor, jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi seperti yang tertuang dalam tabel berikut: Tabel 4.3. Perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penduduk di Kota

Banda Aceh Tahun Jumlah Kendaraan

Bermotor (Unit) Jumlah Penduduk (Jiwa) Rasio Kendaraan/Penduduk (%) 2005 71.198 177.881 0,40 2006 88.879 179.266 0,49 2007 95.982 219.659 0,44

Sumber: BPS dan Perencanaan Pembangunan Daerah NAD, 2008.

Pada tahun 2005 rasio jumlah kendaraan – jumlah penduduk adalah sebesar 0,40% hingga pada tahun 2007 meningkat menjadi 0,44%. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2007 dalam 100 orang penduduk terdapat jumlah kendaraan 44 unit. Dari sisi tingkat kemakmuran masyarakat, hal ini tentunya sangat menggembirakan, namun jumlah kendaraan yang semakin meningkat tersebut akan memberikan dampak negatif yaitu menyumbang polusi terhadap lingkungan.

Dari pengamatan yang dilakukan selama bulan Februari 2008 rata-rata jumlah kendaraan bermotor yang melintas atau melewati tiga lokasi penelitian dituangkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasar Lokasi

Titik Lokasi Pengamatan Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor/Hari

1 Pinggir laut 0

2 Sp.Darussalam, Jl. T. Nyak Arif 5.126 3 Sp. Prada, Jl. T. Nyak Arif 6.109 4 Sp. Peniti, Jl. T. Chik Ditiro 8.720 5 Sp. Surabaya, Jl. T. Chik Ditiro 10.157 Sumber: Pengamatan Lapangan, 2008.

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa jumlah rata-rata kendaraan bermotor di lokasi penelitian yang tertinggi adalah di Sp. Surabaya, Jl. T. Chik Ditiro sebesar 10.157 unit/hari, menyusul Sp. Peiti, Jl. T. Chik Ditiro sebanyak 8.720 unit/hari dan terendah di Sp. Darussalam, Jl. T. Nyak Arif sebanyak 5.126 unit/hari.

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasar Jenis

Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor/Hari

Titik Lokasi Pengamatan

Roda 2 Roda 3 Roda 4 Roda >4 Total

1 Pinggir laut 0 0 0 0 0 2 Sp. Darussalam, Jl. T. Nyak Arif 2.122 241 2.754 9 5.126 3 Sp. Prada, Jl. T. Nyak Arif 2.648 285 2.812 364 6.109 4 Sp. Peniti, Jl. T. Chik Ditiro 3.780 407 4.014 519 8.720 5 Sp. Surabaya, Jl. T. Chik Ditiro 4.773 410 4.375 599 10.157

Berdasar jenis kendaraan, dari Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa di Sp. Darussalam Jl. T. Nyak Arif yang mendominasi adalah kendaraan roda 4 baik

kendaraan pribadi ataupun mobil penumpang dengan jumlah 2.754 unit, menyusul sepeda motor sebanyak 2.122 unit, becak mesin sebanyak 241 unit dan truk 9 unit.

Di Sp. Prada Jl. T. Nyak Arif kendaraan yang paling banyak adalah kendaraan roda 4 sebesar 2.812 unit, kemudian sepeda motor sebanyak 2.648 unit, truk 364 unit dan becak mesin sebanyak 285 unit. Banyaknya truk yang melewati lokasi ini karena jalan ini merupakan salah satu ruas jalan lingkar Selatan Kota Banda Aceh yang merupakan penghubung antara daerah di luar Kota Banda Aceh. Truk-truk yang berasal dari luar Kota Banda Aceh selalu melewati jalan ini menuju arah ke Aceh Besar.

Lokasi Sp. Surabaya Jl. T. Chik Ditiro kendaraan yang mendominasi adalah sepeda motor sebanyak 4.773 unit, disusul kendaraan roda 4 sebanyak 4.375 unit, truk sebanyak 599 unit dan becak mesin 410 unit. Tingginya jumlah sepeda motor yang melewati lokasi ini karena daerah Jl. T. Chik Ditiro dan sekitarnya merupakan daerah rekonstruksi dan rehabilitasi yang sebagian besar mengendarai sepeda motor.

