• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA BRONKOGENIK DI RUANG PARU RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA BRONKOGENIK DI RUANG PARU RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KARSINOMA BRONKOGENIK DI RUANG PARU

RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

RISSA MONA ERIKSANI NIM : 143110262

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KARSINOMA BRONKOGENIK DI RUANG PARU

RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

RISSA MONA ERIKSANI NIM : 143110262

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

(3)
(4)

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Ns. Netti, S.Kep, M.Pd dan Ibu Ns. Nova Yanti, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Kemudian ucapan terimakasih ditujukan pada Yth:

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.

2. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp.B, Sp.BA (K), MARS selaku Direktur RSUP Dr. M.Djamil Padang

3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep M. Kep selaku Ka Prodi D III Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang.

5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

6. Terimakasih kepada Mama dan Papa yang telah memberikan dukungan serta semangat yang tidak dapat ternilai serta, terimakasih juga kepada uni Riva, uni Riza dan adik Alta yang juga ikut memberikan dukungan kepada saya hingga sampai saat ini.

(5)

Thalhah Gazali Amd, Kep, Nopebrian Bazar Yulias Amd. Kep yang selalu memberikan motivasi, tawa, sedih bersama selama tiga tahun ini hingga penyusunan karya tulis ilmiah sampai kita wisuda nanti.

8. Terimakasih juga kepada sahabat sekaligus sepupu tersayang Caca yang telah memberikan motivasi kepada saya selama ini, dan juga kepada sahabat cantik Nurgazali yang juga memberikan semangat dari jauh kepada saya, semoga tahun depan kalian bisa nyusul ya.

9. Terimakasih kepada para penghuni kos pink Mutia, Iyan, Sari, Via, Mega, Lena, Ana, Ani, Kak Neng yang telah ikut memberikan dukungan dan semgangat kepada saya selama ini, semoga tahun depan semuanya juga bisa nyusul ya guys.

10. Terimakasih kepada Nice Dolly, rekan-rekan kelas III C yang sama-sama berjuang selama tiga tahun ini, serta terimakasih kepada teman-teman Bp 2014 keperawatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan KTI ini.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

Padang, 15 Juni 2017

(6)
(7)
(8)

Nama : Rissa Mona Eriksani

NIM : 143110262

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 11 April 1995

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orang Tua

Ayah : Erizal

Ibu : Anita

Alamat : Jl. Prof. Bahder Johan, Kel. Campago Ipuh, Kec. Mandiangin Koto Selayan, RT 007/ RW 002, Kota Bukittinggi

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 SDN 06 Metro Barat Lampung 2001-2004

2 SDN 03 Metro Barat Lampung 2004-2006

3 SMP Kartika Tama Lampung 2006-2007

4 SMP Negeri 04 Bukittinggi 2007-2011

4 SMA Negeri 04 Bukittinggi 2011-2014

5 Prodi Keperawatan Padang, Jurusan

Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang

(9)

Karya Tulis Ilmiah, 15 Juni 2017 Rissa Mona Eriksani

“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Karsinoma Bronkogenik di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”

Isi : XIII + 56 halaman + 11 lampiran

ABSTRAK

Karsinoma bronkogenik di Indonesia menduduki peringkat ke-4 dari seluruh karsinoma yang sering terjadi pada pasien berusia diatas 40 tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan wanita. Lebih dari 85% karsinoma bronkogenik disebabkan karena sering terhirup bahan kimia karsinogenik yang banyak terkandung pada asap rokok. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Karsinoma Bronkogenik di ruangan Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif. Penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Proses penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2017 dengan waktu penelitian selama lima hari. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnose Karsinoma Bronkogenik di ruang paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling 2 pasien dengan criteria inklusi. Hasil pengkajian didapatkan

keluhan utama pada kedua partisipan yaitu sesak nafas, nyeri dada serta batuk berdarah serta batuk dengan secret yang sulit dikeluarkan.

Hasil studi dokumentasi status partisipan 1 ditemukan 3 diagnosa keperawatan, yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret, dan nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker. Hasil studi dokumentasi status partisipan 2 ditemukan 3 diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh, nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen.

Diharapkan bagi perawat ruangan dapat melaksanakan tindakan yang belum teratasi dengan memaksimalkan implementasi yang dilakukan.

Kata kunci (key word) : Asuhan Keperawatan, Karsinoma Bronkogenik Daftar Pustaka : 16 (2011-2017)

(10)

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

HALAMAN ORSINALITAS... v

LEMBAR PERSETUJUAN... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...………. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Konsep Karsinoma Bronkogenik ... 6

1. Pengertian karsinoma bronkogenik... 6

2. Etiologi karsinoma bronkogenik... 6

3. Klasifikasi karsinoma bronkogenik... 8

4. Patofisiologi ... 11

5. WOC ... 14

6. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis... 15

7. Penatalaksanaan ... 17

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis... 19

1. Pengkajian Keperawatan... 19

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul ... 23

(11)

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel... 33

D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Jenis dan Pengumpulan Data... 36

G. Rencana Analisis... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 38

A. HASIL………... 38

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 38

2. Deskripsi Kasus………...………... 38 a. Pengkajian Keperawatan... 38 b. Diagnosa Keperawatan………... 43 c. Intervensi Keperawatan …... 43 d. Implementasi Keperawatan…...45 e. Evaluasi Keperawatan...……….. 45 B. PEMBAHASAN KASUS... 46 1. Pengkajian Keperawatan... 46 2. Diagnosa Keperawatan………... 49 3. Intervensi Keperawatan …... 51 4. Implementasi Keperawatan…...53 5. Evaluasi Keperawatan...………..54 BAB V PENUTUP... 55 A. Kesimpulan... 55 B. Saran………... 56 DAFTAR PUSTAKA

(12)
(13)

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan……….. 24

Tabel 4.1 Pengkajian………..………...…... 38

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan ….………..…. 43

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan……….………...…… 44

(14)

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2 Lampiran 3 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2 Lampiran 5 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1 Lampiran 6 : Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2

Lampiran 7 : Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) 2 Partisipan Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M. Djamil Padang

Lampiran 10 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 11 : Ganchart

(15)

A. Latar Belakang

Karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer yang terjadi pada sistem pernafasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus (Muttaqin, Arif. 2012). Karsinoma bronkogenik termasuk kanker pembunuh nomor satu di Amerika Serikat yang terjadi pada pasien berusia diatas 40 tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan wanita. Lebih dari 85% karsinoma bronkogenik disebabkan karena sering terhirup bahan kimia karsinogenik yang banyak terkandung pada asap rokok (Smeltzer and Bare, 2014).

Akibat dari karsinoma bronkogenik ini dapat berdampak terhadap fisik dan psikologis, sosial, spiritual. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rhomadon Abdani (2011), didapatkan dampak fisik yang sering muncul pada pasien dengan karsinoma bronkogenik adalah sesak nafas, batuk, batuk darah, serta nyeri dada. Dampak terhadap psikologis seperti pasien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri yang dirasakan, perubahan gaya hidup, perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Dampak sosial dari karsinoma bronkogenik biasanya pasien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya cukup lama dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan memenuhi kebutuhannya sendiri seperti biasanya. Dampak spiritual dari karsinoma bronkogenik biasanya pasien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya yaitu dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya (Muttaqin, Arif. 2012).

Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi

(16)
(17)

kaidah ilmu keperawatan.Asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang di berikan secara langsung kepada pasien dengan karsinoma bronkogenik untuk memenuhi kebutuhan pasien baik secara biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Masalah yang sering muncul pada pasien dengan karsinoma bronkogenik biasanya sesak nafas yang terjadi akibat ekspansi paru yang tidak maksimal, ketidaknyamanan akibat nyeri yang dirasakan, kelemahan (Intoleransi aktivitas), serta gangguan pola tidur dan perasaan cemas akibat masalah kondisi yang dialaminya. Pada saat peneliti melakukan praktik keperawatan medikal bedah, perawat sudah melakukan tindakan secara mandiri seperti mengajarkan teknik rileksasi dengan mengajarkan pasien teknik nafas dalam sehingga respon pasien terhadap nyeri yang dirasakannya dapat berkurang dan juga perawat memberikan motivasi positif dalam kesembuhan pasien (Muttaqin, Arif. 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) insiden karsinoma bronkogenik pada tahun 2008 menyebabkan 1,4 juta kematian per tahun dari 7,6 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 948.993 (69%) dan perempuan 427.586 (31%). Pada tahun 2008 kasus karsinoma bronkogenik di Amerika Serikat diperkirakan 215.020 kasus yaitu 15% dari kasus kanker yang ditemukan dengan penderita laki-laki sebanyak 114.690 (53%) dan wanita 100.330 (47%). Kasus karsinoma bronkogenik pada tahun 2010 menurut National Cancer Institute (NCI) dilaporkan sebanyak 1,61 juta angka kasus baru serta 1,38 juta angka kematian di dunia karena karsinoma bronkogenik. Perkiraan kematiannya mencapai 161.840 yaitu sekitar 29% dari semua kematian akibat kanker (Saputra, dkk. 2012).Menurut American Cancer Society di Amerika Serikat jumlah karsinoma bronkogenik pada tahun 2012 yaitu terdapat 226.160 kasus baru dengan 160.340 kematian (Roosihermiatie Betty, 2009).Prevalensi tertinggi berada di wilayah Eropa dan Amerika Utara (Widarini,S,R,A. 2015).

(18)

Karsinoma bronkogenik di Indonesia menduduki peringkat ke-4 dari seluruh karsinoma yang sering ditermukan di rumah sakit. Menurut data dari RS Kanker Dharmais pada tahun 2013 karsinoma bronkogenik menempati urutan ke 3 untuk angka kematian dan angka kasus baru. Berdasarkan data dari RS Islam Surakarta penderita karsinoma bronkogenik pada tahun 2013 berjumlah 115 orang, tahun 2014 sebanyak 374 orang, sedangkan pada tahun 2015 sampaidengan 15 Juni 2015 penderita berjumlah 148 orang (Kementrian Kesehatan 2015, dalam Widarini,S,R,A. 2015). Berdasarkan data dari buku laporan ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2016 RSUP Dr. M. Djamil Padang, jumlah pasien yang dirawat di ruangan yaitu sebanyak 834 orang, pasien dengan karsinoma bronkogenik 35,9% (299 orang).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 10 Januari 2017, didapatkan 6 orang pasien menderita karsinoma bronkogenik, semuanya pasien laki-laki dan berusia 40 tahun keatas. Tn. R 44 tahun dengan stadium 2 mengeluh sesak nafas, Tn. A 42 tahun dengan stadium 2 mengeluh sesak nafas, susah tidur, akral terasa dingin, badan terasa lemas, susah tidur, Tn. E 52 tahun dengan stadium 3 mengeluh sesak nafas, nyeri dada, badan terasa lemas, Tn. D 44 tahun dengan stadium 3 mengeluh sesak nafas, badan terasa lemas, batuk berdahak, Tn. R 52 tahun dengan stadium 3 mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, nyeri dada, Tn. S 50 tahun dengan stadium 3 mengeluh nyeri dada, badan terasa lemas, hanya mampu menghabiskan makan 3-5 sendok. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret, nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker paru, gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

(19)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti telah melakukan penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Karsinoma Bronkogenikdi ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

b. Mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan penyakit karsinoma bronkogenik di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik.

(20)

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi Keperawatan Padang dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Karsinoma Bronkogenik

1. Pengertian

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas primer pada sistem pernafasan yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus. Penyakit ini sering terjadi di daerah industri (Muttaqin, Arif. 2012). Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson, karsinoma bronkogenik adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru. Menurut Caia Francis (2011), karsinoma bronkogenik adalah kanker yang sering menyerang sistem pernafasan yang timbul di lapisan erphitelial bronki dan merupakan bentuk kanker yang umum terjadi hingga mencapai sekitar 90% kasus. Karsinoma bronkogenik adalah kanker yang sebagian besar berasal dari sel-sel di dalam paru dan merupakan tumor berbahaya yang bisa juga berasal dari bagian tubuh lainnya yang terkena kanker (Bararah & Jauhar, 2013).

2. Etiologi

Penyebab dari karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan faktor utama terjadinya penyakit karsinoma bronkogenik, sedangkan penyebab lainnya seperti polusi udara, diet yang kurang mengandung vitamin A, infeksi saluran pernafasan kronik, dan keturunan atau genetik.

Menurut Arif Muttaqin (2012) faktor risiko dari karsinoma bronkogenik adalah :

a. Merokok

Karsinoma bronkogenik berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor risiko ini

(22)

berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu memulai merokok, semakin besar risiko terjadinya karsinoma bronkogenik). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk di dalamnya jenis rokok yang dihisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek). Perokok pasif berisiko tinggi untuk mengalami karsinoma bronkogenik. Dengan kata lain, individu yang secara tidak sengaja terpajan asap rokok (di dalam mobil, gedung, atau tempat lainnya) juga berisiko tinggi mengalami karsinoma bronkogenik.

b. Polusi udara

Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di dalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden karsinoma bronkogenik lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukkan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

c. Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industry, yang paling berbahaya adalah abses yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan. Risiko karsinoma bronkogenik di antara para pekerja yang berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ± 10 kali lebih besar daripada masyarakat umum. Peningkatan risiko ini juga dialami oleh masyarakat umum. Peningkatan risiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi. Risiko karsinoma bronkogenik baik akibat kontak dengnan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.

d. Rendahnya asupan vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A dapat memperbesar risiko terjadinya karsinoma

(23)

bronkogenik. Hipotesis ini didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan risiko peningkatan jumlah sel-sel karsinoma. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan deferensiasi sel. e. Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita karsinoma bronkogenik memiliki risiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter.

3. Klasifikasi Karsinoma Bronkogenik menurut Wahid & Imam (2013) a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

Kanker yang berasal dari permukaan epitel bronkus yang mengalami perubahan epitel termasuk metaplasia, atau juga mengalami dislapsia akibat merokok dengan jangka panjang yang dapat menimbulkan tumor. Tumor ini terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (sel oat)

Biasanya tumor ini terletak ditengah percabangan utama bronki yang timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal.

c. Adenokarsinoma (karsinoma sel alveolar)

Kanker yang sering timbul di bagian perifer segmen bronkus dan juga dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-paru dan fibrosis interstisial kronik, susunan selular seperti kelenjar bronkus yang dapat mengandung mucus. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, namun tidak ada menunjukkan gejala-gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.

d. Karsinoma sel besar

Se-sel ganas yang berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer yang tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif ke tempat-tempat yang jauh.

(24)

Tabel stadium Karsinoma Bronkogenik

Menurut Irman Somantri (2009), pembagian Stadium Karsinoma Bronkogenik adalah sebagai berikut:

Stadium Ket. Stadium Definisi stadium

Karsinoma tersembunyi

T0, N0, M0 Sputum mengandung sel-sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis

Stadium IA T1, N0, M0 Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh

Stadium IB T2, N0, M0 Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh

Stadium IIA T1, N1, M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti hanya terdapat metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh

Stadium IIB T2, N1, M0 T3, N0, M0

Tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3 dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh

Stadium IIIA T1-T3,N1,N2,M0 Tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau T3 dengan atau tnpa bukti adanya metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe; tidak ada

(25)

metastasis ke tempat yang jauh Stadium IIIB Setiap T, N3, M0

T4, setiap N, M0

Setiap klasifikasi tumor dengan metastasis ke hilus kontralateral atau kelenjar getah bening mediastinum atau ke skalenus

atau kelenjar limfe

supraklavikular; atau setiap tumor yang diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau tanpa metastasis ke kelenjar getah bening regional; tidak ada metastasis ke tempat yang lain Stadium IV Setiap T, setiap N,

M1

Setiap tumor dengan metastasis jauh

Keterangan :

1. Status Tumor Primer (T) T0: tidak tampak tumor primer

T1: diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus

T2: diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura

T3: tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan atau disertai efusi pleura

2. Kelenjar Limfe Regional (N)

N0: tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional N1: terdapat penjalaran ke kelnjar limfe hilus ipsilateral

N2: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral

(26)

N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal 3. Metastasis Jauh (M)

M0: tidak terdapat metastase jauh

M1: sudah terdapat metastase jaub ke organ-organ lain

4. Patofisiologi

Faktor resiko karsinoma bronkogenik terdiri dari faktor eksternal berupa merokok, polusi udara, bahan industry, sedangkan faktor internalnya berupa kekurangan vitamin A dan faktor genetic. Pada faktor resiko karsinoma bronkogenik yang dipengaruhi oleh merokok, polusi udara, bahan industry menyebabkan zat kimia hinggap di sub bronkus sehingga terjadi inflamasi yang menyebabkan proses deskuamasi dan cilia lepas, hingga terjadi pengendapan zat karsinogen. Dengan adanya pengendapan zat karsinogen maka terjadi metaplasia, dysplasia, hyperplasia yang mengakibatkan pertumbuhan lesi abnormal menyebar pada seluruh cabang bronkus serta tumor menahun yang menyebabkan karsinoma bronkogenik.

Proses deskuamasi dan cilia lepas juga terjadi pada faktor kekurangan vitamin A yang disebabkan oleh diferensiasi sel. Inflamasi juga dapat menyebabkan peningkatan sekresi dan suhu meningkat. peningkatan sekresi dapat menyebabkan batuk terus-menerus serta terjadi dilatasi pembuluh darah, ketika dilatasi pembuluh darah maka pembuluh darah akan pecah yang menyebabkan hemoptisis. Hemoptisis dapat menurunkan pengikatan oksigen ke sel HbO2 maka terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan kelelahan. Faktor genetik menyebabkan inaktivitas suppressor tumor yang menyebakan mutasi DNA abnormal sehingga terjadi kerusakan kromosom paru yang menyebakan jaringan paru menjadi agresif dan juga dapat terjadi metaplasia, diplasia, hyperplasia sehingga pertumbuhan lesi abnormal menyebar pada seluruh cabang bronkus yang menyebabkan karsinoma bronkogenik. Karsinoma bronkgenik menyebakan obstruksi, ulserasi, supurasi bronkus sehingga terjadi peningkatan tekanan paru yang menyebabkan penekanan saraf tumor di paru yang dapat mengakibatkan rasa nyeri.

(27)

Peningkatan tekanan paru juga menyebakan penurunan suplai oksigen yang mengakibatkan sesak nafas. Penurunan suplai oksigen juga mengakibatkan gangguan perfusi perifer sehinga terjadi akral dingin, sianosis dan tampak pucat. Karsinoma bronkogenik juga menyebabkan kerusakan pada lumen bronkus, sehingga terjadi gangguan perfusi dan difusi yang mengakibatkan hipoventilasi yang menyebabkan penurunan suplai oksigen (Wahid & Imam, 2013).

Karsinoma bronkogenik timbul dari sel epitel tunggal yang berubah di saluran tracheobronchial. Zat karsinogen (asap rokok, polusi udara, bahan industrri) mengikat sel DNA dan merusaknya. Kerusakan sel DNA ini mengakibatkan perubahan dalam sel, sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal dan akhirnya timbul sel-sel ganas. Akibat kerusakan DNA yang ditersukan ke sel anak, DNA tersebut mengalami perubahan lebih lanjut dan menjadi tidak stabil. Dengan adanya akumulasi perubahan genetik, epitel paru mengalami keganasan transformasi yakni dari epitel normal akhirnya menjadi karsinoma invasive. Karsinoma sel skuamosa letaknya lebih terpusat dan lebih sering timbul di segmental dan sub segmental bronkus dalam menanggapi eksposur karsinogenik berulang (Smeltzer and Bare. 2015).

(28)
(29)

6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

a. Manifestasi Klinis

Ditemukan 90-95% pasien dengan karsinoma bronkogenik mengalami gejala (simtomatik) saat didiagnosis. Tanda dan gejala klinis bergantung pada ukuran dan lokasi tumor, luasnya penyebaran ke struktur yang berdekatan atau jauh, dan munculnya gejala hormonal yang berhubungan. Batuk muncul pada sebagian besar pasien dan banyak yang mengalami infeksi saluran nafas atas persisten atau pneumonia akibat obstruksi bronchial. Manifestasi paru lainnya mencakup hemoptisis dispnea, mengi, dan abses paru. Gejala nonspesifik yang berhubungan dengan karsinoma bronkogenik mencakup kehilangan berat badan, anoreksia, dan malaise (Francis, Caia. 2011).

1) Gejala dapat bersifat local (tumor tumbuh setempat): a) Batuk lebih hebat dari pada batuk kronis

b) Sesak nafas meningkat

c) Hemoptisis (batuk darah), berasal dari saluran nafas bagian bawah

d) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas e) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

f) Atelektasis (pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru) akibat penyumbatan saluran udara pada bronkus ataupun bronkiolus 2) Invasi lokal

a) Nyeri dada

b) Dispnea karena efusi pleura

c) Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia d) Sindrom vena cava superior

e) Sindrom Horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

f) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent g) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf

simpatis servikalis 3) Gejala penyakit metastasis

a) Pada otak, tulang, hati, adrenal

b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

4) Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% karsinoma bronkogenik) dengan gejala:

a) Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam b) Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi c) Hipertrofi osteoartropati

(30)

e) Endokrin: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)

f) Dermatologic: eritma multiform, hyperkeratosis, jari tabuh g) Renal: syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) 5) Asimtomatik dengan kelainan radiologis

a) Sering terdapat pada perokok dengan Penyakit Obtstruksi Paru Kronis (PPOK) yang terdeteksi secara radiologis

b) Kelainan berupa nodul soliter

7. Penatalaksanaan

Menurut Irman Somantri (2012), penatalaksanaan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik terbagi 2, yaitu penatalaksanaan nonbedah dan pembedahan.

a. Penatalaksanaan Non bedah (Nonsurgical Management) 1) Terapi oksigen

Terapi oksigen diberikan jika pasien mengalami hipoksemia, sehingga perawat dapat memberikan oksigen dengan via masker atau nasal kanula.

2) Terapi obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.

3) Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan karsinoma bronkogenik pasca operasi, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat-obat berikut.

a) Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine

b) Etoposide dan Cisplatin

c) Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin 4) Imunoterapi

Banyak pasien dengan karsinoma bronkogenik mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi yang biasa diberikan adalah cytokin

5) Terapi radiasi

(31)

a) Pasien dengan karsinoma bronkogenik yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan

b) Pasien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastenal

c) Pasien dengan karsinoma bronkogenik dengan oat cell d) Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau peneumonektomi 6) Terapi laser

b. Pembedahan (Surgical Management)

1) Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar undifferentiated

2) Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga kriteria berikut.

a) Karakteristik biologis tumor

1. Hasil baik pada tumor dari sel skuamosa dan epidermoid 2. Hasil cukup baik pada adenokarsinoma dan karsinoma sel

besar undifferentiated 3. Hasil buruk pada oat cell

b) Letak tumor dan pembagian stadium klinik Untuk menentukan reseksi terbaik

(32)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Karsinoma Bronkogenik 1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.

b. Keluhan utama

Biasanya pasien mengeluh batuk, batuk produktif, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada serta badan terasa lemas.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien mengeluh masih sesak nafas, masih terasa nyeri dada dan batuk-batuk serta secret kadang-kadang banyak.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pasien mempunyai riwayat merokok dan pernah tinggal di daerah industry atau pasien cenderung berada di lingkungan perokok. e. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit karsinoma bronkogenik atau bisa juga karena karsinoma lainnya.

f. Kebutuhan Dasar (ADL), menurut Bararah & Jauhar (2013)

1) Pola makan

Biasanya nafsu makan berkurang karena adanya sekresi dan terjadi kesulitan menelan sehingga menyebabkan penurunan berat badan. 2) Pola minum

Biasanya frekuensi minum meningkat (rasa haus) 3) Pola tidur

(33)

4) Pola aktivitas

Biasanya pasien sering keletihan, kelemahan dan ketidakmampuan memepertahankan kebiasaan rutin karena adanya nyeri dada yang dirasakan (dispnea karena aktivitas)

5) Pola eliminasi

Biasanya diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), dan juga peningkatan frekuensi atau jumlah urine akibat ketidakseimbangan hormonal (tumor epidermoid)

g. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Biasanya pasien tampak lemah dan sesak nafas disertai dengan nyeri dada

2) Kepala

Biasanya tampak normal, simetris, rambut tampak hitam, tidak ada lesi di kulit kepala

3) Mata

Biasanya simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, biasanya pada pasien tampak lingkar mata akibat kurang tidur atau istirahat

4) Hidung

Biasanya simetris, tidak ada udema 5) Mulut dan gigi

Biasanya berbau, karies gigi, mukosa bibir kering 6) Telinga

Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen 7) Leher

Biasanya terdapat defiasi trakea 8) Thorak

a) Inspeksi

Biasanya didapatkan pergerakkan dada bisa asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi

b) Palpasi

Biasanya didapatkan ekspansi terbatas dan taktil fremitus biasanya menurun

c) Perkusi

Biasanya didapatkan suara redup d) Auskultasi

(34)

Biasanya didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas tumor bronkus.

9) Jantung a) Inspeksi

Biasanya didapatkan ictus kordis terlihat b) Palpasi

Biasanya didapatkan ictus kordis teraba d) Auskultasi

Biasanya irama beraturan 10) Abdomen

a) Inspeksi

Biasanya tidak ada asites, tidak ada pembengkakan b) Palpasi

Biasanya tidak terdapat nyeri tekan c) Perkusi

Biasanya bunyi tympani d) Auskultasi

Biasanya bising usus terdengar 11) Ekstremitas

a) Atas

Biasanya didapatkan crt < 2 dtk, akral dingin, tidak ada edema b) Bawah

Biasanya didapatkan crt <2 dtk, akral dingin, tidak ada edema h. Pemeriksaan penunjang (Bararah&Jauhar. 2013)

1) Radiologi

a) Foto toraks, merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik dengan menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Biasanya pada pemeriksaan PA lateral akan dapat dilihat bila massa tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm. Pada foto thorax juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi pericard dan metastase intrapulmoner.

b) Bronkografi, untuk melihat tumor yang berada di percabangan bronkus

2) Laboratorium

1) Pemeriksaan sitologi berupa (sputum, pleura atau nodus limfe) yang dilakukan untuk mengkaji adanya karsinoma serta tahapnya

2) Pemeriksaan fungsi paru dan Gula Darah Acak (GDA), dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi

(35)

3) Tes kulit (jumlah absolut linfosit), dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun pada karsinoma bronkogenik 3) Hispatologi

a) Bronkoskopi, dengan cara visualisasi dan pembersihan sitologi lesi sehingga besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui b) Biopsi Trans Torakal (TTB), terutama pada lesi yang letaknya

perifer dengan ukuran <2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-95% c) Torakoskopi, biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil

yang lebih baik dengan cara torakoskopi

d) Mediastinosopi, untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat

e) Totaktomi, biasanya dilakukan apabila berbagai prosedur nonivasif dan invasif sebelumnya gagal dalam mendapatkan sel tumor

4) Ct-scan, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura Biasanya tampak massa isodens dengan penyangatan bagian tepi pada pemberian kontras pada mediastinum inferior posterior, yang mendesak lobus inferior paru, tampak pelebaran pada cabang-cabang bronkus lobus inferior posterior

5) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret

c. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker paru d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara

ke alveoli atau ke bagian utama paru

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

f. Termoregulasi berhubungan dengan suhu meningkat

g. Risiko Perdarahan berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah h. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen

i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan immobilisasi

j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan sulplai oksigen

k. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan suara serak

l. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

(36)

m. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 3. Rencana Keperawatan Tabel 2.2 Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Intervensi NOC NIC Ketidakefektifa n Pola Nafas Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat Batasan karaketristik : 1. Dispnea 2. Pola nafas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman) 1. Status pernafasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien menjadi adekuat dengan kriteria hasil : a. Frekuensi pernafasan b. Irama pernafasan c. Suara auskultasi nafas d. Kepatenan jalan nafas e. Retraksi dinding dada

Manajemen jalan nafas a) Bersihkan jalan

nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana mestinya b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi c) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat

(37)

Faktor yang berhubungan : 1. Hiperventilas 2. Keletihan otot pernafasan 2. Tingkat kelelahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kelelahan berkurang kriteria hasil : a. Kelelahan b. Nyeri otot c. Kualitas istirahat d. Kualitas tidur

membuka jalan nafas d) Lakukan fisioterapi

dada sebagai mana mestinya

e) Instruksikan

bagaimana agar bias melakukan batuk efektif f) Auskultasi suara nafas g) Posisikan untuk meringankan sesak nafas Terapi oksigen a) Siapkan peralatan

oksigen dan berikan melalui system humidifier b) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan c) Monitor aliran oksigen d) Monitor efektifitas terapi oksigen e) Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi oksigen f) Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur

(38)

Monitor tanda-tanda vital

a) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status

pernafasan dengan tepat

b) Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk dan berdiri sebelum dan setelah

perubahan posisi c) Monitor dan

laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia d) Monitor keberadaan

nadi dan kualitas nadi

e) Monitor irama dan tekanan jantung f) Monitor suara

paru-paru

g) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban h) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

(39)

n bersihan jalan nafas Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas Batasan karakteristik : 1. Batuk yang tidak efektif 2. Dispnea 3. Gelisah 4. Perubahan frekuensi nafas 5. Sianosis Faktor yang berhubungan : 1. Benda asing dalam jalan nafas 2. Sekresi yang tertahan kepatenan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas pasien menjadi lebih baik dengan kriteria hasil :

a. Frekuensi pernafasan b. Irama pernafasan Kemampuan untuk mengeluarkan secret 2. Tanda-tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda vital pasien menjadi normal dengan kiteria hasil :

a. Suhu tubuh b. Irama pernafasan c. Tekanan darah sistolik d. Tekanan darah diastolic e. Tekanan nadi a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi b) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas c) Laku`kan fisioterapi dada sebagai mana mestinya

d) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lender

e) Instruksikan

bagaimana agar bias melakukan batuk efektif f) Auskultasi suara nafas g) Posisikan untuk meringankan sesak nafas Monitor pernafasan a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas b) Catat pergerakan dada, catat

(40)

ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi otot c) Monitor suara nafas

tambahan

d) Monitor pola nafas e) Auskultasi suara

nafas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan f) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara nafas ronki di paru g) Monitor

kemampuan batuk efektif pasien h) Berikan bantuan

terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer) Nyeri Akut Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan 1. Kontrol nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : a. Mengenali kapan Manajemen nyeri a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

(41)

jaringan actual atau potensial Batasan karaketristik : 1. Ekspresi wajah nyeri 2. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri 3. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri Faktor yang berhubungan : Agen cedera kimiawi nyeri terjadi b. Menggunakan tindakan pencegahan c. Melaporkan nyeri yang terkontrol 2. Tingkat nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan tingkat nyeri pasien dapat menjadi berkurang dengan kriteria hasil :

a. Nyeri yang dilaporkan b. Ekspresi nyeri wajah c. Tidak bisa beristirahat d. Frekuensi nafas e. Tekanan darah 3. Status kenyamanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat merasakan kenyamanan dengan kriteria hasil : a. Kesejahteraan fisik b. Kesejahteraan psikologis c. Perawatan sesuai dengan kebutuhan d. Dukungan social dari keluarga 4. Tingkat ketidaknyamanan presipitasi b) Observasi reaksi

non verbal dari ketidaknyamanan c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau f) Evaluasi bersama

pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

(42)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat meningkatkan kenyamanan dengan kriteria hasil : a. Nyeri b. Cemas c. Rasa takut d. Tidak dapat beristirahat e. Meringis f. Sesak nafas g. Ketegangan wajah 5. Tanda-tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda vital pasien menjadi normal dengan kriteria hasil :

a. Suhu tubuh b. Irama pernafasan c. Tekanan darah sistolik d. Tekanan darah diastolic f. Tekanan nadi i) Kurangi faktor presipitasi nyeri j) Pilih dan lakukan

penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan inter personal) k) Kaji tipe dan sumber

nyeri untuk menentukan intervensi l) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri m) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri n) Tingkatkan istirahat o) Kolaborasikan

dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Pemberian analgetik a) Tentukan lokasi,

karakteristik,kualitas ,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

b) Cek instruksi dokter tentang jenis

obat,dosis,dan frekuensi

c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

(43)

pemberian lebih dari satu

e) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

f) Tentukan analgesic pilihan, rute

pemberian,dan dosis optimal

g) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali

h) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat i) Evaluasi efektifitas

analgesic,tanda dan gejala (efek

samping) optimal j) Pilih rute pemberian

secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur k) Monitor vital sign

sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali

l) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

(44)

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan atau desain studi kasus yang bersifat deskriptif atau metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki tujuan utama dengan memberikan gambar ansituasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa yang terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Karsinoma Bronkogenik di Ruang IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada partisipan 1 yaitu Tn. Z pada tanggal 20-24 Mei 2017 dan pada partisipan 2 yaitu Ny. T pada tanggal 22-26 Mei 2017. Penelitian ini dilakukan di ruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Saryono, 2013). Populasi yang ditemukan oleh peneliti di ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang berjumlah 5 orang pasien dengan kasus Karsinoma Bronkogenik

2. Sampel

Sampel yang dilakaukan dengan mengambil 2 orang pasien dengan karsinoma bronkogenik stadium III di ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling 2 pasien dengan menggunakan :

a. Kriteria Inklusi :

1) Pasien dengan diagnose medis Karsinoma Bronkgenik Stadium III di ruang IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

2) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden

3) Pasien dengan tingkat kesadaran compos mentis kooperatif b. Kriteria Ekslusi :

(45)

Pasien pindah ruangan dari HCU ke Ambun Pagi

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari : indentitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, keluhan dasar, pemeriksaan fisik, data pemeriksaan penunjang, dan program pengobatan.

2. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medic, data masalah, dan etiologi.

3. Format diagnosa keperawatan teridiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagonas keperawatan, tanggal ditemukanya masalah dan paraf, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.

5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, jam dan implementasi keperawatan serta paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

(46)

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien, selain itu pada pasien karsinoma bronkogenik juga mengobservasi pernafasan pasien dan juga mengobservasi nyeri yang dirasakan oleh pasien.

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan. Pengukuran yang dilakukan pada kedua partisipan adalah pengukuran tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu.

3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian seperti, identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), dan activity daily living.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin (format pengkajian yang disediakan). Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas dan tegas.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

(47)

1. Jenis-Jenis Data a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari di rumah dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari keluarga, perawat, rekam medis, data penunjang (hasil labor dan diagnostik) yang ada diruangan IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

2. Cara Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu Poltekkes Kemenkes Padang

b. Meminta surat rekomendasi ke RSUP Dr. M. Djamil Padang c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang

d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang HCU IRNA Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien dengan kasus karsinoma bronkogenik

f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan penelitian

g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan responden dalam penelitian

(48)

i. Responden atau keluarga menandatangani informed consent. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan pamit.

G. Rencana Analisis

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien dengan karsinoma bronkogenik. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

(49)

A. HASIL

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang di IRNA Non Bedah yang terdiri dari ruang Paru, HCU, Interne Pria, Interne Wanita dan Bangsal Syaraf. Penelitian dilakukan tepatnya di ruang Paru. Kapasitas penampungan tempat tidur pasien adalah sebanyak 24 tempat tidur yang dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan tim B, dipimpin oleh seorang karu, dan dibantu oleh 2 orang katim di masing-masingnya. Diruangan tersebut ada 19 perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shif, pagi, siang, dan malam. Perawat berpendidikan S1 ada 7 orang, sementara untuk perawat yang berpendidikan D3 adalah sebanyak 11 orang. Selain perawat ruangan beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi juga ikut andil dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik.

2. Deskripsi Kasus a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 10.00 WIB pada partisipan pertama dan pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 16.00 WIB pada partisipan kedua. Hasil penelitian tentang pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi dituangkan pada tabel sebagai berikut.

(50)

Tabel 4.1

Pengkajian Keperawatan Partispan 1 dan Partisipan 2

PENGKAJIAN PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2

Identitas Pasien

Studi dokumentasi dan wawancara:

Pasien bernama Tn. Z, umur 21 tahun, jenis kelamin: laki-laki, alamat: Tebing tinggi dusun koto XIII hilir koto XIII, Pelangai Ranah Pesisir, status kawin: belum kawin, agama: islam, pekerjaan: swasta. Pasien dirawat sejak tanggal 2 Mei 2017 dengan alasan masuk sesak nafas dan batuk berdarah, diagnosa

medis Karsinoma

Bronkogenik + Efusi Pleura, dengan No. MR: 977640.

Studi dokumentasi dan wawancara:

Pasien bernama Ny. T, umur 50 tahun, jenis kelamin:

perempuan, alamat:

Payakumbuh Timur, agama islam, status kawin: kawin, agama: islam, pekerjaan: IRT. Pasien dirawat pada tanggal 22 Mei 2017 dengan alasan masuk sesak nafas, diagnosa

medis Karsinoma

Bronkogenik + Efusi Pleura, dengan No. MR: 964568.

Identitas Penanggung Jawab

Penanggung jawab Tn. Z adalah Ny. I (kakak kandung pasien), usia 24 tahun.

Penanggung jawab Ny. T adalah Tn. E (suami pasien), usia 54 tahun. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Wawancara:

Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 2 Mei 2017 rujukan dari RSUD M. Zein Painan pada pukul 00.32 WIB, dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdarah serta nyeri dada, secret (+).

Wawancara:

Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 22 Mei 2017 pada pukul 08.15 WIB, dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada sebelah kanan.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Wawancara:

Saat dilakukan pengkajian pada hari Sabtu, 20 Mei 2017 pukul 10.00 WIB, pasien sudah hari rawatan ke 18, keadaan pasien lemah. Pasien mengatakan masih merasa sesak nafas, nyeri dada sebelah kanan dengan skala 4 serta batuk disertai secret yang sulit dikeluarkan dan keluarga mengatakan pasien sering terbangun di malam

Wawancara:

Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin, 22 Mei 2017 pada jam 16.00 WIB, pasien hari rawatan ke 1, keadaan pasien lemah. Pasien mengatakan nafasnya sesak,

dan meningkat saat

beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kanan dengan skala nyeri 1-3 yang dirasakan hilang timbul.

(51)

hari karena sesak nafas. c. Riwayat

Kesehatan Dahulu

Wawancara:

Keluarga mengatakan pasien adalah seorang perokok berat (dapat menghabiskan 2 bungkus dalam sehari), pasien mulai merokok sejak kelas 1 SMP, pasien sering begadang hingga larut malam. Keluarga mengatakan pasien bekerja di Painan sebagai pekerja pembuat aspal sejak 2 tahun yang lalu dan sudah mulai berhenti bekerja sejak 6 bulan yang lalu karena dirawat di RSUD M. Zein Painan dengan diagnose Efusi Pleura.

Wawancara:

Pasien mengatakan suaminya adalah seorang perokok aktif, pasien memiliki warung kopi di rumah dan sering begadang hingga larut

malam. Pasien juga

mengatakan pasien masak dengan kayu di rumah. Pasien sebelumnya pernah dirawat di RSUP Dr. M. Djamil dengan diagnose Karsinoma Bronkogenik sekitar 1 tahun yang lalu. Keluarga mengatakan sekitar 2 tahun yang lalu di dekat rumahnya ada pabrik pembuatan pupuk organik. d. Riwayat

Kesehatan Keluarga

Wawancara:

Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan lainnya seperti riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung koroner dan penyakit kronis lainnya.

Wawancara:

Keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan lainnya seperti riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung koroner dan penyakit kronis lainnya.

Pola Aktifitas a. Pola Nutrisi

Wawancara:

Sehat : makan 3 x sehari dengan porsi sedang (lauk + sayuran) dan minum ± 8-10 gelas sehari, pasien juga biasa minum kopi 2 x sehari. Sakit : nafsu makan berkurang, pasien makan 3 x sehari tetapi hanya dapat menghabiskan 2-3 sdm setiap porsi yang diberikan di rumah sakit, pasien minum air putih ± 800 cc /hari, cairan infus: 1200/ hari.

Wawancara:

Sehat : makan 3 x sehari dengan porsi sedang (lauk + sayuran) namun jarang makan buah dan minum air putih 8-9 gelas (1800 – 2000 cc/hari).

Sakit : nafsu makan baik dan tidak ada keluhan, pasien makan 3 x sehari dengan porsi yang diberikan di rumah

sakit dan dapat

menghabiskannya serta pasien minum air putih 6-8 gelas /hari, cairan infus: 1200/ hari.

(52)

b. Pola Eliminasi

Wawancara:

Sehat: BAB pasien lancar 1 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan dan BAK lancar ± 7-8 x sehari, tidak ada keluhan.

Sakit: pasien jarang BAB, dengan konsistensi lunak bewarna kuning kecoklatan dan BAK hanya 1-2 x sehari, bewarna kuning.

Wawancara:

Sehat: BAB pasien lancar 1-2 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan dan BAK lancar ± 7-8 x sehari, tidak ada keluhan.

Sakit: pasien BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak bewarna kuning dan BAK 3-4 x sehari, bewarna kuning.

c. Istirahat dan Tidur

Wawancara:

Sehat: keluarga mengatakan pasien tidur ± 1-2 jam/ hari, sedangkan tidur malam ± 4-5 jam/ hari.

Sakit: keluarga mengatakan pasien jarang tidur siang karena gelisah dan tidur saat malam hari 4-5 jam/ hari, namun sering terbangun malam karena sesak nafas.

Wawancara:

Sehat: pasien mengatakan tidur siang ± 1-2 jam/ hari, sedangkan tidur malam ± 5-6 jam/ hari.

Saakit: pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam/ hari, kemudian saat malam hari pasien tidur 6-7 jam/ hari, tidur cukup nyenyak.

d. Aktifitas dan Latihan

Wawancara:

Sehat: keluarga mengatakan pasien dapat melakukan aktivitas sehhari-hari secara mandiri.

Sakit: keluarga mengatakan setiap aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan.

Wawancara:

Sehat: pasien mengatakan dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri di rumah. Sakit: pasien mengatakan setiap aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan :

Dari hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran CMC, GCS 15, TD= 110/70 MmHg, HR= 98 x /menit, RR= 28 x /menit, Suhu = 36,9 0C.

Wajah: tampak pucat dan tampak edema pada bagian pipi.

Mata: tampak simetris, konjungtiva anemis, sclera

Pemeriksaan :

Dari hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum pasien lemah, tingkat kesadaran CMC, GCS 15, TD= 90/60 MmHg, HR= 82 x /menit, RR= 24 x /menit, Suhu = 36,5 0C.

Wajah tampak pucat, tidak tampak edema.

Mata konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.

(53)

tidak ikterik. Dada:

Pada paru-paru pasien, dinding dada tampak simetris, fremitus kiri dan kanan sama, bunyi paru kanan terdengar redup, sedangkan paru kiri terdengar sonor, terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (+). Ekstermitas

Atas: edema (-), akral dingin, CRT > 2 detik

Bawah: terdapat edema pada tangan kanan pasien, akral dingin, CRT > 2 detik.

Dada

Pada paru-paru pasien, dinding dada tampak simetris, fremitus kiri dan kanan sama, bunyi paru kanan terdengar redup, sedangkan paru kiri terdengar sonor, terdengar bunyi bronkovesikuler, ronkhi (-). Ekstermitas

Atas: edema (-), akral dingin, CRT > 2 detik

Bawah: edema (-), akral dingin, CRT > 2 detik.

Data penunjang Laboratorium

Studi dokumentasi:

Pada tanggal 19 Mei 2017, hasil labor didapatkan hemoglobin 9.8 g/dl, leukosit 15.840 /mm3, trombosit 360.000 /mm3, hematokrit 31 %, basofil 0%, eosinofil 1 %, N. Batang 1 %, N. Segmen 84 %, limfosit 12 %, monosit 2 %. Hasil pemeriksaan kimia klinik didapatkan natrium 134 Mmol/L, kalium 3.5 Mmol/L, klorida serum 99 Mmol/L, total protein 6.0 g/dl, albumin 3.0 g/dl, globulin 3.0 g/dl, SGOT 22 u/l, SGPT 16 u /l.

Studi dokumentasi:

Pada tanggal 22 Mei 2017, hasil didapatkan hemoglobin 11.6 g/dl, leukosit 15.550 /mm3, trombosit 731.000 /mm3, hematokrit 33 % (37-43 %). Hasil pemeriksaan kimia klinik didapatkan glukosa sewaktu 105 mg/dl, ureum darah 28 mg/dl, kreatinin darah 0.8 mg/dl, total protein 7.1 g/dl, albumin 3.3 g/dl, globulin 3.8 g/dl, bilirubin total 0.43 mg/dl, bilirubin direk 0.16 mg/dl, bilirubin indirek 0.27 mg/dl, SGOT 27 u/l, SGPT 27 u/l.

Terapi pengobatan

Studi dokumentasi:

Terapi pengobatan NaCl 0.9% 20 tpm, ceftriaxone 1x2 gr. dexametasin 3x2 amp, ranitidine 2x1 amp, asam mafenamat 3x500 mg, sukralfat, lansoprazole.

Studi dokumentasi:

Terapi pengobatan NaCl 0.9% 20 tpm, ranitidine 2x1 amp, ceftriaxone 1x2 gr, asam mafenamat 3x500 mg, levofloxacin 1x750 mg.

(54)

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa data subjektif dan data objektif. Berikut ini 3 diagnosa keperawatan yang ditegakkan perawat ruangan berdasarkan studi dokumentasi, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Diagnosa Keperawatan partisipan 1 dan partisipan 2

Partisipan 1 Partisipan 2

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret

3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam tubuh

2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Dari hasil observasi serta wawancara yang dilakukan pada kedua patisipan, menurut peneliti perlu ditambahkan beberapa 4 diagnosa pada partisipan 1 yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen, intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen, risiko perdarahan berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah serta ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Sedangkan pada partisipan 2 perlu ditambahan 2 diagnosa lagi yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen dan ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

c. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan NOC berdasarkan hasil studi dokumentasi status partisipan 1 dan partisipan 2 adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini;

Gambar

Tabel stadium Karsinoma Bronkogenik

Referensi

Dokumen terkait

&lt;ntuk menghubungkan teks dengan ob%ek (table, gambar, footer, halaman, dan lain-lain) yang men%adi bagian naskah dalam dokumen yang sama. +.6 F!n*#$ B!tton 3a(a 9ea(er

KODE URAIAN ANGGARAN ( Rp ) SUMBERDANA 1 2 3 4 REKENING 5 PENDAPATAN

Predicted Value Standard Error of Predicted Value.. Adjusted Predicted

ActionScript ini berarti menavigasikan halaman ”Struktur Organ Reproduksi Pria” dengan memanggil file organPria.swf, yang dimulai pada frame ke-0. Pada halaman ini

Bahasa asing yang dapat digunakan dalam pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

Sebelum mengulas sedikit banyak tentang Proyek Akhir yang penulis angkat, penulis secara pribadi ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Atribut Produk Dan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan yang tepat, sahih, benar, valid serta dapat dipercaya