• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosa Keperawatan

Dalam dokumen STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (Halaman 32-39)

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

2. Diagnosa Keperawatan

Perumusan masalah atau diagnosis keperawatan dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik aktual, risiko ataupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES) (Ekasari, dkk, 2007).

Masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau anggota keluarga. Penyebab adalah suatu

21

pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga yaitu, mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda atau gejala adalah sekumpulan data obyektif dan subyektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab (Ekasari,dkk, 2007).

Berdasarkan pengkajian yang telah penulis lakukan,dapat ditegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal ini ditandai dengan pernafasan 27 kali per menit, terdengar suara tambahan (ronkhi), Tn. H mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak nafas, serta kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif adalah dispnea, penurunan suara nafas, orthopnea, suara nafas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), batuk tidak efektif, produksi sputum,

sianosis, kesulitan bicara, mata melebar, perubahan ritme dan frekuensi pernafasan, gelisah. Sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien

yang memenuhi batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif (Nanda, 2009).

Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan bahwa, bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas, tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah bunyi napas abnormal, stridor dan perubahan frekuensi irama dan kedalaman napas (Tamsuri, Anas, 2008).

Prioritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan penyelesaian masalah keperawatan melalui perhitungan skor. Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga, oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya. Skala ini memiliki empat kriteria, masing-masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut. Daftar Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

23

Tabel 3.1 Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

No Kriteria Skor Bobot Nilai

1 Sifat masalah Skala : Aktual Risiko Potensial atau wellness 3 2 1 1 ୱ୩୭୰ൈୠ୭ୠ୭୲ ୱ୩ୟ୪ୟ୲ୣ୰୲୧୬୥୥୧ = Nilai masalah

2 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat 2 1 0 2 ୱ୩୭୰ൈୠ୭ୠ୭୲ ୱ୩ୟ୪ୟ୲ୣ୰୲୧୬୥୥୧ = Nilai masalah

3 Potensial masalah untuk

dicegah Skala : Tinggi Cukup Rendah 3 2 1 1 ୱ୩୭୰ൈୠ୭ୠ୭୲ ୱ୩ୟ୪ୟ୲ୣ୰୲୧୬୥୥୧ = Nilai masalah 4 Menonjolnya masalah Skala : Segera

Tidak perlu segera Tidak dirasakan 2 1 0 1 ୱ୩୭୰ൈୠ୭ୠ୭୲ ୱ୩ୟ୪ୟ୲ୣ୰୲୧୬୥୥୧ = Nilai masalah

Jumlah total nilai skore pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah 3 2/3.

3. Intervensi

Tujuan keperawatan keluarga adalah mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Jangka waktu ini untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan jangka pendek ditekankan pada keadaan yang mengancam kehidupan (Setiadi, 2008).

Adapun kriteria dan tujuan jangka panjang atau tujuan umum yang telah penulis tetapkan adalah setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, menurut Wilkinson (2006), menyebutkan kecepatan respirasi usia 14 tahun atau lebih, respirasinya adalah lebih dari 11 sampai 24 kali per menit, dahak dapat keluar, mengetahui cara batuk efektif yang benar, dan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yaitu Tn. H mampu memodifikasi lingkungan, mempertahankan lingkungan yang sehat.

Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan, dan standar untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC (Nursing Intervention Criteria). Pertama kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat dengan rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan Tn. H tentang lingkungan yang sehat. Kedua kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Ketiga beri posisi semi fowler dengan rasional untuk memaksimalkan ekspansi paru. Keempat ajarkan Tn. H batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan dahak. Kelima bantu Tn. H memodifikasi lingkungan dengan rasional untuk menciptakan lingkungan rumah yang sehat. Keenam motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat

25

dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat (Wilkinson, 2006).

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan kesehatan, konseling, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi (Ekasari, dkk, 2007).

Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi yang direncanakan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013, yaitu mengkaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang lingkungan yang sehat, sedangkan mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui status kesehatan.

Implementasi yang selanjutnya adalah memberikan posisi semi fowler

bertujuan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan mengajarkan batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan dahak, membantu memodifikasi lingkungan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Memberikan posisi semi fowler dapat dilakukan, karena hal ini bertujuan untuk memungkinkan

ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi fowler

adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada saat inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan pengembangan dada atau paru (Wong, 2009).

Implementasi yang selanjutnya adalah memotivasi agar mempertahankan lingkungan bertujuan untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat. Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga (Harmoko, 2012).

Adapun kekurangan yang penulis lakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada hanya dilakukan pada hari pertama dan terakhir dikarenakan pada hari kedua penulis membantu Tn. H memodifikasi lingkungan rumahnya, sehingga tidak sempat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat dengan melihat respons keluarga dan hasil yang dicapai yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Subjektif (S) adalah hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Objektif (O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.

27

Perencanaan (P) adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, dkk, 2007).

Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP S: Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P: Planning. Setelah melalukan implementasi diatas selama 3 kali kunjungan rumah dari tanggal 22 sampai 24 April 2013, didapatkan catatan perkembangan pada tanggal 24 April 2013 subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin membersihkan rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah berkurang, dan obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak ada kotoran ayam didalam dan luar rumah, didalam rumah tidak pengap karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang, pernafasan 24 kali per menit. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif diatas dapat dianalisa masalah bersihan jalan nafas efektif teratasi sehingga kunjungan rumah dihentikan.

B.Simpulan dan Saran

Dalam dokumen STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA (Halaman 32-39)

Dokumen terkait