• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU DI RUANG SERUNI RSUD ABDUL WAHAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU DI RUANG SERUNI RSUD ABDUL WAHAB "

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien TBC Paru Di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda” tepat pada waktunya. Tujuan penulisan makalah penelitian ini adalah sebagai pendahuluan dan pedoman dalam melakukan penelitian keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. Saya mengucapkan terima kasih atas segala doa dan semangat yang tiada habisnya yang mendukung saya untuk menyelesaikan makalah penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga artikel ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis dan pembaca pada umumnya. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TBC PARU DI RUANG SERUNI ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA RSUD.

Latar Belakang

Berdasarkan gender, jumlah kasus baru tuberkulosis pada tahun 2017 1,4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin terjadi karena laki-laki lebih banyak terpapar pada faktor risiko tuberkulosis, seperti merokok dan ketidakpatuhan minum obat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 270 kasus pada laki-laki dan 187 kasus pada perempuan.

Berdasarkan data rekam medis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, hasil pemeriksaan deteksi kasus TB paru BTA positif pada tahun 2017 pada usia 35-44 tahun sebanyak 289 laki-laki. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien TBC paru di bangsal Seruni RS Abdul Wahab Sjahranie?”.

Tujuan Penulisan

Melakukan pengkajian pada pasien TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Manfaat

  • Bagi Penulis
  • Bagi Tempat Penulisan
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
  • Definisi
  • Etiologi
  • Klasifikasi

Artikel ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TBC paru. Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien TB paru. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, yang menyerang paru-paru dengan cara yang khas.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis mikrob dalam bentuk batang nipis, lurus atau sedikit bengkok, berbutir atau tidak bersarung, tetapi mempunyai lapisan luar yang tebal dan terdiri daripada lipoid (terutamanya asid mikolik) dengan panjang 0.5-4. mikron, dan ketebalan 0.3-0.6 mikron. Mikrob terdiri daripada asid lemak, jadi mikrob lebih tahan terhadap asid dan tahan terhadap gangguan kimia dan fizikal (Kunoli, 2012).

Tuberkulosis paru BTA (-)

Manifestasi Klinis

Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan kumpulan basil hidup dan mati yang dikelilingi makrofag dan membentuk dinding pelindung. Granuloma berubah menjadi jaringan fibrosa. Bagian tengah fibrosis ini disebut tuberkulosis. Setelah paparan awal dan infeksi, individu mungkin mengalami penyakit aktif karena sistem kekebalan tubuh yang tidak memadai. Tuberkel yang pecah akan sembuh dan membentuk jaringan parut, paru yang terinfeksi akan semakin meradang dan mengakibatkan bronkopneumonia lebih lanjut (Manurung, 2013).

Pathway TB Paru

  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan
    • Pengobatan TBC di Indonesia sesuai program nasional menggunakan panduan OAT yang diberikan dalam bentuk kombipak, sebagai berikut
  • Kategori II : 2 RHZES/HRZE/5R3H3E3 Diberikan untuk Penderita TB Paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya kambuh, kegagalan pengobatan
    • Pengobatan Tuberkulosis Paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan metode Directly Observed Treatment (DOTS)
  • Kategori I (2HRZE/4H3R3) untuk pasien TBC
  • Kategori II (2HRZES/HERZE/5H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan kategori I nya gagal atau pasien yang kambuh)
    • Konsep Asuhan Keperawatan .1 Pengkajian

Komplikasi yang dapat timbul pada klien TBC paru dapat berupa malnutrisi, empiema, efusi pleura, hepatitis, tuli, dan gangguan saluran cerna (sebagai efek samping obat) (Manurung, 2013). Diberikan kepada penderita TBC paru BTA (+) dengan riwayat kambuh pengobatan sebelumnya, kegagalan pengobatan BTA (+) dengan riwayat kambuh pengobatan sebelumnya, kegagalan pengobatan atau pengobatan tidak lengkap. Secara umum keluhan utama pada kasus TBC paru adalah batuk, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada dan dapat juga disertai demam.

Kondisi atau penyakit yang diderita pasien yang mungkin berhubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA, efusi pleura, dan tuberkulosis paru reaktif. Carilah anggota keluarga penderita TBC paru yang menderita penyakit tersebut agar penularannya terus berlanjut. Tanda-tandanya antara lain: peningkatan laju pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), perkembangan pernapasan asimetris (efusi pleura), perkusi tumpul dan penurunan premitus (efusi pleura atau penebalan pleura), suara napas: berkurang/tidak ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleura/pneumotoraks), bunyi napas: murmur tubular atau dada pada lesi yang luas.

