• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Epidemiologi Bronkitis

2.9.2. Determinan

a.1. Umur

Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI 1,50- 3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak sekolah).7

a.2. Merokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27 Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per hari).7

a.3. Infeksi

Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).28

a.4. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,

hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28 a.5. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.29

a.6. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29.

b. Agent

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).4

c. Environment

Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan. Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya aktivitas manusia dan kepadatan penduduk. Peningkatan penduduk akan diikuti oleh semakin meningkatnya kebutuhan di bidang transportasi, Kegiatan industri juga mengakibatkan meningkatnya pencemaran dan

akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25

2.10. Pencegahan Bronkitis 2.10.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30 Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak

b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampe leher

c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin (es), dll.

d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak dengan air hangat

e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2.10.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.30 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

a. Diagnosis32

Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit a.3. Suhu badan > 380 C

a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.

b. Pemeriksaan fisik33

b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.

b.2. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32

d. Pengobatan34 d.1. Antibiotika d.1.1. Penisilin

Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

d.1.2. Quinolon

Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi

berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

d.2. Mukolitik dan Ekspektoran

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul- molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.

d.2.1. Ekspektoran

Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.

2.10.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30 Pencegahan tersier untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non- farmakologi yaitu:

a. Terapi Farmakologi35 a.1. Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.

a.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008). Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.35

a.1.2. Metilxantin

Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan teofilin.35

Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35

b. Terapi Non-farmakologi.35

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara : b.1. Pasien harus berhenti merokok

b.2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

b.3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.

b.4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

2.11. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Bronkitis 1. Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Tempat Tinggal 2. Gejala Klinis 3. Jenis Bronkitis 4. Riwayat Merokok 5. Jumlah Kunjungan 6. Sumber Pembiayaan

Dokumen terkait