• Tidak ada hasil yang ditemukan

diagram gaya berbagai kondisi :

Dalam dokumen 1. Diktat Kuliah Mekanika Tanah i (Halaman 182-200)

Tekanan total = gaya tekanan = ½

H2

a

K ⋅∂⋅

(lihat gambar VI-4.a.)

b. Tanah tak berkohesi dalam kondisi terendam sebagian : Gaya tekan =

½ Ka ⋅∂⋅h2+Ka⋅∂⋅h1⋅h2+

½

Ka⋅∂Sub⋅h22

+ ½

2

2

h

w ⋅

c. Ta Tanah tak berkohesi dalam kondisi terendam sebagian ada muat gaya tekan merata : Gaya Tekan = ½

Ka⋅∂⋅h2+Ka⋅∂⋅h1⋅h2+

½

2

2

h

Sub

a

K ⋅∂ ⋅

+ ½

2

2

h

w⋅

+

Ka⋅q⋅H⋅

/2

(45

2

tan

a

K = °−ϕ

Tekanan aktif dalam tanah berkohesi.

ϕ

ϕ PV N

c

2

N

1

v

Ph

P

=

BUKU 1 BOWLES

PENDAHULUAN GEOTEKNIK, STATISTIK

Geoteknik adalah ilmu yang berhubungan dengan koordinasi multidisiplin dari : 1. Mekanika-respons masa terhadap gaya (static, konsep mekanika bahan)

2. Sifak bahan fisis, seperti ukuran partikel dan komposisi struktur : indeks, digunakan untuk klasifikasi atau pemisahan dan teknik, termasuk kekuatan, sudut gesek dalam, kohesi, modulus regangan-regangan, rasio poisson, dan sebagaimana, dan digunakan untuk analisis stabilitas dan aliran air.

3. Aliran fluida-dimana fluida biasanya adalah air dan prinsif-prisif mekanika fluida dipakai. 4. Pengaruh lingkungan-cuaca, curah hujan, grafitasi dan kimiawi

5. Tanah dan batuan-dengan perbedaan praktis yang kecil atau tanah dan batuan walaupun telah terdapat usaha-usaha untuk membedakan kedua istilah tersebut.

BEBERAPA MASALAH KHAS PADA TANAH

Untuk meletakan uraian pada perspektif yang sesuai, beberapa masalah khas pada tanah di mana seorang insunyur geoteknik akan terlibat adalah :

1. Dalam program eksplorasi tanah untuk memeriksa kondisi-kondisi lapangan, berapa titik bor yang dibutuhkan, dan berapa didalamnya?Berapa jumlah contah yang diperlukan?Percobaan apa saja yang perlu dilakukan?

2. Berapa tegangan tanah untuk suatu kedalaman tergantung akibat adanya superstruktur atau beban tanah timbunan? Dapatkah tanah menahan tegangan ini tanpa terjadi suatu keruntuhan geser.

3. Beberapa besar penurunan yang diperkirakan terjadi pada sebuah struktur sebagai akibat dari pertambahan tegangan tanah? Berapa lamakah baru penurunan tadi akan terjadi?

4. Apa yang terjadi pada struktur tanah apabila permukaan air tanah berfluktuasi? Apakah pemompaan untuk meniadakan air pada suatu galian akan menimbulkan masalah lingkungan?

5. Dapatkah suatu tempat dijadikan sebagai tempat gali-urag (landfill) atau sebagai tempat pembuangan limbah industri tanpa menyebabkan polusi pada air tanah.

6. Apakah suatu tempat cukup aman sebagai lokasi pabrik yang menghasilkan radiasi? Dapatkah permukaan dikontrol sehingga tidak terjadi kebocoran? Apakah suatu gempa bumi dapat menyebabkan suatu malapetaka?

Penyelesaian untuk beberapa masalah diatas :

1. Kerusakan struktural pada bangunan akibat penurunan yang terlalu berlebihan atau akibat penurunan yang berbeda (diffensial settlement) 2. Jalan-jalan yang bergelombang akibat penurunan yang berbeda pada suatu timbunan atau pertemuan atara galian dan timbunan.

3. Keruntuhan timbunan, yang mungkin beberapa keruntuhan kemiringan (tanah longsor). Atau penurunan yang berlebihan atau keruntuhan pada pondasi, atau keruntuhan pada timbunan itu sendiri.

4. Keruntuhan bendungan yang terdiri dari berbagai jenis, termasuk timbunan atau kebocoran yang berlebihan melalui timbunan atau tanah dasar. PERKEMBANGAN HISTORIS MEKANIKA TANAH

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa mekanika tanah sebagai suatu ilmu teknik dimulai dengan terbitnya buku erdbaumechanik auf bodenphysikalischer Grundlage oleh karl Terzaghi (buku teks pertama mengenai mekanika tanah) di Jerman pada tahun 1925. Karena buku-buku ini pekerjaan-pekerjaan) Terzaghi di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat, serta lebih dari 250 makalh teknik yang dibuatnya.Terzaghi sering disebut Bapak Mekanika Tanah. Konstruksi tanah masalah-masalah yang berkaitan dengan itu telah dikenal manusia sejak mereka mulai menggali gua-gua dan membangun pondok-pondok dari lumpur untuk tempat berlindung. Bibel juga menyatakan untuk memilih membangun diatas batuan dari pada diatas pasir. Orang-orang Mesir kuno telah mengetahui masalah –masalah tanah ini dan bahkan telah membuat sumur pada zaman masehi untuk membenamkan tiang-tiang melalui sedimen sungai Nil yang sanagt lembut. Orang-orang romawi juga mendirikan bangunan-bangunan yang besar dan beberapa diantaranya masih ada sampai sekarang seperti forum dan Coloseum. Semua konstruksi ini dan belakangan sesudah itu termasuk Gereja st. Peter yang terkenal dibangun dengan menggunakan pondasi yang pejal dan kering seperti yang berlaku juga pada saat ini. Di Asia, bangsa Cina sejak dahulu kala telah banyak menggunakan tanah. Suatu bangunan yang termasyur adalh Tembok Besar Cina yang pertama kalinya dibangun pada masa Dinasti Chi’in (221-207 SM)

Selama abad pertengahan banyak bangunan agama seperi Gereja-Gereja dan menara-menara jam yang dibangun di Eropa. Satu di antaranya yang menjadi masyhurkarena masalah penurunan yang tidak teratasi adalah Menara Miring Pisa, dikota Pisa, Italia Tengah. Pembangunan yang berarti dengan menggunakan tanah pada zaman dahulu tidak terbatas di Eropa dan Asia saja. Banyak piramid, kuil dan candi dibangun pada periode sekitar tahun 2000 SM sampai 1500M oleh bangsa Indian Amerika di Amerika Serikat dan oleh bangsa maya dan Inca di Meksiko dan seluruh amrika tengah (Sower, 1981) Bendungan urugan tanah dan konstruksi-konstruksi untuk air yang penting lainnya juga telah dibangun oleh bangsa-bangsa yang disebut terakhir ini sekitar

tahun 1000 SM. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat bernilai, terutama karena pada saat itu belum terdapat sistem penulisan atau bilangan yang teratur seperti sekarang.

KERUNTUHAN TANAH

Keruntuhan-keruntuhan secara Umum, Penurunan Kota Meksiko. Penurunan ini berkisar antara 1 samapi 4 m dan terutama disebabkan oleh pemompaan air bawah tanah secara besar-besaran dari akuifer yang tanahnya sangat berpori.

Penurunan Houston, Texas ini merupakan penurunan seluruh areal di Houston dan kota-kota di sekitarnya. Beberapa bagian dari areal tadi telah turun sampai 3 m dan tingkat penurunan pada saat ini adalah 150 mm/tahun. Akhir-akhir ini disuatu lokasi rawa, sebuah jembatan harus didesain kembali karena terjadinya penurunan sebesar 2.4 m pada lokasi jembatan tersebut selama jangka waktu dari jembatan itu didesain pada tahun 1970 sampai awal pembangunannya pada tahun 1977.

Penurunan Akibat Aliran Tanah secara Lateral dari Bawah Pondasi, Gerakan tanah secara Vertikal akibat hilangnya dukungan lateral, seperti yang misalnya diakibatkan oleh penggalian di tempat-tempat yang berdekatan , tetap merupakan masalah yang biasa terjadi. Beberapa contoh antara lain:

1.Pembangunan bagian yang rendah dari Interstate Highway di California menyebabkan mengalirnya tanah secara lateral masuk ke dalam galian dan mengakibatkan turunnya muka tanah di daerah sekitarnya, termasuk bangunan-bangunan yang ada.

