• Tidak ada hasil yang ditemukan

BARU ACTK

3 DETERMINAN DAN KRITERIA SUKSES KONSEP PRODUK BARU AGROINDUSTR

Pendahuluan

Prediksi tingkat sukses dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan produk. Faktor-faktor ini selanjutnya disebut determinan kesuksesan produk pada penelitian ini. Penentuan determinan kesuksesan produk merupakan hal yang harus dilakukan karena merupakan bahan untuk penyusunan variabel masukan pada pemodelan prediksi tingkat sukses konsep produk baru dengan JST. Determinan kesuksesan produk telah banyak diteliti. Penelitian-penelitian ini mengembangkan beberapa determinan dan menguji hubungan antara determinan dengan tingkat kesuksesan produk (Song et al. 1997; Shum dan Lin 2007; Droge et al. 2008; Harmancioglu et al. 2009).

Namun belum banyak ditemukan penelitian yang secara khusus mengembangkan determinan kesuksesan pengembangan produk khusus untuk agroindustri.

Selain determinan kesuksesan ada hal lain yang perlu ditetapkan sebagai bahan pemodelan prediksi tingkat sukses konsep produk baru, yaitu kriteria kesuksesan produk. Kriteria ini merupakan suatu parameter pengukuran tingkat sukses konsep produk baru pada penelitian ini. Kriteria sukses kemudian dikembangkan sebagai variabel luaran atau target dari model prediksi dengan JST. Secara umum sukses dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan yang diharapkan dalam batasan-batasan yang ada. Dari sudut pandang produk, kesuksesan dapat dinilai dari market share dan profit yang berhasil diraih,

peningkatan volume penjualan selama periode yang ditentukan, penekanan biaya- biaya yang kurang diperlukan, dan kenaikan minat beli konsumen (Trapsilawati dan Subagyo 2010). Berdasarkan beberapa kriteria kesuksesan produk di atas maka perlu dipilih kriteria yang paling sesuai untuk seleksi konsep produk baru agroindutri khususnya untuk asap cair tempurung kelapa, sehingga proses pemilihan konsep produk baru bisa efisien dan efektif.

Penetapan determinan utama dilakukan dengan metode Delphi (Marimin 2004). Penggunaan metode Delphi didasarkan pertimbangan bahwa metode ini dianggap tepat dalam menjaring opini untuk perumusan visi maupun objektif tertentu berdasarkan pertimbangan pakar yang memiliki kompetensi dalam bidang ini. Kelebihan metode ini adalah kemampuan dalam menampung opini subjektif setiap individu yang memungkinkan pengungkapan pendapat secara bebas dan tidak ada efek dominasi, sehingga seluruh responden dapat terlibat secara aktif (Udisubakti et al. 2001).

Metode

Penentuan determinan kesuksesan konsep produk baru pada produk kelapa dilakukan dalam 4 tahap sebagai berikut:

1) Penelusuran jurnal hasil penelitian mengenai determinan kesuksesan produk (Lin et al. 1995; Song et al. 1997; Thieme et al. 2000).

2) Pemilahan determinan dengan metode modikasi key element extraction

(Pichl et al. 2009). Determinan-determinan yang sama atau serupa yang

diperoleh dari minimal 2 penelitian, diberi nama yang sama dan dipilih untuk dinilai tingkat pengaruhnya. Determinan yang didukung oleh satu penelitian saja tidak diikutkan untuk dipilih dan dinilai tingkat pengaruhnya. Hal ini untuk memudahkan proses pemilihan oleh pakar, dengan asumsi bahwa bila determinan tidak terlalu banyak maka pakar akan lebih fokus dalam menentukan determinan yang memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan produk.

3) Determinan terpilih kemudian dinilai tingkat pengaruhnya oleh pakar dengan metode Delphi (kuesioner penilaian ada pada Lampiran 1) supaya diperoleh determinan utama (Sutiyono dan Marimin 2002). Pakar diminta untuk memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan masing-masing determinan dengan skala 1-10 (Song et al. 1997). Kualifikasi pakar

ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pakar pada pemilihan determinan kesuksesan produk baru

No Kualifikasi Alasan pemilihan

1 Akademisi dalam bidang pengembangan produk baru berpendidikan S3

Memiliki kompetensi keilmuan dan riset di bidang pengembangan produk baru

2 Akademisi Agroindustri IPB

berpendidikan S3 pengalaman Memiliki kompetensi keilmuan dan sebagai konsultan agroindustri baik untuk perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing.

