• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur > 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur > 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR ≥ 15 TAHUN DI RSU

Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN 2010 – 2012

SKRIPSI

Oleh :

RINALDI TOGAP S NIM. 0810000101

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR ≥ 15 TAHUN DI RSU

Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN 2010 – 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RINALDI TOGAP S NIM. 081000101

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Bronkitis (Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Hal ini ditandai dengan peradangan pada saluran bronkial dan dibedakan dalam bentuk akut dan kronis. Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun kronik. Bronkitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing. Total kasus Bronkitis dari tahun 2010-2012 ada sebanyak 442 kasus.

Untuk mengetahui karakteristik penderita Bronkitis rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Tahun 2010-2012 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien Bronkitis yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga. Populasi 442 data dan sampel 206 data diperoleh dengan tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita Bronkitis pada kelompok umur 24 - 32 tahun 21,8% , jenis kelamin laki-laki pada kelompok umur 24-32 tahun 22,6%, jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 42-50 tahun 25,6%, pekerjaan wiraswasta 19,4%, dengan status kawin 75,2%, tempat tinggal di dalam Kota Sibolga 63,6%, gejala klinis batuk 100%, jenis Bronkitis kronik 58,3%, riwayat merokok 61,7%, jumlah kunjungan ≤ 4 kali 76,7% dan sumber biaya umum 51,5%.

Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan riwayat merokok (p<0,05), dan riwayat merokok berdasarkan jenis bronkitis (p<0,05). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah kunjungan berdasarkan sumber pembiayaan (p>0,05).

Diharapkan penderita bronkitis meningkatkan daya tahan tubuh, kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan mengurangi merokok dan para dokter dan perawat Rumah Sakit Umum Dr Ferdinand L.Tobing Sibolga untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga mereka tentang penyakit bronkitis

(5)

ABSTRACT

Bronchitis (Inflamation bronchi) is described as inflammation of the bronchial vessels. It is characterized by inflammation of the bronchial tubes and divided into acute and chronic forms. Indonesia does not have accurate data on morbidity of acute or chronic bronchitis. Bronchitis including ten biggest disease in the outpatient Dr. Ferdinan L. Tobing General Hospital. Total cases of bronchitis in 2010-2012 there were 442 cases.

To determine the characteristics of patients with bronchitis outpatient Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital from 2010 until 2012 conducted a descriptive study design case series. Data were collected from medical records of patients Bronchitis who were treated the way bronchitis Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga. The Populations in this study as much as 442 data and the samples in this study as much as 206 data obtained by sampling random tables C.Survey program, data analysis by using Chi-square test.

The results showed the highest proportion of people with bronchitis in the age group 24-32 years 21,8%, for male gender in the age group of 24-32 years 22,6%, for female gender in the age group of 42-50 years 25,6%, 19,4% self-employed jobs, with marital status 75,2%, residence in Sibolga 63,6%, 100% clinical symptoms of cough, chronic bronchitis type 58,3%, 61,7% smoking history, number of visits ≤ 4 times 78,2% and other general expenses 51,5%.

Statistical test results showed there is significant difference proportion between of patients aged by type of bronchitis (p <0,05), gender by type of bronchitis (p <0,05), and sex based on a history of smoking (p <0,05), and a history of smoking by type of bronchitis type (p<0,05). There is no significant difference proportion between of the number of visits by source of funding (p> 0.05).

Expected to bronchitis sufferers to increase body resistance, hygiene, environmental sanitation and reduce smoking and the doctors and nurses Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga to give understanding to patients and their families about the disease bronchitis.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDP

Nama : Rinaldi Togap Simanjuntak

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 September 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : I (pertama) dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jalan SM. Raja, G.Kasih, Lor.Porsea No.3B, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 06 Sibolga (1995-2001)

2. SMPN 2 Sibolga (2001-2004

3. SMA Swasta Tri-Ratna Sibolga (2004-2007)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur ≥ 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Drs. Nelson Simanjuntak

dan ibunda Berthauli Siagian yang telah membesrakan, membimbing dan mendidik

penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa yang tak pernah

henti kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes dan

dosen pembimbing II Bapak Drs. Jemadi,M.Kes serta dosen penguji I Bapak

Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet,MPH dan dosen penguji II Bapak dr.Makmur

Sinaga,MS yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran,

kritikan, bimbingan serta masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama,MS selaku dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak dr.M.Makmur Sinaga,MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu drh.Rasmaliah,M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Direktur, Kepala Bagian Rekam Medis dan Dokter Poliklinik Paru dan

Saluran Napas RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga beserta staf yang telah

memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan

(8)

5. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

6. Kepada keluargaku tersayang : Risanti C., Sofia M., Febiola D., kalian telah

memberikan arti dalam hidupku melalui dorongan semangat, kasih sayang dan

doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat Kelompok Kecilku: Bang Erikson Marbu, SKM, Mandroy P, SKM

Arnold Maruli, SKM, Johannes Sianturi, Henokh Sembiring terima kasih

kalian sudah menjadi tempat penulis berkeluh kesah, memberi semangat dan

doa selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat teman-temanku seperjuangan peminatan epidemiologi stambuk 2008

terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini

dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

peneliti selanjutnya.

