6) Kasus lain
2.2 Tinjaun Teoritis Keperawatan .1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tak efektif dapat berhubungan dengan reaksi radang alveolus. 2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interprestasi informasi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d pertahanan primer tidak adekuat kerusakan jaringan / infeksi.
5. Resti pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
6. Kerusakan pertukaran gas b/d terganggu nya difusi dan perfusi O2. 7. Ansietas (cemas) b/d stresor dan kurangnya meningkat komunikasi.
2.2.3 Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien dan mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan irama dan kedalaman serta pengunaan otot aksesori
Rasional : penurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi mengi menunjukkan akumulasi sekret
2. Berikan pasien posisi semi fowler, bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea Rasional : mencegah obstruksi/ inspirasi
4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari kecuali ada kontraindikasi
Rasional : Masukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan seret 5. Kolaborasi lembabkan udara/ oksigen inspirasi
2. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : Menunjukan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
Intervensi :
1. Awasi masukan/ pengeluaran dan berat badan secara periodik
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
2. Pastikan pola diet biasa pasien yang tidak disukai/ disukai
Rasional : Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu
4. Selidiki anoreksia, mual muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekwensi, volume, konsistensi faeces.
Rasional : Berguna dalam menentukan pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan nutrien.
3. Diagnosa Keperawatan III
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar. Contoh tingkat takut masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi media terbaik, siapa yang terlibat.
Rasional : belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik, dan tingkatkan pada tahap individu
2. Tekankan pentingnya mempertahankan tinggi protein dan diet karbohidrat serta masukan cairan adekuat.
Rasional : mematuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan
3. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.
Rasional : Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pegulangan menguatkan belajar 4. Anjurkan untuk tidak merokok
Rasionalisasi : meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi pernafasan
5. Kaji bagaimana TB ditularkan
4. Diagnosa Keperawatan IV Tujuan : Nyeri tidak ada
Kriteria : Klien melaporkan nyeri terkontrol, tampak rileks dan istirahat dengan baik, berprestasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi :
1. Tanyakan klien tentang nyeri, tentukan karakteristik yeri, buat tentang intensitas pada skala 0-10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena peradangan pada paru yang dapat melibatkan visera saraf atau jaringan tulang. 2. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional : Penggunaan skala rentang membantu klien dalam mengkaji tingkat nyeri memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
3. Berikan tindakan kenyamanan, dorongan penggunaan relaksasi.
Rasional : Masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
4. Berikan analgesik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan afas dalam latihan batuk.
Rasional : Mempertahankan keadaan obat lebih konstant menghindari puncak periode nyeri ”alat dalam penyembuhan otot dan memperbaiki fungsi pernafasan dan pengamanan koping emosi.
5. Diagnosa Keperawatan V
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko penyebab infeksi
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk dan bersin
Rasional : Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi memantu pasien/ orang terdekat untuk mengambil langkah dalam mencegah infesi keorang lain
2. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, sahabat karib, teman
Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untu mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi
3. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan
Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolisasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular
5. Dorong memilih/ mencerna makanan seimbang, beri makan sedikit dengan frekuensi sering
Rasional : dengan makan sedikit frekwensi sering dapat meningkatkan pemasukan semua.
6. Diagnosa Keperawatan VI Tujuan : Pertukaran gas efektif. Kriteria hasil :
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif. - Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. - Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. 4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak
atau kolaps paru-paru.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasional : Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi, pemberian antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
Rasional : Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
7. Diagnosa Keperawatan VII
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang. Kriteria evaluasi :
Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas. Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya. Intervensi :
1. Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.
Rasional : Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
2. Menerangkan prosedur pengobatan dengan sebaik-baiknya.
Rasional : Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien. 3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang
kecemasan klien.
Rasional : Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS