KARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR ≥ 15 TAHUN DI RSU
Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN 2010 – 2012
SKRIPSI
Oleh :
RINALDI TOGAP S NIM. 0810000101
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR ≥ 15 TAHUN DI RSU
Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN 2010 – 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
RINALDI TOGAP S NIM. 081000101
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Bronkitis (Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Hal ini ditandai dengan peradangan pada saluran bronkial dan dibedakan dalam bentuk akut dan kronis. Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun kronik. Bronkitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing. Total kasus Bronkitis dari tahun 2010-2012 ada sebanyak 442 kasus.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Bronkitis rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Tahun 2010-2012 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien Bronkitis yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga. Populasi 442 data dan sampel 206 data diperoleh dengan tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita Bronkitis pada kelompok umur 24 - 32 tahun 21,8% , jenis kelamin laki-laki pada kelompok umur 24-32 tahun 22,6%, jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 42-50 tahun 25,6%, pekerjaan wiraswasta 19,4%, dengan status kawin 75,2%, tempat tinggal di dalam Kota Sibolga 63,6%, gejala klinis batuk 100%, jenis Bronkitis kronik 58,3%, riwayat merokok 61,7%, jumlah kunjungan ≤ 4 kali 76,7% dan sumber biaya umum 51,5%.
Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan riwayat merokok (p<0,05), dan riwayat merokok berdasarkan jenis bronkitis (p<0,05). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah kunjungan berdasarkan sumber pembiayaan (p>0,05).
Diharapkan penderita bronkitis meningkatkan daya tahan tubuh, kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan mengurangi merokok dan para dokter dan perawat Rumah Sakit Umum Dr Ferdinand L.Tobing Sibolga untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga mereka tentang penyakit bronkitis
ABSTRACT
Bronchitis (Inflamation bronchi) is described as inflammation of the bronchial vessels. It is characterized by inflammation of the bronchial tubes and divided into acute and chronic forms. Indonesia does not have accurate data on morbidity of acute or chronic bronchitis. Bronchitis including ten biggest disease in the outpatient Dr. Ferdinan L. Tobing General Hospital. Total cases of bronchitis in 2010-2012 there were 442 cases.
To determine the characteristics of patients with bronchitis outpatient Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital from 2010 until 2012 conducted a descriptive study design case series. Data were collected from medical records of patients Bronchitis who were treated the way bronchitis Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga. The Populations in this study as much as 442 data and the samples in this study as much as 206 data obtained by sampling random tables C.Survey program, data analysis by using Chi-square test.
The results showed the highest proportion of people with bronchitis in the age group 24-32 years 21,8%, for male gender in the age group of 24-32 years 22,6%, for female gender in the age group of 42-50 years 25,6%, 19,4% self-employed jobs, with marital status 75,2%, residence in Sibolga 63,6%, 100% clinical symptoms of cough, chronic bronchitis type 58,3%, 61,7% smoking history, number of visits ≤ 4 times 78,2% and other general expenses 51,5%.
Statistical test results showed there is significant difference proportion between of patients aged by type of bronchitis (p <0,05), gender by type of bronchitis (p <0,05), and sex based on a history of smoking (p <0,05), and a history of smoking by type of bronchitis type (p<0,05). There is no significant difference proportion between of the number of visits by source of funding (p> 0.05).
Expected to bronchitis sufferers to increase body resistance, hygiene, environmental sanitation and reduce smoking and the doctors and nurses Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga to give understanding to patients and their families about the disease bronchitis.
DAFTAR RIWAYAT HIDP
Nama : Rinaldi Togap Simanjuntak
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 September 1989
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak ke : I (pertama) dari 4 bersaudara
Alamat Rumah : Jalan SM. Raja, G.Kasih, Lor.Porsea No.3B, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 06 Sibolga (1995-2001)
2. SMPN 2 Sibolga (2001-2004
3. SMA Swasta Tri-Ratna Sibolga (2004-2007)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur ≥ 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Drs. Nelson Simanjuntak
dan ibunda Berthauli Siagian yang telah membesrakan, membimbing dan mendidik
penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa yang tak pernah
henti kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikan.
Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes dan
dosen pembimbing II Bapak Drs. Jemadi,M.Kes serta dosen penguji I Bapak
Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH dan dosen penguji II Bapak dr.Makmur
Sinaga,MS yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran,
kritikan, bimbingan serta masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama,MS selaku dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Bapak dr.M.Makmur Sinaga,MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Direktur, Kepala Bagian Rekam Medis dan Dokter Poliklinik Paru dan
Saluran Napas RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga beserta staf yang telah
memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan
5. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
6. Kepada keluargaku tersayang : Risanti C., Sofia M., Febiola D., kalian telah
memberikan arti dalam hidupku melalui dorongan semangat, kasih sayang dan
doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Buat Kelompok Kecilku: Bang Erikson Marbu, SKM, Mandroy P, SKM
Arnold Maruli, SKM, Johannes Sianturi, Henokh Sembiring terima kasih
kalian sudah menjadi tempat penulis berkeluh kesah, memberi semangat dan
doa selama menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat teman-temanku seperjuangan peminatan epidemiologi stambuk 2008
terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini
dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
peneliti selanjutnya.
“Berbuatlah Kebaikan Dengan Usahamu, Semampumu dan Pasrahkan Semuanya Kepada-Nya”
Medan, Juli 2013
Penulis
2.8. Komplikasi Bronkitis ... . 14
4.2.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis ... 31
4.2.2. Gejala Klinis Penderita Bronkitis ... 34
4.2.3. Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis ... 34
4.2.4. Riwayat Merokok Penderita Bronkitis ... 34
4.2.5. Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis ... 35
4.2.6. Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis ... 35
4.3. Analisa Statistik ... 36
5.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis ... 39
5.1.1. Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 39
5.1.2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41
5.1.3. Berdasarkan Pekerjaan ... 41
5.1.4. Berdasarkan Status Perkawinan ... 43
5.1.5. Berdasarkan Tempat Tinggal ... 44
5.3. Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis ... 45
5.4. Riwayat Merokok Penderita Bronkitis... 46
5.5. Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis ... 47
5.6. Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis... 48
5.7. Analisa Statistik ... 50
5.7.1. Umur berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
5.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Bronkitis ... 51
5.7.3. Riwayat Merokok berdasarkan Jenis Bronkitis... 52
5.7.5. Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... . 54
6.1. Kesimpulan ... 54
6.2. Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita
Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing
Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 32
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010 - 2012... 33
Tabel 4.3 Distribusi Prporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010 - 2012... 34
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010 - 2012... 34
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga
Tahun 2010 - 2012 ... 34
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga
Tahun 2010 - 2012 ... 35
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga
Tahun 2010 - 2012 ... 35
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.
Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 36
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU
Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 36
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Orang Riwayat Merokok pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di
Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan Yang Dirawat Jalan di
LAMPIRAN
Lampiran I Master Data
Lampiran II Frequency Table
Lampiran III Crosstab
Lampiran IV Surat Izin Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Bronkus yang normal dan Bronkitis ... 7
Gambar 5.1 Diagram Piramida Populasi Penderita Bronkitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr.Ferdinan
L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 39
Gambar 5.2 Diagram Bar Penderita Bronkitis Berdasarkan Pekerjaan
di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 41
Gambar 5.3 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Perkawinan
di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 43
Gambar 5.4 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010-2012 ... 44
Gambar 5.5 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010-2012 ... 45
Gambar 5.6 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Riwayat Merokok di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010-2012 ... 47
Gambar 5.7 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Jumlah Kunjungan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010-2012 ... 48
Gambar 5.8 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
2010-2012 ... 49
Gambar 5.9 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Umur Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan
L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 50
Gambar 5.10 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan
Gambar 5.11 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Bronkitis Berdasarkan Riwayat Merokok di RSU Dr.Ferdinan
L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 52
Gambar 5.12 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Ferdinan
ABSTRAK
Bronkitis (Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Hal ini ditandai dengan peradangan pada saluran bronkial dan dibedakan dalam bentuk akut dan kronis. Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun kronik. Bronkitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing. Total kasus Bronkitis dari tahun 2010-2012 ada sebanyak 442 kasus.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Bronkitis rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Tahun 2010-2012 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien Bronkitis yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga. Populasi 442 data dan sampel 206 data diperoleh dengan tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita Bronkitis pada kelompok umur 24 - 32 tahun 21,8% , jenis kelamin laki-laki pada kelompok umur 24-32 tahun 22,6%, jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 42-50 tahun 25,6%, pekerjaan wiraswasta 19,4%, dengan status kawin 75,2%, tempat tinggal di dalam Kota Sibolga 63,6%, gejala klinis batuk 100%, jenis Bronkitis kronik 58,3%, riwayat merokok 61,7%, jumlah kunjungan ≤ 4 kali 76,7% dan sumber biaya umum 51,5%.
Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan riwayat merokok (p<0,05), dan riwayat merokok berdasarkan jenis bronkitis (p<0,05). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah kunjungan berdasarkan sumber pembiayaan (p>0,05).
Diharapkan penderita bronkitis meningkatkan daya tahan tubuh, kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan mengurangi merokok dan para dokter dan perawat Rumah Sakit Umum Dr Ferdinand L.Tobing Sibolga untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga mereka tentang penyakit bronkitis
ABSTRACT
Bronchitis (Inflamation bronchi) is described as inflammation of the bronchial vessels. It is characterized by inflammation of the bronchial tubes and divided into acute and chronic forms. Indonesia does not have accurate data on morbidity of acute or chronic bronchitis. Bronchitis including ten biggest disease in the outpatient Dr. Ferdinan L. Tobing General Hospital. Total cases of bronchitis in 2010-2012 there were 442 cases.
To determine the characteristics of patients with bronchitis outpatient Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital from 2010 until 2012 conducted a descriptive study design case series. Data were collected from medical records of patients Bronchitis who were treated the way bronchitis Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga. The Populations in this study as much as 442 data and the samples in this study as much as 206 data obtained by sampling random tables C.Survey program, data analysis by using Chi-square test.
The results showed the highest proportion of people with bronchitis in the age group 24-32 years 21,8%, for male gender in the age group of 24-32 years 22,6%, for female gender in the age group of 42-50 years 25,6%, 19,4% self-employed jobs, with marital status 75,2%, residence in Sibolga 63,6%, 100% clinical symptoms of cough, chronic bronchitis type 58,3%, 61,7% smoking history, number of visits ≤ 4 times 78,2% and other general expenses 51,5%.
Statistical test results showed there is significant difference proportion between of patients aged by type of bronchitis (p <0,05), gender by type of bronchitis (p <0,05), and sex based on a history of smoking (p <0,05), and a history of smoking by type of bronchitis type (p<0,05). There is no significant difference proportion between of the number of visits by source of funding (p> 0.05).
Expected to bronchitis sufferers to increase body resistance, hygiene, environmental sanitation and reduce smoking and the doctors and nurses Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga to give understanding to patients and their families about the disease bronchitis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan
sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta
sejahtera lahir dan batin.1 Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik,
sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran – pergeseran,
termasuk bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup secara
umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit
menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utma mulai bergeser
dan digantikan oleh penyakit tidak menular, salah satunya adalah penyakit pada
saluran pernapasan yaitu bronchitis.2
Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di
Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas
dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberculosis, asma dan bronkitis masih
menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering.
Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan turunnya insidens
penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam bidang industri
dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu polusi
udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang
merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita.3
Bronkitis adalah salah satu kondisi teratas yang pasien mencari perawatan
saluran udara yang membentang dari trakea ke dalam saluran udara kecil dan alveoli.
Bronkitis ada 2 macam menurut terminologi lamanya penyakit berdiam didalam
tubuh penderita yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronik. Penelitian yang sering
dilakukan juga banyak mengacu ke pembagian bronkitis tersebut. Penelitian yang
membahas tentang bronkitis tidak mempunyai data – data yang lengkap yang bisa
digunakan dalam penelitian – penelitian ilmiah.4
Suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2005 didapat
angka Insidens rate dari bronkitis akut berkisar 4,6 per 100. Di Amerika Serikat,
bronkitis akut adalah penyakit yang paling umum kesembilan diantara pasien rawat
jalan atau sekitar 4,60% atau 12,5 juta orang di Amerika Serikat. Sebuah data Insiden
ekstrapolasi di Amerika Serikat untuk bronkitis akut: 12.511.999 per tahun, 1.042.666
per bulan, 240.615 per minggu, 34.279 per hari, 1.428 per jam, dan 23 per menit.5
Sedangkan peneltian pada tahun 2006 di kota London, Inggris bronkitis akut
mempengaruhi 44 dari setiap 1000 orang dewasa > 16 tahun, dengan sebagian besar
episode yaitu sekitar 82% episode terjadi pada musim gugur atau musim dingin. Di
Australia, bronkitis akut ditemukan menjadi alasan yang paling umum kelima untuk
berkonsultasi dengan dokter umum.6
Di Amerika Serikat prevalensi rate untuk bronkitis kronik adalah berkisar
4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta jiwa.
