• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETAIL LOKASI VOL SAT

Dalam dokumen DOCRPIJM d165485718 BAB VIIBAB VII OK FINAL (Halaman 72-103)

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- TAHUN APBN APBD PROV. APBD

KAB/KOTA PDAM Swasta Masyarakat DAK Rp. MURNI PLN HLN 23 Penambahan Water Tank untuk Pustu Desa Rinondoran Kecamatan Likupang Timur Desa Rinondoran Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara 1 m3 149000 2015

71 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Kabupaten Minahasa Utara 24 Penambahan Water Tank untuk Pustu Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara 1 m3 138000 2015 25 Rehab Sarana Air - gravitasi system Desa Winuri Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara Desa Winuri Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara 2 km 350000 2015

72 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

7.4.1 Air Limbah

Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada RPJMN 2004 — 2009 yaitu pencapaian open defecation free hingga akhir 2009 di semua Kabupaten/Kota, peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah di b ang un hin gga men capai 60% di akhi r tah un 2 009 sert a pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50% di akhir tahun 2009.

Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Bebahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera, dll.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman yaitu: ▪ Pencapaian open defecation free hingga akhir 2014

73 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

▪ Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga mencapai 60% akhir tahun 2014

▪ Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan air limbah dan tinja hingga 50% di akhir tahun 2014

Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:

▪ Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun off-site di perkotaan dan perdesaan

▪ Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman ▪ Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem

pengelolaan air limbah permukiman ▪ Penguatan kelembagaan

▪ Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan

Analisis kebutuhan pengelolaan air limbah untuk 5 (lima) tahun ke depan dilakukan dengan langkah-langkah:

▪ Menetapkan sasaran pengelolaan air limbah lima tahun ke depan

▪ Melakukan analisis kondisi sistem pengelolaan air limbah saat ini, meliputi tingkat pelayanan dan kualitas sistem prasarana dan sarana yang ada

▪ Merumuskan persoalan, yaitu kesenjangan antara sasaran lima tahun dengan kondisi saat ini

▪ Menetapkan prioritas berdasarkan skenario pengembangan kota dan kemampuan berdasarkan tingkat kebutuhan

▪ Menentukan program dan kegiatan lima tahun ke depan ▪ Menentukan investasi tahunan

- Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah antara lain:

▪ Peran daerah dalam pengembangan wilayah ▪ Rencana Pembangunan Daerah

▪ Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah

▪ Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

74 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

▪ Dalam penyusunan RPI2-JM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah

▪ Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan investasi pengelolaan Air Limbah

▪ Keterpaduan pengelolaan air limbah dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik

▪ Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia ▪ Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi pengelolaan air limbah di daerah

▪ Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan

▪ Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan pemerintah ▪ Kelembagaan yang mengelola air limbah

▪ Investasi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan

▪ Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan prasarana dan sarana air limbah, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut

Safeguard sosial dan lingkungan

Kondisi Eksisting

Sistem jaringan sanitasi yang beradai kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Minahasa Utara, terdiri dari:

a. Sanitasi untuk air buangan kegiatan rumah tangga; dan b. Sanitasi untuk air buangan kegiatan industri. Sanitasi untuk air buangan kegiatan rumah tangga :

a. Sistem sanitasi off site untuk pengelolaan air buangan di kawasan perkotaan yaitu dengan menggunakan instalasi pengolahan sebelum dibuang ke badan air penerima/sungai;

75 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b. Sistem sanitasi on site untuk pengelolaan air buangan di kawasan perdesaan.