3 Manajer perusahaan essential oil berpendidikan S1 dan

berpengalaman kerja lebih dari 15 tahun

Memiliki pengalaman pengembangan produk pada perusahaan yang menghasilkan produk dengan karakteristik bahan baku dan produk jadi yang hampir sama dengan asap cair tempurung kelapa.

4 Pemilik perusahaan agroindustri kelapa berpendidikan S2 dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun

Memiliki pengalaman bisnis berbasis produk-produk kelapa pada perusahaan yang telah berdiri selama lebih dari 10 tahun.

5 Peneliti kelapa dari Balai Penelitian dan pengembangan Hasil Hutan dan Perkebunan

Memiliki kompetensi keilmuan dan pengalamannya sebagaii peneliti pada pengembangan produk tempurung kelapa khususnya arang dan asap cair tempurung kelapa.

6 Peneliti sekaligus produsen asap cair berpendidikan S2 dengan pengalaman bisnis asap cair lebih dari 5 tahun

Memiliki kompetensi keilmuannya sebagai peneliti selama lebih dari 15 tahun di bidang riset produk asap cair dan pengalaman bisnis pada produk tersebut selama lebih dari 5 tahun.

22

Tahapan proses penelitian penentuan determinan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Mulai

Studi Literatur

Inventarisasi determinan kesuksesan produk Pemilihan determinan yang

serupa

Pemilihan pakar

Pembuatan dan penyebaran kuesioner untuk pakar

Penilaian pakar untuk tingkat kepentingan masing-masing

determinan

Pengolahan data dengan metode Delphie

Pengembangan determinan (variabel) menjadi sub variabel

dengan diskusi pakar

Selesai Determinan Utama Determinan yang akan dilihat

tingkat kepentingannya Kuesioner Sub-variabel sebagai bahan pemodelan Pakar Terpilih

Hasil dan Pembahasan Determinan Kesuksesan Produk

Dari penelusuran pustaka terhadap hasil penelitian di dalam dan luar negeri diperoleh determinan kesuksesan produk. Determinan-determinan tersebut ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Determinan kesuksesan konsep produk baru

Referensi Determinan

Marimin (2004) potensi pasar, nilai tambah produk, daya serap tenaga kerja, dampak terhadap lingkungan

Budi (2009) keterjaminan kuantitas bahan baku keterjaminan kualitas bahan baku ketersediaan sumber daya manusia kemudahan akses teknologi

kemudahan proses produksi

Sutiyono dan Marimin (2002) potensi pasar, kondisi bahan baku, nilai tambah produk, teknologi kondisi sosial budaya

dampak terhadap lingkungan daya serap tenaga kerja kemudahan proses produksi Supriyati dan Suryani (2006) kesinambungan bahan baku

penguasaan teknologi

mutu produk, kualitas sumber daya manusia

Purnomo (2012) pasokan bahan baku, kontinuitas bahan baku, mutu bahan baku

Ernst (2002) legalitas dan keamanan

biaya pengembangan mulai dari inisiasi konsep

Rainey (2005) ukuran pasar, regulasi,

keunggulan dibanding produk pesaing infrastruktur

related market

teknologi

Knotts et al. (2009) legalitas, dampak lingkungan, dampak

sosial, harga, pesaing yang sudah ada, pesaing baru, pasar potensial, kecenderungan permintaan, kestabilan permintaan, product life cycle, dan product line potential

Febransyah (2005) bentuk

kemudahan ketahanan

24

Determinan-determinan hasil studi pustaka kemudian dipilah menjadi 16 determinan akan dinilai tingkat pengaruh terhadap kesuksesan konsep produk. Penilaian dilalukan oleh pakar menggunakan skor 1-10. Kuesioner penilaian pakar dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil pengisian kuesioner pakar ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil skor penilaian pakar untuk determinan