1. Berdasarkan kriteria luaran : tampak batuk efektif dan suara napas jernih, tanpa sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, 2. Tampak jalan napas terbuka (klien tidak merasa tercekik, frekuensi napas, laju pernapasan dalam batas normal ., dan tidak ada bunyi nafas yang tidak normal).

Tabel 2.1  Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
  • Fase kerja
  • Fase terminasi
  • Evaluasi keperawatan
  • Pendekatan (Desain Penelitian)
  • Subyek Penelitian
  • Batasan Istilah 1 Tuberkulosis Paru 1 Tuberkulosis Paru
  • Lokasi Dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Teknik Dan Instrument Pengumpulan Data 1 Teknik Pengumpulan Data
    • Wawancara
    • Pengamatan (observasi)
    • Pemeriksaan fisik
    • Dokumentasi
    • Instrumen Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
    • Data primer
    • Data sekunder
  • Analisis Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif berbentuk studi kasus untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada klien TB paru. Pendekatan yang digunakan adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk subjek dalam kasus asuhan keperawatan ini digunakan dua orang responden yang berinisial Bapak.

R, laki-laki berusia sekitar 72 dan 73 tahun, yang masih dirawat selama kurang lebih 1 bulan karena penyakit tuberkulosis paru di ruang perawatan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, di sana dilakukan evaluasi dan diperoleh diagnosa tuberkulosis paru. . Penelitian studi kasus keperawatan ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2019 di Ruang Perawatan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie selama 3 sampai 6 hari. Setelah disetujui oleh kelompok studi proposal, maka penulisan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data dengan pendekatan keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi terhadap kasus yang dijadikan subjek penelitian.

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita tuberkulosis paru dikhususkan pada pemeriksaan fisik dada yang terdiri dari Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi. Pendokumentasian dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan keperawatan medik bedah pada pasien TB paru yang dituangkan dalam format Asuhan Keperawatan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format asesmen Asuhan Keperawatan Medik Bedah yang terdiri dari Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi pada klien TB paru.

Sumber data yang dikumpulkan dari klien dapat memberikan informasi lengkap mengenai permasalahan kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya, antara lain keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi. Sumber data yang dikumpulkan dari orang-orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara kandung atau pihak lain yang memahami dan dekat dengan klien, antara lain riwayat penyakit keluarga, peran keluarga dalam perawatan pasien di rumah atau di rumah sakit. Teknik analisis yang digunakan adalah observasi peneliti dan studi dokumentasi, yang menghasilkan data yang kemudian dapat diinterpretasikan dan dibandingkan dengan teori-teori tuberkulosis paru yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi intervensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Gambaran Lokasi Penelitian

Data Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

Keadaan umum Posisi pasien saat diperiksa Fowler, alat kesehatan yang dipasang adalah bayi tabung RL 20 tpm dan kanul hidung 3 lpm. Posisi pasien saat diperiksa Fowler, alat kesehatan yang dipasang adalah bayi tabung RL 20 tpm dan kanula hidung 3 lpm.

Pada palpasi prasyarat vokal antara kiri dan kanan sama, perluasan paru simetris antara kiri dan kanan. Pada saat pemeriksaan premitus vokal antara kiri dan kanan sama, ekspansi paru simetris antara kiri dan kanan. Pada saat pemeriksaan tidak ada denyut, CRT <2 detik, tidak ada sianosis, ujung jari tidak dipukul.

Perkusi batas jantung berada pada garis sternum kiri ICS II-ICS II pada garis sternum kanan, pita jantung pada garis sternum kanan ICS IV dan apeks jantung aktif. Pada pemeriksaan tidak ada denyut, CRT <2 detik, tidak ada sianosis, ujung jari tidak dipukul, pada palpasi tidak terlihat ictus cordis, akral terasa hangat. Perkusi batas jantung berada pada garis sternum kiri ICS II-ICS II pada garis sternum kanan, pita jantung pada garis sternum kanan ICS IV dan apeks jantung aktif.

NO Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2

Ingatan panjang, perhatian dapat berulang, bahasa baik, kognisi baik, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu, saraf sensorik untuk nyeri menusuk, suhu, perabaan, tidak ada keluhan pusing, terdapat gangguan pada pola tidur, istirahat tidur hanya sebatas 3 jam .

Diagnosa Keperawatan

No Urut

Hari/

Tanggal ditemukan

Diagnosa Keperawatan

Hari/Tanggal ditemukan

Diagnosa Keperwatan

Intervensi

Tanggal

Tujuan dan Kriteria Hasil

Perencanaan (SIKI)

Implementasi

Waktu Pelaksanaan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari 1

Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari 1

Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari 3

Evaluasi

Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP) Hari 1

Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)

  • Diagnosa 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif
  • Diagnosa 2 : Defisit nutrisi
  • Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur
  • Pasien 2
    • Diagnosa 1 : Pola napas tidak efektif
    • Diagnosa 2 : Defisit nutrisi
    • Diagnosa 3 : Gangguan pola tidur
  • Perbandingan Pasien 1 dan Pasien 2
  • Hasil pengkajian yang didapatkan dari pasien 1 dan pasien 2 berbeda pada diagnosa yang pertama, pada pasien 1 ditemukan keluhan sesak napas, batuk
  • Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh penulis, pada diagnosa bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif yaitu monitor
  • Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan
  • Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan selama 3 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi pada pasien 1
    • Saran

Pada pemeriksaan hari pertama ditegakkan diagnosa keperawatan pertama pada pasien 1 yaitu tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan hipersekresi saluran nafas. Pada saat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien 1 dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas, penulis menetapkan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, bahwa bersihan jalan nafas akan meningkat dengan kriteria luaran : peningkatan batuk efektif, penurunan sputum. produksi, peningkatan laju pernapasan (16-20x/menit). Pada pengkajian hari pertama, pasien 1 didiagnosis dengan diagnosa keperawatan kedua yaitu defisiensi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien 1 dengan diagnosa defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, penulis mencantumkan tujuan agar setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam akan terjadi perbaikan status gizi dengan kriteria hasil: porsi makanan dikonsumsi meningkat, frekuensi makan meningkat (1/2 porsi), nafsu makan meningkat. Pada pengkajian hari pertama ditemukan diagnosa keperawatan ketiga pada pasien 1 yaitu pola tidur terganggu berhubungan dengan hambatan lingkungan. Pada saat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien 1 dengan diagnosa pola tidur terganggu berhubungan dengan kendala lingkungan, penulis menyatakan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam pola tidur akan membaik dengan kriteria luaran : keluhan kesulitan tidur membaik, keluhan pola tidur membaik (6-8 jam).

Pada hari pengkajian pertama didapatkan diagnosa keperawatan pertama pada pasien 2 yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distress pernafasan. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien 2 dengan diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan usaha pernafasan, penulis menyatakan tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka pola pernafasan akan membaik dengan kriteria luaran : peningkatan frekuensi pernafasan (16) -20x/menit). Pada hari pertama pengkajian, pasien 2 menemukan diagnosa keperawatan lainnya yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.

Pada saat merencanakan asuhan keperawatan pada Pasien 2 dengan diagnosa defisiensi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, penulis mencantumkan tujuan agar setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka status gizi akan membaik dengan kriteria luaran : porsi makan yang dikonsumsi bertambah, frekuensi makan meningkat (1/2 porsi), nafsu makan meningkat. Pada pemeriksaan hari pertama, pasien 2 didiagnosa dengan diagnosa keperawatan ketiga yaitu pola tidur terganggu berhubungan dengan kendala lingkungan. Pada saat merencanakan asuhan keperawatan pada pasien 2 dengan diagnosa pola tidur terganggu berhubungan dengan kendala lingkungan, penulis mencantumkan tujuan agar setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka pola tidur akan membaik dengan kriteria hasil : keluhan gangguan tidur ada. membaik, keluhan pola tidur membaik (6-8 jam).

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis didapatkan 1 perbedaan diagnosa antara pasien 1 dan pasien 2 yaitu pada pasien 1 ditemukan diagnosa keperawatan tidak efektifnya bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekret yang tertahan. Hasil evaluasi pada pasien 1 mengalami perubahan, pada diagnosis pertama bersihan jalan nafas teratasi sebagian, pada diagnosis kedua defisiensi nutrisi teratasi, pada diagnosis ketiga gangguan pola tidur teratasi sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel 2.1  Intervensi Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

Evaluasi pada tanggal 29 November 2020 untuk diagnosa keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peradangan pada parenkim paru akibat

Untuk diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif

Ketidakefektifa 1. Status pernafasan : Manajemen jalan nafas.. n bersihan jalan nafas Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk

1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume

Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mendapatkan 7 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan pneumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

Diagnosa yang ditegakan dari hasil pengakjian yang telah dilakukan adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas ditandai dengan sputum berlebih,