• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dibandingkan hasil dari pelaksanaan tahun keempat (tahun 2014), hasil pelaksanaan pada tahun kelima (tahun 2015) mengalami sedikit kenaikan dimana dari 35 indikator

kinerja yang tidak tercapai sesuai targetnya pada tahun 2014 menjadi 33 indikator kinerja yang tidak tercapai sesuai targetnya pada tahun 2015. Di sisi lain secara umum rata-rata capaian kinerja seluruh misi mengalami penurunan yaitu dari 127,97%. menjadi 111,08%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sleman belum merata di semua sektor dimana ada sektor yang mengalami kemajuan dengan pesat namun juga terdapat sektor yang justru stagnan atau mengalami penurunan. Ini perlu menjadi perhatian serius bagi

SKPD-dapat selaras dan seimbang di segala sektor.

Evaluasi indikator kinerja dalam RPJMD dilakukan untuk melihat apakah suatu indikator kinerja telah sesuai antara definisi operasionalnya dengan implementasi di lapangan maupun untuk melihat apakah target capaian suatu indikator kinerja tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah. Berdasarkan laporan dari masing-masing SKPD pengampu kegiatan yang masuk dalam target-target indikator kinerja di RPJMD, capaian target indikator kinerja untuk tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga, tahun keempat dan tahun kelima hasil pelaksanaan RPJMD yang dibagi dalam kelima misi ini adalah sebagai berikut:

Misi Satu: “Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatkan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat”.

Indikator kinerja yang digunakan dalam misi satu, definisi operasional, dan tingkat capaian dalam RPJMD hasil pelaksanaan RKPD Kabupaten Tahun I, II III, IV dan V adalah sebagai berikut:

Misi satu dengan 32 indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perubahan RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerjanya sebesar 140,45% pada tahun I, menurun menjadi 121,17% pada tahun II, dan sedikit meningkatmenjadi 121,37% pada tahun III, dan menurun lagi pada tahun IV menjadi 109,45%. Sedangkan pada tahun V menurun menjadi 107,86 dengan predikat kinerjanya adalah “sangat tinggi”. Namun demikian perlu diketahui bahwa terdapat pengecualian pada beberapa indikator kinerja dalam hal cara pembacaannya. Pada indikator kinerja yang bersifat negatif, tingkat capaian 100% atau lebih tetap dianggap mencapai target (karena sudah dihitung dengan rumus tersendiri yang memang diperuntukkan bagi indikator kinerja yang bersifat negatif tersebut). Untuk indikator-indikator tersebut pada tabel diatas telah dicetak miring. Beberapa indikator kinerja yang termasuk dalam pengecualian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

- Persentase kasus pelanggaran disiplin PNS;

- Persentase menurunnya konflik di masyarakat (bukan indikator kinerja yang bersifat negatif tetapi target capaian indikatornya semakin menurun hingga tahun 2015 sehingga digunakan rumus yang sama dengan indikator yang bersifat negatif);

- Jumlah kasus/konflik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA); serta - Jumlah angka kejadian pelanggaran HAM.

Selain itu dalam Perubahan RPJMD ini ada 3 indikator kinerja dalam Misi Satu yang sudah tidak dipergunakan lagi yaitu:

- Pejabat yang mengikuti diklat struktural/kepemimpinan - Jumlah Orsospol aktif

Misi Dua: “Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat”.

Indikator kinerja yang digunakan dalam misi dua, definisi operasional, dan tingkat capaian dalam RPJMD hasil pelaksanaan RKPD Kabupaten Tahun I, II, III, IV dan V adalah sebagai berikut:

Misi dua dengan 44 indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perubahan RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerjanya sebesar 142,92% pada tahun I, menurun menjadi 131,90% pada tahun II, dan menurun lagi menjadi 119,41% pada tahun III dan mengalami kenaikan pada tahun IV menjadi 221,78%. Sedangkan tingkat capaian kinerja pada tahun V adalah 128,19% dengan predikat kinerjanya adalah “sangat tinggi”. Namun demikian perlu diketahui bahwa terdapat pengecualian pada beberapa indikator kinerja dalam hal cara pembacaannya. Pada indikator kinerja yang bersifat negatif, tingkat capaian 100% atau lebih tetap dianggap mencapai target (karena sudah dihitung dengan rumus tersendiri yang memang diperuntukkan bagi indikator kinerja yang bersifat negatif tersebut). Untuk indikator-indikator tersebut pada tabel diatas telah dicetak miring. Beberapa indikator kinerja yang termasuk dalam pengecualian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