“Berbuatlah Kebaikan Dengan Usahamu, Semampumu dan Pasrahkan Semuanya Kepada-Nya”

Medan, Juli 2013

Penulis

(9)
(10)

2.8. Komplikasi Bronkitis ... . 14

4.2.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis ... 31

4.2.2. Gejala Klinis Penderita Bronkitis ... 34

4.2.3. Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis ... 34

4.2.4. Riwayat Merokok Penderita Bronkitis ... 34

4.2.5. Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis ... 35

4.2.6. Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis ... 35

4.3. Analisa Statistik ... 36

5.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis ... 39

5.1.1. Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 39

5.1.2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

5.1.3. Berdasarkan Pekerjaan ... 41

5.1.4. Berdasarkan Status Perkawinan ... 43

5.1.5. Berdasarkan Tempat Tinggal ... 44

(11)

5.3. Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis ... 45

5.4. Riwayat Merokok Penderita Bronkitis... 46

5.5. Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis ... 47

5.6. Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis... 48

5.7. Analisa Statistik ... 50

5.7.1. Umur berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

5.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Bronkitis ... 51

5.7.3. Riwayat Merokok berdasarkan Jenis Bronkitis... 52

5.7.5. Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan ... 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... . 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita

Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing

Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 32

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010 - 2012... 33

Tabel 4.3 Distribusi Prporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010 - 2012... 34

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010 - 2012... 34

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga

Tahun 2010 - 2012 ... 34

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga

Tahun 2010 - 2012 ... 35

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga

Tahun 2010 - 2012 ... 35

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr.

Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 36

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU

Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012 ... 36

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Orang Riwayat Merokok pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di

(13)

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan Yang Dirawat Jalan di

(14)

LAMPIRAN

Lampiran I Master Data

Lampiran II Frequency Table

Lampiran III Crosstab

Lampiran IV Surat Izin Penelitian

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Bronkus yang normal dan Bronkitis ... 7

Gambar 5.1 Diagram Piramida Populasi Penderita Bronkitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr.Ferdinan

L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 39

Gambar 5.2 Diagram Bar Penderita Bronkitis Berdasarkan Pekerjaan

di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 41

Gambar 5.3 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Perkawinan

di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 43

Gambar 5.4 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010-2012 ... 44

Gambar 5.5 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010-2012 ... 45

Gambar 5.6 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Riwayat Merokok di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010-2012 ... 47

Gambar 5.7 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Jumlah Kunjungan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010-2012 ... 48

Gambar 5.8 Diagram Pie Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

2010-2012 ... 49

Gambar 5.9 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Umur Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan

L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 50

Gambar 5.10 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis di RSU Dr.Ferdinan

(16)

Gambar 5.11 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Bronkitis Berdasarkan Riwayat Merokok di RSU Dr.Ferdinan

L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 ... 52

Gambar 5.12 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Ferdinan

(17)

ABSTRAK

Bronkitis (Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Hal ini ditandai dengan peradangan pada saluran bronkial dan dibedakan dalam bentuk akut dan kronis. Indonesia belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun kronik. Bronkitis termasuk sepuluh penyakit terbesar rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing. Total kasus Bronkitis dari tahun 2010-2012 ada sebanyak 442 kasus.

Untuk mengetahui karakteristik penderita Bronkitis rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Tahun 2010-2012 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien Bronkitis yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga. Populasi 442 data dan sampel 206 data diperoleh dengan tabel random pada program C.Survey, analisis data dengan uji Chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi tertinggi penderita Bronkitis pada kelompok umur 24 - 32 tahun 21,8% , jenis kelamin laki-laki pada kelompok umur 24-32 tahun 22,6%, jenis kelamin perempuan pada kelompok umur 42-50 tahun 25,6%, pekerjaan wiraswasta 19,4%, dengan status kawin 75,2%, tempat tinggal di dalam Kota Sibolga 63,6%, gejala klinis batuk 100%, jenis Bronkitis kronik 58,3%, riwayat merokok 61,7%, jumlah kunjungan ≤ 4 kali 76,7% dan sumber biaya umum 51,5%.

Hasil uji statistik menunjukkan ada proporsi perbedaan yang bermakna antara umur penderita berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan jenis Bronkitis (p<0,05), jenis kelamin berdasarkan riwayat merokok (p<0,05), dan riwayat merokok berdasarkan jenis bronkitis (p<0,05). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah kunjungan berdasarkan sumber pembiayaan (p>0,05).

Diharapkan penderita bronkitis meningkatkan daya tahan tubuh, kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan mengurangi merokok dan para dokter dan perawat Rumah Sakit Umum Dr Ferdinand L.Tobing Sibolga untuk memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga mereka tentang penyakit bronkitis

(18)

ABSTRACT

Bronchitis (Inflamation bronchi) is described as inflammation of the bronchial vessels. It is characterized by inflammation of the bronchial tubes and divided into acute and chronic forms. Indonesia does not have accurate data on morbidity of acute or chronic bronchitis. Bronchitis including ten biggest disease in the outpatient Dr. Ferdinan L. Tobing General Hospital. Total cases of bronchitis in 2010-2012 there were 442 cases.

To determine the characteristics of patients with bronchitis outpatient Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital from 2010 until 2012 conducted a descriptive study design case series. Data were collected from medical records of patients Bronchitis who were treated the way bronchitis Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga. The Populations in this study as much as 442 data and the samples in this study as much as 206 data obtained by sampling random tables C.Survey program, data analysis by using Chi-square test.

The results showed the highest proportion of people with bronchitis in the age group 24-32 years 21,8%, for male gender in the age group of 24-32 years 22,6%, for female gender in the age group of 42-50 years 25,6%, 19,4% self-employed jobs, with marital status 75,2%, residence in Sibolga 63,6%, 100% clinical symptoms of cough, chronic bronchitis type 58,3%, 61,7% smoking history, number of visits ≤ 4 times 78,2% and other general expenses 51,5%.

Statistical test results showed there is significant difference proportion between of patients aged by type of bronchitis (p <0,05), gender by type of bronchitis (p <0,05), and sex based on a history of smoking (p <0,05), and a history of smoking by type of bronchitis type (p<0,05). There is no significant difference proportion between of the number of visits by source of funding (p> 0.05).

Expected to bronchitis sufferers to increase body resistance, hygiene, environmental sanitation and reduce smoking and the doctors and nurses Dr. Ferdinan L.Tobing General Hospital Sibolga to give understanding to patients and their families about the disease bronchitis.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta

sejahtera lahir dan batin.1 Berbagai transisi yang ada, baik transisi demografik,

sosio-ekonomi maupun epidemiologi telah menimbulkan pergeseran – pergeseran,

termasuk bidang kesehatan. Angka kematian menurun dan usia harapan hidup secara

umum makin panjang, pola penyakit dan penyebab kematian telah berubah. Penyakit

menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utma mulai bergeser

dan digantikan oleh penyakit tidak menular, salah satunya adalah penyakit pada

saluran pernapasan yaitu bronchitis.2

Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di

Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas

dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberculosis, asma dan bronkitis masih

menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering.

Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan turunnya insidens

penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam bidang industri

dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu polusi

udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang

merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita.3

Bronkitis adalah salah satu kondisi teratas yang pasien mencari perawatan

(20)

saluran udara yang membentang dari trakea ke dalam saluran udara kecil dan alveoli.

Bronkitis ada 2 macam menurut terminologi lamanya penyakit berdiam didalam

tubuh penderita yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronik. Penelitian yang sering

dilakukan juga banyak mengacu ke pembagian bronkitis tersebut. Penelitian yang

membahas tentang bronkitis tidak mempunyai data – data yang lengkap yang bisa

digunakan dalam penelitian – penelitian ilmiah.4

Suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2005 didapat

angka Insidens rate dari bronkitis akut berkisar 4,6 per 100. Di Amerika Serikat,

bronkitis akut adalah penyakit yang paling umum kesembilan diantara pasien rawat

jalan atau sekitar 4,60% atau 12,5 juta orang di Amerika Serikat. Sebuah data Insiden

ekstrapolasi di Amerika Serikat untuk bronkitis akut: 12.511.999 per tahun, 1.042.666

per bulan, 240.615 per minggu, 34.279 per hari, 1.428 per jam, dan 23 per menit.5

Sedangkan peneltian pada tahun 2006 di kota London, Inggris bronkitis akut

mempengaruhi 44 dari setiap 1000 orang dewasa > 16 tahun, dengan sebagian besar

episode yaitu sekitar 82% episode terjadi pada musim gugur atau musim dingin. Di

Australia, bronkitis akut ditemukan menjadi alasan yang paling umum kelima untuk

berkonsultasi dengan dokter umum.6

Di Amerika Serikat prevalensi rate untuk bronkitis kronik adalah berkisar

4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta jiwa.

Sedangkan ekstrapolasi tingkat prevalensi bronkitis kronik di Mongolia berkisar

122.393 orang dari populasi perkiraan yang digunakan adalah berkisar 2.751.314 juta

jiwa. Untuk daerah ASEAN, negara Thailand salah satu negara yang merupakan

(21)

berkisar 2.885.561 jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar 64.865.523

jiwa, untuk negara Malaysia berada di sekitar 1.064.404 dari populasi perkiraan yang

digunakan sebesar 23.552.482 jiwa.7 SKRT 2001, asma, bronkitis kronik dan

emfisema menduduki peringkat ke-3 (PMR 12,7%) sebagai penyebab angka

kesakitan umum di Indonesia setelah sistem sirkulasi, infeksi, dan parasit.8 Indonesia

belum memiliki data yang akurat tentang angka morbiditas bronkitis akut maupun

bronkitis kronik. Data mengenai bronkitis akut dapat kita peroleh dari rumah sakit

