• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjalanan Klinis Gangguan Fungsi Ginjal

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Perjalanan Klinis Gangguan Fungsi Ginjal

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, mengakibatkan kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara cepat, sering sebagai akibat pelukaan atau keracunan. Tetapi kebanyakan penyakit ginjal menghancurkan nefron secara perlahan dan diam-diam. Kerusakan hanya tertampak setelah beberapa tahun atau bahkan dasawarsa. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal sekaligus.14

Gagal ginjal terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk, dan penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang seharusnya tidak dilepaskan ke urin. Awalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Bila jumlahnya semakin parah akan terdapat pula protein lain (proteinuria). Jadi, berkurangnya fungsi ginjal menyebabkan terjadinya penumpukan hasil pemecahan protein yang beracun bagi tubuh, yaitu ureum dan nitrogen.6

Kemampuan ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) atau juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR). Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalah hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan, ginjal akan membuang kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2.14

Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence unit) di hitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut dalam 24 jam, yang disebut dengan C_crea (creatinine clearence). C_cre normal untuk pria adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit.6,14

Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate untuk menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:

Kategori fungsi ginjal GFR

(mg/dL) (ml/menit/1,73mKreatinin 2) Clearence Rate(ml/menit)

Normal >90 Pria : <1,3

Wanita : <1,0 Wanita : 75-115Pria : 90-145 Gangguan ginjal ringan 60-89 Pria : 1,3-1,9

Wanita : 1-1,9 56-100

Gangguan ginjal sedang 30-59 2-4 35-55

Gangguan ginjal berat 15-29 >4 <35

2.6. Epidemiologi Gagal Ginjal 2.6.1. Distribusi Gagal Ginjal a. Distribusi Menurut Orang

Gagal ginjal dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur maupun ras. Menurut penelitian Aghighi, dkk (2009), dari total 35.859 orang, jumlah penderita yang terdaftar di seluruh Rumah Sakit di Iran dari tahun 1997 sampai dengan 2006, terdapat penderita laki-laki sebesar 20.633 orang dan perempuan sebesar 15.226 orang. Rata-rata umur penderita laki-laki dan perempuan meningkat dari umur 47 dan 49 tahun menjadi 52,5 dan 53 tahun.21

Dari data United States Renal Data System (USRDS) 2008, di Amerika Serikat sejak tahun 2000 penderita gagal ginjal untuk usia 45-64 meningkat, dengan IR dari 2,6/10.000 menjadi 6,25/10.000. Penderita dengan usia 75 meningkat dengan cepat, dengan IR dari 1,6/10.000 menjadi 17,74/10.000. Penderita dengan usia 20-44 meningkat, dengan IR dari 2,1/100.000 menjadi 12,7/100.000.22

Menurut hasil penelitian Hendrati (1999) menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Sutomo Surabaya terbanyak pada laki-laki (77,3%).23 Menurut Marlina (2009), di RSU dr. Pirngadi Medan , penderita GGA yang terbesar pada kelompok umur 40-50 tahun (42%).13Menurut Flora (2008) di RSUP H Adam Malik Medan, penderita GGK terbesar terdapat pada kelompok umur 45-59 tahun (43,1%) dan jenis kelamin laki-laki (63,8%).24

b. Distribusi Menurut Tempat

Menurut penelitian Grasmaan (2005), hingga akhir tahun 2004, 52% dari seluruh penderita gagal ginjal di dunia terdapat di Amerika, Jepang, Brazil dan Jerman, dimana ke empat negara tersebut memiliki angka populasi penduduk hanya 11% dari seluruh populasi di dunia. China menempati urutan ke lima dengan penderita gagal ginjal sebanyak 48.000 penderita.7 Pada Tahun 2000 di Indonesia terdapat 3000 penderita gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa dengan prevalensi sebesar 1,5/100.000 penduduk.25

c. Distribusi Menurut Waktu

Berdasarkan data laporan European Renal Association European Dialysis and Transplant Association Registry (ERA-EDTA 2008), pada tahun 2007, IR penderita gagal ginjal yang terdaftar adalah 1,16 per sepuluh ribu populasi, dengan PR kasus sebesar 6,62 per sepuluh ribu populasi.26