- Angka kematian bayi; - Angka kematian balita; - Angka kematian ibu;

- Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk; - Prevalensi HIV;

- Persentase Balita dengan gizi buruk; - Laju pertumbuhan penduduk;

Ada beberapa indikator kinerja yang tidak tercapai dari Misi Dua yakni: - Rata-rata lama sekolah

- Kelayakan guru mengajar SMA/K - Usia Harapan Hidup

- Persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan - Persentase Pasangan Usia Subur Sasaran KB yang tidak terpenuhi (unmetneed) - PMKS yang menerima program pemberdayaan sosial

Misi Tiga: “Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan penanggulangan kemiskinan”.

Indikator Kinerja yang digunakan dalam misi tiga, definisi operasional, dan tingkat capaian dalam RPJMD hasil pelaksanaan RKPD Kabupaten Tahun I, II III, IV dan V adalah sebagai berikut:

Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerja sebesar 153,30% pada tahun I, meningkat menjadi 169,18% pada tahun II, dan turun kembali menjadi 164,59% pada tahun III dan menurun lagi pada tahun IV menjadi 105,48%. Sedangkan tingkat capaian kinerja pada tahun V adalah 123,17% dengan predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Namun demikian perlu diketahui bahwa terdapat pengecualian pada beberapa indikator kinerja dalam hal cara pembacaannya. Pada indikator kinerja yang bersifat negatif, tingkat capaian 100% atau lebih tetap dianggap mencapai target (karena sudah dihitung dengan rumus tersendiri yang memang diperuntukkan bagi indikator kinerja yang bersifat negatif tersebut). Untuk indikator-indikator tersebut pada tabel diatas telah dicetak miring. Beberapa indikator kinerja yang termasuk dalam pengecualian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

- Tingkat pengangguran terbuka; - Angka kemiskinan;

- Angka Gini Ratio.

Misi Empat: “Memantapkan penggelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup”.

Indikator kinerja yang digunakan dalam misi empat, definisi operasional, dan tingkat capaian dalam RPJMD hasil pelaksanaan RKPD Kabupaten Tahun I, II, III, IV dan V adalah sebagai berikut:

Misi empat dengan 28 indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerja sebesar 108,97% pada tahun I, meningkat menjadi 117,83% pada tahun II, dan sedikit meningkat menjadi 118,00% pada tahun III dan mengalami penurunan pada tahun IV menjadi 101,76%. Sedangkan pada tahun V tingkat capaian kinerja adalah 101,20% dengan predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Namun demikian perlu diketahui bahwa terdapat pengecualian pada beberapa indikator kinerja dalam hal cara pembacaannya. Pada indikator kinerja yang bersifat negatif, tingkat capaian 100% atau lebih tetap dianggap mencapai target (karena sudah dihitung dengan rumus tersendiri yang memang diperuntukkan bagi indikator kinerja yang bersifat negatif tersebut). Untuk indikator-indikator tersebut pada tabel diatas telah dicetak miring. Beberapa indikator kinerja yang termasuk dalam pengecualian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

- Luas lahan kritis;

- Luas lahan rusak akibat penambangan;

- Rata-rata penurunan air tanah (tidak dipergunakan lagi dalam Perubahan RPJMD); - Alih fungsi lahan pertanian;

- Kualitas udara (bukan indikator kinerja yang bersifat negatif tetapi target capaian indikatornya semakin menurun hingga tahun 2015 sehingga digunakan rumus yang

sama dengan indikator yang bersifat negatif) tidak dipergunakan lagi dalam Perubahan RPJMD;

- Status mutu air sungai (tidak dipergunakan lagi dalam Perubahan RPJMD;

- Kualitas lahan / tanah (bukan indikator kinerja yang bersifat negatif tetapi target capaian indikatornya semakin menurun hingga tahun 2015 sehingga digunakan rumus yang sama dengan indikator yang bersifat negatif) tidak dipergunakan lagi dalam Perubahan RPJMD;

Dari misi empat ini ada 4 indikator kinerja yang tidak tercapai yakni: - Kondisi jalan dan jembatan baik

- Kondisi prasarana dan sarana permukiman baik - Tertib pemanfaatan tanah

- Tertib administrasi pertanahan

Misi Lima: “Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang”. Indikator kinerja yang digunakan dalam misi lima, definisi operasional, dan tingkat capaian dalam RPJMD hasil pelaksanaan RKPD Kabupaten Tahun I, II, III IV dan V adalah sebagai berikut:

Misi lima dengan 10 indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Sleman 2011-2015 memiliki rata-rata capaian kinerja sebesar 146,23% pada tahun I, meningkat tajam menjadi 456,49% pada tahun II, dan meningkat lagi menjadi 461,17% pada tahun III namun mengalami penurunan menjadi 103,06% pada tahun IV. Sedangkan pada tahun V tingkat capaiannya adalah 95,00% dengan predikat kinerja adalah “sangat tinggi”. Hal ini disebabkan oleh adanya penggantian indikator, definisi operasional dan target dalam Perubahan RPJMD. Ada tiga indikator kinerja yang dalam tahun I,II, dan III dipakai namun dalam tahun IV sudah tidak dipergunakan lagi yakni:

1. Data terpilah

2. Perempuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan monev pembangunan 3. Akses perempuan dan kelompok perempuan dalam penguatan modal

Dalam misi lima ini ada 4 indikator kinerja yang tidak tercapai dalam tahun V ini yakni:

1. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki usia 15-24 tahun yang diukur melalui angka melek huruf.

2. Keterwakilan perempuan dalam DPRD

3. Persentase partisipasi perempuan di eksekutif pemerintahan

4. Penduduk perempuan bekerja dari angkatan kerja.

diaktualisasikan dalam kebijakan dan program tahunan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya pembangunan di daerah dan tetap memperhatikan konsistensi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. Penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang diimplementasikan dalam RKPD dilakukan melalui proses evaluasi kinerja pembangunan daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien dan efektif disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.

Pada tahun 2015 pelaksanaan pengendalian dan evaluasi terhadap RKPD 2015 dilaksanakan per Triwulan. Hasil pengendalian dan evaluasi terhadap hasil RKPD Triwulan IV akan menjadi feedback atau umpan balik bagi Bidang Statistik, Penelitian, dan Perencanaan untuk melakukan evaluasi anggaran dan capaian kinerja kegiatan SKPD sampai dengan bulan Desember 2015. Hasil pengendalian dan evaluasi akan menjadi salah satu input bagi penyusunan RKPD tahun berikutnya maupun data awal indikator RPJMD.

Selanjutnya hasil pengendalian dan evaluasi terhadap hasil RKPD triwulan IV tahun 2015 secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.79

Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2015

Anggaran Anggaran Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Realisasi Serapan Total SKPD

RKPD APBD Capaian Capaian Capaian Capaian S/d Triwulan % (APBD) % (RKPD) Capaian Pengampu

Rp (000) Rp (000) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Rp (000) % (APBD) % (RKPD) Kinerja (%) Terakhir Rp.(000) Kinerja

1 Penanggulangan 1. Meningkatnya 8.178.751,38 8.141.511,27 172.923,92 2,12% 2,11% 17,03% 1.815.029,63 22,29% 22,19% 30,84% 1.191.918,77 14,64% 14,57% 18,01% 2.976.999,65 36,57% 36,40% 31,34% 6.156.871,97 75,62% 75,28% 97,22% Dinas PUP, Bappeda,

kemiskinan pendapatan masyarakat Dinas Dukcapil, Badan

dan menurunnya KB PM dan PP, Dinas

disparitas pendapatan Nakersos, Dinas

Perindagkop, 2 Peningkatan 3. Meningkatnya 70.873.384,40 70.765.998,95 1.159.112,72 1,64% 1,64% 13,26% 5.695.252,16 8,05% 8,04% 30,20% 21.034.725,34 29,72% 29,68% 24,48% 37.292.107,00 52,70% 52,62% 25,58% 65.181.197,22 92,11% 91,97% 93,52% Disperindagkop,

pertumbuhan pertumbuhan ekonomi KP3M, BKB PMPP

dan pemerataan 4. Meningkatnya Setda, Budpar,

pendapatan penanaman modal Dinas Pasar, Setda

masyarakat Dinas Pertanian

17 Kecamatan 3 Menjaga 5. Meningkatnya 41.167.511,07 41.467.502,08 857.020,18 2,07% 2,08% 18,89% 5.024.137,87 12,12% 12,20% 30,36% 5.586.828,55 13,47% 13,57% 22,83% 14.857.490,36 35,83% 36,09% 27,26% 26.325.476,96 63,48% 63,95% 99,34% Dinas Pertanian

stabilitas Produksi pangan ketahanan

pangan

4 Peningkatan 6. Meningkatnya 294.764.305,60 303.800.062,87 8.090.301,42 2,66% 2,74% 17,34% 23.613.278,30 7,77% 8,01% 26,03% 32.752.033,65 10,78% 11,11% 24,41% 150.738.027,73 49,62% 51,14% 30,68% 215.193.641,10 70,83% 73,01% 98,46% 30 SKPD dan

tata kelola kualitas SDM aparat 17 Kecamatan

pemerintahan 7. Meningkatnya dan kualitas efektifitas dan efisiensi pelayanan birokrasi publik 8. Meningkatnya transparansi 9. Meningkatnya pelayanan masyarakat 10. Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah 11. Meningkatnya kerjasama daerah 12. Meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan 13. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan dan

Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran

No Prioritas Sasaran

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

14. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat 15. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pendapat dan berpolitik 16. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang demokrasi dan nilai-nilai HAM 17. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap budaya

5 Peningkatan 18. Meningkatnya 317.754.793,02 325.763.546,60 21.345.617,84 6,55% 6,72% 10,30% 56.884.964,99 17,46% 17,90% 25,47% 82.404.977,10 25,30% 25,93% 21,62% 125.450.703,71 38,51% 39,48% 35,99% 286.086.263,64 87,82% 90,03% 93,38% Dinas Kesehatan,

Kualitas derajad kesehatan RSUD Sleman, RSUD

Kesehatan Prambanan,

Sekretariat Daerah, BKBPM&PP, Disperindagkop, Kecamatan Tempel 6 Peningkatan 19. Meningkatnya 87.045.478,78 87.053.107,12 1.548.844,75 1,78% 1,78% 18,62% 21.693.899,96 24,92% 24,92% 29,30% 21.128.708,63 24,27% 24,27% 29,32% 34.026.786,98 39,09% 39,09% 25,74% 78.398.240,32 90,06% 90,07% 102,98% Disdikpora, Setda, 17

Kualitas kualitas pendidikan Kec, K. Perpusda

Pendidikan 20. Meningkatnya pemberdayaan generasi muda dan olah raga

7 Menjaga 20. Terkendalinya 13.213.494,38 13.305.709,18 709.252,90 5,33% 5,37% 17,51% 2.223.970,05 16,71% 16,83% 28,90% 3.185.056,50 23,94% 24,10% 32,33% 3.235.387,40 24,32% 24,49% 19,44% 9.353.666,85 70,30% 70,79% 98,18% Satpol PP, Kantor

stabilitas stabilitas keamanan dan Kesbang, Setda, Dinas

keamanan dan ketertiban masyarakat Pasar, 17 Kec.

ketertiban 21. Meningkatnya kerukunan masyarakat

8 Peningkatan 22. Meningkatnya 189.878.334,44 215.294.816,82 1.807.742,07 0,84% 0,95% 9,46% 12.216.829,28 5,67% 6,43% 20,59% 35.613.299,38 16,54% 18,76% 23,14% 135.522.577,83 62,95% 71,37% 41,90% 185.160.448,56 86,00% 97,52% 95,09% Disdikpora, RSUD

kualitas sarana kualitas prasarana Prambanan, DPUP,

prasarana publik dan sarana jalan DSDAEM, Bappeda,

23. Meningkatnya Dishubkominfo,

prasarana dan sarana DPPD, BPBD, DPKAD,

irigasi K. Perpusda

24. Meningkatnya prasarana dan sarana perhubungan dan komunikasi 25. Meningkatnya prasarana dan sarana permukiman

26. Meningkatnya prasarana dan sarana perekonomian 27. Meningkatnya prasarana dan sarana pendidikan dan olahraga 28. Meningkatnya prasarana dan sarana kesehatan 29. Meningkatnya prasarana dan sarana pemerintahan

9 Peningkatan 30. Menjaga kualitas 37.092.967,58 37.585.572,95 1.523.322,06 4,05% 4,11% 17,42% 5.327.072,76 14,17% 14,36% 26,71% 5.800.994,40 15,43% 15,64% 23,74% 17.392.461,32 46,27% 46,89% 30,00% 30.043.850,54 79,93% 81,00% 97,87% RSUD Sleman, RSUD

pengelolaan, sumberdaya alam Prambanan, DPUP,

sumber daya 31. Menjaga kelestarian DSDAEM, Bappeda,

alam, fungsi lingkungan hidup KLH, DPPD,

lingkungan 32. Meningkatnya Disnakersos,

hidup dan Pemanfaatan Disperindagkop,

pengelolaan sumberdaya energi BPBD, Dinas Pasar,

bencana 33. Meningkatnya KPP, 17 Kec, DP2K

prasarana dan sarana dalam rangka peningkatan kemampuan penanggulangan bencana

10 Peningkatan 34. Meningkatnya 1.570.414,00 1.570.414,00 82.169,38 5,23% 5,23% 15,95% 228.529,00 14,55% 14,55% 28,75% 300.602,00 19,14% 19,14% 15,60% 620.533,55 39,51% 39,51% 55,36% 1.231.833,93 78,44% 78,44% 115,66% Setda, Disnakersos penanganan pelayanan terhadap

PMKS PMKS

(Penyandang 35. Terkendalinya laju Masalah pertumbuhan penduduk Kesejahteraan 36. meningkatnya Sosial) pelayanan terhadap

perempuan dan anak

11 Peningkatan 29. Meningkatnya 3.773.055,80 3.773.054,70 475.171,13 12,59% 12,59% 19,47% 1.045.286,63 27,70% 27,70% 29,55% 930.253,63 24,66% 24,66% 27,16% 1.221.646,19 32,38% 32,38% 23,82% 3.672.357,58 97,33% 97,33% 100,00% BKBPM&PP, 17 Kec, kesetaraan pelayanan terhadap

gender perempuan dan anak 30. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan

Pendukung Bappeda,

(Non Prioritas) Dishubkominfo,

Disnakersos, Disbudpar, Kantor Kesbang, Sekretariat Daerah, Kecamatan Depok, Kantor Perpusda

Jumlah Anggaran Program Prioritas 1.065.312.490,45 1.108.521.296,54 37.771.478,37 3,41% 3,55% 15,93% 135.768.250,63 12,25% 12,74% 27,88% 209.929.397,95 18,94% 19,71% 23,88% 523.334.721,72 47,21% 49,12% 31,56% 906.803.848,67 81,80% 85,12% 99,25% Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Jumlah Anggaran Program Prioritas + 1.194.068.728,49 1.236.748.431,59 57.209.676,93 4,63% 4,79% 16,39% 166.213.936,38 13,44% 13,92% 27,74% 237.883.135,83 19,23% 19,92% 23,89% 562.417.759,92 45,48% 47,10% 31,22% 1.023.724.509,06 82,78% 85,73% 99,23%

Program Pendukung Tinggi Tinggi Sangat

Evaluasi juga dilakukan berdasarkan program yang dibagi dalam urusan, dengan capaian sebagai berikut:

A. URUSAN WAJIB

1. Urusan Pendidikan

Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan urusan pendidikan sebesar Rp92.176.450.346,00 realisasi Rp83.296.154.454,00 atau 90,37%. Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing program adalah sebagai berikut:

1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran anggaran sebesar Rp7.877.504.475,00. Realisasi Rp7.382.756.511,00 atau sebesar 93,72%.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur anggaran sebesar Rp1.965.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp1.797.595.953,00 atau 91,48%. 3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur anggaran sebesar

Rp383.813.600,00 realisasi Rp368.626.100,00 atau 96,04%.

4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan anggaran sebesar Rp373.367.800,00 realisasi Rp338.764.300,00 atau 90,73%.

5) Program Pendidikan Anak Usia Dini anggaran sebesar Rp4.048.655.250,00 realisasi Rp3.832.960.875,00 atau 94,67%.

6) Program Wajib Belajar Sembilan Tahun angaran sebesar Rp30.110.937.350,00 realisasi Rp28.509.473.239,00 atau 94,68%.

7) Program Pendidikan Menengah anggaran sebesar Rp9.448.010.731,00 realisasi Rp8.775.419.252,00 atau 92,88%.

8) Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal anggaran sebesar Rp1.685.602.850,00 realisasi Rp1.558.932.460,00 atau 92,49%.

9) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan anggaran sebesar Rp27.125.365.640,00 realisasi Rp22.621.008.584,00 atau 83,39%.

10) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan anggaran sebesar Rp6.583.463.725,00 realisasi Rp5.676.139.055,00 atau 86,22%.

11) Program Pengembangan Kreatifitas Siswa dan Guru anggaran sebesar Rp2.574.728.925,00 realisasi Rp2.4434.478.125,00 atau 94,55%.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2015 masih ditemui permasalahan, yaitu:

1) Pada jenjang SD kekurangan guru kelas SD Negeri sejumlah 428 orang. Kekurangan guru olahraga SD 152 orang dan guru Agama Islam 79 orang. Pada jenjang SMP khususnya guru mata pelajaran juga beberapa mengalami kekurangan yaitu untuk guru mata pelajaran PKN kurang 7 orang, Bahasa Inggris kurang 1 orang, IPS kurang 3 orang, Pendidikan Jasmani kurang 11 orang,

kurang 14 orang. Sementara di sisi lain mata pelajaran tertentu justru kelebihan guru. Untuk solusinya bagi guru mata pelajaran yang kelebihan jumlahnya maka untuk mendapatkan jam mengajar sesuai dengan ketentuan seminggu 24 jam, para guru tersebut mengajar di sekolah swasta atau sekolah lainnya. Bagi mata pelajaran yang kekurangan guru, maka satu-satunya jalan adalah dengan tetap mengoptimalkan keberadaan GTT. Solusinya antara lain mengoptimalkan tenaga Guru Tidak Tetap (GTT) dan telah dianggarkan bantuan sebesar Rp250.000,00/orang/bulan.

2) Kurangnya jumlah tenaga kependidikan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan. Hingga saat ini untuk sekolah SD Negeri baru memiliki tenaga kependidikan 3 orang sementara jumlah SD Negeri di Kabupaten Sleman ada 377 sekolah. Sedangkan untuk jenjang SMP baru tersedia 192 orang tenaga kependidikan sehingga masih kurang 229 orang, agar sesuai dengan jumlah rombongan belajar yang ada. Solusi dari permasalahan ini maka masing-masing sekolah mengangkat PTT untuk membantu kelancaran pelayanan pendidikan di masing-masing sekolah. Untuk itu maka Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran Rp200.000/bulan bagi PTT.

3) Kekurangan pengawas dan penilik yang menyebabkan kurangnya supervisi dan kepengawasan di sekolah. Berdasarkan regulasi bahwa untuk Pengawas SD rasionya adalah 1:10 artinya 1 pengawas mengampu 10 Satuan Pendidikan. Saat ini Dikpora memiliki 30 pengawas SD dan belum memiliwki pengawas TK. Jika ingin ideal maka sesungguhnya Dikpora masih kekurangan pengawas TK/SD 60 orang. Sedangkan untuk Pengawas SMP rasionya adalah 1 Pengawas Mata Pelajaran akan mengawasi 40-60 guru mata pelajaran Kondisi saat ini yang kekurangan pengawas adalah untuk mata pelajaran PKN kurang 1 pengawas, IPA kurang 1 pengawas, Pendidikan Jasmani kurang 1 pengawas dan BK kurang 1 pengawas. Untuk mata pelajaran lainnya sudah mencukupi. Untuk mengatasi kekurangan pengawas ini maka solusinya dengan mengoptimalkan pengawas yang sudah ada.