Rata-rata jumlah kendaraan bermotor di lokasi pengamatan disajikan dalam Gambar 4.1 berikut:

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Ju m la h ( U n it ) Sp.Darussalam Jl. T. NyakA rif S p. Prada Jl. T. Nyak Arif S p. Peniti Jl. T.Chik Ditiro Sp. Surabaya

Jl.T.Chik Ditiro Lokasi

Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis

Roda 2 Roda 3 R oda 4 Roda >4

Gambar 4.1. Rata-rata Jumlah Kendaraan Bermotor di 3 Lokasi Penelitian Berdasar Jenis Kendaraan

4.1.2. Luas Taman Kota Banda Aceh

Taman merupakan salah satu bagian dari ruang terbuka hijau yang sangat besar peranannya baik sebagai penyerap polutan atau partikel beracun dan sebagai paru-paru kota karena tanaman-tanaman yang membentuk taman tersebut dapat menghasilkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Pemda Kota Banda Aceh sangat memperhatikan keindahan kota dengan membangun taman-taman di seluruh Kota Banda Aceh. Pemda Kota Banda Aceh menganggarkan dana cukup besar setiap tahunnya untuk pembuatan taman dan untuk biaya pemeliharaannya. Data luas taman di Kota Banda Aceh tertuang dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.6. Luas Tanah Pertamanan dan Jenisnya

No. Jenis Taman Luas (Ha)

1. Taman Sari 4 Ha

2. Taman Putro Phang 5,9 Ha

3. Blang Padang 10 Ha

4. Ruang Terbuka Hijau/Pom 3.000 Meter 5. Ruang Terbuka Hijau Depan Mesjid Raya 3.500 Meter 6. Ruang Terbuka Hijau Kerchop (Pecut) 6 Ha 7. Bantaran Sungai Krung Cut 4,5 Ha 8. Ruang Terbuka Hijau Kuta Alam 3.000 Meter 9. Ruang Terbuka Hijau Simpang Tiga 3.200 Meter 10. Ruang Terbuka Hijau Taman Ratu Sapiatudin 3.000 Meter Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan, 2008.

Jenis tanaman yang ditanam di taman-taman Kota Banda Aceh sangat beragam. Pemilihan jenis tanaman ini disesuaikan dengan kondisi geografi dan keadaan tanah di areal pertamanan. Berdasarkan pengamatan, jenis-jenis tanaman hias yang ditanam di taman-taman Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Jenis-jenis Tanaman yang Ditanam di Taman-taman Kota Banda Aceh

No Nama Umum Nama Latin

1. Asam Jawa Tamarandus indica, L.

2. Angsana Pterocarpus indicus, Wild

3. Balik Angin Mallothus biaceae

4. Bakung Cainum asiaticum

5. Bayam Merah Iresine herbstii

6. Bougenville Bougainvillea spectabilis

7. Cemara Udang Casuarina equisetifolia

8. Cente Lantana camara

9. Drasena Dracaena sanderiana

10. Glodokan Tiang Polyathea sp

11. Hanjuang Dracaena fragans

12. Lidah Mertua Sanseviera trifasciata

13. Lili Paris Chlorophytum comosum

14. Mawar Rosa hybrida

Lanjutan Tabel 4.7

No Nama Umum Nama Latin

16. Mirten Malphigia coccigera

17. Nolina Beaucarnea recurvata

18. Palem Botol Mascarena revaughanii

19. Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcata

20. Palem Kuning Chrysalidocarpus lutescens

21. Palem Phoenix Phoenix roebelinii

22. Palem Putri Veitchia merillii

23. Palem Raja Oreodosca regia

24. Pandan Pandanus veitchii

25. Pisang Hias Heliconia schiedeana

26. Pulai Alstonia scholaris, R.Br

27. Puring Codiaeum variegatum

28. Rumput Paitan Axonopus cumpressus

29. Rumput Manila Zoyzea matrella

30. Soka Ixora sp

31. Tanjung Mimusops elengi, L

32. Tricolor Tradescantia tricolor

Daun penghijauan yang hidup ditepi jalan yang terpapar pada waktu tertentu dapat dijadikan indikator besarnya akumulasi timbal yang dihasilkan oleh aktivitas kendaraan bermotor pada suatu tempat tertentu, kadar logam berat pada berbagai jaringan daun tanaman yang diuji tertinggi pada tanaman daun asam jawa, diikuti oleh daun angsana, mahoni, tanjung dan yang paling rendah terdapat pada daun tanaman pulai.

Dokumen terkait