Sedangkan ekstrapolasi tingkat prevalensi bronkitis kronik di Mongolia berkisar
122.393 orang dari populasi perkiraan yang digunakan adalah berkisar 2.751.314 juta
jiwa. Untuk daerah ASEAN, negara Thailand salah satu negara yang merupakan
berkisar 2.885.561 jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 64.865.523
jiwa, untuk negara Malaysia berada di sekitar 1.064.404 dari populasi perkiraan yang
digunakan sebesar 23.552.482 jiwa.7 SKRT 2001, asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat ke-3 (PMR 12,7%) sebagai penyebab angka
kesakitan umum di Indonesia setelah sistem sirkulasi, infeksi, dan parasit.8 Indonesia
belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun
bronkitis kronik. Data mengenai bronkitis akut dapat kita peroleh dari rumah sakit
yang menyediakan bagian penyakit respiratory ataupun rumah sakit sentra
pendidikan. Penelitian untuk membahas tentang bronkitis kronik jarang dilakukan,
data angka kesakitan dapat diperoleh dari rumah sakit – rumah sakit sentra
pendidikan.9
Di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan (2004) jumlah pasien bronkitis kronik
yang dirawat inap ada sebanyak 89 kasus dengan proporsi 1,43% yang terbagi atas
laki-laki 76 orang dan perempuan 13 orang dan usia paling banyak adalah usia 45
tahun sebanyak 64 orang. Sedangkan untuk rawat jalan tahun 2002 kasus bronkitis
kronik ada 97 kasus dengan proporsi 0,12% dan pada tahun 2003 terdapat 156 kasus
dengan proporsi 0,2% dan pada tahun 2004 terdapat 232 kasus dengan proporsi
0,28% dan terlihat ada peningkatan kasus setiap tahunnya.10
Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan di RSU Dr. Ferdinan
L.Tobing Sibolga, bahwa terdapat pasien yang rawat jalan pada kelompok umur ≥ 15
tahun yang menderita bronkitis terdapat 135 orang pada tahun 2010, pada tahun 2011
terdapat 149 orang dan pada tahun 2012 terdapat 153 orang. Dari uraian pada latar
rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga dari bulan Januari 2010 –
Desember 2102.
1.2. Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita bronkitis yang rawat jalan pada
kelompok umur ≥ 15 tahun di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 –
2012.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik penderita bronkitis yang rawat jalan pada kelompok
umur ≥ 15 tahun di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 – 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan dan tempat
tinggal).
b. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan gejala klinis.
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan jenis bronkitis.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan riwayat
merokok.
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan jumlah
kunjungan.
f. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan sumber
g. Mengetahui distribusi proporsi umur penderita bronkitis berdasarkan jenis
bronkitis.
h. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita bronkitis berdasarkan
jenis bronkitis.
i. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis riwayat merokok
berdasarkan jenis bronkitis
j. Mengetahui distribusi proporsi jumlah kunjungan penderita bronkitis
berdasarkan sumber pembiayaan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga.
1.4.2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita bronkitis.
1.4.3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
1.4.4. Salah satu persyaratan bagi penulis dalam menyelesaikan studi pada FKM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis
Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran
oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan
hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan
tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup
oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting
paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang
terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah
tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin
tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di
udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya
adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis.11 Bronkitis
(Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.12
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat
memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.13
Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html
2.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan14
a. Saluran pernapasan bagian atas
a.1. Hidung (Naso)
Merupakan saluran utama dan yang pertama yang dilapisi dengan membran
mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel boblet yang
oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.
a.2. Tekak (Faring)
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke
laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan lariofaring.
Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan
digestif.
a.3 Tenggorok (Laring)
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring
juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan
batuk. Laring juga merupakan saluran udara dan bertindak sebegai pembentuk suara.
b. Saluran Pernapasan bagian bawah
b.1. Batang Tenggorok (Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C, sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia.
b.2 Cabang tenggorok (Bronkus)
Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ada 2 yaitu: Bronkus kanan dan
bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3
cabang. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3 cabang.
b.3. Ranting-ranting tenggorok (Bronchiolus)
Merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronhiolus
terdapat gelembung atau alveoli.
b.4. Alveoli
Alveoli adalah kantung udara, didalam alveoli darah hampir langsung
bersentuhan dengan udara dan didalam alveoli ada jaringan pembuluh darah
kapiler, didalam alveoli inilah terjadi pertukaran gas. Paru terbentuk oleh
sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel
yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar tipe III adalah makrofag
yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar memakan benda asing dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
b.5. Paru – paru
Paru-paru ada dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri dari 3
lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.
b.6. Pembuluh darah pada paru
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen
(O2) dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru.
Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronchialis membawa darah
yang berisi oksigen (O2) langsung dari aorta torasika ke paru-paru untuk
2.2.2. Fisiologi Pernapasan15
Pernapasan mencakup 2 proses, yaitu:
a. Pernapasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan penegluaran
karbondiosida (CO2) secara keseluruhan.
b. Pernapasan dalam yaitu proses pertukaran gas anatar sel jaringan dengan
cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernapasan
dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses, yaitu:
b.1. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli
paru.
b.2 Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam
kapiler paru.
b.3. Transper yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh.
2.3. Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi
polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
a. Bronkitis infeksiosa
Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama
Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi
pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi
berulang bisa merupakan akibat dari :
a.1. Sinusitis kronik
a.2. Bronkiektasis
a.3. Alergi
a.4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronkitis iritatif
Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu
yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa
disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut
organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor
etiologi utama adalah zat polutan.17
2.4. Patologi Bronkitis
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter
bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan
akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi cilia,
dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan
batuk.18
2.5. Patofisiologi Bronkitis
Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa
sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya
aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya
sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang
terjadi dalam saluran napas.17
2.6. Gejala Klinis
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
2.6.1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi
dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau
hijau-kekuningan.
2.6.2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas
dengan aktivitas dan mulai batuk.
2.6.3. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
kepala dapat menyertai gejala utama.
2.6.4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit
tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja
seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu
mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.20
2.7. Jenis Bronkitis 2.7.1. Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan
napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat
(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun
adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan
batuk berkepanjangan.21
2.7.2. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang
kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang
sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah
terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh
terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan
bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batu produktif 3
2.8. Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
2.8.1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
2.8.2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
2.8.3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
2.8.4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.23
2.9. Epidemiologi Bronkitis 2.9.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh
untuk usia penderita ( ≥ 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun)
sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu
penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang
lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.24
b. Tempat dan Waktu
Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat
polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan
asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.25
Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim
tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah
2.9.2. Determinan a. Host
a.1. Umur
Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh
kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI
1,50-3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil
terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak
sekolah).7
a.2. Merokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis
rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia
skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27
Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan
merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per
hari).7
a.3. Infeksi
Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai
a.4. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan
bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28
a.5. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem,
dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir
enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,
termasuk jaringan paru.29
a.6. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29.
b. Agent
Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).4
c. Environment
Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan.
Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya aktivitas manusia dan kepadatan penduduk.
Peningkatan penduduk akan diikuti oleh semakin meningkatnya kebutuhan di bidang
akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh
terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25
2.10. Pencegahan Bronkitis 2.10.1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30
Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa
hingga sampe leher
c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin
(es), dll.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak
dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
2.10.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah
sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,
a. Diagnosis32
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi
akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat
ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring
hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi
dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi
lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai
menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit
a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
a.3. Suhu badan > 380 C
a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan
peningkatan suara napas.
b. Pemeriksaan fisik33
b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada
nasofaringitis.
b.2. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,
sputumnya akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan
dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari
bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya
dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32
d. Pengobatan34
d.1. Antibiotika
d.1.1. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada
protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada
bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang
menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan
penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
d.1.2. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang
dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang
menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal
berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin,
sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas
untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi
ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang
memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan
agen lain.
d.2. Mukolitik dan Ekspektoran
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar
dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan
pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat
infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak
dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
d.2.1. Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus
sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin.
Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum
sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari
2.10.3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita
bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30 Pencegahan tersier
untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi
non-farmakologi yaitu:
a. Terapi Farmakologi35
a.1. Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran
pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan
antikolinergik.
a.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa
dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam
menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan
norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008). Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri
beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat
pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2
sehingga terjadi bronkodilatasi.35
a.1.2. Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping
Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan
penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat
cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat
metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35
b. Terapi Non-farmakologi.35
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
b.1. Pasien harus berhenti merokok
b.2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah
sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.
b.3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah
kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga
tubuhnya jangan sampai kedinginan.
b.4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan
latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.