Pada tahun 2007, Australia and New Zealand Dialysis and Transplant Registry, melaporkan IR gagal ginjal tahap akhir sebesar 1,1/ 10.000 untuk Australia dan 1,09/10.000 di New Zealand, sedangkan PR sebesar 7,97/10.000 untuk Australia dan 7,93/10.000 untuk New Zealand.27

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus yang terkena penyakit ginjal di Indonesia menunjukkan angka 8,3% dari seluruh penderita gagal ginjal terminal pada tahun 1983. Sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1993, angka ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu 17% dari seluruh penderita gagal ginjal terminal yang disebabkan nefropati diabetik.28

2.6.2. Determinan Gagal Ginjal a. Host

a.1 Umur

Seiring bertambahnya usia juga akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal tersebut terjadi terutama karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Perkiraan penurunan fungsi ginjal berdasarkan pertambahan umur tiap dekade adalah sekitar 10 ml/menit/1,73m2. Berdasarkan perkiraan tersebut, jika telah mencapai usia dekade keempat, dapat diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan, yaitu dengan nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

Artinya, sama dengan telah terjadi penurunan fungsi ginjal sekitar 10% dari kemampuan ginjal.14

Dengan semakin meningkatnya usia, dan ditambah dengan penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, ginjal cenderung akan menjadi rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.6

a.3 Gaya Hidup

Gaya hidup tidak banyak bergerak ditambah dengan pola makan buruk yang tinggi lemak dan karbohidrat (fast food) yang tidak diimbangi serat (sayuran dan buah), membuat menumpuknya lemak dengan gejala kelebihan berat badan.

Gangguan metabolisme lemak menyebabkan Low Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida meningkat. Dalam jangka panjang akan terjadi penumpukan lemak dalam lapisan pembuluh darah. Ginjal bergantung pada sirkulasi darah dalam menjalankan fungsinya sebagai pembersih darah dari sampah tubuh.6

a.4 Riwayat Penyakit i. Nefropati diabetik

Diabetes adalah penyakit yang menghambat penggunaan glukosa oleh tubuh. Bila ditahan dalam darah dan tidak diuraikan, glukosa dapat bertindak seperti racun. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetik.6Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus. Pada sebagian penderita komplikasi ini akan berlanjut menjadi gagal ginjal terminal.29

ii. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi dapat merusak jaringan pembuluh darah ginjal. Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri ginjal, arteriola, dan glomeruli. Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir.6

Hipertensi esensial (tidak diketahui penyebabnya) dapat menyebabkan penyakit ginjal menahun, sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab paling sering hipertensi sekunder (penyebab dan patofisiologi diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan). Hipertensi sekunder dapat mempercepat penurunan faal ginjal bila tidak diobati dengan seksama. Pasien hipertensi yang bersama dengan kelainan fungsi ginjal akan sulit dibedakan secara klinis, mana yang primer dari kedua penyebab tersebut.30

iii. Penyakit Glomerulus

Glomerulonefritis menunjukkan proses inflamasi pada glomeruli dengan etiologi, patogenesis dan patofisiologi, perubahan-parubahan histopatologi ginjal berlainan tetapi dengan presentasi klinisnya hampir seragam. Presentasi klinis pada glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin dengan pasien keluhan ringan atau keadaan darurat medis yang harus memerlukan terapi pengganti ginjal atau dialisis.29

Beberapa jenis penyakit ginjal digolongkan dalam kategori ini, termasuk penyakit autoimun, penyakit terkait infeksi, dan penyakit sklerotik. Penyakit glomerular primer yang paling lazim termasuk nefropati selaput

(membranous nephropathy), nefropati IgA, dan glomerularsklerosis segmental fokal (focal segmental glomerulosclerosis). Protein, darah, atau keduanya dalam air seni sering kali menjadi tanda pertama penyakit ini. Penyakit glomerular dapat merusak fungsi ginjal secara perlahan.30

iv. Penyakit Ginjal Keturunan dan Bawaan29,30

Penyakit ginjal dapat berupa keturunan ataupun bawaan, diantaranya kelaianan struktur kistik maupun non kistik, kelainan fungsi, kelainan lokasi, jumlah dan fungsi ginjal.