Sedangkan untuk mendukung sanitasi off site dibangun instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dibangun di Kecamatan

Kalawat;

Sanitasi untuk air buangan kegiatan industri di kawasan industri Kauditan dan Kema dengan sistem off site melalui instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri. Khusus untuk kawasan perkotaan Airmadidi dikembangkan sistem jaringan prasarana sanitasi yang meliputi :

a. Rencana Pengembangan Sistem Perpipaan Air Limbah pada Kota Airmadidi, sepanjang 4.000 m;

b. Rencana Pengembangan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) untuk perkotaan Airmadidi kapasitas 76,00 m3/hari;

c. Rencana Pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk perkotaan Airmadidi 750,00 m3/hari

Gambar 7.23 Kondisi Sanitasi Kawasan Permukiman Pesisir

Ketersediaan sanitasi kawasan permukiman pesisir di Kabupaten Minahasa Utara dalam kondisi yang sangat buruk / rawan sanitasi. Selain itu, jarak antara sisstem pembuangan dengan sumur galian sangat terbatas. Pada kawasan permukiman Kema, justru tidak memiliki toilet pribadi masing-masing hunian, hanya terdapat 1 toilet komunal. Kondisi toilet tersebut juga tidak memiliki air besih, sehingga masyarakat harus menempuh jarak yang jauh dari tempat tinggal mereka bahkan sambil menggotong air.

76 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 7.24 Kondisi Rawan Sanitasi Kec. Likupang Barat

Kec. Likupang Timur Kec. Kema

77 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 7.11 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Minahasa Utara

No. Sistem

Cakupan Layanan eksisting (%)

Target Cakupan Layanan* (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang A Sistem On-site 1 Individual (tangki septik) 49,50 40 60 100 2 Komunal (MCK, MCK++) 3,90 20 30 - B Sistem Off-site 1 Skala Kota - - - 20 2 Skala Wilayah - - - -

78 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

79 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

7.4.2 Persampahan

Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

1. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan a. Pengertian

Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.

b. Definisi Operasional

Setiap sampah dikumpulkan dari sumber ke tempat pengolahan sampah perkotaan, yang selanjutnya dipilah sesuai jenisnya, digunakan kembali, didaur ulang, dan diolah secara optimal, sehingga pada akhirnya hanya residu yang dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir. SPM fasilitas pengurangan sampah di perkotaan adalah volume sampah di perkotaan yang melalui guna ulang, daur ulang, pengolahan di tempat pengolahan sampah sebelum akhirnya masuk ke TPA terhadap volume seluruh sampah kota, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

c. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan.

d. Target

SPM Timbulan sampah yang berkurang ke TPA adalah 20% untuk 2014. 2. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan

a. Pengertian

- Penanganan sampah terdiri dari kegiatan pemilahan, pengumpulan,pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah

- Pemilahan sampah adalah pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

- Pengumpulan sampah adalah pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu

80 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

- Pengangkutan sampah adalah membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

- Pengolahan sampah adalah bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

- Pemrosesan akhir sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

b. Definisi Operasional

Pelayanan minimal persampahan dilakukan melalui pemilahan, pengumpulan,pengangkutan sampah rumah tangga ke TPA secara berkala minimal 2 (dua) kali seminggu, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

Penyediaan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ramah lingkungan adalah jumlah TPA yang memenuhi kriteria dan dioperasikan secara layak (controlled landfill/sanitary landfill)/ramah lingkungan terhadap jumlah TPA yang ada di perkotaan, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

Dalam rangka perlindungan lingkungan dan makhluk hidup, TPA harus: 1. Dilengkapi dengan zona penyangga

2. Menggunakan metode lahan urug terkendali (controlled landfill) untuk kota sedang dan kecil

3. Menggunakan metode lahan urug saniter (sanitary landfill) untuk kota besar dan metropolitan

4. Tidak berlokasi di zona holocene fault 5. Tidak boleh di zona bahaya geologi

6. Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dan 3 meter (bila tidak memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi)

7. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dan 10-6cm/det (bila tidak memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi)

8. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dan 100 meter di hilir aliran (bila tidak memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi)

81 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

9. Kemiringan zona harus kurang dan 20 %

10. Jarak dan lapangan terbang harus lebih besar dan 3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus Iebih besar dan 1.500 meter untuk jenis lain

11. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun

12. Memantau kualitas hasil pengolahan leachate yang dibuang ke sumber air baku dan/atau tempat terbuka, dilakukan secara berkala oleh instansi yang berwenang.

SPM pelayanan sampah adalah jumlah penduduk yang terlayani dalam system penanganan sampah terhadap total jumlah penduduk di Kabupaten/Kota tersebut, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

- Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

- SNI 03 - 3241 – 1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah f. Target

SPM Pengangkutan Sampah 70% untuk 2014

Program dan kegiatan di bidang persampahan bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah.

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan yaitu: - Meningkatkan jumlah sampah terangkut

- Meningkatkan kinerja pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir yang berwawasan lingkungan

Upaya pencapaian sasaran dilakukan melalui:

- Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya

82 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

- Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan

Sasaran umum yang hendak dicapai yaitu: 1) pencapaian cakupan pelayanan 60% penduduk; 2) pencapaian pengurangan kuantitas sampah sebesar 20%; 3) tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk kota besar dan controlled landfill untuk kota sedang dan kecil, serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping selambat-lambatnya hingga tahun 2013.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan antara lain:

- Peran daerah dalam pengembangan wilayah - Rencana Pembangunan Daerah

- Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi daerah

- Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

- Dalam penyusunan RPI2-JM harus memperhatikan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Persampahan

- Kerangka kerja logis (logical framework) penilaian kelayakan investasi pengelolaan persampahan

- Keterpaduan pengelolaan persampahan dengan sistem sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik

- Memperhatikan peraturan perundangan dan pedoman yang tersedia

- Tingkat kelayakan pelayanan, dan efisiensi pengelolaan persampahan di daerah

- Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan

- Sumber pendanaan dari berbagai pihak, baik masyarakat, swasta dan pemerintah - Kelembagaan yang mengelola persampahan

83 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

- Investasi prasarana dan sarana pengelolaan persampahan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya operasi dan pemeliharaan

- Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan prasarana dan sarana persampahan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

- Safeguard sosial dan lingkungan

Gambaran umum pengelolaan persampahan menjelaskan cakupan pengelolaan persampahan yang ditangani oleh:

1. Pengelolaan oleh masyarakat (individual dan komunal)

2. Pengelolaan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota atau Dinas (pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir serta pengolahan air limbah)

3. Pengelolaan oleh swasta (pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir)

Produksi sampah mayoritas berasal dari rumah tangga dan secara kewilayahan sampah tersebut berasal dari komplek perumahan dan pasar. Sampah rumah tangga umunya terdiri dari sampah basah, sampah kering dan barang bekas. Karakter sampah tersebut akan mempengaruhi pewadahan.

Sampah dari rumah penduduk pada umumnya tidak dipisahkan menurut jenisnya, biasanya disatukan dalam satu wadah (karung/kantung plastik).

Bentuk pengelola dalam rangka pengelolaan persampahan masih dilaksanakan oleh pengelola kebersihan daerah dalam hal ini oleh Dinas Pasar dan Kebersihan.Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh masyarakat (individu dan komunal) dan badan usaha/swasta belum ada. Beberapa skala pengelolaan dan bentuk pengelola persampahan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.

Skala pengelolaan sampah secara berurutan meliputi:

a). Skala individu: yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut

84 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

b). Skala kawasan/lingkungan: yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 KK tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan

c). Skala kota: yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagaian masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah kota yang karena alasan kelayakan ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk kota tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi kecamatan

d). Skala regional; yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah kabupaten/kota yang mengadakan kerjasama pengelolaan

Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa:

a). Pengelola Kebersihan Daerah

Pengelola kebersihan kota yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah kepala daerah dapat berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator). Untuk itu perlu ada unit lain yang berfungsi melaksanakan pengeturan/pengendalian (regulator). Status pengelola kebersihan dapat berupa: Perusahaan Daerah, Dinas/Badan tersendiri, Sub Dinas atau Bidang, UPTD atau Seksi di bawah Dinas/Sub Dinas/Kecamatan.

b). Badan Usaha/Swasta

Badan usaha/swasta dapat bertindak senagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan pengelola kebersihan kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (regulator) c). Lembaga Kemitraan

Lembaga kemitraan yang dibentuk bersama antara pengelola kebersihan kota dan badan usaha/swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan pengelola kebersihan kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (regulator)

85 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Ketersediaan sistem dan manajemen pembuangan sampah sudah diatur dari titik pembuangan rumah hingga ke pembuangan air. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) direncanakan di Desa Paniki Atas Kecamatan Talawaan yang memenuhi kriteria teknis.