2.11. Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita Bronkitis 1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Tempat Tinggal
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain
case series.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga dengan
pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai
lapisan masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini, serta memiliki data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2012 - Juli 2013.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data penderita penyakit bronkitis
berumur ≥ 15 tahun yang dirawat jalan di RSU Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga
tahun 2010-2012 yang sebanyak 442 kasus.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau penderita bronkitis berumur ≥ 15
tahun yang dirawat jalan di RSU Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga tahun
a. Besar Sampel
Besar sampel minimal yang dibutuhkan diperoleh dengan rumus36:
� =
n = Jumlah sampel minimal
N = jumlah populasi yaitu 442 kasus
t = tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96)
d = taraf kekeliruan (digunakan 0,05)
p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) / proporsi penyakit bronkitis pada
penelitian sebelumnya yaitu 0,5
q = 1-p (proporsi bukan penyakit bronkitis)
1= bilangan Konstan
Maka besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini setelah
menggunakan persamaan rumus diatas sebesar 206 kasus.
b. Cara Pengambilan Sampel.
Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah disiapkan dilakukan
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dati data sekunder yang diperoleh dari kartu status
penderita bronkitis pada kelompok ≥ 15 tahun yang bersumber dari Rekam Medik
RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Kartu status dengan kasus
bronkitis yang terpilih sebagai sampel dikumpulkan lalu dilakukan pencatatan
variabel-variabel yang diteliti kemudian dilakukan tabulasi data.
3.5. Defenisi Operasional
3.5.1. Penderita bronkitis adalah penderita yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan
L.Tobing Sibolga dan dinyatakan berdasarkan diagnosa dokter yang dicatat pada
kartu status penderita yang ada di rekam medis.
3.5.2. Sosiodemografi dibedakan atas:
a. Umur adalah lamanya hidup penderita bronkitis yang dihitung berdasarkan
tahun sejak lahir sampai ulang tahun terakhir, yang dikategorikan berdasarkan
rumus Sturgest. Penggolongan umur sebagai berikut : 1. 15-23 tahun
2. 24-32 tahun 3. 33-41 tahun 4. 42-50 tahun 5. 51-59 tahun 6. 60-68 tahun 7. 69-77 tahun 8. 78-86 tahun
Untuk analisa statistik, kelompok umur dikategorikan atas:
b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita
bronkitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :
1. Laki-laki 2. Perempuan
c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh
atau yang sedang dijalani oleh penderita bronkitis sesuai dengan yang tertulis
di kartu status, dikategorikan atas:
1. Belum sekolah 2. SD
3. SLTP 4. SLTP
5. Akademi/Perguruan Tinggi
d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita bronkitis yang
tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:
1. Nelayan
2. PNS/TNI/POLRI 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta
5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pelajar/mahasiswa
7. Tidak bekerja 8. Tidak tercatat
e. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan
penderita Bronkitis sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan
atas:
f. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita bronkitis tinggal menetap
sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas :
1. Kota Sibolga 2. Luar Kota Sibolga 3. Tidak tercatat
3.5.3. Gejala klinis adalah keluhan utama yang dirasakan penderita bronkitis pada
saat datang berobat ke rumah sakit, yang dikategorikan atas :
1. Batuk 2.Sesak nafas
3.5.4. Jenis bronkitis adalah jenis bronkitis berdasarkan jenis patogen penyebab
bronkitis, yang dikategorikan atas:
1. Bronkitis akut 2. Bronkitis kronik
3.5.5. Riwayat merokok adalah kebiasaan merokok penderita bronkitis yang tercatat
pada kartu status penderita yang dikategorikan atas:
1. Merokok 2. Tidak merokok
3.5.6. Jumlah kunjungan adalah jumlah kunjungan penderita bronkitis yang tercatat
pada kartu status penderita dikategorikan atas:
3.5.7. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita
bronkitis selama dirawat di rumah sakit sesuai yang tercatat di kartu status,
yang dikategorikan atas:
1. Umum
2. Asuransi Kesehatan (Askes) 3. Jamkesmas
4. Jamkesda 5. Jamsostek 6. SKTM
Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan atas:
1. Biaya sendiri
2. Bukan biaya sendiri (terdiri dari: Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan SKTM)
3.6. Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan, diolah, dan dianalisa secara statistik deskriptif dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga
RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing adalah nama rumah sakit berasal dari nama
seorang pahlawan kemerdekaan yang juga pernah menjadi pimpinan Rumah Sakit
Sibolga Dr. Ferdinan Lumban Tobing yang mengabadikan dirinya di RS Sibolga pada
tahun 1937 – 1944.
Perubahan status kepemilikan rumah sakit terjadi pada tanggal 1 April 1992.