2.Pada saat pembangunan sebuah gedung perkantoran bertingkat 32 di Los Anggeles California, tembak yang menahan galian tergelincir kesamping sejauh 75 mm akibat terjadinya tekanan lateral yang berlebihan akibat kondisi tanah dan hujan yang tidak di perhitungkan dengan semestinya dalam desain. 3.Pada saat pembangunan sebuah gedung perkantoran betingkat sembilan di Osaka, jepang, hilangnya tanah di bawah pondasi pada satu sisi

mengakibatkan miringnya bangunan sekitar 5º. Penyebabnya diperkirakan adalah pekerjaan penggalian untuk pondasi di dekat tempat itu. SIFAT TANAH – FISIS DAN INDEKS KOMPOSISI TANAH DAN ISTILAH

Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :

Berangkal (Boulders), Potongan batuan besar, biasanya lebih dari 250 sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150 sampai 250 mm, fregmen batuan ini disebut kerakal (Cobbles) atau (Pebbles).

Pasir (Sand), Partikel batuan yang berukuran 0.074 mm sampai 5 mm. Berkisar dari kasar (3 sampai 5 mm) sampai halus (< 1 mm)

Lanau (Silt), Partikel Batuan yang berukuran dari 0.002 sampai 0.074 mm. Lanau dan Lempung dalam jumlah yang besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai (sepanjang pantai Gulf dan Lautan Atlantik dan Lautan Teduh). Deposit Loeess terjadi bila angina mengangkut partikel – partikel lanau kesuatu lokasi. Angkutan oleh angina ini membatasi ukuran partikel sedemikian rupa sehingga deposit yang dihasilkan merupakan ukuran butir yang hamper sama.

Lempung (Clay), Partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0.002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang “kohesif”.

Koloid (Colloids), Partikel mineral yang “diam” berukuran lebih kecil dari 0.001 mm

DEFINISI DASAR DAN HUBUNGAN MASSA VOLUME

Apabila seseoran pergi kelapangan, membersihkan permukaan tanahnya, dan (apabila secara fisik memungkinkan) mendapatkan sebuah kubus tanah dengan dimensi satuan tertentu (misalnya 1 x 1 x1 cm). Maka melalui pemeriksaan visula akan terlihat bahwa tanah itu akan terdiri dari :

1. Pori-pori atau rongga (voids), yang merupakan ruang terbuka diantara butiran-butiran tanah, dengan berbagai ukuran.

2. Butiran tanah, yang mungkin makroskopis (partikel yang dapat terlihat mata) atau mikroskopis ( partikel yang hanya terlihat oleh mikroskop) dalam ukurannya.

3. Kelembaban tanah, yang dapat menyebabkan tanah terlihat basah, lembab, ataupun kering. Air di dalam pori atau rongga tersebut air pori, mungkin ada dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh rongga tersebut (tanah jenuh) taua mungkin hanya ada di sekeliling tanah saja.

FORMULA : Berat Isi Tanah :

γ

= Berat Material

Volume Material

ρ = Berat Material

Karena air pada 4º C mempunyai kerapatan sebesar 1 g/Cm³ (atau sekitar 62.38 lb/ft³) maka berat isi air pada 4º C adalah : Atau dalam SI

∂w = 1 g/cm³ x 980,7 dyne/g x (1 x 10-5 N/dyne) (1 x 106 Cm³/ m³) x 1 kN/1000N = 1 x 9.807 = 9.807 kN/ m³

Kerapatan (dan berat isi yang bersesuaian) untuk air berubah-ubah sedikit tergantung pada temperatur, tetapi untuk semua tujuan teknis dapat diambil sebesar 9.807 kN/ m³ (atau kerapatan sebesar 1 g/Cm³) untuk temperatur yang berkisar dari 0 sampai 20 º:

1. Angka pori (void ratio) e didefinisikan sebagai :

Interval 0 < e «Φ 2. Porositas (porositas) n didefinisikan sebagai :

x 100 0 ≤ n ≤ 1

3. Kadar air (Water content) w didefinisikan sebagai :

x 100

Persamaan ini memberikan kadar air sebagai suatu variable bebas, karena Ws Konstan untuk kondisi tanah dalam keadaan lunak (Steady state). Beberapa ahli menggunakan definisi kadar air sebagai berikut :

X 100 0 ≤ w, persen « ∞

4. Derajat Kejenuhan (degree of saturation) S didefinisikan :

e = Vv Vs n = Vv Vs e = n 1-n n = Vv Vs W= Ww = Ww WT Ws + Ww

5. Berat jenis (specific gravity) Gi

Berat Jenis tanah (atau padat) Gs dihitung sebagai :

Tapi Dapat Juga dihitung dengan :

TANAH TAK KOHESIF DAN TANAH KOHESIF

Apabila karakteristik fisis yang selalu terdapat pada massa butiran tanah pada pembahasan dan/atau pengeringan yang menyusul butiran tanah bersatu sesamanya sehingga suatu gaya akan diperlukan untuk memisahkannya dalam keadaan kering tersebut, maka tanah tadi disebut kohesif. Apabila butiran tanah terpisah-pisah sesudah dikeringkan dan melekat hanya apabila berada dalam keadaan basah akibat gaya tarik permukaan didalam air, maka tanah tersebut disebut tak kohesif

G = Berat volume satuan suatu material

Berat volume satuan air pada 4º C

W = γs Ws γw Vs + γ Ww Gm = γs γw S = Vs x 100 Vv

BATAS ATTERBERG (ATAU BATAS KONSISTENSI)

Seorang ahli tanah berkebangsaan Swedia A. Atterberg, yang bekerja dalam bidang keramik dan pertanian mengusulkan (sekitar tahun 1911) lima keadaan konsistensi tanah, batas-batas konsistensi tanah ini didasarkan pada kadar air, yaitu :

1. Batas Cair (liguid limit) WL. Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan berprilaku sebagai cairan kental (Campuran tanah-air tanpa gesekan yang dapat diukur).

2. Batas Plastis (Plastis Limit) WP. Kadar air dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tanah tidak lagi berprilaku sebagai bahan yang platis. Tanah akan bersifat sebagai bahan Plastis dalam kadar air yang berkisar antara WL dan WP. Kisaran ini disebut Indeks Plastisitas dan dihitung sebagai :

Ip = WL-Wp Dimana Ip Tidak Mungkin Bernilai Negatif

3. Batas Susut (Shrinkage Limit) Ws. Kadar air, yang didefinisikan pada derajat kejenuhan = 100 Persen, dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tidak akan terdapat perubahan volume tanah apabila tidak dikeringkan terus.

4. Batas Lengket (Sticky Limit). Kadar air dimana tanah kehilangan sifat adhesinya dan tidak dapat lengket lagi pada benda lainnya seperti jari atau permukaan yang halus dari logam spatula.

5. Batas Kohesi (cohesion limit). Kadar air dimana butiran tanah tidak dapat melekat lagi, yaitu di mana pengambilan tanah tidak dapat menghasilkan lempengan-lempengan yang bersatu.

KELEMBABAN TANAH

Kelembaban atau kadar air suatu tanah telah didefinisikan sebelumnnya sebagai rasio dari berat air di dalam pori-pori tanah terhadap berat butiran tanah.

INDEKS KONSISTENSI TANAH

Keadaan Konsistensi dari tanah alamiah dapat ditentukan melalui suatu hubungan yang disebut indeks kecairan (Liquidity Index) IL

0 < IL < 1

IL= WN – Wp I p

Tanah berada dalam daerah plastic, apabila IL ≥ 1,0

Hubungan lain yang kadang-kadang digunakan adalah indeks konsistensi yang didefinisikan sebagai :

PERMUKAAN TANAH

Permukaan spesifik (Specifik Surface) menghubungkan luar permukaan suatu bahan dengan berat atau volume bahan tersebut, dimana valume biasanya lebih banyak dipilih. Dengan menggunakan definisi yang terakhir, permukaan spesifik

Dari Konsep permukaan spesifik, kita dapat mengharapkan kadar air yang lebih besar dari tanah berbutir kasar, dimana hal-hal lainnya bersifat sama, tetapi, kita juga harus tetap mempertimbangkan pengaruh ukuran butiran terhadap angka pori tanah dan faktor luar lainnya seperti cuaca dan lokasi contoh yang diambil. Permukaan spesifik merupakan faktor utama dalam desain campuran beton dan campuran aspal, karena pada kedua jenis desain ini akan diperlukan campuran semen atau aspal yang cukup untuk melapisi permukaan-permukaan partikel.

TEKSTUR TANAH

Tekstur Tanah dapat didefiniskan sebagai penampilan visual suatau tanah berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu masa tanah tertentu. Partikel tanah yang lebih besar dengan beberapa partikel kecil akan terlihat kasar atau disebut tanah bertekstur kasar. Gabungan partikel yang kecil akan memberikan bahan yang bertekstur sedang, dan gabungan partikel yang berbutir halus akan mengahasilkan tanah yang bertekstur halus.

Ic= WL – WN I p

Permukaan Spesifik : Luas Permukaan Volume

Dapat diamati pula bahwa bahan-bahan berbutir halus dapat memberikan tekstur yang kasar sehingga kita harus mengaitkan pula tekstur ini dengan keadaan partikel-partikel lainnya.

Tekstur yang berdasarkan penampilan visula sering digunakan dalam klasifikasi tanah untuk bahan-bahan tak kohesif seperti pasir kasar, pasir, dan kerikil agak kasar, pasir halus, dan sebagainnya.

FASE TANAH

Definisi Fase menurut Orang Kimia adalah Setiap bagian yang homogen dari sistem bahan yang berpisah dari bagian-bagian lainnya oleh batas-batas fisis, seperti air di dalam es, dengan uap air diatasnya. Dalam Konteks ini maka jelaslah bahwa suatu masa tanah dapat berupa :

1. Sistem dua fase yang terdiri dari tanah dan udara (S=0 Persen), tanah dan air (S=100 Persen) atau tanah dan es (S=100 Persen)

2. Sistem tiga fase yang terdapat dari tanah, air, dan udara (0<S<100 Persen), tanah, es, dan udara (0<S<100 Persen) atau tanah, air, dan es ( S=100 Persen)

3. Sistem Empat Fase yang terdiri dari tanah, air, dan udara.

SIFAT GEOLOGI, PEMBENTUKAN DEPOSIT TANAH ALAMIAH DAN AIR TANAH.

Bumi terbentuk sekitar 4.5 Milyar tahun yang lalu dari suatu bola api berpijar yang terdiri dari gas kosmis dan debu angkasa luar. <emdinginnya massa ini membentuk atmosfer,hidrosfer, dan litosfer. Atmosfer adalah suatu lubang gas yang mengelilingi hidrosfer, atau zone air (seperti laut, danau) dan litosfer atau kerak bumi bagian dalam.

Kerak bumi terdiri dari batuan dan batuan yang mengalami pelapukan (tanah) dan dianggap mempunyai tebal 10 sampai 15 kilo tau lebih.

UNSUR SIMBOL PERSEN BERAT PERSEN VOLUME Oksigen Silikon Alumunium Besi Magnesium Kalsium O Si Al Fe Mg Ca 46.6 27.7 8.1 5.0 2.1 3.6 93.8 0.9 0.5 0.4 0.3 1.0

Sodium Potassium Na K 2.8 2.6 1.3 1.8

SIFAT – SIFAT MINERAL

Sifat-sifat fisis yang terutama digunakan untuk identifikasi mineral :

Kekerasan (hardness) material apa yang dapat digores mineral, dan sebaliknyamaterial apa yang dapat menggores mineral Warna (Color) Hijau, Putih, tanpa warna, kelabu dan sebagainnya

Goresan (steak) warna serbuk mineral yang terdapat apabila permukaannya digoreskan dengan benda yang keras.

Kilap (luster) Penampilan permukaan yang abru saja dipecahkan yang dilihat dalam cahaya yang direflesikan (terang, berminyak, bersinar, mengkilap (metalic) , redup dsb.

Berat Jenis (Spesific gravity) berhubungan dengan berat sejumlah mineral. Belahan (cleavage) pecahan sepanjang bidang-bidang tertentu.

Retakan (frature) pecahan sepanjang garis-garis retakan yang tidak teratur

Skala kekerasan Mohs dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi kekerasan mineral sebagai berikut, dalam urutan yang makin kebawah makin keras : 1. Talkum (paling lembut)

2. Gipsum 3. Kalsit 4. Fluorit 5. Apatit 6. Felspar 7. Kuarsa 8. Topas 9. Korundum

Setiap mineral dalam skala kekerasan ini dapat menggoreskan mineral yang berada di bawahnya minsalnya, intan dapat menggores kesembilan mineral dibawahnya, Perlengkapan penentuan kekerasan itu tersedia, yang terdiri dari contoh-contah kecil dari kesepuluh mineral dalam skala kekerasan Mohs. Disamping perlengkapan itu nilai kekerasan untuk benda-benda lainnya dapat ditentukan dengan :

Kekerasan

Kuku Jari 21/2 (dapat menggores talkum dan gipsum) Uang Penny Tembaga 3

Kaca 5 - 51/2(menggores apatit samapi talkum) Pisau 51/2 (Dapat menggores felspar)

Baja Tipis 61/2 -7 ( Menggores felspar sampai talkum)

BATUAN BEKU

Batuan Beku adalah yang terbentuk akibat mendinginnya magma cair. Sebagaimana besar magma yang ada sekarang berada pada kedalaman yang cukup besar dibawah kerak bumi seperti yang diperlihatkan secara kumulatif, kecuali pada daerah vulkanis yang aktif seperti pada Yellowstone National Park, Wyoming, Hawai, dan Jepang. Pada saat penyesuain teganganitu, magma akan keluar melalui retakan dan patahan tersebut, baik hanya sebagai saja ( mengahsilkan mata air panas dan geiser untuk kondisi-kondisi tertentu) maupun seluruhnya sampai ke permukaan (membentuk gunung). Aliran yang terputus-putus dan tidak sampai kermukaan bumi akan mengalir ke dalam kerak bumi dan membentuk batuan intruksi a tau batuan plutonik.

Batuan beku diklasifikasikan menurut tekstur, komposisi, warna, dan sumbernya beberapa batuan beku adalah :

Berbutir Kasar Berbutir Halus Batuan Lava

Granit-Warna Terang Riolit-Warna terang Obisidian- hitam dan berkilat

Diorit-Warna Antara Basal-Warna Gelap Batu Apung-ringan, berongga, dan berkilap Gabro-warna gelap Skoria-kemerah-merahan samapi hitam

Batuan Sedimen biasanya diklasifikasikan atas batuan klasik (clastic) atau kimiawi (chemical). Batuan Klasik terbentuk dari butiran-butiran batuan yang ukurannya berbeda-beda . Batuan Klastik ini antara lain adalah :

Serpih : Merupakan batuan paling dapat terdapat, terbentuk dari lanau dan lempung yang telah mengeras menjadi batuan dengan bahan pengeras utama mengalami tekanan.

Batu pasir : Batuan ini terbentuk akibat butiran pasir (kuarsa) yang mengalami semestasi.

Konglomerat (conglomerate) : batuan yang terbentuk dari sementasi kerakal yang saling bercampur dengan pasir.

Batuan Sedimentasi Kimiawi Terdiri Dari :

Batu-gamping : sedimentasi kimia yang terutama terdiri dari kalsit (kalsium carbonate CaCO3. Terdapat jenis batuan gamping pada permukaan fisisnya, yang mengandung kulit kerang, fosil, pasir dan sebagainya.

Dolomit : batuan gamping yang sebagaian kalsitnya telah diganti oleh magnesium (CaMG (CO3)3. Dolomit sangat serupa dengan batu gamping dan karena keserupaan ini satu-satunya penetuan yang dapat diandalkan ( kecuali oleh ahli geologi yang berpengalaman ) adalah reaksi asam karena pada dolomit reaksi yang terjadi sangat lambat atau tidak ada sama sekali apabila dicampur dengan cairan asam hidroklorida.

Evaprit (Evaporites) adalah batuan sedimen yang dihasilkan oleh mineral padatan dari (CaSO4) dan garam batuan (NaCl dan CaCl2). Batuan-gamping travertin adalah kalsit berpori yang memadat dari air biasa.

Caquina : Batuan gamping yang mengadung kulit kerang dan fragmen-fragmennya (juga disebut batu-gamping fosil) Batu-gamping karang (reef limestone) Batuan gamping yang mengandung fragneb karang

Kapur (Chalk) : Batu gamping lautan yang terbentuk dari kerang kapus (calcareous)dari mikro organisme

Karang (Coral) : Batuan-gamping lautan yang terbentuk dari rangka binatang laut yang tidak bertulang belakang.

Batu-bara (coal). Sisa tanaman yang mengandung karbon, beberapa tahapan yang terjadi adalah: 1. Gambut (peat)-benda organis yang membusuk dan setengah padat; 2. Lignit (lignite) tahap kedua lebih padat, dapat tersebut : batu bara coklat atau batu bara muda; 3. Bitumen (bituminous) batu bara lembut; 4. Antrasit (antrhracite) batu bara keras tahap terakhir.

Metamorfosa melalui temperatur dan tekanan yang tinggi yang bekerja pada batuan sedimen atau lebih biasa pada batuan beku yang terbenam jauh di dalam tanah, menghasilkan batuan metamorf. Selama proses metamorfosa, batuan yang asli menghasilkan perubahan kimiawi dan fisis yang mengubah tekstur, serta komposisi material dan kimiawi.

Penyusuan kembali material selama metamotfosa menghasilkan dua tekstur dasar batuan : terfoliasi (foliated) dan tidak terfoliasi (nonterfoliated). Foliasi menghasilkan mineral batuan yang menjadi dasar atau berbentuk pelat dan tersusun dalam jalur atau lapisan yang sejajar. Batuan terfoliasi antara lain : Batu tulis atau batu sabak (slate)

Sekil (Schist) batuan yang mengandung butir sedang sampai kasar yang cukup banyak mengandung mika. Genes (gneiss) batuan berbutir kasar dan berjalur yang sangat bermetamorfosa (biasanya dari granit).

Batuan yang tidak terfoliasi atara lain :

Kuarsit (Quartzite) batu pasir kuarsa yang mengalami netamorfosa, merupakan salah satu batuan yang paling tanah. Apabila terbentuk dari kuarsa murni batuan ini berwarna putih, ketidak murnian akan mengakibatkan bintik-bintik warna merah, kuning dan coklat.

Marmer (marble) adalah batu gamping atau dolomit yang mengalami metamorfosa. Antrasit adalah bitumen atau batu bara lunak yang mengalami metamorfosa.

GERAKAN KERAK BUMI

Kerak bumi telah banyak mengalami perubahan struktural selama periode terakhir sejarah bumi. Bukti-bukti geologis menunjukan bahwa daratan yang luas pada seluruh benua amerika selama periode tertentu tertutup oleh laut-laut dangkal. Bukti ini didapatkan dari studi mengenai fosil yang dijumpai dalam sedimen dan batuan yang tersingkap.

Gerakan kerak bumi menghasilkan perubahan berbentuk struktural yang disebut lipatan (folds), patahan (faults), kekar ( joint, Sinklin (syncline) melengkungkan lapisan batuan menjadi berbentuk cekung keatas, antiklin (anticline) cembung keatas, Geosinklin (geosyncline) merupakan depresi dari suatu daerah, sering sejajar dengan pegunungan, yang terisi dengan sedimen dtau sisa vulkanik yang kemudian mungkin akan terangkat dan membentu pengunungan. Monoklin (monocline) adalah lipatan tunggal, dan perlu dicatat bahwa antiklin dan siklin mungkin akan berdekatan tergantung jumlah lipatan.

Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi terpenting. Pelapukan Batuan mengahsilkan batuan di mana batuan sedimen terbentuk dan menghasilkan tanah, dimana tanpa itu kehidupan hewan dan tumbuhan dipermukaan bumi adalah suatu hal yang mustahil. Pelapukan dapat bersifat mekanis (atau fisis) dan kimiawi.

Pelapukan Mekanis : Terjadi apabila batuan berubah menjadi fregmen yang lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi. Pelapukan batuan sangat tergantu pada jenis batu an dan waktu. Ia dapat disebabkan oleh salah atau seluruh faktor berikut, yang berlangsung dalam periode waktu yang cukup lama. Pelapukan terdiri dari Pelapukan Iklim (termasuk temperatur dan curah hujan), Eksfoliasi (exfoliation), Erosi oleh angin dan hujan,Abrasi, Kegiatan organik.

Pelapukan Kimiawi meliputi perubahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru. Proses yang terjadi antara lain adalah : Oksidasi, Larutan (solution), Pelarut ( leaching), Hidrolisis (pembentukan Ion-ion H+.

PERTIMBANGAN UMUM MENGENAI PELAPUKAN BATUAN

Tingkat pelapukan tergantung pada ukuran partikel. Partikel kecil pada umumnya melapuk pada tingkat yang lebih cepat jika dibandingkan dengan partikel besar. Jenis bahan, iklim, kelembaban, kondisi singkapan, dan kegiatan tumbuh-tumbuhan serta binatang/serangga adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi pelapukan. Biasanya tingkat pelapukan bertambahnya waktu akibat berkurangnya ukuran batuan dan lebih banyaknya bahan yang diikutkan

Dalam dokumen 1. Diktat Kuliah Mekanika Tanah i (Halaman 182-200)

Dokumen terkait