STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA
PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
NITA ANDRIYANI
NIM. P.10040
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA
PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL
KECAMATAN GONDANGREJO
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
NITA ANDRIYANI
NIM. P.10040
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nita Andriyani
NIM : P.10040
Program Studi : D III KEPERAWATAN
JudulKarya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn. H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Juni2013
Yang Membuat Pernyataan
Nita Andriyani
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapatmenyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. H DENGAN ASMA PADA KELUARGA Tn.H DI DESA WONOREJO KIDUL KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR“.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. NurmaRahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIkes Kusuma Husada
5. Kedua orangtuaku, kakak serta seseorang yang berarti bagi penulis yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIkes Kusuma Husada Surakarta terutama kelas 3A dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Juni2013
Nita Andriyani
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ... 16
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3. Log Book
Lampiran 4. Lembar Konsul
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, kesehatan
yang baik atau kesejahteraan adalah kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya
menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan baik fisik, mental, dan sosial. Sakit adalah merupakan kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu
(Diyanto, 2007). Penyakit adalah gangguan dalam fungsi tubuh yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas tubuh sehingga responnya dapat berupa sakit (Hidayat, 2008).
Asma adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat pengobatan
(Jeremy, 2008). Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu kondisi ketika saluran udara tersumbat atau menyempit. Gejala asma dipicu oleh benda-benda yang ada disekitar, gejala ini bervariasi pada masing-masing
individu, tetapi penyebab umumnya adalah udara dingin, kegiatan fisik berlebihan, alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi) seperti debu, tungau,
virus. Apabila salah satu penyebab asma terhirup bersama udara, jaringan didalam bronkhiolus meradang (mengalami inflamasi), pada saat yang sama,
otot-otot di bagian luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran pernafasan menyempit (bronkokonstriksi). Sementara itu, lendir pekat (mukus
atau sputum) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkhiolus yang
menjadi bengkak (Pratyahara, 2011). Adanya mukus atau sputum maka akan menimbulkan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.
Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang) yang
paling umum dan menyerang antara 100 sampai 150 juta orang di seluruh dunia, lebih dari 5,2 juta orang di Inggris menderita asma (Bull, 2007).
Sekitar 5 persen orang dewasa dan 8 persen anak-anak di Amerika Serikat menderita asma, dan diperkirakan bahwa 15 juta penduduk Amerika Serikat menderita asma (Brashers, 2008). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), jumlah penderita asma di dunia pada tahun 2007 mencapai 300 juta orang. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025. Penyakit asma termasuk lima besar penyebab
kematian di dunia dan diperkirakan 250.000 orang mengalami kematian setiap tahunnya dikarenakan asma. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan sekitar 10 persen penduduk menderita asma. Menurut Pratyahara (2011),
penyakit asma di Indonesia masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Gondangrejo,
3
Pada bulan Januari hingga April 2013 di Kabupaten Gondangrejo tercatat 32 penduduk yang menderita asma (Puskesmas Gondangrejo, 2013).
Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit dan keluarga juga melakukan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya
gangguan, sehingga peran keluarga sangat penting dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Menurut Friedman dalam Suprajitno
(2004), mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling dari Yogyakarta, Sayekti dalam Suprajitno (2004), menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga terkait konsep sehat sakit akan mempengaruhi perilaku keluarga
dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Keluarga juga harus mampu melakukan tugas kesehatan keluarga.
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta (pengertian), rasa takut akibat masalah yang
diketahui. Kedua membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Ketiga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit yaitu sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan mengetahui tentang sifat dan
perkembangan keperawatan yang dibutuhkan, serta bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit, sehingga anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Tugas kesehatan keluarga keempat mempertahankan suasana rumah
yang sehat yaitu mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat
kesehatan bagi anggota keluarga. Kelima menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan
5
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada keluarga Tn. H, tugas keluarga yang bermasalah adalah memelihara lingkungan rumah yang
sehat, dimana kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah
pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dalam karya tulis ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. H dengan Asma pada Keluarga Tn. H di Desa Wonorejo Kidul, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten
Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. H dengan Asma
pada keluarga Tn. H di Desa Wonorejo Kidul, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. H dengan Asma pada keluarga Tn. H.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan
Asma pada keluarga Tn. H.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperwatan keluarga pada
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. H dengan Asma pada keluarga Tn. H.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. H dengan Asma pada keluarga Tn. H.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pendidikan
Sebagai masukan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan mahasiswa dan menambah sumber referensi di perpustakaan dan memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah dalam bidang atau profesi keperawatan.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan asma.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penulisan semoga dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan asma.