Kelainan struktur kistik atau adanya kista, merupakan suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material semisolid. Pada ginjal bisa terdapat satu atau banyak kista yang tersebar, baik hanya satu ginjal maupun kedua ginjal, baik pada korteks maupun pada medula. Di Amerika Serikat, proporsi penyakit kista ginjal 11% dari pasien yang mengalami dialisis atau transplantasi ginjal.

Kelaianan struktur nonkistik dibagi atas : (a) sindrom alport atau sering juga disebut hereditary nephritis, merupakan sindrom akibat kelainan genetis pada kromosom X, terdiri dari hematuria, albuminuria, azotemia dan ketulian. (b) Displasia ginjal, terganggunya difrensiasi jaringan nefrogenik dengan struktur yang menetap tidak sesuai dengan kehamilan.

Asidosis Tubular Ginjal (ATG) adalah kelainan yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam, tanpa adanya penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (Glomerular Filtration Rate).

Kelainan lokasi, jumlah, dan ukuran ginjal, seperti : ginjal ektopik dimana, pada keadaan ini ginjal berada di tempat yang tidak semestinya.

Biasanya ginjal berukuran lebih kecil daripada normal, terdapat kelainan pada sistem pendarahannya. Umumnya ginjal berlebih tidak berfungsi, terletak di bagian atas atau bawah ginjal normal. Ginjal ekstra ini sering diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan radiologi, pada pembedahan, atau autopsi. Sering terdapat keganasan pada ginjal ekstra, biasanya ditemukan pada usia sekitar 30-40 tahun.

Ginjal dupleks merupakan kelainan ini yang cukup sering didapatkan, yaitu sekitar 4% dari populasi. Pada kelainan ini, ginjal membesar dengan 2 pelvis dan 2 ureter. Agenesis ginjal, dimana ginjal yang tidak terbentuk ini dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal. Pada umumnya, keadaan ini disertai kelainan kongenital organ lain. Ginjal hipoplasia pada perkembangan ginjal, bisa terdapat gangguan, baik pada tahap awal maupun sesudah kelahiran. Pada keadaan ini ginjal mempunyai lobus yang lebih sedikit, 5-6 atau bahkan hanya 1-2 lobus saja. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab gagal ginjal kronik pada anak.

b. Agent30,31 b.1. Trauma

Terkait terutama trauma pada saluran kemih, antara lain fraktur pelvis, trauma akibat benda tumpul, dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur dapat mengakibatkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan, atau ruptur ginjal.

b.2. Keracunan Obat

Beberapa jenis obat, termasuk obat tanpa resep, dapat meracuni ginjal bila sering dipakai selama jangka waktu yang panjang. Diantaranya: Antibiotik (Kanamisin, Gentamisin, Kalistin, Neomisin), aspirin, asetaminofen, ibuprofen ditemukan paling berbahaya untuk ginjal, pelarut (Karbon tetraklorida, metanol, etilen glikol), logam berat (merkuri, bismuth, uranium, antimony, arsenik), Mycobacterium tuberculosis, merupakan organisme penyebab tuberkulosis ginjal. Tuberkulosis ginjal adalah infeksi sekunder yang diakibatkan oleh tuberkulosis paru. Sekitar 15% dari individu dengan tuberkulosis paru aktif akan mengalami tuberkulosis ginjal.

c. Environtment32,33 c.1. Pekerjaan

Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia akan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika terpapar dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya, pada pekerja di pabrik atau industri.

c.3. Cuaca

Kondisi lingkungan yang panas dapat, mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal. Jika seseorang bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dpaat mempengaruhi kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal, dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan.

2.7. Klasifikasi Gagal Ginjal 2.7.1. Gagal Ginjal Kronis

Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/000/) Guidelines Update tahun 2002, definisi Penyakit Ginjal Kronis (GGK) adalah:17

a. Kerusakan Ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa disertai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditandai dengan: kelainan patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium darah atau urine, atau kelainan radiologi.

b. LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa disertai kerusakan ginjal.

Diagnosis dari gagal ginjal kronis terdiri dari: anamnesis yang ditandai seringnya berkemih pada malam hari, pergelangan kaki bengkak, lemah, lesu, mual, muntah, nafsu makan turun, kram otot terutama malam hari, sulit tidur, bengkak disekitar mata terutama pada bangun tidur, dan mata merah serta berair (uremic red eye) karena deposit garam kalsiun fosfat yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selaput lendir mata. Pemeriksaan fisik, seperti anemis, kulit gatal dan kering, edema tungkai maupun palpebra, tanda bendungan paru, mata merah dan berair. Diagnosis juga ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium terhadap gangguan fungsi ginjal.

Gangguan fungsi ginjal kronis dapat dikelompokkan menjadi empat stadium menurut tingkat keparahannya, yaitu:34

a. Kondisi normal: Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

b. Stadium 1: Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang mengganggu. Ginjal berfungsi 60-89%. Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.

c. Stadium 2: Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan. Ginjal berfungsi 30-59%. Nilai GFR 30-59 ml/menit/1,73 m2.

d. Stadium 3: kerusakan beratsudah tingkat membahayakan. Ginjal berfungsi 15-29%. Nilai GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.

e. Stadium 4: Kerusakan parah, harus cuci ginjal. Fungsi ginjal kurang dari 15%. Nilai GFR kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

Pada kasus gagal ginjal akut kondisi ginjal dapat dipulihkan kembali, hal ini berbeda dengan kasus pada gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal kronik penderita hanya dapat berusaha menghambat laju tingkat kegagalan fungsi ginjal tersebut, agar tidak menjadi gagal ginjal terminal, suatu kondisi dimana ginjal sudah hampir tidak dapat berfungsi lagi. Kondisi ini berlangsung secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan lebih sering penderita tidak merasakan adanya gejala.6

2.7.2. Gagal Ginjal Akut17,35

Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.

Terdapat tiga kondisi yang dapat menyebabkan GGA: a. GGA Prarenal

GGA prarenal diakibatkan oleh hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan, penurunan curah jantung, dan hipotensi oleh sebab lain)

b. GGA Renal

GGA renal diakibatkan kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat kimia/toksin, iskemia ginjal, dan penyakit glomerular)

c. GGA Pascarenal

GGA pascarenal diakibatkan obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran kemih, hipertrofi prostat, keganasan ginekologis), ureter terjahit.

Fase gagal ginjal akut adalah anuria (produksi urine <100 ml/24 jam, oliguria (produksi urine <400 ml/24 jam), poliuria (produksi urine >3500 ml/24 jam)

Pada kasus penderita gagal ginjal akut (GGA), ginjal akan berfungsi normal kembali bila penyebabnya dapat diatasi, sehingga pengeluaran urin kembali normal, dengan demikian keadaan fisik secara menyeluruh dapat pulih.

2.8. Pencegahan

2.8.1. Pencegahan Primer6,36

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Modifikasi gaya hidup

Pola hidup memegang peranan penting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Mengatur pola makan rendah lemak dan mengurangi garam, minum air yang cukup (disarankan 10 gelas atau dua liter per hari), berolahraga secara teratur dan mengatur berat badan ideal, hidup dengan santai merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga fungsi organ tubuh untuk dapat bekerja maksimal.

Bernafas dalam dan perlahan selama beberapa menit perhari dapat menurunkan hormon kortisol sampai 50%. Kortisol adalah hormon stress yang apabila terdapat dalam jumlah berlebihan akan mengganggu fungsi hampir semua sel di dalam tubuh. Bersantai dan melakukakn latihan relaksasi serta mendengarkan musik juga merupakan alternatif untuk mengurangi stress.

b. Hindari pemakaian obat-obat atau zat-zat yang bersifat nefrotoksik tanpa sepengetahuan dokter, misalnya obat pereda nyeri yang dijual bebas dan mengandung ibuprofen maupun obat-obatan herbal yang belum jelas kandungannya.

c. Monitoring fungsi ginjal yang teliti pada saat pemakaian obat-obat yang diketahui nefrotoksik.

