• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Inferensia

1. Diagram Terserak

Pada penelitian ini, diagram terserak digunakan untuk mempredikasi korelasi antara dua buah variabel yaitu korelasi antara tes hasil belajar dan motivasi belajar serta korelasi antara tes hasil belajar dan keaktifan siswa.

a. Diagram terserak untuk tes hasil belajar dan motivasi belajar

Berdasarkan digram terserak di atas, diperkirakan bahwa ada korelasi positif antara hasil belajar dan motivasi belajar. Apabila motivasi belajar siswa semakin tinggi maka hasil belajar siswa juga akan semakin tinggi.

y = 0.424x + 1.0293 0 50 100 150 0 50 100 150 200 h asi l b e lajar motivasi

b. Diagram terserak untuk tes hasil belajar dan keaktifan

B

erdasarkan digram terserak di atas, diperkirakan bahwa ada korelasi positif antara keaktifan belajar dan hasil belajar. Apabila siswa semakin aktif maka hasil belajar belajar siswa akan semakin tinggi.

c. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji korelasi dari kedua variabel, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi pada masing-masing variabel.

a. Uji Normalitas Motivasi Belajar Hipotesis :

data motivasi belajar berdistribusi normal data motivasi belajar tidak berdistribusi normal Taraf signifikasi (α) = 5%

Daerah penolakan : ditolak apabila

Gambar 4.2 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar

y = 1.8147x - 60.874 0 50 100 150 0 20 40 60 80 100 H asi l B e lajar Keaktifan

Karena nilai maka diterima sehingga data motivasi berdistribusi normal.

(Perhitungan Terlampir)

b. Uji Normalitas Keaktifan Belajar Hipotesis :

data keaktifan siswa berdistribusi normal data keaktifan siswa tidak berdistribusi normal Taraf signifikasi (α) = 5%

Daerah penolakan : ditolak apabila

Karena nilai maka diterima sehingga data motivasi berdistribusi normal.

(Perhitungan Terlampir)

c. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Hipotesis :

data tes hasil belajar berdistribusi normal data tes hasil belajar tidak berdistribusi normal Taraf signifikasi (α) = 5%

Karena nilai maka diterima sehingga data motivasi berdistribusi normal.

(Perhitungan Terlampir)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Data motivasi belajar siswa berdistribusi normal b. Data keaktifan siswa berdistribusi normal c. Data tes hasil belajar berdistribusi normal

d. Uji Korelasi

a. Korelasi Antara Motivasi Belajar Siswa dan Tes Hasil Belajar Data motivasi dan hasil belajar yang telah diperoleh sealnjutnya digunakan sebagai variabel untuk melakukan uji korelasi.. Tujuan dari dialkukannya uji korelasi adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar siswa dengan tes hasil belajar dilakukan uji korelasi. Berdasarkan uji normalitas dengan menggunaan uji Kolmogorov Smirnov diketahui bahwa data motivasi belajar berdistribusi normal. Karena data motivasi belajar merupakan data interval maka penelitian uji korelasi yang digunakan adalah product moment .

Hipotesis :

tidak ada korelasi antara motivasi belajar dan tes hasil belajar

Taraf signifikasi (α) = 5%

Daerah Penolakan : ditolak apabila yaitu

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai r = maka diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara motivasi belajar dan tes hasil belajar.

(Perhitungan Terlampir)

Untuk mengetahui kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dilakukan perhitungan numerik sebagai berikut:

b. Korelasi Antara Keaktifan Belajar dan Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui hubungan antara keaktifan belajar siswa dengan tes hasil belajar dilakukan uji korelasi. Berdasarkan uji normalitas dengan menggunaan uji Kolmogorov Smirnov diketahui bahwa data motivasi belajar berdistribusi normal. Karena data motivasi belajar merupakan data interval maka penelitian uji korelasi yang digunakan adalah product moment.

Hipotesis :

tidak ada korelasi antara keaktifan dan tes hasil belajar ada korelasi antara keaktifan dan tes hasil belajar

Taraf signifikasi (α) = 5%

Daerah Penolakan : ditolak apabila yaitu

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien maka ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara keaktifan belajar dan tes hasil belajar.

(Perhitungan Terlampir)

Untuk mengetahui kontribusi keaktifan belajar terhadap hasil belaajar dilakukan perhitungan numerik sebagai berikut:

e. Uji Regresi

a. Regresi Linear Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar

Berdasarkan data mentah keaktifan dan hasil belajar diperoleh hasil sebagai berikut.

1024 ∑ 81500 ∑ 1089.2 ̅ 66.8889 ∑ 74608 ̅

Dengan menggunakan perhitungan regresi linier

(∑ )( ) (∑ )

̅ ̅

Sehingga persamaan regresi yang diperoleh menjadi ̂

̂

D. Pembahasan

1. Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dan hasil belajar dengan koefisien korelasi yang diperoleh adalah Kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar yang diperoleh adalah atau 15.44% sedangkan sisanya yaitu 84.56% dipengaruhi oleh faktor lain seperti minat, bakat, intelegensi, keterampilan, maupun faktor lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

2. Korelasi Antara Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan koefisien r sebesar 0.646892506. Persamaan regresi antara keaktifan belajar dan hasil belajar yang diperoleh adalah ̂ dengan ̂ adalah hasil belajar dan x adalah keaktifan belajar. Persamaan regresi menunjukkan bahwa kenaikan satu poin keaktifan belajar akan menyebabkan kenaikan hasil belajarsebesar 1.81417. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi keaktifan belajar terhadap hasil belajar dilakukan perhitungan dengan kontribusi = sedangkan sisanya yaitu 58.85% dipengaruhi oleh

faktor lain seperti minat, bakat, inetelegensi, keterampilan maupun faktor lingkungan.

E. Regresi Linier

Berdasarkan perhitungan regresi linear, diperoleh persamaan regresi ̂ untuk keaktifan belajar terhadap hasil belajar . Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap satu kenaikan motivasi belajar terdapat kenaikan hasil belajar sebesar 1.8147x.

F. Pendalaman Melalui Wawancara

Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi seperti motivasi belajar, keaktifan siswa, waktu belajar siswa di luar sekolah, serta hasil belajar siswa. Selanjutnya wawancara dianalisis dan dibuat penggolongan berdasarkan diskonkordan motivasi belajar terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar terhadap hasil belajar. Penggolongan tersebut memuat empat kriteria yaitu motivasi belajar tetapi hasil belajar rendah, motivasi belajar rendah tetapi hasil belajar tinggi, keaktifan belajar tinggi tetapi hasil belajar rendah, dan keaktifan belajar rendah tetapi hasil belajar tinggi.

1. Motivasi belajar tinggi tetapi hasil belajar rendah a. Siswa 9

Siswa 9 menunjukkan bahwa dia aktif dalam diskusi kelompok seperti bertanya dan mengungkapkan pendapatnya namun hasil ulangan yang diperoleh berada dalam kategori rendah. Hal ini

disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam menghitung angka. Berikut merupakan transkrip wawancara dari siswa 9.

P : kalo ada pelajaran ada pelajaran matematika, perasaan kamu gimana? Males, seneng, sedih, atau biasa aja?

S9 : yaaaaa kadang seneng kadang sedih. Tapi banyaknya sedihnya.

P : lho… sedihnya kenapa kalo itu? S9 : ya… mungkin pelajarannya itu.. sulit P : sulit.. sulitnya dimananya?

S9 : yaa… ngitung-ngitung

P : ngitung-ngitungnya? Berarti cara ngitungnya ya?

S9 : ya..

P : lebih bingung cara ngitung atau pakai rumusnya?

S9 : cara ngitung.

P : kalo senengnya?

S9 : senengnya itu kalo udah dong.

P : tapi lebih sering udah dongnya atau lebih sering masih bingungnya?

S9 : ya.. setengah-setengah

P : setengah-setengah? Kalo pas masih bingung kayak gitu biasanya tanya ke siapa?

S9 : temen mbak. Temen yang lebih dong.

P : nggak pernah tanya guru?

S9 : ya.. jarang.

P : jarang? Kenapa?

S9 : haha.. ya… lebih enak temen mbak.

P : bahasanya lebih enak temen atau takut tanya guru?

P : kalo dijelasin sama guru berarti nggak pernah tanya, misalnya nggak ngerti?

S9 : ya… kadang juga tanya. Kadang-kadang.

P : tapi lebih sering tanyanya atau lebih sering enggaknya?

S9 : enggak.

P : kalo di kelas, rajin nyatet nggak?

S9 : nyatet.

P : terus kalo dijelasin guru, kamu lebih sering dengerin, atau ngobrol sama temen, atau ngerjain tugas lain?

S9 : dengerin.

P : nggak ngerjain tugas lain?

S9 : kalo matematika ya dengerin.

P : soalnya nggak bisa ngerjain tugas lain ya?

S9 : hehe.. enggak.

P : kalo dikasih soal, kamu lebih sering inisiatif maju ke depan atau nunggu ditunjuk guru dulu?

S9 : nunggu ditunjuk. Hehe..

P : nunggu ditunjuk? Kenapa kok nggak nyoba ngerjain di depan?

S9 : nggak.. yakin.

P : kan di belakang dikerjain duluan, bisa diskusi.

S9 : nggak yakin,hehe.

P : kalo ada PR biasanya dikerjain dimana? Di rumah atau di sekolah?

S9 : kadang di rumah, kadang di sekolah.

P : kadang di sekolah?

S9 : ya kalo dong di rumah kalo kurang dong ya tanya temen di sekolah.

S9 : iya.

P : kalo di rumah, pernah nggak ada isiniatif buat ngerjain sendiri kerja kelompok sama temn-temen?

S9 : kalo ngerjain sendiri ada. Tapi kalo sama temen, nggak ada.

P : nggak ada?

S9 : agak jauh-jauh rumahnya.

P : emang rumahmu dimana to dek?

S9 : di jalan kabupaten, Kronggrahan.

P : terus.. menurut kamu belajar itu lebih enak diskusi kelompok atau sendiri-sendiri aja?

S9 : diskusi kelompok.

P : diskusi? Kenapa?

S9 : e… bisa minta diajarin juga.

P : berarti kalo diskusi kamu mengungkapkan pendapat atau ngikut temen aja?

S9 : pendapat.

P : berarti kalo ada ide, kamu langsung itu..

S9 : iya.. iya.. iya.

P : tapi kalo misal pas ngerjain dalam kelompok kamu pas nggak bisa, kamu tanya temen?

S9 : iya.. manut temennya.

P : terus kalo di rumah, biasanya tidur jam berapa?

S9 : ya.. jam 11.

P : jam 11? Itu nggapain aja?

S9 : ya.. nonton tv.

P : terus kalo belajar jam berapa?

S9 : ya jam 7.

S9 : kalo lagi niat.

b. Siswa 18

Siswa 18 merupakan siswa memiliki motivasi belajar. Hal ini terlihat dari siswa yang rajin mencatat meskipun hanya kadang-kadang. Ketika ada kesulitan, siswa 18 juga tidak takut untuk bertanya kepada guru sehingga memperoleh penjelasan yang lebih jelas. Namun siswa dalam ulangan, siswa 18 memperoleh nilai yang kurang dari rata-rata dan berada pada interval rendah. Hal ini disebabkan karena siswa bingung terhadap cara penyelesaian masalah matematika.

Berikut merupakan transkrip wawancara siswa 18

P : kalo di kelas pas pelajaran matematika, perasaan kamu gimana?

S16 : ya.. biasa aja.

P : Kok biasa aja kenapa? Nggak ada yang seru, nggak ada yang males, bosen?

S18 : ya.. kalo bosen enggak soale ya.. kayak ada permainan, kalo bosen juga cerita-cerita terus sharing-sharing, jadi ya.. biasa aja.

P : kalo permainan biasanya kayak gimana?

S18 : kalo biasanya nanti suruh maju satu-satu, dikasih soal terus maju satu-satu, kalo nggak nanti, apa.. dikasih kayak undian itu lho.

P : dan itu yang bikin nggak bosen?

S18 : iya.

P : kalo yang bikin bosen ada nggak?

S18 : ya.. kalo suruh nganu.. ngerjain soal terus cuma ditinggal.. terus nanti dikasih soal lagi terus ditnggal gitu ya... bosen e.

S18 : Ya.. bosen sama nggak tau cara ngerjainnya

P : berarti dua-duanya ya?

S18 : iya hehe

P : kalo di kelas rajin nyatet nggak?

S18 : Ya.. kalo nyatet ya nyatet.

P : tapi rajin nggak?

S18 : ya rajin soale nek kalo nyatet ditungguin kok.

P : berarti rajinnya itu bukan karena kemauan tapi karena disuruh?

S18 : iya.

P : kalo nggak disuruh berarti nggak nyatet dong?

S18 : ya.. kadang-kadang enggak.

P : terus kalo guru njelasin sering tanya nggak?

S18 : ya kalo soalnya nggak jelas ya.. tanya.

P : Kalo penjelasan tentang materi, sering tanya nggak?

S18 : sering.

P : lebih sering tanya ke guru atau ke teman?

S18 : seringnya ke guru.

P : kenapa?

S18 : ya biar lebih jelas gitu lho.

P : kalo misalnya guru kasih soal, kamu lebih sering inisiatif ngerjain di depan atau nunggu disuruh guru?

S18 : nunggu disuruh guru.

P : kenapa?

S18 : Ya.. nggak pede itu lho.. kalo salah itu gimana itu lho.

P : Lho kalo salah emang diapain?

S18 : Nggak diapa-apain.

S18 : ya kadang di rumah kadang di sekolah.

P : yang di sekolah kenapa?

S18 : ya.. kalo nggak susah ya lupa.

P : kalo lupa kayak gitu misalnya ada pelajaran lain, guru jelasin, kamu ngerjain PR?

S18 : iya.

P : kalo menurut kamu belajar lebih enak diskusi atau sendiri-sendiri aja?

S18 : enak diskusi.

P : kenapa?

S18 : ya.. kalo sama temen kadang bisa lebih masuk itu lho.. pelajarannya.

P : kalo diskusi kelompok kamu lebih sering mengungkapkan pendapat atau nunggu temen yang lain ngungkapin pendapat?

S18 : nunggu temen yang lain.

P : Lho kok nggak mengungkapkan pendapat kenapa?

S18 : Ya nggak papa.. ehhe

P : nggak papa karena emang bingung, bosen, atau apa?

S18 : bingung, kalo matematika.

P : terus kalo di rumah biasanya tidur jam berapa?

S18 : Jam 9 jam 10 tidur.

P : sebelum itu ngapain?

S18 : ya… mbaca-mbaca buku, terus liat TV terus tidur. P : Kalo belajar rata-rata dari jam berapa?

S18 : dari jam 7 sampai setengah 9.

2. Siswa aktif tetapi hasil belajar rendah a. Siswa 15

Siswa 15 terlihat aktif di kelas dan rajin bertanya. Selain itu ketika guru melempar pertanyaan kepada siswa di kelas, siswa 15 juga aktif dalam menjawab pertanyaan. Dalam diskusi kelompok siswa juga aktif mengungkapkan pendapatnya. Namun hasil yang diperoleh siswa termasuk dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang lupa rumus sehingga kesulitan untuk menyelesaikan soal. berikut merupakan transkrip wawancara dengan siswa.

P : Kalo di kelas pas ada pelajaran matematika gimana perasaan kamu?

S15 : Ya.. sedikit senang mbak.. kadang-kadang kalo sulit pusing mbak kepalanya.

P : Nah kalo pusing kamu tanya temen atau gimana?

S15 : tidur mbak hehe.

P : Tidur?

S15 : iya hehe.

P : nah kalo pas gampang berarti seneng?

S15 : seneng.

P : kalo di kelas rajin nyatet nggak?

S15 : rajin.

P : Rajin. Sering perhatiin penjelasan guru atau malah..

S15 : Kadang-kadang.

P : biasanya kalo nggak perhatiin penjelasan guru kamu ngapain?

S15 : bicara sama temen.

P : kalo pas dijelasin sama guru sering tanya-tanya nggak?

P : kalo dikasih biasanya aktif ngerjain di depan atau yaudah nunggu disuruh guru aja?

S15 : aktif ngerjain di depan.

P : berarti lebih sering maju ya di kelas. berarti pas dikasi soal, pas udah selesai, terus langsung maju?

S15 : iya.

P : itu kamu maju karena merasa seneng buat ngerjain soalnya atau..

S15 : ingin mencoba.

P : ingin mencoba, merasa tertantang berarti?

S15 : iya.

P : terus kalo ada PR biasanya dikerjain dimana?

S15 : ya.. kadnag-kadang dir umah kadang-kadang di sekolah.

P : kalo di sekolah itu kenapa?

S15 : karena lupa itu lho mbak.

P : sering lupanya atau sering ingetnya?

S15 : sering ingetnya.

P : terus kalo menurut kamu, belajar itu lebih enak diskuis atau sendiri-sendiri aja?

S15 : diskusi.

P : kenapa?

S15 : ya.. agar bisa.. gimana ya.. e.. saling kerja sama.

P : saling bekerja sama dalam hal?

S15 : belajar.

P : nah tapi kalo dalam diskusi kelompok kamu sering mengungkapkan pendapat atau diem aja, atau manut aja?

S15 : Manut.

S15 : lha kalo diskusi itu kayak kalo sama cewek itu manut-manut aja.

P : lho yang ceweknya nggak mau diselo po? Mau menang sendiri po?

S15 : Lha kan yang laki harus ngalah.

P : Lho ya kalo mengungkapkan pendapat nggak ngalah gapapa dong, asal jangan memaksakan pendapat, yang penting konstribusi ide. Kalo di rumah biasanya tidur jam berapa?

S15 : ya kira-kira jam 8 jam 9 udah tidur.

P : berarti belum terlalu malem ya?

S15 : ya.. kalo ada bola itu baru malem jam 10.

P : terus belajarnya jam berapa?

S15 : belajarnya habis maghrib sampai jam 7.

P : sebelum ulangan kemarin belajar nggak?

S15 : belajar.

P : bisa ngerjain?

S15 : bisa tapi ada yang lupa..hehe

P : lho.. lupa dimananya?

S15 : lupa rumusnya mbak.. hehe

b. Siswa 21

Siswa 21 menunjukkan bahwa bahwa di dalam kelas dia aktif mendengarkan penjelasan guru, aktif mencatat, dan aktif dalam diskusi kelompok. Di dalam diskusi kelompok siswa juga berani mengungkapkan pendapatnya. Namun nilai ulangan yang diperoleh jelek. Hal ini disebabkan karena siswa yang lupa mengenai materi yang dipelajarinya. Berikut adalah transkrip wawancara siswa 21.

P : Kalo ada pelajaran matematika, gimana perasaan kamu? Seneng, sedih, males?

S21 : seneng.

P : senengnya kenapa?

S21 : ya.. seru gitu lho.

P : E.. serunya di bagian mananya sih?

S21 : bagian.. mengerjakan soal, terus menghitung rumus, udah cuma itu.

P : berarti kayak tertantang gitu ya?

S21 : iya.

P : berarti kalo ada soal yang susah kamu nyari sampai dapet atau yaudah pasrah.

S21 : kalo biasanya tuh minta bantuan temen.

P : berarti diskusi bareng-bareng?

S21 : Iya, he’e.

P : terus kalo di kelas rajin nyatet nggak?

S21 : kalau ada catetan nyatet.

P : tapi kalo pas dijelasin dari guru, saring aktif tanya-tanya gitu nggak?

S21 : iya sering, sama temenku juga tanya. Kan kalo kelompokkan itu kalo ada soal yang nggak tau itu biasanya ke ruang guru.. gitu.. nanya sama guru matematika.

P : kalo kamu lebih sering tanya ke guru atau ke temen?

S21 : dua-duanya sih.

P : kalo di kelas misalnya dikasih soal juga, kan kamu tadi bilangnya seneng ngerjain soal, tertantang pas lagi ngerjain soal sama yang ada rumus-rumusnya. Nah, berarti kalo misalnya dikasih soal, kamu langsung inisiatif maju ke depan atau nunggu disuruh?

S21 : ya kadang-kadang maju kalo misalnya disuruh, kadang-kadang nggak disuruh ya maju. Pokokmen tu ya.. sebisanya mungkin ngerjain, maju gitu.

P : kalo pas diskusi kamu lebih sering mengungkapkan pendapat atau yaudah manut aja.

S21 : mengungkapkan pendapat.

P : kalo di rumah biasanya tidur jam berapa?

S21 : 9.

P : kalo belajar biasanya mulai jam berapa?

S21 : jam 7 sampai jam setengah 9.

P : kemarin ulangan bisa ngerjain?

S21 : bisa tapi banyak yang lupa.

3. Siswa tidak aktif tetapi hasil belajar tinggi a. Siswa 3

Siswa 3 merupakan siswa yang sering mencatat ketika guru memberikan catatan. Namun siswa ini jarang bertanya kepada guru atau berinisiatif maju untuk mengerjakan soal. dalam diskusi kelompok, kadang-kadang siswa langsung mengikuti pendapat teman tanpa bertanya-tanya terlebih dahulu.

P : kalo ada pelajaran matematika, perasaan kamu gimana? Kamu seneng, males, atau bosen?

S3 : biasa.

P : biasa? Kok biasa?

S3 : ya biasa aja.

P : berarti kalo ada pelajaran matematika cuma bilang oo matematika, udah? Atau nggak bilang aduh matematika.

S3 : biasa aja.

P : nggak ada menarik atau bosenin?

S3 : enggak.

P : sama sekali nggak ada?

S3 : nek menarik le menarik itu susah. Misale ngerjain.

P : kalo di kelas rajin nyatet nggak?

S3 : rajin.

P : sering ada catetan nggak?

S3 : sering.

P : terus kalo pas guru jelasin, kamu lebih sering ndengerin, atau ngobrol sama temen, atau ngerjain tugas lain?

S3 : ya… ndengerin dulu.

P : kalo pas dijelasin, sering tanya-tanya nggak?

S3 : tanya sama siapa?

P : guru.

S3 : enggak.

P : kok enggak tanya kenapa?

S3 : ya.. pernah tapi jarang.

P : berarti lebih sering tanya ke temen? Biasanya tanya ke siapa?

S3 : banyak.

P : satu kelas?

S3 : ya nggak satu kelas.

P : paling sering siapa?

S3 : Vicky.

P : terus kalo dikasih soal, kamu langsung inisiatif ngerjain ke depan atau nunggu disuruh guru?

P : nunggu disuruh? Kenapa? Kok nggak langsung maju?

S3 : nggak papa lah.

P : nggak papa atau karena bingung atau karena emang males maju?

S3 : nggak.. nggak tau. Nek tau ya mau tapi nek nggak tau nggak mau maju.

P : lha kalo nggak tau tapi disuruh maju gimana?

S3 : ya maju.

P : tapi kalo maju ditunjuk itu ada rasa takut apa enggak?

S3 : ya nggak papa, tapi kadang-kadang takut salah, dikit.

P : terus kalo ada PR nih, dikerjainnya dimana?

S3 : di rumahlah.

P : nggak pernah di sekolah?

S3 : pernah.

P : pernah apa sering?

S3 : pernah aja.

P : kalo dikerjain di sekolah kenapa?

S3 : ya.. susah.

P : biasanya di rumah nggak ada yang ngajarin?

S3 : enggak.

P : orang tua?

S3 : udah lupa.

P : terus kalo belajar, menurut kamu lebih enak diskusi kelompok atau sendiri-sendiri aja?

S3 : kelompok.

P : kelompok? Kenapa?

P : kalo di dalam kelompok kamu lebih sering ngungkapin pendapat atau manut-manut aja?

S3 : pendapat.

P : nggak pernah manut?

S3 : ya… pernah, tapi nggak sering. P : tapi sesekali? Atau kadang-kadang?

S3 : kadang-kadang.

P : kalo di rumah tidurnya jam berapa?

S3 : kalo biasanya jam 8 tapi kalo ada bola ya jam 10.

P : kalo belajarnya dari jam?

S3 : jam 6.

P : bener?

S3 : bener. Cuma setengah jam.

P : berarti dari jam 6 sampai setengah 7, habis itu?

S3 : nonton anak jalanan.

b. Siswa 17

Siswa 17 merupakan siswa yang berinisiatif maju ke depan ketika ia merasa soal yang diberikan tidak terlalu sulit. Tetapi siswa akan menjadi lebih pasif ketika diminta mengerjakan soal yang menurutnya sulit. Dalam diskusi kelompok, kadang-kadang siswa ini juga mengungkapkan pendapat.

P : kalo ada pelajaran matematika, gimana perasaan kamu? Males, seneng, sedih?

S17 : ya tergantung sih.

S17 : ya… emang agak suka sih sama matematika. Terus gurunya juga seru, cuma nggak senengnya itu kalo udah marah ya.. kayak gitu lah.terus kadang juga ada yang belum ngerjain PR terus sama guru dihukum, tapi hukumnya itu malah bikin seru.

P : hukumnya biasanya ngapain?

S17 : ya… bikin ketawa gitu, misalnya suruh tepuk jempok di lapangan. Terus nanti make yang sering buat apel itu lho, yang putih, itu kan pada denger terus pada ketawa-ketawa gitu. Kalo enggak nanti disuruh ke kelas 7 gitu.

P : berarti keliling kelas ya. Tapi pernah ngerasa seru nggak sama matematika?

S17 : pernah.

P : kalo serunya pas bagian mana?

S17 : kalo ini.. apa.. apa ya.. ya kalo misalnya.. kalo belajar

kelompok gitu ya ngerjain bareng. Mecahin masalah, soal yang belum tau jawabannya terus nanti dikerjain bareng-bareng.

P : terus kalo di kelas rajin nyatet nggak?

S17 : iya sih.. tapi kalo guru itu.. Cuma dijelasin gitu, nggak disuruh nyatet, sering udah dong gitu lho jadi gak usah dicatet.

P : kalo pas dijelasin guru kamu perhatiin atau ngobrol sama temen?

S17 : ya.. tergantung pelajarannya. Kalo pas bahasa jawa itu sering ngobrol sama temen. Kalo matematika enggak.

P : terus kalo di kelas sering tanya-tanya nggak sama guru?

Dokumen terkait