No Determinan Penilaian pakar Rerata

1 2 3 4 5 6 geometri

1 Peluang pasar 8 7 9 10 10 9 8,77

2 Nilai tambah produk 8 8 8 7 8 7 7,65

3 Daya serap tenaga kerja 7 6 7 7 8 5 6,60 4 Dampak negatif terhadap

lingkungan hidup 8 7 8 6 10 5 7,16

5 Keterjaminan kuantitas bahan baku

9 9 9 9 10 7 8,78 6 Keterjaminan kualitas bahan

baku

8 5 7 6 10 8 7,16 7 Ketersediaan sumber daya

manusia 5 6 7 8 8 7 6,74

8 Kemudahan akses teknologi 8 5 9 7 8 7 7,22 9 Kemudahan proses produksi 8 6 9 8 8 7 7,61

10 Legalitas produk 8 6 8 6 10 7 7,38

11 Dampak negatif terhadap sosial

budaya masyarakat 7 6 6 4 8 7 6,19

12 Ceruk pasar yang masih tersedia 7 8 7 3 9 8 6,63 13 Biaya pengembangan produk 7 6 8 5 8 7 6,74 14 Keunggulan dibanding produk

pesaing

8 9 9 8 8 9 8,49 15 Harga produk yang akan

dikembangkan

7 7 9 4 9 8 7,09 16 Kebijakan/dukungan pemerintah 8 6 8 7 6 6 6,78 Keterangan:

10: Sangat mutlak penting 9: Mutlak penting 8 : Agak mutlak penting 7: Sangat penting 6 : Agak sangat penting 5: Penting

4 : Agak penting 3: Kurang penting 2 : Agak kurang penting 1: Tidak penting

Pada dasarnya penilaian untuk pemilihan determinan utama dapat digunakan dengan satu responden saja. Namun demikian, dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif (dalam hal ini determinan) dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rerata geometrik. Hasil penilaian gabungan ini kemudian diolah dengan prosedur perbandingan berpasangan seperti biasa (Marimin 2004)

Keterangan : 1. Peluang pasar, 2. Nilai tambah produk, 3. Daya serap tenaga kerja, 4. Dampak negatif terhadap lingkungan hidup, 5. Keterjaminan kuantitas bahan baku. 6. Keterjaminan kualitas bahan baku, 7. Ketersediaan sumber daya manusia, 8. Kemudahan akses teknologi, 9. Kemudahan proses produksi, 10. Legalitas produk, 11. Dampak negatif terhadap sosial budaya masyarakat, 12. Ceruk pasar yang masih tersedia, 13. Biaya pengembangan produk, 14. Keunggulan dibanding produk pesaing, 15. Harga produk yang akan dikembangkan, 16. Kebijakan/dukungan pemerintah

Gambar 7 Nilai rerata determinan Pengembangan Determinan (variabel) menjadi sub-variabel

Berdasarkan penilaian pakar terhadap 16 determinan tersebut, didapat 3 determinan utama yang memiliki nilai rerata geometri terbesar yaitu: kuantitas bahan baku (8,78), potensi pasar (8,77), dan keunggulan produk (8,49). Hal ini mengandung arti bahwa ketiga determinan tersebut merupakan determinan utama yang paling harus diperhatikan sejak tahap awal pengembangan produk baru. Sebelum konsep produk dikembangkan lebih lanjut pada tahap concept development, keberlanjutan ketersediaan bahan baku untuk dapat memenuhi

produksi, jaminan adanya pasar yang masih terbuka untuk produk yang akan dikembangkan dan keunggulan dari konsep produk harus benar-benar menjadi pertimbangan. Apabila ketiga hal tersebut tidak dapat dipenuhi sejak tahap awal pemilihan konsep, produk bisa berpotensi gagal setelah dipasarkan.

Ketiga determinan utama ini dijadikan sebagai variabel masukan untuk bahan pemodelan di tahap berikutnya. Pertimbangan pemilihan determinan ini karena hasil penilaian 3 determinan tersebut berada pada angka yang sama yaitu 8 (agak mutlak penting). Melalui diskusi pakar, ketiga determinan dikembangkan menjadi sub-sub variabel yang akan digunakan sebagai bahan pertanyaan pada kuesioner beserta skor penilaiannya untuk pemodelan prediksi (Lampiran 2).

8.77 7.65 6.6 7.16 8.78 7.16 6.74 7.22 7.61 7.38 6.19 6.63 6.74 8.49 7.09 6.78 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 N il ai r e r ata Determinan

26

Kuantitas bahan baku

Berdasarkan hasil penilaian pakar pada Tabel 7, diketahui bahwa kuantitas bahan baku dengan nilai rerata geometri 8,78 adalah determinan yang tingkat pengaruhnya paling besar terhadap tingkat sukses produk pada tahap pemilihan konsep. Melalui diskusi dengan pakar peneliti ahli kelapa dari Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Perkebunan, pengembangan determinan kuantitas bahan baku dikembangkan menjadi sub-sub variabel seperti yang ditampilkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Skor variabel kuantitas bahan baku

Sub-variabel Kriteria Skor

cara memperoleh bahan baku

(B1) a.b. Membeli dari dalam negeri Contract farming

c. Membeli dari luar negeri d. Menanam sendiri

1 0,525 0,177 0,089 pemenuhan kebutuhan bahan

baku dalam 1 tahun terakhir (B2)

a. Selalu terpenuhi (lebih 80% sampai 100%)

b. Terpenuhi (lebih dari 60% sampai 80%)

c. Cukup terpenuhi (lebih dari 40% sampai 60%)

d. Kurang terpenuhi (20% sampai 40%)

e. Tidak terpenuhi (terpenuhi kurang dari 20%) 1 0.8 0,6 0,4 0,2 jumlah bahan baku yang

terserap oleh industri lain (B3)

a. Sangat sedikit (kurang dari 20%)

b. Sedikit (20% sampai 40%) c. Cukup (lebih dari 40% sampai

60%)

d. Banyak (lebih dari 60% sampai 80%)

e. Sangat banyak (lebih dari 80% sampai 100%) 1 0,8 0,6 0,4 0,2 harga bahan baku

dibandingkan harga jual produk (B4)

a. Sangat murah (kurang dari 10%) b. Murah (lebih dari 10%-30% dari

harga jual)

c. Cukup (lebih dari 30%-50% dari harga jual produk)

d. Mahal (lebih dari 50%-70% dari harga jual produk)

e. Sangat mahal (lebih dari 70% dari harga jual)

1 0,8 0,6 0,4 0,2

Sub-variabel Kriteria Skor fluktuasi harga bahan baku

(B5) a. Sering terjadi (kurang dari tiga bulan sekali) b. Kadang-kadang terjadi (tiga

sampai enam bulan sekali) c. Jarang terjadi (enam bulan

sampai setahun sekali)

d. Jarang sekali terjadi (lebih dari setahun sekali)

e. Tidak pernah terjadi (stabil 2 tahun) 1 0,8 0,6 0,4 0,2 sarana jalan dari sumber

bahan baku ke pabrik (B6)

a. Sangat memadai (jalan sangat baik kondisinya, dapat dilalui oleh kendaraan dengan mudah dan seluasa)

b. Memadai (jalan baik kondisinya, dapat dilalui kendaraan dengan aman namun kurang leluasa) c. Cukup memadai (jalan kurang

baik kondisinya, namun dapat dilalui)

d. Tidak memadai (jalan tidak baik kondisinya dan susah dilalui) e. Sangat tidak memadai (belum

ada sarana jalan sama sekali sehingga tidak dapat dilalui)

1 0.8 0,6 0,4 0,2 sarana angkutan/transportasi dari sumber bahan baku ke pabrik (B7)

a. Sangat memadai (pabrik dan pemasok mempunyai alat transportasi sendiri yang selalu siap digunakan)

b. Memadai (pemasok mempunyai alat transportasi sendiri yang selalu siap digunakan)

c. Cukup memadai (pemasok bahan baku selalu memiliki akses untuk mendapatkan alat transportasi dari sumber lain) d. Tidak memadai (pemasok bahan

baku tidak selalu memiliki akses untuk mendapatkan alat transportasi dari sumber lain) e. Sangat tidak memadai (pemasok

bahan baku tidak memiliki akses sama sekali untuk mendapatkan alat transportasi) 1 0,8 0,6 0,4 0,2

28

Khusus sub-variabel cara memperoleh bahan baku skor ditetapkan melalui perbandingan berpasangan oleh 3 orang pelaku bisnis dari perusahaan essential oil,

perusahaan sabun dan lotion dan perusahaan herbal (Lampiran 3). Penilaian dari ketiga pelaku bisnis kemudian dirata-ratakan (geometri) dan dinormalisasi dengan peranti lunak Expert Choice 2000student version untuk penentuan bobot dan skor

dari masing-masing kriteria (Lampiran 4). Hasil penilaian pakar dengan perbandingan berpasangan ditampilkan pada Tabel 9 dan perhitungan bobot dan skor ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 9 Hasil perbandingan berpasangan cara mendapatkankan bahan baku