4. Bagi Keluarga
Menambah wawasan atau pengetahuan bagi keluarga agar mampu
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Data Umum Keluarga
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April 2013 di rumah keluarga Tn. H. Tn. H adalah seorang laki-laki berusia 68 tahun. Tn. H
beragama Islam dan bersuku Jawa. Tn. H tidak bekerja semenjak sakit, serta hanya bersekolah sampai SD. Tn. H merupakan kepala keluarga, istri Tn. H
sudah meninggal dan Tn. H hanya tinggal sendiri, anak-anaknya sudah mempunyai Kartu Keluarga sendiri. Tn. H tinggal di Desa Wonorejo Kidul, Gondangrejo, Karanganyar. Tipe keluarga Tn. H adalah tipe keluarga Usia
Lanjut yang terdiri hanya Tn. H yang berusia 68 tahun. Penghasilan Tn. H berasal dari anaknya yang diberikan setiap bulan sebesar 500.000 rupiah, sebagian besar uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
dan membeli obat. Tn. H tidak mempunyai tabungan dan juga jarang pergi rekreasi, hanya menonton televisi di rumah.
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
: Pasien
Gambar 2.1 Genogram
B. Pengkajian
Dari hasil pengkajian dengan metode autoanamnese dan alloanamnese
didapatkan data tahap perkembangan keluarga Tn. H termasuk tahap
perkembangan lanjut usia. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah pertama penyesuaian terhadap masa pensiun, dimana Tn. H sudah tidak
bekerja, penghasilan berasal dari anaknya, Tn. H dapat menerima dirinya yang sudah tidak bekerja dan hanya di rumah. Kedua menerima kematian pasangan, dimana Tn. H belum dapat menerima kepergian istrinya, Tn. H
masih sering mengingat istrinya dan terkadang masih menganggap istrinya masih hidup. Ketiga mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dimana Tn. H merawat dirinya sendiri semenjak ditinggal istrinya,
anak-anak Tn. H sudah menikah dan punya rumah sendiri. Keempat melakukan life review masa lalu, dimana Tn. H masih mengingat kejadian
9
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah menerima kematian pasangan, dikarenakan Tn. H belum dapat menerima kepergian
istrinya, Tn. H masih sering mengingat istrinya dan terkadang masih menganggap istrinya masih hidup, serta mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dikarenakan pasangan atau istri Tn. H sudah
meninggal dan Tn. H merawat dirinya sendiri.
Riwayat keluarga inti didapatkan Tn. H mempunyai 5 orang anak, tetapi anak-anaknya sudah mempunyai Kartu Keluarga sendiri dan tidak tinggal lagi
bersama Tn. H. Istri Tn. H sudah meninggal karena memang sudah tua. Tn. H menderita asma sejak 4 tahun yang lalu, asma Tn. H kambuh apabila udara
dingin, khususnya pada malam hari. Tn. H mengatakan jika penyakit asmanya kambuh Tn. H menggunakan inhaler dengan jenis pressurized metered dose inhaler (pMDI), tetapi jika asmanya tidak membaik Tn. H pergi kelayanan
kesehatan untuk memperoleh pengobatan. Saat dikaji Tn. H dalam keadaan batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan, nampak sesak napas.
Riwayat keluarga sebelumnya didapatkan dari keluarga Tn. H tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular begitu pula dari keluarga istri Tn. H juga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular.
Pengkajian fungsi keperawatan keluarga didapatkan hasil keluarga Tn. H hidup rukun dan saling menyayangi, hubungan antar anggota keluarga
Keluarga Tn. H mampu menyediakan makanan, makan 3 kali sehari dengan menu sederhana dan bervariasi, mempunyai pakaian untuk berganti
setiap hari. Apabila sakit Tn. H pergi ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pengobatan.
Hasil pengkajian fungsi keluarga pada keluarga Tn. H didapatkan
masalah ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat, dimana Tn. H mengatakan belum mengetahui cara memelihara lingkungan rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang membersihkan
rumah, dimana kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap,
terdapat kotoran ayam didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap karena jendela jarang dibuka.