yang menyediakan bagian penyakit respiratory ataupun rumah sakit sentra

pendidikan. Penelitian untuk membahas tentang bronkitis kronik jarang dilakukan,

data angka kesakitan dapat diperoleh dari rumah sakit – rumah sakit sentra

pendidikan.9

Di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan (2004) jumlah pasien bronkitis kronik

yang dirawat inap ada sebanyak 89 kasus dengan proporsi 1,43% yang terbagi atas

laki-laki 76 orang dan perempuan 13 orang dan usia paling banyak adalah usia 45

tahun sebanyak 64 orang. Sedangkan untuk rawat jalan tahun 2002 kasus bronkitis

kronik ada 97 kasus dengan proporsi 0,12% dan pada tahun 2003 terdapat 156 kasus

dengan proporsi 0,2% dan pada tahun 2004 terdapat 232 kasus dengan proporsi

0,28% dan terlihat ada peningkatan kasus setiap tahunnya.10

Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan di RSU Dr. Ferdinan

L.Tobing Sibolga, bahwa terdapat pasien yang rawat jalan pada kelompok umur ≥ 15

tahun yang menderita bronkitis terdapat 135 orang pada tahun 2010, pada tahun 2011

terdapat 149 orang dan pada tahun 2012 terdapat 153 orang. Dari uraian pada latar

(22)

rawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga dari bulan Januari 2010 –

Desember 2102.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita bronkitis yang rawat jalan pada

kelompok umur ≥ 15 tahun di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 –

2012.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita bronkitis yang rawat jalan pada kelompok

umur ≥ 15 tahun di RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010 – 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan dan tempat

tinggal).

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan gejala klinis.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan jenis bronkitis.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan riwayat

merokok.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan jumlah

kunjungan.

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis berdasarkan sumber

(23)

g. Mengetahui distribusi proporsi umur penderita bronkitis berdasarkan jenis

bronkitis.

h. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita bronkitis berdasarkan

jenis bronkitis.

i. Mengetahui distribusi proporsi penderita bronkitis riwayat merokok

berdasarkan jenis bronkitis

j. Mengetahui distribusi proporsi jumlah kunjungan penderita bronkitis

berdasarkan sumber pembiayaan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

bagi pihak Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga.

1.4.2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin

melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita bronkitis.

1.4.3. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.

1.4.4. Salah satu persyaratan bagi penulis dalam menyelesaikan studi pada FKM

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang

berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran

oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan

hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan

tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup

oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting

paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang

terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah

tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin

tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di

udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya

adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis.11 Bronkitis

(Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,

mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.12

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut

disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi

(25)

bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat

memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.13

Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html

2.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan14

a. Saluran pernapasan bagian atas

a.1. Hidung (Naso)

Merupakan saluran utama dan yang pertama yang dilapisi dengan membran

mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa

hidung. Lendir disekresikan secara terus menerus oleh sel-sel boblet yang

(26)

oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan

serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

a.2. Tekak (Faring)

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke

laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan lariofaring.

Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan

digestif.

a.3 Tenggorok (Laring)

Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan

trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring

juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan

batuk. Laring juga merupakan saluran udara dan bertindak sebegai pembentuk suara.

b. Saluran Pernapasan bagian bawah

b.1. Batang Tenggorok (Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang

terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C, sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia.

b.2 Cabang tenggorok (Bronkus)

Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ada 2 yaitu: Bronkus kanan dan

bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3

cabang. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar dan mempunyai 3 cabang.

(27)

b.3. Ranting-ranting tenggorok (Bronchiolus)

Merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronhiolus

terdapat gelembung atau alveoli.

b.4. Alveoli

Alveoli adalah kantung udara, didalam alveoli darah hampir langsung

bersentuhan dengan udara dan didalam alveoli ada jaringan pembuluh darah

kapiler, didalam alveoli inilah terjadi pertukaran gas. Paru terbentuk oleh

sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I

adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel

yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang

melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar tipe III adalah makrofag

yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar memakan benda asing dan

bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

b.5. Paru – paru

Paru-paru ada dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri dari 3

lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.

b.6. Pembuluh darah pada paru

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen

(O2) dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru.

Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronchialis membawa darah

yang berisi oksigen (O2) langsung dari aorta torasika ke paru-paru untuk

(28)

2.2.2. Fisiologi Pernapasan15

Pernapasan mencakup 2 proses, yaitu:

a. Pernapasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan penegluaran

karbondiosida (CO2) secara keseluruhan.

b. Pernapasan dalam yaitu proses pertukaran gas anatar sel jaringan dengan

cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernapasan

dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses, yaitu:

b.1. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli

paru.

b.2 Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam

kapiler paru.

b.3. Transper yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh

jaringan tubuh.