No Yang

dibandingkan

Industri 1 Industri 2 Industri 3 Rerata geometri 1 MS CF 1/6 1/5 1/6 0.18 2 MS BD 1/7 1/8 1/8 0.13 3 MS – BL 1/3 1/3 1/3 0.33 4 CF – BD ½ ¼ 1/3 0.35 5 CF BL 5 4 5 4.64 6 BD – BL 5 7 5 5.59

Keterangan : MS: menanam sendiri, CF: contract farming, BD: membeli dari

dalam negeri, BL: membeli dari luar negeri

Tabel 10 Bobot dan skor masing-masing kriteria dari sub-variabel perolehan bahan baku hasil perhitungan dengan Expert Choice

Kriteria Bobot Skor

Membeli dari dalam negeri

0,558 1,000

Contract farming 0,293 0,525

Membeli dari luar negeri 0,099 0,177

Menanam sendiri 0,050 0,089

Menurut Mulyadi (1986), bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Selain pengertian tersebut, menurut Sukardi (2011) yang dimaksud dengan bahan baku dapat mengandung 2 pengertian, pertama: bahan- bahan dari alam yang belum diproses yang digunakan dalam proses produksi, dan kedua: bahan yang potensial untuk digunakan atau dikembangkan bersama-sama dengan bahan lain untuk menghasilkan produk.

Pada dasarnya, rangkaian pengolahan bahan-bahan dari alam (tumbuhan dan hewan) hanyalah berupa estafet penyerahan satu atau beberapa unsur spesifik, yang berasal dari alam dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahap proses pengolahan akan memahami bahan baku sebagai bahan yang diterima dari tahap sebelumnya (Sukardi 2011). Skema bahan baku alam menjadi berbagai bahan baku pada tahap-tahap proses produksi dapat ditampilkan pada Gambar 8.

Bahan baku yang diolah dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian impor atau dari pengolahan sendiri. Tanpa keterjaminan bahan baku maka sangat sulit suatu agroindustri bisa berkelanjutan. Ketidakstabilan harga, sarana dan prasanan jalan dan angkutan yang tidak memadai berpengaruh buruk pada

kuantitas bahan baku agroindustri dan kapasitas produksi yang ditargetkan (Budi 2009).

Sumber: Sukardi (2011)

Gambar 8 Skema bahan baku pada tahap-tahap proses produksi Sub-variabel lain selain cara mendapatkan bahan bahan, penetapan skor tidak dengan perbandingan berpasangan. Hal ini karena masing-masing skor sub- variabel pada setiap kriteria disusun berdasarkan tingkat pengaruh yang semakin menurun terhadap kesuksesan produk. Menurut Hermawan (2006) untuk kriteria yang semakin kecil pengaruhnya terhadap output (dalam hal ini yaitu kesuksesan produk) maka nilai yang diberikan harus semakin kecil.

Peluang pasar

Determinan lain yang terpilih sebagai determinan dengan tingkat pengaruh yang besar terhadap kesuksesan produk yaitu peluang pasar. Nilai rerata yang diperoleh adalah 8,77 dan menjadi determinan dengan nilai rerata geometri terbesar kedua setelah kuantitas bahan baku. Berdasarkan hasil diskusi dengan manajer perusahaan essential oil, determinan peluang pasar dikembangkan

menjadi sub-variabel yang ditampilkan pada Tabel 11.

Dalam pengertian sederhana, pasar berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Namun definisi yang lebih luas mengartikan pasar tidak hanya sebatas tempat namun juga sebagai sasaran atau tujuan pemasaran. Jadi yang dimaksud dengan peluang pasar adalah celah sasaran pemasaran yang masih bisa dimasuki perusahaan (Kotler 2008).