Kepemilikan RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga diserahkan dari Pemerintah
Tk.II Tapanuli Tengah ke Pemerintah Kota Madya Tk.II Sibolga berdasarkan Surat
Keputusan Bersama Bupati Kepala Daerah Tk. II Tapanuli Tengah dan Walikota
Madya Sibolga No. 445/11a/1992 dan No. 445/91/1992 karena RSU Dr. Ferdinan
Lumban Tobing Sibolga terletak di daerah Kota Madya Sibolga. Hingga sekarang
RSU sudah lulus akreditasi 5 pelayanan (Administrasi, Rekam Medik, Pelayanan,
Keperawatan dan IGD) dan mendapat predikat RSU Kelas B Non Pendidikan. Saat
ini rumah sakit Dr. Ferdinan L. Tobing sedang mempersiapkan diri untuk menjadi RS
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
4.1.1. Visi
Mengacu pada visi Kota Sibolga, maka RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing
4.1.2. Misi
Misi RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri
2. Meningkatkan mutu dan profesionalisme sumber daya tenaga rumah sakit
3. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen yang tertib administrasi
4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak ketiga
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
4.1.3. Motto
Motto RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga :
“Kesembuhan Anda, Kebahagiaan Kami“.
Adapun fasilitas kesehatan yang tersedia di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing
Sibolga yaitu instalasi rawat jalan terdiri dari poliklinik bedah, anak, penyakit dalam,
obgyn, THT neurologi, paru, kesehatan jiwa, mata, umum, gigi dan mulut, kulit
kelamin, VCT, DM. Instalasi rawat inap terdiri dari kelas III, II, I, VIP, perinatologi,
paru, isolasi dan VK. Instalasi penunjang antara lain IGD, farmasi, radiologi, bedah
sentral, pengendalian askes, gizi, patologi klinik, ICU dan fisioterapi.
4.2. Analisa Deskriptif
4.2.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis
Proporsi penderita Bronkitis berdasarkan karakteristik sosiodemografi (umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal) yang dirawat jalan di RSU
Tabel 4.1. Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
No. Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
1 15 – 23 24 19,4 17 20,3 41 19,9
2 24 – 32 28 22,6 17 20,7 45 21,8
3 33 – 41 19 15,3 10 12,2 29 14,1
4 42 – 50 18 14,5 21 25,6 39 18,9
5 51 – 59 16 12,9 8 9,9 24 11,7
6 60 – 68 15 12,1 6 7,3 21 10,2
7 69 – 77 4 3,23 2 2,4 6 2,9
8 78 – 86 0 0 1 1,6 1 0,5
Jumlah 124 100 82 100 206 100
Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan
umur, kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 24 – 32 tahun yaitu
sebanyak 45 orang (21,8%), sedangkan penderita bronkitis berdasarkan jenis kelamin,
pada jenis kelamin laki-laki jumlah penderitanya yaitu sebanyak 124 orang (60,2%)
dengan kelompok tertingginya pada kelompok umur 24 – 32 tahun sebanyak 28 orang
(22,6%) dan pada jenis kelamin perempuan jumlah penderitanya ada sebanyak 82
orang (39,8%) dengan kelompok tertinggi pada kelompok umur 42–50 tahun ada
Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Bronkitis Yang
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan
pekerjaan tertinggi yaitu Wiraswasta sebanyak 40 orang (19,4%) dan terendah adalah
Nelayan sebanyak 9 orang (4,4%) serta terdapat yang tidak tercatat pada kartu status
sebanyak 20 orang (9,6%), berdasarkan status perkawinan tertinggi yaitu kawin
sebanyak 155 orang (75,2%) dan berdasarkan tempat tinggal umumnya berasal dari
Kota Sibolga sebanyak 131 orang (63,6%) dan tidak tercatat sebanyak 6 orang
4.2.2. Proporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis
Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
Bronkitis menunjukkan bahwa gejala klinis Bronkitis pada umumnya adalah batuk
sebanyak 206 orang (100%).
4.2.3. Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis
Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
Bronkitis, menunjukkan jenis yang tertinggi adalah Bronkitis kronik yaitu sebanyak
116 orang (56%) .
4.2.4. Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis
Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun
Bronkitis, menunjukkan bahwa penderita Bronkitis yang mempunyai kebiasaan
4.2.5. Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis
Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Jumlah Kunjungan f %
≤ 4 kali 158 76,7
>4 kali 48 23,3
Jumlah 206 100
Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa proporsi jumlah kunjungan penderita
Bronkitis, menunjukkan penderita Bronkitis melakukan kunjungan ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan yang tertinggi adalah dengan kunjungan ≤ 4 kali
yaitu sebanyak 158 orang (76,7%) .
4.2.6. Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis
Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Sumber Pembiayaan f %
Biaya Sendiri 106 51,5
Bukan Biaya Sendiri 100 48,5
Jumlah 206 100
Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa proporsi sumber pembiayaan penderita
Bronkitis, menunjukkan penderita menggunakan biaya sendiri untuk melakukan
4.3. Analisia Statistik
4.3.1. Umur Berdasarkan Jenis Bronkitis
Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Umur Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing
sebanyak 53 orang (45,7%) dan yang terendah berada pada kelompok umur 59 – 80
tahun yaitu sebanyak 23 orang (19,8%).
Analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita berdasarkan
jenis Bronkitis.
4.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Bronkitis
Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Dari tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa dari 116 orang penderita Bronkitis
jenis bronkits tertinggi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 89 orang (76,7%) dan
yang terendah pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 orang (23,3%).
Analsis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita berdasarkan
jenis Bronkitis.
4.3.3. Riwayat Merokok Berdasarkan Jenis Bronkitis
Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Riwayat Merokok Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Jenis Bronkitis Riwayat Merokok Jumlah
Merokok Tidak Merokok
f % f % f %
Bronkitis Akut 31 34,4 59 34,5 90 100
Bronkitis Kronik 96 82,8 20 17,2 116 100
X2= 50,036 df = 1 p = 0,000
Dari tabel 4.10. diatas dapat dilihat bahwa dari 116 orang penderita bronkitis
kronik yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 96 orang (82,8%) dan yang
tidak merokok sebanyak 20 orang (17,2%).
Analsis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara riwayat merokok penderita Bronkitis
4.3.4. Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Sumber Pembiayaan
Jumlah Kunjungan Jumlah
≤ 4 kali >4 kali
f % f % f %
Biaya Sendiri 85 80,2 21 19,8 106 51,5
Bukan Biaya Sendiri 73 73 27 27 100 48,5
X2= 0,529 df = 1 p=0,223
Dari tabel 4.12. diatas dapat dilihat bahwa dari 106 orang penderita Bronkitis,
penderita yang berobat jalan ke rumah sakit ≤ 4 kali menggunakan biaya sendiri
sebanyak 85 orang (80,2%) dan yang datang berobat jalan ke rumah sakit >4 kali
menggunakan biaya sendiri sebanyak 21 orang (19,8%).
Dari analsis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05, yang berarti secara statitik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis 5.1.1. Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Distribusi prporsi penderita Bronkitis berdasarkan umur dan jenis kelamin
yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.1. Diagram Piramida Populasi Penderita Bronkitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012
Dari gambar 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan
umur, kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 24 – 32 tahun yaitu
sebanyak 45 orang (21,8%), sedangkan penderita bronkitis berdasarkan jenis kelamin,
pada jenis kelmain laki-laki jumlah penderitanya yaitu sebanyak 124 orang (60,2%)
dengan kelompok tertingginya pada kelompok umur 24 – 32 tahun sebanyak 28 orang
(22,6%) dan pada jenis kelamin perempuan jumlah penderitanya ada sebanyak 82
Piramida Populasi Penderita Bronkitis berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin
Perempuan
orang (39,8%) dengan kelompok tertinggi pada kelompok umur 42–50 tahun ada
sebanyak 21 orang (25,6%).
Penyakit bronkitis pada umumnya dapat menyerang kelompok usia dari mulai
anak-anak sampai orang dewasa baik pada jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan
dan faktor host/penderita. Dari segi faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin,
kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada.18 Sesuai dengan UU No.13
tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2, bahwa yang termasuk usia produktif adalah
kelompok umur 15 – 55 tahun. Penderita bronkitis pada umumnya menyerang pada
kelompok usia pekerja dikarenakan seringnya terpapar dengan zat polutan pada
lingkungan sekitar tempat kerja seperti asap kendaraan, rokok, debu, dll. Penderita
bronkitis tertinggi diderita oleh jenis kelamin laki-laki dikarenakan pekerjaan banyak
dilapangan/ luar ruangan yang dapat terpapar dengan zat-zat polutan pemicu penyakit
bronkitis. Seiring dengan penambahan umur, seorang wanita akan berkurang daya
tahan tubuhnya ditambah lagi dengan faktor menopause yang menunjukkan penurunan hormone estrogen dan progesteron. Sehingga seorang wanita sangat
mudah terserang penyakit terutama penyakit degeneratif. 39
Hal ini sejalan dengan gambar hasil penelitian tentang piramida populasi
penderita bronkitis berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa
kelompok umur penderita yang tertinggi berada pada kelompok umur 24-32 tahun
baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Sejalan juga dengan hasil yang
menunjukkan bahwa penderita tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki pada usia