2.3. Etiologi

Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan

faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi

polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri

(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,

Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara

meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan

faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru

(29)

a. Bronkitis infeksiosa

Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama

Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi

pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi

berulang bisa merupakan akibat dari :

a.1. Sinusitis kronik

a.2. Bronkiektasis

a.3. Alergi

a.4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak

b. Bronkitis iritatif

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu

yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa

disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut

organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang

menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor

etiologi utama adalah zat polutan.17

2.4. Patologi Bronkitis

Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan

menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter

bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan

akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi cilia,

(30)

dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan

batuk.18

2.5. Patofisiologi Bronkitis

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan

peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa

sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya

aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya

sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang

terjadi dalam saluran napas.17

2.6. Gejala Klinis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

2.6.1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi

setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi

dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau

hijau-kekuningan.

2.6.2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan

penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas

dengan aktivitas dan mulai batuk.

2.6.3. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit

kepala dapat menyertai gejala utama.

2.6.4. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau

(31)

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang

didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit

tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja

seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu

mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.20

2.7. Jenis Bronkitis 2.7.1. Bronkitis akut

Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan

napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat

(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun

adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan

batuk berkepanjangan.21

2.7.2. Bronkitis kronik

Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di

masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang

kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang

sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat

penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat

penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah

terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh

terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan

bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batu produktif 3

(32)

2.8. Komplikasi Bronkitis

Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:

2.8.1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.

2.8.2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

2.8.3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

2.8.4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.23

2.9. Epidemiologi Bronkitis 2.9.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang

Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh

untuk usia penderita ( ≥ 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun)

sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu

penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang

lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.24

b. Tempat dan Waktu

Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat

polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan

asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.25

Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim

tropis ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah

(33)

2.9.2. Determinan a. Host

a.1. Umur

Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh

kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI

1,50-3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil

terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak

sekolah).7

a.2. Merokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok

adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara

merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis

rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia

skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27

Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan

merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per

hari).7

a.3. Infeksi

Eksaserbasi bronkitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus

yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling

banyak adalah Hemophilus influenza dan Streptococus pneumonie. Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai

(34)

a.4. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila

ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan

bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,

hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28

a.5. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem,

dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir

enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,

termasuk jaringan paru.29

a.6. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi

rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29.

b. Agent

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).4

c. Environment

Pencemaran udara merupakan masalah paling serius di daerah perkotaan.

Urbanisasi mengakibatkan meningkatnya aktivitas manusia dan kepadatan penduduk.

Peningkatan penduduk akan diikuti oleh semakin meningkatnya kebutuhan di bidang

(35)

akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh

terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25

2.10. Pencegahan Bronkitis 2.10.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang

yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30

Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

batuk tidak bertambah parah.

a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak

b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa

hingga sampe leher

c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin

(es), dll.

d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak

dengan air hangat

e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan

f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2.10.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah

sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,

(36)

a. Diagnosis32

Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien

mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa

adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi

akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat

ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring

hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi

dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi

lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan

pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai

menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit

a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit

a.3. Suhu badan > 380 C

a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan

peningkatan suara napas.

b. Pemeriksaan fisik33

b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada

nasofaringitis.

b.2. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau

(37)

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,

sputumnya akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan

dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari

bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya

dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32

d. Pengobatan34

d.1. Antibiotika

d.1.1. Penisilin

Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada

protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada

bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari

peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang

menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan

penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

d.1.2. Quinolon

Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang

dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang

menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal

(38)

berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin,

sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas

untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi

ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang

memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan

agen lain.

d.2. Mukolitik dan Ekspektoran

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini

menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar

dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan

pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat

infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi

molekul-molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak

dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.

d.2.1. Ekspektoran

Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus

sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin.

Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum

sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari

(39)

2.10.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita

bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30 Pencegahan tersier

untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi

non-farmakologi yaitu:

a. Terapi Farmakologi35

a.1. Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran

pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan

antikolinergik.

a.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa

dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam

menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan

norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008). Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri

beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat

pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2

sehingga terjadi bronkodilatasi.35

a.1.2. Metilxantin

Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping

(40)

Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan

penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat

cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat

metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35

b. Terapi Non-farmakologi.35

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :

b.1. Pasien harus berhenti merokok

b.2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah

sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

b.3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah

kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga

tubuhnya jangan sampai kedinginan.

b.4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan

latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

(41)

2.11. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Bronkitis 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Status Perkawinan

Tempat Tinggal

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga dengan

pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, berbagai

lapisan masyarakat datang untuk berobat ke rumah sakit ini, serta memiliki data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2012 - Juli 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua data penderita penyakit bronkitis

berumur ≥ 15 tahun yang dirawat jalan di RSU Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga

tahun 2010-2012 yang sebanyak 442 kasus.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi atau penderita bronkitis berumur ≥ 15

tahun yang dirawat jalan di RSU Dr.Ferdinan Lumban Tobing Sibolga tahun

(43)

a. Besar Sampel

Besar sampel minimal yang dibutuhkan diperoleh dengan rumus36:

� =

n = Jumlah sampel minimal

N = jumlah populasi yaitu 442 kasus

t = tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96)

d = taraf kekeliruan (digunakan 0,05)

p = proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) / proporsi penyakit bronkitis pada

penelitian sebelumnya yaitu 0,5

q = 1-p (proporsi bukan penyakit bronkitis)

1= bilangan Konstan

Maka besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini setelah

menggunakan persamaan rumus diatas sebesar 206 kasus.

b. Cara Pengambilan Sampel.

Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah disiapkan dilakukan

(44)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dati data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita bronkitis pada kelompok ≥ 15 tahun yang bersumber dari Rekam Medik

RSU Dr.Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012. Kartu status dengan kasus

bronkitis yang terpilih sebagai sampel dikumpulkan lalu dilakukan pencatatan

variabel-variabel yang diteliti kemudian dilakukan tabulasi data.

3.5. Defenisi Operasional

3.5.1. Penderita bronkitis adalah penderita yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan

L.Tobing Sibolga dan dinyatakan berdasarkan diagnosa dokter yang dicatat pada

kartu status penderita yang ada di rekam medis.

3.5.2. Sosiodemografi dibedakan atas:

a. Umur adalah lamanya hidup penderita bronkitis yang dihitung berdasarkan

tahun sejak lahir sampai ulang tahun terakhir, yang dikategorikan berdasarkan

rumus Sturgest. Penggolongan umur sebagai berikut : 1. 15-23 tahun

2. 24-32 tahun 3. 33-41 tahun 4. 42-50 tahun 5. 51-59 tahun 6. 60-68 tahun 7. 69-77 tahun 8. 78-86 tahun

Untuk analisa statistik, kelompok umur dikategorikan atas:

(45)

b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita

bronkitis yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh

atau yang sedang dijalani oleh penderita bronkitis sesuai dengan yang tertulis

di kartu status, dikategorikan atas:

1. Belum sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTP

5. Akademi/Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita bronkitis yang

tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Nelayan

2. PNS/TNI/POLRI 3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pelajar/mahasiswa

7. Tidak bekerja 8. Tidak tercatat

e. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan

penderita Bronkitis sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan

atas:

(46)

f. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita bronkitis tinggal menetap

sesuai dengan yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas :

1. Kota Sibolga 2. Luar Kota Sibolga 3. Tidak tercatat

3.5.3. Gejala klinis adalah keluhan utama yang dirasakan penderita bronkitis pada

saat datang berobat ke rumah sakit, yang dikategorikan atas :

1. Batuk 2.Sesak nafas

3.5.4. Jenis bronkitis adalah jenis bronkitis berdasarkan jenis patogen penyebab

bronkitis, yang dikategorikan atas:

1. Bronkitis akut 2. Bronkitis kronik

3.5.5. Riwayat merokok adalah kebiasaan merokok penderita bronkitis yang tercatat

pada kartu status penderita yang dikategorikan atas:

1. Merokok 2. Tidak merokok

3.5.6. Jumlah kunjungan adalah jumlah kunjungan penderita bronkitis yang tercatat

pada kartu status penderita dikategorikan atas:

(47)

3.5.7. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita

bronkitis selama dirawat di rumah sakit sesuai yang tercatat di kartu status,

yang dikategorikan atas:

1. Umum

2. Asuransi Kesehatan (Askes) 3. Jamkesmas

4. Jamkesda 5. Jamsostek 6. SKTM

Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan atas:

1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri (terdiri dari: Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan SKTM)

3.6. Teknik Analisis Data

Data dikumpulkan, diolah, dan dianalisa secara statistik deskriptif dengan

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga

RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing adalah nama rumah sakit berasal dari nama

seorang pahlawan kemerdekaan yang juga pernah menjadi pimpinan Rumah Sakit

Sibolga Dr. Ferdinan Lumban Tobing yang mengabadikan dirinya di RS Sibolga pada

tahun 1937 – 1944.

Perubahan status kepemilikan rumah sakit terjadi pada tanggal 1 April 1992.

Kepemilikan RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga diserahkan dari Pemerintah

Tk.II Tapanuli Tengah ke Pemerintah Kota Madya Tk.II Sibolga berdasarkan Surat

Keputusan Bersama Bupati Kepala Daerah Tk. II Tapanuli Tengah dan Walikota

Madya Sibolga No. 445/11a/1992 dan No. 445/91/1992 karena RSU Dr. Ferdinan

Lumban Tobing Sibolga terletak di daerah Kota Madya Sibolga. Hingga sekarang

RSU sudah lulus akreditasi 5 pelayanan (Administrasi, Rekam Medik, Pelayanan,

Keperawatan dan IGD) dan mendapat predikat RSU Kelas B Non Pendidikan. Saat

ini rumah sakit Dr. Ferdinan L. Tobing sedang mempersiapkan diri untuk menjadi RS

BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).