Dari hasil pengkajian tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada yang
dilakukan kepada Tn. H didapatkan hasil pengkajian, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 98 kali per menit, pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158 centimeter. Pada pemeriksaan fisik dada
khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara
tambahan (ronkhi), keluhan yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak
11
C. Diagnosa keperawatan
Analisa data pada Tn. H dengan diagnosa medis asma didapatkan data
fokus yaitu data subyektif Tn. H mengatakan apabila batuk sering berdahak dan dahak sulit dikeluarkan, Tn. H mengatakan belum mengetahui tentang cara memelihara lingkungan rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang
membersihkan rumah. Data obyektif pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158 centimeter, pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka,
dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara
tambahan (ronkhi), kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah
pengap karena jendela jarang dibuka.
Dari pengkajian tersebut didapatkan diagnosa keperawatan pada Tn. H adalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat.
Dari hasil perhitungan skoring prioritas diagnosa keperawatan keluarga
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan
kemungkinan masalah dapat dicegah cukup dengan nilai skore 2/3, dan menonjolnya masalah yaitu masalah dirasakan dan harus segera ditangani
dengan nilai skore 1, jadi jumlah total nilai skore pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang
sehat adalah 3 2/3.
D. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan tujuan
umum setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, dahak dapat keluar dan mengetahui cara batuk efektif yang benar, serta tujuan
khusus yaitu Tn. H mampu memelihara lingkungan, mempertahankan lingkungan yang sehat. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Tn. H adalah kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat
dengan rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan Tn. H tentang lingkungan yang sehat. Kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Beri posisi semi fowler
dengan rasional untuk memaksimalkan ekspansi paru. Ajarkan Tn. H batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan dahak. Bantu Tn. H memodifikasi lingkungan dengan rasional agar menciptakan lingkungan
13
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April
2013 jam 13.00 WIB, yaitu : mengkaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat dan didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan belum mengetahui bagaimana lingkungan atau suasana rumah yang sehat, Tn.
H mengatakan jarang membersihkan rumah, dan respon obyektif kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, dan lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam
didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka. Pada jam 13.30 mengkaji tanda-tanda vital dan melakukan
pemeriksaan fisik dada Tn. H, didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya dan diperiksa fisik dadanya, dan respon obyektif tekanan darah Tn. H 160/100 mmHg, nadi 98 kali per menit,
pernafasan 27 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158 centimeter, pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi
didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara tambahan (ronkhi).
Pada tindakan keperawatan pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 jam
12.00 WIB, yaitu : memberikan posisi semi fowler dan didapatkan respon subyektif Tn. H mau diberi posisi semi fowler dan respon obyektif Tn. H
batuk efektif, dan respon obyektif Tn. H nampak memperhatikan, Tn.H mampu untuk mempraktekkannya, dahak sudah keluar kurang lebih 10 cc.
Jam 13.00 WIB membantu Tn. H memodifikasi lingkungan, didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan mau memodifikasi lingkungan rumahnya agar lebih sehat, Tn. H mengatakan mau memindahkan kandang ayam
kebelakang rumahnya, dan respon obyektif Tn. H nampak membersihkan rumahnya dari kotoran ayam, debu, serta membuka jendela.
Pada tindakan keperawatan pada hari Rabu tanggal 24 April 2013 jam
13.00 WIB, yaitu: memotivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan rumah yang sehat didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan akan
berusaha mempertahankan suasana atau lingkungan rumahnya yang sehat, respon obyektif didapatkan kandang ayam sudah di pindahkan ke belakang rumah, jendela dibuka, kotoran ayam sudah dibersihkan, debu sudah
berkurang. Pada jam 14.00 mengkaji tanda-tanda vital dan melakukan pemeriksaan fisik dada Tn. H, didapatkan respon subyektif Tn. H mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya dan diperiksa fisik dadanya, dan respon
obyektif tekanan darah Tn. H 160/100 mmHg, nadi 98 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, berat badan 54 kilogram, tinggi badan 158 centimeter, pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan
hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi
15
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan
rumah, hasil evaluasi dengan metode SOAP, didapatkan catatan perkembangan subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin
membersihkan rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah berkurang, dan data obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak ada kotoran ayam didalam dan luar rumah, didalam rumah tidak pengap
karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang, pernafasan 24 kali per
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A.Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga yang ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangrejo Karanganyar, pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April sampai 24 April 2013 pada keluarga Tn. H. Prinsip dari pembahasan ini
dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien serta metode
observasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan yang merupakan suatu tahapan ketika seorang perawat mengambil informasi
secara terus-menerus dari keluarga yang dibinanya untuk mendapatkan data tentang keluarga. Pada tahap pengkajian perawat perlu mengidentifikai data demografi, genogram, sosio-kultural, data lingkungan, stuktur dan fungsi
keluarga, stess dan strategi koping yang digunakan keluarga, serta tugas perkembangan keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu anggota
17
Asma adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang
keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat pengobatan (Jeremy, 2008). Asma adalah penyakit kronis (jangka panjang), suatu kondisi ketika saluran udara tersumbat atau menyempit. Gejala asma dipicu oleh
benda-benda yang ada disekitar, gejala ini bervariasi pada masing-masing individu, tetapi penyebab umumnya adalah udara dingin, kegiatan fisik berlebihan, alergen (hal-hal yang menyebabkan alergi) seperti debu, tungau,
jamur, serbuk sari, bulu binatang, atau debu kecoa, dan beberapa jenis infeksi virus (Pratyahara, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan klien adalah Tn. H menderita asma sejak 4 tahun yang lalu, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa asma adalah penyakit kronis (jangka
panjang), suatu kondisi ketika saluran udara tersumbat atau menyempit (Pratyahara, 2011). Asma Tn. H kambuh apabila udara dingin, khususnya pada malam hari, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pasien
asma terjadi kondisi inflamasi kronik dan umum pada jalan nafas yang penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, sebagai akibat dari inflamasi jalan nafas menjadi hiperresponsif dan mudah menyempit sebagai respons terhadap
berbagai jenis rangsangan. Hal ini dapat mengakibatkan batuk, mengi, dada terasa sesak, dan nafas pendek dan gejala-gejala ini seringkali memburuk
obstruksi aliran udara yang tidak reversible. Ciri-ciri patologis yang khas termasuk adanya sel inflamasi pada jalan nafas, eksudat plasma, edema,
hipertrofi otot polos, sumbatan mukus, dan terlepasnya epitel (Francis, 2006). Tn. H juga mengatakan apabila penyakit asmanya kambuh Tn. H menggunakan inhaler dengan jenis pressurized metered dose inhaler (pMDI),
tetapi jika asmanya tidak membaik Tn. H pergi kelayanan kesehatan untuk memperoleh pengobatan. Saat dikaji Tn. H dalam keadaan batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan, nampak sesak napas. Menurut Pratyahara (2011),
dalam kasus-kasus asma ringan, gejala biasanya mereda dengan sendirinya, akan tetapi sebagian besar penderita asma memerlukan obat untuk
mengendalikan atau mencegah serangan asma.
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian tubuh. Pemeriksaan
fisik menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Potter dan Perry, 2005). Adanya gejala obstruksi aliran udara saat dilakukan pemeriksaan fisik dapat membantu diagnosa asma. Mengi saat ekspirasi
merupakan tanda khas terbatasnya aliran udara, tetapi hal ini bukan merupakan pengukuran yang paling sensitive terhadap obstruksi (Francis, 2006).
Dari hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada yang dilakukan kepada Tn. H
19
158 centimeter. Pada pemeriksaan fisik dada khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi
didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara tambahan yaitu ronkhi. Menurut Pratyahara (2011), apabila salah satu penyebab asma terhirup
bersama udara, jaringan didalam bronkhiolus meradang (mengalami inflamasi), pada saat yang sama, otot-otot di bagian luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran pernafasan menyempit (bronkokonstriksi).
Sementara itu, lendir pekat (mukus atau sputum) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkhiolus yang menjadi bengkak.
Keluhan yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak nafas. Menurut Pratyahara (2011), pasien asma akan mengalami kesulitan bernafas atau sesak
yang disertai batuk dan mengi. Bentuk serangan akut asma mulai dari batuk yang terus-menerus, kesulitan menarik atau menghembuskan nafas sehingga perasaan dada seperti tertekan, dan nafas berbunyi. Hal ini terjadi karena
jaringan di dalam bronkus dan bronkiolus meradang. Pada saat yang sama, otot-otot di bagian luar saluran pernafasan menyempit. Sementara itu, lendir pekat (mukus) berproduksi secara berlebihan dan memenuhi bronkiolus yang
menjadi membengkak.
Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang
kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari pemeliharaan lingkungan rumah, ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan, konflik
personal dalam keluarga, ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit, sikap dan pandangan hidup, ketidakkompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri (Sudiharto, 2007).
Berdasarkan teori diatas dari hasil pengkajian pada Tn. H didapatkan Tn. H mengatakan belum mengetahui tentang cara memelihara lingkungan rumah yang sehat, Tn. H mengatakan jarang membersihkan rumah, dimana
kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam
di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka, sebagian besar penghasilan Tn. H digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan membeli obat, Tn. H hanya tinggal sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan masalah atau diagnosis keperawatan dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga terhadap masalah
kesehatan yang dialami, baik aktual, risiko ataupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta tanda dan gejala (PES) (Ekasari, dkk,
2007).
Masalah adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
21
pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga yaitu, mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda atau gejala adalah sekumpulan data obyektif dan subyektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung
masalah dan penyebab (Ekasari,dkk, 2007).
Berdasarkan pengkajian yang telah penulis lakukan,dapat ditegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif pada Tn.
H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal ini ditandai dengan pernafasan 27 kali per
menit, terdengar suara tambahan (ronkhi), Tn. H mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak nafas, serta kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat
kandang ayam didepan rumah dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam didalam dan luar rumah, udara didalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif
adalah dispnea, penurunan suara nafas, orthopnea, suara nafas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), batuk tidak efektif, produksi sputum,
yang memenuhi batasan karakteristik bersihan jalan nafas tidak efektif, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
(Nanda, 2009).
Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan bahwa, bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu
ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau kurangnya
batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari jalan napas, tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan diagnosis ini adalah
bunyi napas abnormal, stridor dan perubahan frekuensi irama dan kedalaman napas (Tamsuri, Anas, 2008).
Prioritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam
merencanakan penyelesaian masalah keperawatan melalui perhitungan skor. Dalam satu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga, oleh karena itu perawat perlu menentukan
prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya. Skala ini memiliki empat kriteria, masing-masing kriteria
memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut. Daftar Skoring Prioritas Masalah Asuhan
23
Tabel 3.1 Skoring Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga
No Kriteria Skor Bobot Nilai
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Jumlah total nilai skore pada diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H dalam memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah 3 2/3.
3. Intervensi
Tujuan keperawatan keluarga adalah mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi dua
yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Jangka waktu ini untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada
Adapun kriteria dan tujuan jangka panjang atau tujuan umum yang telah penulis tetapkan adalah setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan
bersihan jalan nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, menurut Wilkinson (2006), menyebutkan kecepatan respirasi usia 14 tahun atau lebih, respirasinya adalah lebih dari 11 sampai 24 kali per menit,
dahak dapat keluar, mengetahui cara batuk efektif yang benar, dan tujuan khusus atau tujuan jangka pendek yaitu Tn. H mampu memodifikasi lingkungan, mempertahankan lingkungan yang sehat.
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari komponen tujuan umum, tujuan khusus,
kriteria, rencana tindakan, dan standar untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis
menyusun intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC (Nursing Intervention Criteria). Pertama kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat dengan rasional untuk mengetahui tingkat
pengetahuan Tn. H tentang lingkungan yang sehat. Kedua kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Ketiga beri posisi semi fowler dengan rasional untuk
memaksimalkan ekspansi paru. Keempat ajarkan Tn. H batuk efektif dengan rasional untuk mengeluarkan dahak. Kelima bantu Tn. H memodifikasi
25
dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat (Wilkinson, 2006).
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tahap penyelesaian masalah keperawatan keluarga berdasarkan perencanaan yang ditetapkan melalui prosedur spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif keluarga, penyuluhan
kesehatan, konseling, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi, dan konsultasi (Ekasari, dkk, 2007).
Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi yang direncanakan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013, yaitu mengkaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan tentang lingkungan yang sehat, sedangkan mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui status kesehatan.
Implementasi yang selanjutnya adalah memberikan posisi semi fowler
bertujuan untuk memaksimalkan ekspansi paru dan mengajarkan batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan dahak, membantu memodifikasi lingkungan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Memberikan posisi semi
fowler dapat dilakukan, karena hal ini bertujuan untuk memungkinkan
ekspansi paru lebih baik dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi fowler
adalah posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada
saat inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan
Implementasi yang selanjutnya adalah memotivasi agar mempertahankan lingkungan bertujuan untuk mempertahankan agar
lingkungan tetap sehat. Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.
Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga (Harmoko, 2012).
Adapun kekurangan yang penulis lakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada hanya dilakukan pada hari
pertama dan terakhir dikarenakan pada hari kedua penulis membantu Tn. H memodifikasi lingkungan rumahnya, sehingga tidak sempat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik khususnya dada.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan bersama antara keluarga dan perawat dengan melihat respons keluarga dan hasil yang dicapai yang dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Subjektif (S) adalah hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Objektif
(O) adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Analisis (A) adalah analisis dari hasil yang
27
Perencanaan (P) adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga pada tahap evaluasi (Ekasari, dkk, 2007).
Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP S: Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P: Planning. Setelah melalukan implementasi diatas selama 3 kali kunjungan rumah dari tanggal
22 sampai 24 April 2013, didapatkan catatan perkembangan pada tanggal 24 April 2013 subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin membersihkan
rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah berkurang, dan obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak ada kotoran ayam didalam
dan luar rumah, didalam rumah tidak pengap karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang, pernafasan 24 kali per menit. Berdasarkan data subyektif
dan data obyektif diatas dapat dianalisa masalah bersihan jalan nafas efektif teratasi sehingga kunjungan rumah dihentikan.
B.Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil pengkajian yang telah penulis lakukan pada tanggal 22 April 2013
keluhan utama yang dirasakan Tn. H adalah Tn. H mengatakan sering batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dan sering merasa sesak
khususnya paru-paru didapatkan hasil, inspeksi dada simetris tidak ada luka, dari pemeriksaan palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri
tidak sama, suara saat diperkusi suara paru redup dan auskultasi terdengar suara tambahan (ronkhi), kondisi rumah Tn. H kotor, berdebu, lantai rumah masih dari tanah, terdapat kandang ayam di depan rumah
dan berbau tidak sedap, terdapat kotoran ayam di dalam dan luar rumah, udara di dalam rumah pengap dikarenakan jendela jarang dibuka.
b. Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada Tn. H adalah bersihan jalan
nafas tidak efektif pada Tn. H berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn. H memelihara lingkungan rumah yang sehat.
c. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan tujuan umum setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah diharapkan bersihan jalan nafas pada Tn. H efektif ditandai dengan pernafasan 24 kali per menit, dahak
dapat keluar dan mengetahui cara batuk efektif yang benar, serta tujuan khusus yaitu Tn. H mampu memelihara lingkungan, mempertahankan lingkungan yang sehat. Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Tn.
H adalah kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat dengan rasional untuk mengetahui tingkat pengetahuan Tn. H tentang lingkungan yang sehat. Kaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada
Tn. H dengan rasional untuk mengetahui status kesehatan. Beri posisi semi fowler dengan rasional untuk memaksimalkan ekspansi paru. Ajarkan Tn. H
29
yang sehat. Motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat dengan rasional untuk mempertahankan agar lingkungan tetap sehat.
d. Tindakan keperawatan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 berdasarkan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain, yaitu : kaji pengetahuan Tn. H tentang bagaimana lingkungan yang sehat. Kaji
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dada Tn. H. Beri posisi semi fowler. Ajarkan Tn. H batuk efektif. Bantu Tn. H memodifikasi lingkungan. Motivasi Tn. H agar mempertahankan lingkungan yang sehat.
e. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kepada pasien pada tanggal 24 April 2013 setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan
rumah, hasil evaluasi dengan metode SOAP, didapatkan catatan perkembangan subyektif Tn. H mengatakan sudah mengetahui tentang bagaimana lingkungan yang sehat, Tn. H mengatakan mau lebih rajin
membersihkan rumahnya, Tn. H mengatakan batuk berdahak sudah berkurang, dan data obyektif suasana rumah Tn. H nampak lebih bersih, tidak ada kotoran ayam didalam dan luar rumah, didalam rumah tidak
pengap karena jendela sudah sering dibuka, kandang ayam sudah dipindahkan kebelakang rumah, batuk berdahak sudah berkurang, pernafasan 24 kali per menit. Berdasarkan data subyektif dan data obyektif
2. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai berikut :
a. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.
b. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga
pada klien secara optimal. c. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang
31
DAFTAR PUSTAKA
Bull, Eleanor. 2007. Simple Guides Asma. Penerjemah Elizabeth Yasmine. Jakarta : Erlangga.
Brasher, Valentina. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Diyanto, Yahyo. 2007. Analisis Faktor-faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperwatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. http://www.google.com. Diakses tanggal 2 Mei 2013 jam 13.00.
Ekasari, dkk. 2007. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga Keperawatan Gerontik Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC.
Francis, Caia. 2006. Perawatan Respirasi. Penerjemah Stella Tinia. Editor Amalia Safitri. Jakarta : Erlangga.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Hidayat, Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Jeremy, Ward, dkk. 2008. At a Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Penerjemah Huriawati Hartanto. Jakarta : Erlangga.
Nanda. 2009. Nanda 2009 - 2011 Definisi & Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Potter Patricia A, Perry Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.
Pratyahara, Dayu. 2011. Asma Pada Balita. Jakarta : PT. Buku Kita.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta : EGC.