• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut mabolisme hidrat arang (glukosa) di dalam tubuh. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Oleh karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien selalu buang air kecil, merasa selalu haus, berat badan menurun dan berasa lelah. Penyebab lain ialah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang di kibatkan makan terlalu banyak dan kegemukan (overweigh).

2.4.1. Diabetes melitus Tipe-1 (IDDM)

Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel – sel beta pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel – sel tidak menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa darah meningkat di

15

atas 10 mmol/l, yakni nilai ambang ginjal, sehingga glukosa glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air (glycosuria) Di bawah kadar tersebut glukosa ditahan oleh tubuli ginjal.Tipe-1 mengghinggapi orang-orang di bawah usia 30 tahun.

Penyebab diabetes tipe-1 ini belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto imun berlebihan untuk menanggulangi virus. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak tidak hanya membasmi viru, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel langerhans. Dalam waktu satu tahun sesudah diagnosa, 80-90% penderita tipe-1 memperlihatkan antibodi sel-sel beta di dalam darahnya. Pada tipe ini faktor keturunan juga memegang peranan. Virus yang dicurigai adalah virus Coxsackie-B Epstein-Barr, morbill dan virus parotitis. Pengobatan tipe ini satu- satunya adalah pemberian insulin seumur hidup. (Tjay dan Rahardja, 2002)

2.4.2. Diabetes melitus Tipe-2 (NIDDM)

Pada tipe ini lazimnya mulai diatas 40 tahun dengan inssiden lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lebih lanjut. Orang – orang yang hidupnya makmur, culas dan kurang gerak badan lebih besar resiko terkena gejala ini. Penyebab gejala ini adalah akibat menua, banyak pasien jenis ini mengalami penyusutan sel – sel beta yang progresif serta serta penumpukan amiloid sekitar sel – sel beta. Sel beta yang tersisa pada umumnya masih aktif tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu kepekaan reseptornya menurun. Hipofunsi sel beta ini bersama

16

resistensi insulin yang meningkat mengakibatkan gula darah meningkat (hiperglikemia). Pada tipe ini tidak tergantung pada insulin dan dapat diobati dengan antidiabetik oral.

Diagnosa tipe-2 umumnya baru di diagnosa pada stadium terlambat, padahal diagnosa dini adalah penting sekali untuk menghindarkan komplikasi lambat. Maka bila terdapat gejala seperti haus yang hebat, sering buang air kecil dan turunnya berat badan serta rasa leti, maka sebaiknya segera konsultasi ke dokteruntuk di periksa penyakit gula.(Tjay dan Rahardja, 2002)

2.4.3. Diabetes Gestional

Diabetes Mellitus gestional (GDM) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer.

Diabetes pada masa kehamilan, walaupun umumnya dapat pulih sendiri beberapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Wanita yang pernah menderita GDM akan lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes dimasa depan. (Depkes, 2006).

2.4.4. Kelainan Fisiologis pada Diabetes

Manifestasi utama diabetes mellitus adalah hiperglikemia yang terjadi akibat berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel, berkurangnya penggunaan glukosa oleh berbagai jaringan dan peningkatan produksi glukosa karena proses glukoneogenesis oleh hati. Poliuri,

17

polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan merupakan gejala utama penyakit ini. Dalam keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dan melewati ambang ginjal, akan terjadi glukosuria dimana batas maksimal reabsorbsi pada tubulus renalis dilampaui dan glukosa akan diekskresikan ke dalam urin (Murray dkk, 1992).

Volume urin meningkat (poliuri) akibat terjadinya diuresis osmotik yang selanjutnya akan menimbulkan dehidrasi dan adanya rangsangan untuk banyak minum (polidipsi). Glikosuria menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4,1 kal bagi setiap karbohidrat yang diekskresikan). Keadaan ini jika ditambah dengan deplesi jaringan otot dan adiposa akan mengakibatkan penurunan berat badan yang hebat kendati terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori yang normal. Namun glukosa yang dimakan tidak akan dapat masuk ke dalam sel untuk membentuk glikogen maupun dipergunakan untuk menghasilkan energi sehingga mengeluh lelah, mengantuk (Murray dkk, 1992; Sylvia dkk, 1995).

Dalam keadaan defisiensi insulin, sintesis protein akan menurun. Pengangkutan asam amino sebagai substrat glukoneogenik ke dalam otot berkurang sehingga terjadi keseimbangan nitrogen yang negatif. Defisiensi insulin juga terjadi keseimbangan nitrogen yang negatif. Defisiensi insulin juga menyebabkan tidak adanya kerja antipolisis maupun lipogenik sehingga kadar asam lemak plasma akan meninggi. Jika kemampuan hati untuk mengoksidasi asam lemak terlampaui, maka senyawa asam β -hidroksibutirat dan asam asetoasetat akan bertumpuk sehingga terjadi

18

ketosis. Mula-mula penderita dapat mengimbangi penumpukan asam organik ini dengan meningkatkan pengeluaran CO2 lewat sistem respirasi, namun bila keadaan ini tidak dikendalikan maka akan terjadi asidosis metabolik, pernafasan menjadi cepat dan dalam (pernafasan kushmaul) dan pasien dapat meninggal dalam keadaan koma diabetik.

Selain ketoasidosis, komplikasi yang sering timbul ialah komplikasi vaskular jangka panjang berupa mikroangiopati mencakup retinopati diabetik, nefropati diabetik maupun neuropati diabetik. Mikroangiopati mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis, penimbunan sorbitol dalam intima vaskular. Hiperlipoproteinemia maupun kelainan pembekuan darah. Sehingga diabetes mellitus dapat menjadi salah satu penyebab penyakit angina pektoris, onfark miokard, gagal ginjal, katarak. Kegagalan pernafasan bahkan kematian (Murray dkk, 1992; Sylvia dkk, 1995).

2.4.5. Diagnosis Diabetes

Penyakit diabetes melitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan), yang dapat di jelaskan sebagai berikut :

Di samping naiknya kadar gula darah, diabetes bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang di sertai perubahan zat-zat perombakan, antara lain aseton, asam diksobutirat dan

19

diacetat, yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini, yang di sebut ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe-1, amat berbahaya karena dapat menyebabkan pingsan (coma diabeticum). Napas penderita sering kali berbau aseton (Tjay dan Rahardja, 2002). Diagnosis DM yang dianjurkan adalah yang sesuai dengan anjuran WHO 1985 dengan mengambil sample glukosa darah vena puasa dan dua jam post pradial (Ganiswara, 1995).

Dokumen terkait