4.1.1. Visi

Mengacu pada visi Kota Sibolga, maka RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing

(49)

4.1.2. Misi

Misi RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri

2. Meningkatkan mutu dan profesionalisme sumber daya tenaga rumah sakit

3. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen yang tertib administrasi

4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak ketiga

5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

4.1.3. Motto

Motto RSU Dr. Ferdinan Lumban Tobing Sibolga :

“Kesembuhan Anda, Kebahagiaan Kami“.

Adapun fasilitas kesehatan yang tersedia di RSU Dr. Ferdinan L. Tobing

Sibolga yaitu instalasi rawat jalan terdiri dari poliklinik bedah, anak, penyakit dalam,

obgyn, THT neurologi, paru, kesehatan jiwa, mata, umum, gigi dan mulut, kulit

kelamin, VCT, DM. Instalasi rawat inap terdiri dari kelas III, II, I, VIP, perinatologi,

paru, isolasi dan VK. Instalasi penunjang antara lain IGD, farmasi, radiologi, bedah

sentral, pengendalian askes, gizi, patologi klinik, ICU dan fisioterapi.

4.2. Analisa Deskriptif

4.2.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis

Proporsi penderita Bronkitis berdasarkan karakteristik sosiodemografi (umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal) yang dirawat jalan di RSU

(50)

Tabel 4.1. Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

No. Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1 15 – 23 24 19,4 17 20,3 41 19,9

2 24 – 32 28 22,6 17 20,7 45 21,8

3 33 – 41 19 15,3 10 12,2 29 14,1

4 42 – 50 18 14,5 21 25,6 39 18,9

5 51 – 59 16 12,9 8 9,9 24 11,7

6 60 – 68 15 12,1 6 7,3 21 10,2

7 69 – 77 4 3,23 2 2,4 6 2,9

8 78 – 86 0 0 1 1,6 1 0,5

Jumlah 124 100 82 100 206 100

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan

umur, kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 24 – 32 tahun yaitu

sebanyak 45 orang (21,8%), sedangkan penderita bronkitis berdasarkan jenis kelamin,

pada jenis kelamin laki-laki jumlah penderitanya yaitu sebanyak 124 orang (60,2%)

dengan kelompok tertingginya pada kelompok umur 24 – 32 tahun sebanyak 28 orang

(22,6%) dan pada jenis kelamin perempuan jumlah penderitanya ada sebanyak 82

orang (39,8%) dengan kelompok tertinggi pada kelompok umur 42–50 tahun ada

(51)

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Bronkitis Yang

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan

pekerjaan tertinggi yaitu Wiraswasta sebanyak 40 orang (19,4%) dan terendah adalah

Nelayan sebanyak 9 orang (4,4%) serta terdapat yang tidak tercatat pada kartu status

sebanyak 20 orang (9,6%), berdasarkan status perkawinan tertinggi yaitu kawin

sebanyak 155 orang (75,2%) dan berdasarkan tempat tinggal umumnya berasal dari

Kota Sibolga sebanyak 131 orang (63,6%) dan tidak tercatat sebanyak 6 orang

(52)

4.2.2. Proporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Gejala Klinis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

Bronkitis menunjukkan bahwa gejala klinis Bronkitis pada umumnya adalah batuk

sebanyak 206 orang (100%).

4.2.3. Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Jenis Bronkitis Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

Bronkitis, menunjukkan jenis yang tertinggi adalah Bronkitis kronik yaitu sebanyak

116 orang (56%) .

4.2.4. Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun

Bronkitis, menunjukkan bahwa penderita Bronkitis yang mempunyai kebiasaan

(53)

4.2.5. Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

Jumlah Kunjungan f %

≤ 4 kali 158 76,7

>4 kali 48 23,3

Jumlah 206 100

Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa proporsi jumlah kunjungan penderita

Bronkitis, menunjukkan penderita Bronkitis melakukan kunjungan ke rumah sakit

untuk mendapatkan pengobatan yang tertinggi adalah dengan kunjungan ≤ 4 kali

yaitu sebanyak 158 orang (76,7%) .

4.2.6. Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis

Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

Sumber Pembiayaan f %

Biaya Sendiri 106 51,5

Bukan Biaya Sendiri 100 48,5

Jumlah 206 100

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa proporsi sumber pembiayaan penderita

Bronkitis, menunjukkan penderita menggunakan biaya sendiri untuk melakukan

(54)

4.3. Analisia Statistik

4.3.1. Umur Berdasarkan Jenis Bronkitis

Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Umur Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing

sebanyak 53 orang (45,7%) dan yang terendah berada pada kelompok umur 59 – 80

tahun yaitu sebanyak 23 orang (19,8%).

Analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita berdasarkan

jenis Bronkitis.

4.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Bronkitis

Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

(55)

Dari tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa dari 116 orang penderita Bronkitis

jenis bronkits tertinggi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 89 orang (76,7%) dan

yang terendah pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 orang (23,3%).

Analsis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita berdasarkan

jenis Bronkitis.

4.3.3. Riwayat Merokok Berdasarkan Jenis Bronkitis

Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Riwayat Merokok Penderita Bronkitis Berdasarkan Jenis Bronkitis Riwayat Merokok Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

Jenis Bronkitis Riwayat Merokok Jumlah

Merokok Tidak Merokok

f % f % f %

Bronkitis Akut 31 34,4 59 34,5 90 100

Bronkitis Kronik 96 82,8 20 17,2 116 100

X2= 50,036 df = 1 p = 0,000

Dari tabel 4.10. diatas dapat dilihat bahwa dari 116 orang penderita bronkitis

kronik yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 96 orang (82,8%) dan yang

tidak merokok sebanyak 20 orang (17,2%).

Analsis statistik dengan uji chi-square diperoleh p<0,05 berarti secara statistik ada perbedaan proporsi yang bermakna antara riwayat merokok penderita Bronkitis

(56)

4.3.4. Jumlah Kunjungan Berdasarkan Sumber Pembiayaan

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan pada Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan Yang Dirawat Jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

Sumber Pembiayaan

Jumlah Kunjungan Jumlah

≤ 4 kali >4 kali

f % f % f %

Biaya Sendiri 85 80,2 21 19,8 106 51,5

Bukan Biaya Sendiri 73 73 27 27 100 48,5

X2= 0,529 df = 1 p=0,223

Dari tabel 4.12. diatas dapat dilihat bahwa dari 106 orang penderita Bronkitis,

penderita yang berobat jalan ke rumah sakit ≤ 4 kali menggunakan biaya sendiri

sebanyak 85 orang (80,2%) dan yang datang berobat jalan ke rumah sakit >4 kali

menggunakan biaya sendiri sebanyak 21 orang (19,8%).

Dari analsis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05, yang berarti secara statitik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna

(57)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sosiodemografi Penderita Bronkitis 5.1.1. Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi prporsi penderita Bronkitis berdasarkan umur dan jenis kelamin

yang dirawat jalan di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012 dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.1. Diagram Piramida Populasi Penderita Bronkitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Ferdinan L.Tobing Sibolga Tahun 2010-2012

Dari gambar 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita Bronkitis berdasarkan

umur, kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 24 – 32 tahun yaitu

sebanyak 45 orang (21,8%), sedangkan penderita bronkitis berdasarkan jenis kelamin,

pada jenis kelmain laki-laki jumlah penderitanya yaitu sebanyak 124 orang (60,2%)

dengan kelompok tertingginya pada kelompok umur 24 – 32 tahun sebanyak 28 orang

(22,6%) dan pada jenis kelamin perempuan jumlah penderitanya ada sebanyak 82

Piramida Populasi Penderita Bronkitis berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin

Perempuan

(58)

orang (39,8%) dengan kelompok tertinggi pada kelompok umur 42–50 tahun ada

sebanyak 21 orang (25,6%).

Penyakit bronkitis pada umumnya dapat menyerang kelompok usia dari mulai

anak-anak sampai orang dewasa baik pada jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan. Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan

dan faktor host/penderita. Dari segi faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin,

kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada.18 Sesuai dengan UU No.13

tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2, bahwa yang termasuk usia produktif adalah

kelompok umur 15 – 55 tahun. Penderita bronkitis pada umumnya menyerang pada

kelompok usia pekerja dikarenakan seringnya terpapar dengan zat polutan pada

lingkungan sekitar tempat kerja seperti asap kendaraan, rokok, debu, dll. Penderita

bronkitis tertinggi diderita oleh jenis kelamin laki-laki dikarenakan pekerjaan banyak

dilapangan/ luar ruangan yang dapat terpapar dengan zat-zat polutan pemicu penyakit

bronkitis. Seiring dengan penambahan umur, seorang wanita akan berkurang daya

tahan tubuhnya ditambah lagi dengan faktor menopause yang menunjukkan penurunan hormone estrogen dan progesteron. Sehingga seorang wanita sangat

mudah terserang penyakit terutama penyakit degeneratif. 39

Hal ini sejalan dengan gambar hasil penelitian tentang piramida populasi

penderita bronkitis berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa

kelompok umur penderita yang tertinggi berada pada kelompok umur 24-32 tahun

baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Sejalan juga dengan hasil yang

menunjukkan bahwa penderita tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki pada usia

Gambar

Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih Perusahaan dan Anak perusahaan sebagai lessor dalam sewa pembiayaan. Lease payment receivable is treated as

Dengan membawa Stempel, Dokumen Asli dan salinanya sebagaimana tertuang dalam tabel isian kualifikasi pada aplikasi SPSE. Demikian

Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan kesimpulan ada hubungan rendah antara sikap ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan dengan keteraturan

dilaksanakan dalam melakukan pengaturan tata letak barang, audit internal. hendaknya memahami dan mengerti kegiatan audit, dalam hal

- Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat,

Daftar Rekanan yang ditetapkan sebagai pemenang berdasarkan hasil evaluasi oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa dengan mengacu kepada Peraturan yang berlaku adalah

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran, dengan

Clustering K-Means terhadap dosen berdasarkan publikasi jurnal nasional dan internasional di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri