TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
DATA PERKEMBANGAN III
3. Diagnosa Potensial
Menurut Manuaba (2012), pada Pre-eklampsia ringan diagnosa potensial dapat terjadi Pre-eklampsai berat yang ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg, protein Urin lebih dari 3 gram/liter dan adanya oedema paru-paru.
Sedangkan pada kasus Ny.P tidak ditemukan tanda yang mengarah pada Pre-eklampsia berat berarti diagnosa potensial pre-eklampsi berat tidak terjadi. Oleh karene itu pada langkah ini penulis tidak menemukan terjadinya diagnosa potensial karena Ny. P telah mendapaat asuhan kebidanan yang tepat serta adanya kerjasama yang baik antara pasien, bidan, dokter obgyn dan keluarga.
4. Antisipasi
Menuruy Varney (2004), antisipasi yang harus dilakukan pada ibu hamil dengan Pre- eklampsia ringan yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk mrncegah terjadinya pre- eklampsia berat, serta kolaborasi dengan laboratorium untuk mendeteksi perkembangan
Pre-eklampsia ringan menjadi Pre-Pre-eklampsia berat dengan cara memeriksa adanya Protein urine
Pada Kasus Ny. P antisipasi yang dilakukan oleh bidan yaitu memantau tekanan darah, DJJ, Protein Urin, Oedema dan melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn dan laboratorium. Jadi dalam langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
5. Perencanaan
Perencanaan dibuat berdasarkan diagnosa, masalah, kebutuhan yang muncul disesuaikan dengan peran, fungsi dan kewenangan bidan. Menurut Wiknjosastro (2010), asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien dengan Pre-eklampsia Ringan yaitu memantau tekanan darah darah 2 kali dengan interval 6 jam, oedema, melakukan pembatasan aktivitas untuk ibu, menganjurkan untuk banyak istirahat, menganjurkan ibu untuk tidak diet rendah garam, untuk memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi, serta periksa ulang protein urine setiap kali periksa. Menurut Wiknjosastro (2010) tidak oerlu diet Rendah garam cukup tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Menurut Wiknjosastro (2008) dalam penatalaksaan pre-eklampsia ringan diberikan phenobarbital 3 x 30 mg (anti kejang obat penenang ) dan valium 3 x 10 mg ( sakit kepala, anti kejang, eklampsia) dan obat penunjang B Kompleks 25 mg (pusing, mual, muntah), Vitamin C 25 mg 1 x 1 (daya tahan tubuh pada kehamilan), Fe 60 mg 1 x 1 (penambah darah).
Pada kasus Ny. P ini perencanaan yang diberikan yaitu melakukan pembatasan aktivitas untuk ibu, menganjurkan pasien untuk istirahat, menganjurkan pasien untuk diet rendah garam serta menganjurkan pasien untuk memeriksakan kehamilannya lebih sering yaitu 1 minggu sekali. Jadi terjadi kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan, yaitu pemantaun tekanan darah hanya dilakukan waktu periksa karena ibu tidak dirawat di RB Raharja dan Protein urin dilakukan 3 kali selama 4 kali periksa karena hasil pemeriksaan protein urine sudah negatif, nasehat diet rendah daram seharusnya menurut teori itu tidak perlu diet rendah garam, selain itu pemberian terapi obat oral kolaborasi dengan dokter obgyn Nifedipin 10 mg 1 x ½ , setelah itu mengganti nifedipin 10 mg menjadi Kalk 500 mg 1 x 1, Vit C 1 x 1, Fe 1 x 1. Alasan dokter obgyn memberikan Nifedipin karena manfaat kandungan Nifedipin 10 mg lebih diperlukan dari pada kontra indikasinya, karena Nifedipin diperlukan untuk menurunkan tekanan darah jadi menurut dokter obgyn Phenobarbital 30 mg tidak perlu diberikan karena pasien sudah dianjurkan untuk banyak istirahat.
6. Pelaksanaan
Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori Wiknjosastro (2010), pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia ringan tindakan yang harus dilakukan yaitu memantau tekanan darah pengukuran 2 kali dalam interval 6 jam.
Melakukan pembatasan aktivitas untuk ibu, menganjurkan untuk diet rendah
garam, memeriksakan kehamilan 1 minggu lagi, perikasa protein urine setiap kali pemeriksaan. Menurut Wiknjosastro (2008) dalam penatalaksaan pre-eklampsia ringan diberikan phenobarbital 3 x 30 mg (anti kejang obat penenang ) dan valium 3 x 10 mg ( sakit kepala, anti kejang, eklampsia) dan obat penunjang B Kompleks 25 mg (pusing, mual, muntah), Vitamin C 25 mg 1 x 1 (daya tahan tubuh pada kehamilan), Fe 60 mg 1 x 1 (penambah darah).
Pada kasus ini asuhan yang diberilakan yaitu melakukan pembatasan aktivitas untuk ibu, menganjurkan untuk banyak istirahat, menganjurkan ibu diet rendah garam, serta menganjurkan pasien untuk memeriksakan kehamilannya lebih sering yaitu 1 minggu sekali. Tetapi dalam pelaksanaan kasus Ny. P uji protein urine hanya dilakukan 3 kali pemeriksaan saja. Hal ini disebabkan karena hasil pemeriksaan protein urine sudah negatif dan tekanan darah hanya dilakukan saat ibu periksa karena ibu tidak dirawat RB Raharja, dalam pemberian terapi obat kolaborasi dengan dokter obgyn Nifedipin 10 mg 1 x ½, Vit C 25 mg 1 x 1, Fe 60 mg 1 x 1. Jadi terjadi kesenjangan antara teori dan tempat praktek dilapangan.
7. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langakah keenam dilaksanakan secara efisien dan aman. Dilaksanakan oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya (Varney, 2004). Pada kasus ibu hamil dengan
Pre-eklampsia ringan telah mendapat penanganan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh dokter obgyn, bidan, klien dan anggota tim kesehatan lainnya.
Pada kasus Ny. P setelah dilakukan pemantauan selama 3 minggu, umur kehamilan 29 minggu diperoleh hasil tekanan darah sudah turun menjadi 120/80 mmHg dan sudah tidak ada oedema dalam waktu 2 minggu dan protein urine dalam waktu 3 mnggu tetapi walaupun demikian tetap perlu dilakukan pengawasan dengan anjuran kontrol lebih sering sehingga bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan cepat teratasi.
Pada data perkembangan rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP menurut Varney (2004) yang meliputi Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning.
Jadi pada penanganan kasus Ny. P telah sesuai dengan yang diharapkan meskipun ada sedikit kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan yaitu penuntun diet rendah garam, pada frekuensi pemeriksaan Protein Urine hanya dilakukan 3 kali pemeriksaan saja hal ini disebabkan karena hasil pemeriksaan Protein Urine sudah negatif , tekanan darah hanya dilakukan waktu periksa karena ibu tidak dirawat di RB Raharja dan juga dalam pemberian terapi obat oral dalam teori (Phenobarbital, Valium, Vit C, FE, B komplek) namun dilapangan praktek bidan yang berkolaborasi dengan dokter obgyn (Nifedipin, Vit C, FE ) yang diberikan dan pengontrolan seharusnya tetap dilakukan pada ibu hamil Pre-eklampsia ringan setiap kali periksa.
89 BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil Ny. P G1P0A0 dengan Pre-eklampsia Ringan di RB Raharja Sukoharjo tahun 2013” ini penulis dapat membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia ringan dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney diantaranya sebagai berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu hamil Ny. P G1P0A0 dengan pre-eklampsia ringan ibu mengeluh pusing dan kaki bengkak dan data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik pada pasien tekanan darah 140/90 mmHg, kaki bengkak serta ada penunjang yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium protein urine positif (+).
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga didapaatkan diagnosa kebidanan Ny. P G1P0A0 umur 26 tahun hamil 26+6 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, pungung kanan, presentasi kepala, kepala belum masuk panggul dengan Pre-eklampsia ringan. Masalah yang terjadi adalah perasaan cemas terhadap kehamilannya dan janinnya dan kebutuhan yang diberikan memberi dukungan mental terhadap ibu dan penjelasan
3. kehamilan dan penjelasan tentang pre-eklampsia ringan serta pengaruhnya terhadap kehamilan.
4. Diagnosa potensial pada bu hamil dengan Pre-eklampsia ringan yaitu pre-eklampsia berat tidak terjadi karena telah dilakukan penanganan secara intensif.
5. Dalam menentukan Antisipasi atau tindakan segera disesuaikan dengan kondisi pasien, tindakan segera yang dilakukan pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia ringan yaitu kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainya (Dokter Obgyn) untuk penenganan yang lebih lanjut.
6. Dalam menyusun suatu rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia ringan dilakukan secara menyeluruh yaitu dengan memberi dukungan mental, memberi konseling/ informasi Pre-eklampsia ringan, menganjurkan untuk banyak istirahat dan mengurangi aktivitas, diet rendah garam, menganjurkan pasien untuk memeriksakan kehamilan lebih sering yaitu 1 minggu sekali dan bila ada keluhan .
7. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu memberi dukungan mental dan konseling/ informasi pre-eklampsia ringan, menganjurkan ibu banyak istirahat dan membatasi aktivitas, diet rendah garam, serta menganjurkan pasien untuk memeriksakam kehamilannya lebih sering yaitu 1 minggu sekali atau jika ada keluhan.
8. Setelah diberikan asuhan yang intensif selama 3 minggu, pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan mendapatkan hasil tekanan darah turun dari
140/90 mmHg menjadi 120/80 mmHg, ibu sudah merasa tidak pusing dan kaki tidak bengkak dan protein urine negatif.
9. Pada kasus Ny. P G1P0A0 terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek terletak di perencanaan dan pelaksanaan. Pada teori pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan interval 6 jam, tetapi dalam kasus hanya dilakukan pada waktu datang periksa. Pada teori pemeriksaan ulang protein urin sebaikknya dilakukan tiap kali pemeriksaan tetapi dalam praktek hanya dilakukan 3 kali dalam 4 kali periksa. Disini ada faktor pendukungnya yaitu adanya Dokter SPOG untuk melakukan Kolaborasi Terapi dan juga USG. Namun, terdapat faktor penghambat yaitu keterbatasan Laboratorium dalam pemeriksan Urine 10. Dari kesenjangan teori dan kasus Ny. P G1P0A0, penulis mampu
memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan Home Care atau kunjungan Rumah.
B. Saran
Dari adanya kesimpulan diatas tersebut maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pasien
Pasien disarankan untuk segera datang ke tenaga kesehatan jika telah terjadi tanda-tanda bahaya kehamilan dan dianjurkan ANC secara rutin guna mendeteksi adanya tanda bahaya kehamilan secara dini.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-eklampsia ringan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan hendaknya bisa mendeteksi lebih dini untuk pre-eklampsia ringan.
3. Bagi Institusi a. Rumah bersalin
Untuk RB Raharja Sukoharjo diharapkan untuk melengkapi sarana Laboratorium
b. Pendidikan
Diharapkan agar istitusi pendidikan lebih meningkatkan atau menambah reverensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.