Setiap Kecamatan kecuali Kecamatan Airmadidi wajib membangun TPS untuk menampung timbulan sampah dari masing-masing kecamatan. Timbulan sampah dari Kecamatan Airmadidi akan ditampung di TPA Regional.

Lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah untuk tingkat kecamatan dengan mempertimbangkan kriteria teknis pembangunan TPS. Berdasarkan laporan Bantek Pengembangan TPA Regional kawasan Manado – Bitung – Airmadidi yang disusun Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Blok Wager, Desa Paniki Atas Kecamatan Talawaan dipilih menjadi lokasi TPA regional

Gambar 7.26 Kondisi Menumpuk Sampah pada Kawasan Pesisir Kec. Likupang Timur

86 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Sedangkan pada kawasan permukiman pesisir tidak memiliki sistem pembuangan sampah. Dengan kondisi aliran air yang menutupi permukaan pada bagian bawah atau sekeliling, maka pemikiran masyarakat adalah memnjadi sarana tempah pembuangan sampah.

Gambar 7.27 Kondisi Pembuangan Sampah di Sepanjang Pesisir Pantai kec. Kema Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Minahasa Utara adalah sebagian besar dibuang di TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan akan diangkut oleh petugas kebersihan dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Lainnya ditimbun, dibakar, dan di samping itu ada juga masyarakat yang membuang sampah ke selokan dan sungai. Jenis sampah tersebut umumnya terdiri dari sampah basah yang mudah hancur dan terurai. Sisanya berupa kertas, plastik, kaca, logam dari kemasan barang-barang konsumsi dan kebutuhan rumah tangga.

Daerah pelayanan sampah dapat dibagi dalam beberapa wilayah yaitu :

1. Wilayah dengan pelayanan tinggi/intensif adalah daerah di jalan utama kota, pusat kota, daerah komersial dan kawasan permukiman;

2. Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan kompleks perumahan dan perkantoran; serta

3. Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah;

Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mencegah pencemaran tanah, air dan udara/bau, menghindarkan tempat berkembang biaknya berbagai vektor penyakit dan organisme patogen serta menciptakan Kabupaten Minahasa Utara yang bersih, asri dan bebas sampah.

87 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Rencana pengembangan sistem persampahan di wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah:

▪ Rencana pengembangan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Minahasa Utara haruslah ditekankan pada dua aspek, yaitu aspek demand, dengan cara mengurangi produksi sampah, dan aspek supply, yaitu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana.

▪ Sistem penanganan sampah akhir (TPA) di Kabupaten Minahasa Utara adalah sistem open dumping, sistem tersebut berpotensi terhadap pencemaran air, pencemaran udara dan bau, juga menjadi tempat berkembang biaknya berbagai vektor penyakit dan organisme patogen serta mengurangi keindahan kota. Sistem sanitary landfill direkomendasi untuk Kabupaten Minahasa Utara. Kapasitas penanganan sampah sampai saat ini baru mencapai sekitar 30 % dan pelayanannya terbatas menjangkau kawasan ibukota kabupaten dan sebagian kawasan Ibukota Kecamatan (Langowan, Kawangkoan, Remboken).

Prasarana dan sarana persampahan yang tersedia belum memadai dalam rangka penanganan sampah terutama TPA dan kelengkapannya, Sarana pengangkutan sampah dan TPS)

Sistem pengelolaan sampah di wilayah perencanaan untuk masa yang akan datang diarahkan pada pengelolaan sampah terpadu menuju sampah tanpa residu (zero waste), yakni mengupayakan merubah sampah menjadi bahan yang lebih berguna dan tidak mencemari lingkungan. Sistem ini terkait juga dengan sistem konvensional yaitu metoda pengumpulan-pengangkutan-pengolahan, dan pembuangan akhir. Konsep tersebut merupakan kombinasi dari berbagai teknologi pengolahan sampah, antara lain teknologi pengkomposan, teknologi daur ulang sampah non organik, teknologi pembakaran (incinerator), teknologi sanitary landfill yang sehat dan dapat di daur ulang (dapat dipakai secara terus menerus) teknologi pemanfaatan sisa pembakaran.

Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah

Meningkatnya jumlah sampah terangkut hingga mencapai 80% akhir tahun 2013, meningkatnya kinerja pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan (sanitary landfill/controlled landfill) dan ditutupnya TPA yang menggunakan sistem open dumping pada tahun 2013.

88 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Analisis Kebutuhan Persampahan

Besarnya produksi sampah ekuivalen dengan pertumbuhan penduduk dikarenakan faktor penduduk adalah sumber sampah khususnya berkaiatan dengan aktifitas penduduk itu sendiri. Besarnya timbunan sampah di wilayah perencanaan di-asumsikan berdasarkan besaran populasi, dimana sesuai dengan standar bahwa besarnya timbunan sampah adalah 2,5 – 3,2 liter per hari, dengan perbandingan 75% adalah sampah domestik dan 25% adalah sampah non domestik. Sedangkan besarnya timbunan sampah dari industri tidak dapat diperkirakan karena minimnya data mengenai industri di Minahasa Utara.

Pada tahun 2006 diperkirakan produksi timbunan sampah di wilayah perencanaan mencapai ± 400.000 lt/hari, dan meningkat ± 15% per-tahunnya, sampai dengan akhir tahun perencanaan (2017) akan didapatkan jumlah timbunan sampah sebesar 527.410 lt/hari.

89 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 7. 12 Produksi Timbunan Sampah Domestik Di Kab. Minahasa Utara Th. 2006, Th. 2011, Th. 2016 dan Th. 2017

No Kecamatan Jumlah Penduduk Th. 2006 Jumlah Penduduk Th. 2011 Jumlah Penduduk Th. 2016 Jumlah Penduduk Th. 2017 Standar Timbunan Sampah Kebutuhan Th. 2006 (Lt/hr) Kebutuhan Th. 2011 (Lt/hr) Kebutuhan Th. 2016 (Lt/hr) Kebutuhan Th. 2017 (Lt/hr) 1 Airmadidi 22.076 24.875 28.370 29.168,0 55.190 62.188 70.925 72.920 2 Kalawat 20.949 23.899 26.921 27.602,0 52.373 59.748 67.303 69.005 3 Dimembe 15.661 17.884 20.423 21.003,0 2,5 39.153 44.710 51.058 52.508 4 Talawaan 16.473 18.812 21.482 22.092,0 Ltr/Org/Hari 41.183 47.030 53.705 55.230 5 Wori 16.338 17.898 18.970 19.198,0 40.845 44.745 47.425 47.995 6 Likupang Barat 15.898 19.091 22.021 22.697,0 39.745 47.728 55.053 56.743 7 Likupang Timur 19.872 24.297 27.525 28.257,0 49.680 60.743 68.813 70.643 8 Kauditan 21.479 23.301 25.438 25.905,0 53.698 58.253 63.595 64.763 9 Kema 12.497 13.685 14.800 15.042,0 31.243 34.213 37.000 37.605 Jumlah 161.243 183.742 205.950 210.964 403.108 459.355 514.875 527.410

90 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 7. 1 Produksi Timbunan Sampah Non Domestik Di Kab. Minahasa Utara Th. 2006, Th. 2011, Th. 2016 dan Th. 2017

Dalam dokumen DOCRPIJM d165485718 BAB VIIBAB VII OK FINAL (Halaman 72-103)

Dokumen terkait