2.8.2. Pencegahan Sekunder

a. Penegakan diagnosa secara tepat29

Pengelolaan terhadap penyakit ginjal yang efektif hanya dapat dimungkinkan apabila diagnosisnya benar. Pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemilahan maupun interpretasi pemeriksaan laboratorium yang tepat amat membantu penegakan diagnosis dan pengelolaannya. Ginjal mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi organ-organ lain dan demikian pula sebaliknya, oleh karena itu haruslah penderita dihadapi secara utuh bukan hanya ginjalnya saja, baik pada pengambilan anamnesis maupun pada pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan lainnya.

b. Penatalaksanaan medik yang adekuat29

Pada penderita gagal ginjal, penatalaksanaan medik bergantung pada proses penyakit. Tujuannya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh, mencegah komplikasi, memperbaiki jaringan, serta meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif. Tindakan yang dilakukan diantaranya:

b.1. Penyuluhan pasien/keluarga30

Pasien lebih mampu menerima pendidikan setelah tahap akut. Materi yang dapat dimasukkan dalam pendidikan kesehatan meliputi: penyebab kegagalan ginjal, obat yang dipakai (nama obat, dosis, rasional, serta efek dan efek samping), terapi diet termasuk pembatasan cairan (pembatasan kalium, fosfor dan protein, makan sedikit tetapi sering), perawatan lanjutan untuk gejala/tanda yang memerlukan bantuan medis segera (perubahan haluaran urine, edema, berat badan bertambah tiba-tiba, infeksi, meningkatnya gejala uremia).

b.2. Pengaturan diet protein, kalium, natrium.29,30,36

Pengaturan makanan dan minuman menjadi sangat penting bagi penderita gagal ginjal. Bila ginjal mengalami gangguan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan tubuh yang berlebihan akan menumpuk dalam darah karena tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal. Konsumsi protein terlalu banyak dapat memperburuk kondisi kerusakan ginjal karena hasil metabolismenya yang paling berbahaya, urea, menumpuk didalam darah sehingga terjadi peningkatanBlood Urea Nitrogen(BUN).

Diet gagal ginjal juga didukung dengan pembatasan asupan natrium (garam) untuk mengatur keseimbangan cairan-elektrolit, pemberian makanan yang kaya kalsium untuk mencegah osteotrofi ginjal (penurunan masa jaringan, kelemahan otot) dan memperbaiki gangguan irama jantung yang tidak seimbang (aritmia).

b.3. Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit6,30

Perubahan kemampuan untuk mengatur air dan mengekskresi natrium merupakan tanda awal gagal ginjal. Tujuan Dari pengendalian cairan adalah memepertahankan status normotensif (tekanan darah dalam batas normal) dan status normovolemik (volume cairan dalam batas normal).

Dapat dilakukan dengan pengendalian elektrolit, seperti: Hiperkalemia dikendalikan dengan mengurangi asupan makanan yang kaya dengan kalium (pisang, jeruk, kentang, kismis, dan sayuran berdaun hijau).

2.8.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pengobatan penyakit yang mendasari, sebagai contoh: masalah obstruksi saluran kemih dapat diatasi dengan meniadakan obstruksinya, nefropati karena diabetes dengan mengontrol gula darah, dan hipertensi dengan mengontrol tekanan darah.6

a. Cuci Darah (dialisis)

Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan dua teknik utama yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.8

- Hemodialisis klinis di rumah sakit5,18,30

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai ginjal buatan.

- Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD

Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD merupakan suatu

teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga perlu diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan perubahan cairan (seperti pasien diabetes dan kardiovaskular).

b. Transplantasi Ginjal5,6

Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal karena menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal merupakan prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain kedalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya. Seorang ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver).

BAB 3

Dokumen terkait