Peluang pasar pada penelitian ini bermakna adanya jaminan pasar untuk konsep produk yang akan dikembangkan dan dianalisis melalui jumlah permintaan terhadap produk tersebut dari waktu ke waktu. Selain itu, peluang pasar atas suatu produk dapat diindikasikan dari jumlah perusahaan yang

30

cenderung meningkat dari waktu ke waktu baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini berarti masih terdapat kebutuhan akan produk yang belum sepenuhnya terpenuhi atau masih kurang memuaskan (Kotler 2008) Oleh karena itu pada penelitian ini peluang pasar didekati melalui pendekatan permintaan dan pertumbuhan jumlah perusahaan yang memproduksi produk tersebut.

Tabel 11 Skor variabel peluang pasar

Sub-variabel Kriteria Skor

Tren permintaan produk

dalam 3 tahun terakhir (P1) a. Sangat Meningkat (meningkat lebih dari 50%) b. Meningkat (meningkat 10%

sampai 50%)

c. Stabil (relatif tidak ada peningkatan dan penurunan) d. Menurun (menurun 10%

sampai 50%)

e. Sangat menurun (menurun lebih dari 50%) 1 0,8 0,6 0,4 0,2 Jumlah perusahaan sejenis di

tingkat nasional (P2) a.b. Sangat sedikit (1 sampai 2) Sedikit (3 sampai 5) c. Cukup banyak (6 sampai 10) d. Banyak (11 sampai 20) e. Sangat banyak (lebih dari 20)

1 0,8 0,6 0,4 0,2 jumlah perusahaan sejenis di

tingkat internasional (P3)

a. Sangat sedikit (1 sampai 10) b. Sedikit (11 sampai 20)

c. Cukup banyak (21 sampai 30) d. Banyak (31 sampai 50) e. Sangat banyak (lebih dari 50)

1 0,8 0,6 0,4 0,2 Keunggulan produk

Hasil penilaian pakar menunjukkan bahwa keunggulan produk dengan nilai rerata geometri 8,49 merupakan determinan dengan tingkat pengaruh terbesar terhadap kesuksesan produk setelah kuantitas bahan baku dan peluang pasar. Melalui diskusi mendalam dengan akademisi bidang agroindustri, determinan keunggulan produk dikembangkan menjadi sub-sub variabel yang ditampilkam pada Tabel 12.

Berdasarkan diskusi pakar diketahui bahwa kekhasan atau keunikan produk berpengaruh positif terhadap kesuksesan produk. Menurut Trapsilawati dan Subagyo (2010) keunikan produk mengandung arti bahwa produk tersebut memiliki beberapa fitur yang tidak atau belum ada pada produk yang dijual oleh perusahaan lain. Menurut Cooper Kleinschmidt dan Cooper (1995) dan Kleinschmidt (1990) keunggulan produk sangat ditentukan oleh keunikan manfaat yang diberikan produk kepada pelanggan, superioritas produk, inovasi produk

yang terus-menerus, kemampuan produk memenuhi kebutuhan pelanggan, kemampuan produk mereduksi biaya yang dikeluarkan pelanggan, kecanggihan teknologi produk dan desain produk itu sendiri. Perusahaan diharapkan bisa memuaskan keinginan konsumen dengan membuat produk dengan nilai superior. Tabel 12 Skor variabel keunggulan produk

Sub-variabel Kriteria Skor

Kekhasan produk (sifat fisik dan atau kimia spesifik) dibandingkan dengan produk pesaing (K1)

a. Sangat khas dan sulit disamai oleh produk pesaing

b. Mempunyai sifat khas namun bisa digantikan oleh produk pesaing

c. Tidak mempunyai sifat khas dibandingkan produk pesaing

1 0.5 0 Keunggulan produk (jenis

fitur produk yang bermanfaat) dibandingkan dengan produk pesaing (K2)

a. Jauh lebih unggul b. Relatif sama c. Tidak lebih unggul

1 0,5 0

Keamanan produk

dibandingkan dengan produk pesaing (K3)

a. Jauh lebih aman b. Relatif sama c. Tidak lebih aman

1 0.5 0 Selain kekhasan produk, keberhasilan atau kesuksesan produk dipengaruhi oleh keunggulan produk. Hal ini sesuai dengan penelitian Song et al. (1997) yang

membuktikan bahwa suatu produk akan lebih sukses apabila produk tersebut memiliki keunggulan bersaing yang kuat. Produk yang memiliki keunggulan kompetitif tinggi akan memiliki tingkat kesuksesan yang lebih tinggi, memperoleh

market share yang lebih besar, memiliki profit yang lebih tinggi dan target

pencapaian penjualan dan profit lebih mudah tercapai. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mengembangkan desain/fitur produk dengan memperhatikan input kebutuhan dan keinginan konsumen termasuk keamanan produk.

Keunggulan produk merupakan hal mutlak yang harus dipertahankan oleh perusahaan. Keunikan yang berbeda dari perusahaan lain, kekinian dan tingkat efisiensi produk merupakan kunci dari peningkatan kesuksesan produk baru dalam peningkatan kinerja pemasaran (Navarone 2003)

Kriteria Sukses

Seperti juga pencarian determinan, kriteria sukses produk agroindustri dicari melalui penelusuran pustaka. Hasil penelusuran pustaka kriteria kesuksesan produk ditampilkan pada Tabel 13.

32

Tabel 13 Kriteria sukses produk baru

Referensi Kriteria Sukses

Badizadeh dan Khanmohammadi (2011)

Profitabilitas, efisiensi, resiko

Kleinschmidt dan Cooper (1995) Profit, payback period, pangsa pasar

dalam negeri, pangsa pasar luar negeri, penjualan

Ernst (2002) Technical success,

Overall economic success,

Both technical and economic success

Song et al. (1997) Profit, penjualan, dan pangsa pasar

Ometto et al. (2007) Profit

Glavic dan Krajnc (2003) Profit

Perez dan Canino (2009) Pertumbuhan, profitabilitas, profit, likuiditas, pemasukan, modal, proses produksi, pangsa pasar, jumlah produk dan konsumen

Wai et al. (2012a) Penjualan, pangsa pasar, profitabilitas,

Life cycle cost, keberlanjutan, durability,

dan kualitas

Gorgievski et al. (2011) Profitabilitas dan pertumbuhan

Dari penelusuran literatur diketahui bahwa penelitian Song et al. (1997)

lebih cocok diterapkan karena kriteria sukses diberikan untuk produk agroindustri sedangkan literatur lain mengemukakan produk-produk selain agroindustri. Song

et al. (1997) secara rinci mencantumkan metode pengukuran kriteria sukses yaitu

profit, penjualan, pangsa pasar dalam negeri, dan pangsa pasar luar negeri. Selanjutnya penelitian ini mengikuti kriteria tersebut. Hal ini ditunjang oleh penelitian Perez dan Canino (2009) dari tahun 1995-2007 yang menyatakan bahwa kriteria sukses produk yang paling banyak digunakan untuk mengukur kesuksesan produk adalah profit, penjualan, pangsa pasar, jumlah produk dan konsumen. Definisi dari masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 14.

Secara umum sukses dapat diartikan pencapaian tujuan yang diharapkan dalam batasan-batasan yang ada. Dari sudut pandang produk, kesuksesan dapat dinilai dari market share yang berhasil diraih, peningkatan volume penjualan,

profit selama periode yang ditentukan, penekanan biaya-biaya yang kurang diperlukan, kenaikan minat beli, prioritas produk yang dibeli dan keputusan konsumen untuk membeli kembali varian produk tersebut di waktu lain (Trapsilawati dan Subagyo 2010).

Profit merupakan salah satu kriteria sukses yang paling banyak digunakan untuk mengukur kesuksesan suatu produk (Gorgievski et al. 2011; Devi et al.

2012; Pakaja et al. 2012; Wai et al. 2012b). Profit yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah selisih antara total pendapatan (revenue) dan total biaya.

Total pendapatan merupakan jumlah output dikalikan dengan harga jual (Gorgievski et al. 2011; Devi et al. 2012; Pakaja et al. 2012; Wai et al. 2012b).

Tabel 14 Perhitungan kriteria sukses Kriteria Sukses Perhitungan

Profit total pendapatan - total pengeluaran pajak

Penjualan penjualan bersih tahun ini - penjualan bersih tahun lalu

Pangsa pasar dalam negeri volume penjualan perusahaan dibandingkan dengan volume penjualan total perusahaan sejenis di dalam negeri

Pangsa pasar luar negeri volume penjualan perusahaan dibandingkan dengan volume penjualan total perusahaan sejenis di luar negeri

Kriteria sukses lainnya yang dipakai pada penelitian ini yaitu penjualan. Penjualan merupakan pembelian sesuatu (barang atau jasa) dari suatu pihak kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut.