• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil

7. Diameter Bulbil Terminal (mm)

Pengamatan diameter bulbil terminal dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

F. Analisis Ragam dan Uji Lanjutan

Analisis ragam yang digunakan pada penelitian ini yaitu anova. Apabila hasil pengamatan menunjukkan suatu perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT 5 %.

Yijk = µ + αi + βj + α (β)i j + εijk

Dimana:

Yijk = Hasil/nilai pengamatan untuk faktor A level ke-i, faktor B level ke-j dan

pada ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh faktor A pada level ke-i

βj = Pengaruh faktor B pada level ke-j

α (β) ij = Pengaruh interaksi AB pada level A ke-i, level B ke-j

εijk = Galat percobaan untuk level ke-i (A), level ke-j (B) dan interaksi AB yang ke-i dan ke-j pada ulangan ke-k. (Yitnosumarto, 1989)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Saat Pecah Tunas (HST)

Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap saat pecah tunas pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang diketahui bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata. Namun, faktor tunggal konsentrasi sitokinin (CPPU) berpengaruh sangat nyata terhadap saat pecah tunas bibit tanaman porang (Tabel lampiran 1).

Rata-rata saat pecah tunas tanaman porang karena perlakuan konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Saat Pecah Tunas (HST) karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Tanaman Porang

Perlakuan Saat Pecah Tunas (HST)

Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kont rol) 41,38 c 10 ppm (K1) 38,50 c 20 ppm (K2) 32,13 b 40 ppm (K3) 24,63 a BNT 5 % 3,50

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 34,88

Bulbil Aksilar (S2) 33,44

BNT 5 % t n

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan yang

sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = Hari Setelah Tanam

Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) menghasilkan saat pecah tunas tercepat (24,63 HST) dan berbeda nyata dengan K2, K1, dan

kontrol. Percepatan saat pecah tunas bibit bulbil tanaman porang karena pengaruh konsentrasi CPPU 40 ppm adalah 17 hari jika dibandingkan dengan kontrol.

Saat pecah tunas tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan sumber bibit bulbil, baik yang bibitnya berasal dari bulbil terminal maupun dari bulbil aksilar (Tabel 3).

2. Tinggi Tanaman (Cm)

Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap tinggi tanaman pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata. Namun, faktor tunggal konsentrasi sitokinin (CPPU) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman porang pada umur 7-10 MST. Sedangkan sumber bibit bulbil berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan (Tabel lampiran 2-9).

Nilai rata-rata tinggi tanaman porang karena perlakuan sumber bibit bulbil dan konsentrasi CPPU umur 7-14 MST disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Tanaman Porang Umur 7-14 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (Cm) (MST)

7 8 9 10 11 12 13 14 Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kontrol) 21,14 a 25,31 a 28,17 a 31,15 a 34,26 39,47 43,74 47,83 10 ppm (K1) 25,90 b 28,43 ab 30,43 a 32,31 a 35,60 39,63 43,84 47,91 20 ppm (K2) 28,81 bc 29,91 bc 30,91 ab 34,34 ab 37,22 39,47 43,41 46,94 40 ppm (K3) 32,10 c 33,22 c 34,42 b 36,41 b 38,42 38,74 41,02 44,18 BNT 5 % 4,09 3,80 3,64 4,06 tn tn tn tn

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 32,98 b 35,71 b 37,42 b 39,26 b 40,53 b 41,88 b 46,05 b 50,90 b

Bulbil Aksilar (S2) 21,00 a 22,72 a 24,54 a 27,84 a 32,21 a 36,77 a 39,96 a 42,54 a

BNT 5 % 2,89 2,69 2,57 2,87 3,40 4,28 3,98 3,83

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji

BNT 5 %.

26

Tabel 4 diketahui bahwa pemberian CPPU dengan konsentrasi CPPU 10 ppm, 20 ppm, dan 40 ppm memberikan pengaruh yang nyata dan berbeda dibandingkan dengan kontrol pada umur 7 MST. Pada minggu ke-8 setelah tanam, tinggi tanaman yang dihasilkan oleh kontrol menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K2 dan K3. Sedangkan pada umur 9 dan 10 MST, terlihat perlakuan K2 dan K1 menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Namun pada umur 11 MST sampai akhir pengamatan (14 MST), perlakuan konsentrasi CPPU pada semua level konsentrasi perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dibandingkan dengan kontrol.

Konsentrasi CPPU 40 ppm pada umur 7 MST menghasilkan rata-rata tinggi tanaman porang tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan kontrol. Perlakuan K3 cenderung memiliki tinggi tanaman tertinggi, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2. Tinggi tanaman porang yang diberi CPPU dengan konsentrasi 40 ppm pada umur 7 meningkat sebesar 52% dibandingkan dengan kontrol.

Sumber bibit bulbil menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada rata-rata tinggi tanaman porang. Sumber bibit yang berasal dari bulbil terminal (S1) menghasilkan rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan sumber bibil bulbil aksilar. Peningkatan tinggi tanaman porang oleh pengaruh sumber bibit bulbil terminal pada umur 14 MST adalah sebesar 20% dibandingkan dengan tinggi tanaman yang sumber bibitnya berasal dari bulbil aksilar (Tabel 4).

3. Diameter Batang (mm)

Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap diameter batang pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata. Faktor tunggal CPPU berpengaruh nyata

terhadap diameter batang tanaman porang pada umur pengamatan 7-10 MST. Sedangkan sumber bibit bulbil berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan (Tabel lampiran 10-17).

Nilai rata-rata diameter batang tanaman porang karena perlakuan konsentrasi sitokinin (CPPU) dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Diameter Batang (mm) Tanaman Porang karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Umur 7-14 MST

Perlakuan Diameter Batang (mm) (MST)

7 8 9 10 11 12 13 14 Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kontrol) 8,31 a 9,05 a 10,84 a 12,34 a 15,62 ab 20,12 ab 22,09 ab 24,61 ab 10 ppm (K1) 9,02 ab 10,31 ab 11,34 a 13,00 a 14,62 a 18,21 a 20,29 a 22,68 a 20 ppm (K2) 9,84 bc 10,27 ab 10,56 a 14,20 ab 16,37 ab 20,25 ab 21,52 ab 23,04 ab 40 ppm (K3) 10,58 bc 11,16 b 13,95 b 15,87 b 18,14 b 22,01 b 23,69 b 25,88 b BNT 5 % 1,10 1,45 1,85 2,42 2,79 3,11 3,07 3,10

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 12,08 b 13,13 b 14,11 b 15,56 b 18,57 b 22,73 b 25,28 b 28,80 b

Bulbil Aksilar (S2) 6,79 a 7,63 a 9,23 a 12,14 a 13,80 a 17,57 a 18,51 a 18,61 a

BNT 5 % 0,78 1,03 1,31 1,71 1,97 2,20 2,15 2,20

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada

uji BNT 5%.

MST : Minggu Setelah Tanam

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada minggu ke-7 dan 8 setelah tanam, perlakuan konsentrasi CPPU, baik K3, K2, dan K1 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan yang nyata terhadap diameter batang tanaman porang oleh pengaruh perlakuan K3 dibandingkan dengan kontrol ditunjukkan saat tanaman umur 9 dan 10 MST. Peningkatan terbesar diameter batang tanaman porang oleh pengaruh konsentrasi CPPU 40 ppm terjadi pada umur 9 MST, yaitu sebesar 29 % dibandingkan dengan kontrol. Saat umur 11 MST sampai 14 MST perlakuan konsentrasi CPPU tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol.

28

Sumber bibit bulbil terminal (S1) menghasilkan diameter batang lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan dengan sumber bibit bulbil aksilar (S2). Pada akhir pengamatan (14 MST) terlihat bahwa bulbil terminal menghasilkan diameter batang 28,80 mm atau 55 % lebih besar bila dibandingkan dengan bulbil aksilar (Tabel 5).

4. Lebar Kanopi (Cm)

Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap lebar kanopi pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata. Konsentrasi CPPU berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi tanaman porang pada umur 7-11 MST. Sedangkan perlakuan sumber bibit bulbil berpengaruh sangat nyata terhadap lebar kanopi tanaman porang pada semua umur pengamatan (Tabel lampiran 18-25).

Rata-rata lebar kanopi tanaman porang karena pengaruh konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil umur 7 sampai 14 MST disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Lebar Kanopi (Cm) Tanaman Porang karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Umur 7-14 MST

Perlakuan Lebar Kanopi (Cm) (MST)

7 8 9 10 11 12 13 14 Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kontrol) 34,71 a 36,16 a 37,98 a 39,05 a 39,97 a 47,09 a 52,04 53,71 10 ppm (K1) 37,53 ab 37,91 a 39,61 ab 40,81 a 42,26 a 47,61 a 53,50 55,94 20 ppm (K2) 40,41 bc 40,41 ab 42,32 bc 49,57 b 50,91 b 51,80 ab 55,11 57,08 40 ppm (K3) 42,70 c 42,70 b 44,23 c 52,06 b 53,25 b 54,04 b 56,16 57,91 BNT 5 % 4,67 4,57 4,35 4,73 4,82 6,15 tn tn

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 48,08 b 48,57 b 50,12 b 52,51 b 53,56 b 55,16 b 58,31 b 60,10 b

Bulbil Aksilar (S2) 29,60 a 30,02 a 31,94 a 38,24 a 39,63 a 45,11 a 50,10 a 52,22 a

BNT 5 % 3,30 3,23 3,08 3,34 3,41 4,35 4,21 3,74

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada

uji BNT 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada awal pengamatan (7 MST) sampai akhir pengamatan (14 MST) terlihat bahwa perlakuan CPPU 10 ppm menghasilkan lebar kanopi yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada umur 8 dan 12 MST terlihat lebar kanopi yang dihasilkan oleh kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2. Memasuki umur 13 MST mulai terlihat tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kontrol dengan perlakuan CPPU pada semua level konsntrasi perlakuan.

Perlakuan konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) menghasilkan lebar kanopi yang terlebar dan berbeda nyata dibandingkan kontrol dan perlakuan K1 pada umur 10 dan 11 MST. Namun, perlakuan K3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan K2 terhadap lebar kanopi tanaman porang pada semua umur pengamatan. Pada awal pengamatan, tanaman porang dengan perlakuan 40 ppm menghasilkan peningkatan lebar kanopi sebesar 23 % dibandingkan dengan kontrol.

Lebar kanopi tanaman juga dipengaruhi oleh sumber bibit bulbil. Perlakuan sumber bibit bulbil terminal menghasilkan lebar kanopi yang lebih besar dan berbeda nyata dibanding perlakuan bibit bulbil aksilar. Pada umur 7 MST terlihat bahwa lebar kanopi yang dihasilkan dari perlakuan sumber bibit bulbil terminal terdapat peningkatan sebesar 62% dibandingkan dengan perlakuan sumber bibit bulbil aksilar. Sedangkan pada akhir pengamatan (14 MST), peningkatan lebar kanopi sebesar 15 % (Tabel 6).

5. Jumlah Batang (batang)

Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi sitokinin (CPPU) terhadap jumlah batang pada dua sumber bibit bulbil tanaman porang menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata. Namun secara sendiri-sendiri (faktor tunggal) konsentrasi CPPU berpengaruh nyata terhadap jumlah batang tanaman porang

30

umur 9-11 MST. Sedangkan sumber bibit bulbil berpengaruh nyata terhadap jumlah batang tanaman porang umur 12-14 MST (Tabel lampiran 26-33).

Rata-rata jumlah batang tanaman porang karena pengaruh perlakuan konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Batang (batang) Tanaman Porang karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Umur 7-14 MST

Perlakuan Jumlah bat ang (bat ang) (M ST)

7 8 9 10 11 12 13 14 Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kont rol) 1,06 1,16 1,19 a 1,28 a 1,63 ab 2,03 2,06 2,09 10 ppm (K1) 1,06 1,13 1,22 a 1,28 a 1,47 a 2,06 2,06 2,09 20 ppm (K2) 1,06 1,06 1,09 a 1,47 ab 1,81 b 2,13 2,13 2,13 40 ppm (K3) 1,03 1,13 1,47 b 1,69 b 1,94 b 2,13 2,13 2,13 BNT 5 % t n t n 0,21 0,27 0,33 t n t n t n

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 1,06 1,16 1,27 1,38 1,66 2,23 b 2,23 b 2,25 b

Bulbil Aksilar (S2) 1,05 1,08 1,22 1,48 1,77 1,91 a 2,02 a 2,02 a

BNT 5 % t n t n t n t n t n 0,22 0,18 0,18

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada

uji BNT 5%.

MST : Minggu Setelah Tanam

Tabel 7 diketahui bahwa pada umur 7 dan 8 MST perlakuan konsentrasi CPPU memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah batang tanaman porang. Namun, memasuki 9 dan 10 MST perlakuan CPPU 40 ppm menghasilkan jumlah batang yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada umur 11-14 MST perlakuan CPPU pada semua level konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol. Konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) menghasilkan jumlah batang terbanyak dan berbeda nyata dengan perlakuan lain pada umur pengamatan 9 MST. Peningkatan jumlah batang tanaman porang oleh perlakuan K3 pada umur 9 MST sebesar 24% dibandingkan dengan kontrol.

Sumber bibit bulbil memberikan pengaruh yang nyata pada umur 12 MST sampai dengan akhir pengamatan (14 MST) terhadap peubah jumlah batang

tanaman porang. Perlakuan sumber bibit bulbil terminal (S1) menghasilkan jumlah batang lebih banyak dibandingkan sumber bibit bulbil aksilar (S2). Peningkatan jumlah batang tanaman porang oleh perlakuan S1 pada umur 12, 13, dan 14 MST berturut-turut sebesar 17%, 10%, dan 11% dibandingkan dengan perlakuan S2 (Tabel 7).

6. Jumlah Bulbil Terminal dan Aksilar (bulbil)

Hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi CPPU pada dua sumber bibit bulbil menunjukkan bahwa tidak ada interaksi yang nyata terhadap jumlah bulbil tanaman porang. Faktor tunggal sumber bibit bulbil menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah bulbil tanaman porang (Tabel lampiran 34).

Rata-rata jumlah bulbil tanaman porang umur 17 MST oleh pengaruh konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Bulbil (bulbil) Tanaman Porang karena Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Umur 17 MST

Perlakuan Jumlah bulbil (bulbil)

Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kont rol) 3,38 a 10 ppm (K1) 3,50 ab 20 ppm (K2) 3,66 ab 40 ppm (K3) 3,88 b BNT 5 % 0,40

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 4,09 b

Bulbil Aksilar (S2) 3,11 a

BNT 5 % 0,28

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) cenderung menghasilkan jumlah bulbil terbanyak, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, perlakuan K1, dan K2. Perlakuan K3 menunjukkan peningkatan jumlah bulbil sebesar 14,8% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8).

32

Perlakuan sumber bibit bulbil terminal (S1) memiliki jumlah bulbil yang lebih banyak dan berbeda nyata dibandingkan dengan sumber bibit bulbil aksilar. Peningkatan jumlah bulbil perlakuan S1 dibanding dengan S2 sebesar 31,51 % (Tabel 8).

7. Diameter Bulbil Terminal (mm)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara konsentrasi CPPU dengan sumber bibit bulbil tanaman porang terhadap diameter bulbil tanaman porang. Demikian pula faktor tunggal konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil menunjukkan hasil yang tidak beda nyata terhadap diameter bulbil tanaman porang (Tabel lampiran 35).

Rata-rata ukuran diameter bulbil terminal tanaman porang umur 17 MST oleh pengaruh konsentrasi CPPU dan sumber bibit bulbil disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Diameter Bulbil Terminal (mm) Tanaman Porang karena

Perlakuan Konsentrasi Sitokinin (CPPU) dan Sumber Bibit Bulbil Umur 17 MST

Perlakuan Diameter Bulbil Terminal (mm)

Konsentrasi CPPU 0 ppm (K0 = kontrol) 11,96 10 ppm (K1) 12,86 20 ppm (K2) 13,02 40 ppm (K3) 13,39 BNT 5 % tn

Sumber bibit bulbil

Bulbil Terminal (S1) 13,01

Bulbil Aksilar (S2) 12,61

BNT 5 % tn

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Tabel 9 menunjukkan konsentrasi CPPU 40 ppm (K3) cenderung menghasilkan diameter batang yang lebih besar dibanding perlakuan K0, K1, dan K2. Dibandingkan dengan kontrol, perlakuan K3 menghasilkan peningkatan

diameter bulbil sebesar 12% pada umur 17 MST. Sedangkan sumber bibit bulbil terminal menghasilkan diameter bulbil 3 % lebih besar dibandingkan dengan sumber bibit bulbil aksilar.

Dokumen terkait