• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diduga bauran pemasaran memengaruhi secara nyata tingkat kepuasan pelanggan

2. Diduga bauran pemasaran memengaruhi secara nyata tingkat kepuasan pelanggan

Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah hal-hal yang berkaitan dengan diri responden. Karakteristik responden terdiri dari: usia, tingkat pendidikan, tingkat pemasukan, jenis kelamin dan domisili.

a) Usia diukur berdasarkan selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan, dengan skala rasio dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Usia dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan data responden di lapang: 1) apabila usia responden 18-19 tahun (skor 1); 2) apabila usia responden 20-22 tahun (skor 2); dan 3) apabila usia responden 23-24 tahun (skor 3).

b) Tingkat pendidikan diukur berdasarkan jenjang sekolah formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden. Tingkat pendidikan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila responden menempuh pendidikan SMA/sederajat; 2) sedang (skor 2) apabila responden menempuh pendidikan Diploma 3; 3) tinggi (skor 3) apabila responden menempuh pendidikan Strata 1.

c) Tingkat pemasukan diukur dengan penerimaan yang diperoleh responden setiap satu bulan, baik dari gaji hasil bekerja maupun uang kiriman orang tua, bagi pelajar atau mahasiswa. Tingkat pendapatan dibedakan berdasarkan data responden di lapang. Pendapatan dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apabila pendapatan kurang dari Rp1.500.000,00; 2) sedang (skor 2) apabila pendapatan responden Rp1.500.000,00 – Rp2.500.000,00; dan 3) tinggi (skor 3) apabila pendapatan responden lebih dari Rp2.500.000,00.

d) Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenis kelamin merupakan jenis data nominal yang dibedakan atas: 1) laki-laki; dan 2) perempuan.

e) Domisili adalah tempat tinggal pelanggan saat melakukan pembelian produk usaha aksesoris ini. Berdasarkan data di lapang, domisili pelanggan diklasifikan menjadi tiga, yaitu: 1) Bogor; 2) luar Bogor; dan 3) luar negeri. Domisili merupakan jenis data nominal.

Karakteristik responden yang digunakan untuk dilihat pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan adalah yang termasuk data interval dan data boneka, yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sementara itu, data karakteristik pelanggan yang termasuk data nominal digunakan untuk melihat frekuensi dari pelanggan yang menjadi responden.

2. Bauran pemasaran online diukur dengan menggunakan lima indikator, yaitu: price (harga), product (produk), personalization (personalisasi), promotion (promosi), dan place (tempat).

a) Harga diukur dengan memberikan pernyataan terkait harga yang diberikan oleh Sold Out Stuff kepada pelanggan. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Harga dibedakan berdasarkan data responden di lapang: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 7-8; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-11. Pada penelitian ini, penilaian terhadap harga termasuk skala interval.

b) Produk diukur dengan memberikan pernyataan terkait produk yang disediakan oleh Sold Out Stuff. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Produk dibedakan berdasarkan data responden di lapang: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 7-8; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 9-10; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 11-12. Pada penelitian ini, penilaian terhadap produk termasuk skala interval.

c) Promosi diukur dengan memberikan pernyataan terkait promosi yang dilakukan oleh Sold Out Stuff kepada pelanggan. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Promosi dibedakan berdasarkan data responden di lapang: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 6-7; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 8-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-11.Pada penelitian ini, penilaian terhadap promosi termasuk skala interval.

d) Tempat usaha diukur dengan memberikan pernyataan terkait tempat berjualan dari Sold Out Stuff. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Tempat dibedakan berdasarkan data responden di lapang: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 8-9; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 11-12.Pada penelitian ini, penilaian terhadap tempat termasuk skala interval.

e) Personalisasi diukur dengan memberikan pernyataan terkait cara personalisasi yang dilakukan oleh Sold Out Stuff kepada pelanggan. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Personalisasi dibedakan berdasarkan data responden di lapang: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 7-8; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 9-10; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 11-12. Pada penelitian ini, penilaian terhadap personalisasi termasuk skala interval. 3. Tingkat kepuasan pelanggan diukur dengan menggunakan dua indikator, yaitu

aspek pelayanan dan kualitas barang. Indikator yang digunakan menurut Tjiptono (2008).

a) Aspek pelayanan diukur dengan memberikan pernyataan terkait pelayanan yang dilakukan oleh Sold Out Stuff. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Tempat dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-5; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 6-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.

b) Kualitas barang diukur dengan memberikan pernyataan terkait barang yang dijual oleh Sold Out Stuff. Pernyataan diberi skor 4 jika responden menyatakan sangat setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 3 jika responden menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, diberi skor 2 jika responden menyatakan tidak setuju pada pernyataan tersebut, dan diberi skor 1 jika responden menyatakan sangat tidak setuju. Tempat dibedakan atas: 1) rendah (skor 1) apablia akumulasi dari semua pernyataan 3-5; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi dari semua pernyataan 6-9; dan 3) tinggi (skor 3) apabila akumulasi dari semua pernyataan 10-12.

Tingkat kepuasan pelanggan dibedakan berdasarkan data responden di lapang, yaitu: 1) rendah (skor 1) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 15-17; 2) sedang (skor 2) apabila akumulasi semua pernyataan 18-21; dan 3) tinggi (skor 3) apabila nilai akumulasi dari semua pernyataan 22-24.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian tentang pengaruh bauran pemasaran online dengan tingkat kepuasan pelanggan ini merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif merupakan penelitian survey.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah usaha mikro Sold Out Stuff yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan: 1. Sold Out Stuff merupakan salah satu usaha mikro yang ada di Bogor

2. Sold Out Stuff merupakan salah satu usaha mikro yang bisa menjaga eksistensinya baik di Bogor maupun di luar Bogor

3. Sold Out Stuff merupakan salah satu usaha mikro menggunakan internet untuk melakukan pemasaran terhadap produknya

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2014 sampai dengan Januari 2015. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Rangkaian kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran 1.

Teknik Pengambilan Informan dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan usaha mikro Sold Out Stuff. Subyek dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Responden ialah orang yang memberikan informasi mengenai diri mereka sebagai sumber data.

Metode pengambilan responden pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan prosedur accidental sampling, dimana diambil pelanggan usaha mikro Sold Out Stuff yang melakukan pembelian produk di Sold Out Stuff dengan kriteria, yaitu:

1. Pelanggan telah melakukan pembelian lebih dari satu kali

2. Pelanggan melakukan pembelian dalam periode waktu September 2014 sampai November 2014

Responden tersebut mengisi kuisioner yang disebarkan secara online, jawaban responden dianggap dapat mewakili pelanggan yang melakukan pembelian produk usaha mikro Sold Out Stuff. Jumlah responden dari penelitian ini adalah 50 pelanggan usaha mikro Sold Out Stuff.

Informan dalam penelitian ini adalah pengelola Sold Out Stuff yang berjumlah satu orang serta responden kunci yang berdomisili di Bogor dan

bersedia diwawancara oleh peneliti yang berjumlah tiga orang. Daftar responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu pihak responden. Pengumpulan data primer juga didukung dengan kuisioner yang dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Pengisian kuisioner dilakukan dengan menggunakan internet bekerja sama dengan pihak Sold Out Stuff. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dibahas dan disimpulkan.

Pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan observasi (pengamatan langsung) yang dilakukan oleh peneliti di media sosial yang digunakan sebagai media pemasaran dan saat usaha ini melakukan penjualan langsung ketika mengikuti bazaar.

Wawancara mendalam dilakukan dengan pihak pengelola usaha mikro Sold Out Stuff serta responden yang berdomisili di Bogor dan bersedia diwawancara oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari literatur atau badan terkait pemasaran produk perusahaan dan penggunaan internet.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuisioner yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif. Setelah seluruh data terkumpul, kemudian dilakukan pengkodean data yang bertujuan agar data menjadi seragam. Setelah pengkodean data, selanjutnya jawaban responden dihitung frekuensi dan persentasenya dalam bentuk diagram lingkaran dan tabel tabulasi silang. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik dengan software SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007.

Beberapa variabel disajikan dalam bentuk diagram lingkaran (pie chart), yaitu penilaian bauran pemasaran (harga, produk, tempat, promosi, personalisasi) dan tingkat kepuasan pelanggan. Selain itu data juga disajikan dalam bentuk tabel tabulasi silang untuk melihat jumlah frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden (jenis kelamin, usia, domisili, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pemasukan) dan tingkat kepuasan pelanggan serta melihat jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian bauran pemasaran (harga, produk, tempat, promosi, personalisasi) dan tingkat kepuasan pelanggan.

Uji regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada penelitian ini, yaitu antara variabel karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan dan tingkat pemasukan) dengan tingkat kepuasan pelanggan dan antara variabel bauran pemasaran (harga, poduk, tempat, promosi, personalisasi) dengan tingkat kepuasan pelanggan. Data yang diperoleh dari hasil wawanacara mendalam dengan informan dan responden yang berhasil diwawancara digunakan sebagai data pendukung pada penelitian ini.

Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam laporan skripsi.

Penelitian ini dilaksanakan di usaha mikro Sold Out Stuff (SOS) yang merupakan salah satu unit bisnis skala rumahan yang bergerak di bidang penjualan aksesoris perempuan dengan bahan baku lokal dan dibuat dengan tangan atau biasa disebut handmade. Lebih jelasnya gambaran umum mengenai lokasi penelitian dapat dijabarkan menjadi latar belakang usaha, kategori usaha, segmentasi pasar usaha, strategi pemasaran yang digunakan, wilayah pemasaran, keuntungan usaha dan hambatan usaha.

Latar Belakang Usaha

Usaha mikro SOS merupakan salah satu usaha rumahan yang berada di Kabupaten Bogor tepatnya Kecamatan Dramaga. Usaha mikro SOS adalah tempat penjualan aksesoris perempuan berupa gelang dan kalung dengan bahan baku lokal dan dibuat dengan tangan atau biasa disebut handmade. Sama seperti usaha lainnya, dalam mendirikan usaha ini pengelola tentu memiliki alasan yang melatarbelakangi berdirinya usaha ini.

Hal yang melatarbelakangi berdirinya usaha ini adalah hobi yang bersangkutan dalam menggunakan aksesoris. Awalnya pengelola usaha ini merupakan konsumen dari usaha aksesoris, namun pengelola melihat peluang bisnis yang menjanjikan dari usaha ini. Bermodal rasa ingin tahu yang tinggi, pengelola mengikuti pelatihan pembuatan aksesoris dan kemudian mencoba membuat sendiri aksesoris dengan bahan baku lokal sampai pada akhirnya dijadikan peluang bisnis sejak tahun 2012. Usaha ini didirikan dan dikelola oleh FCP dan MA, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bogor.

“Awalnya karena bingung setiap ada aksesoris baru, dibeli. Setiap ada yang lucu, dibeli. Kan boros juga kalau sering beli aksesoris. Lalu kepikiran kenapa tidak bikin sendiri saja. Kebetulan waktu itu ada pelatihan membuat aksesoris. Awalnya tidak ada niat untuk menjual, tapi ternyata teman-teman yang lihat bertanya. Ada peluang di depan mata,

ya sudah jadi usaha.” (FCP, pemilik dan pengelola usaha mikro SOS). Kategori Usaha

Bisnis SOS dapat dikategorikan sebagai usaha mikro berdasarkan karakteristik UMKM yang dikemukakan oleh Tambunan (2009). Karakteristik tersebut dapat dilihat dari: 1) aspek formalitas, usaha rumahan SOS beroperasi disektor informal dan usahanya tidak terdaftar; 2) aspek organisasi dan manajemen dimana usaha ini dijalankan oleh pemilik dan tidak menerapkan pembagian kerja internal; 3) aspek sifat dari kesempatan kerja, yaitu menggunakan tenaga kerja dari anggota keluarga tidak dibayar; 4) aspek pola atau sifat dari proses produksi, yaitu proses produksi manual sehingga tingkat teknologinya rendah; 5) aspek orientasi pasar dimana usaha ini umumnya menjual produk ke pasar lokal, walaupun ada pelanggan dari luar negeri yang membeli

produk ini tetapi tidak dalam jumlah yang besar; 6) aspek sumber bahan baku dan modal dari usaha ini adalah menggunakan bahan baku lokal dan modal awal menggunakan uang sendiri; dan 7) aspek hubungan eksternal artinya usaha ini tidak memiliki akses dengan program pemerintah dan tidak punya hubungan bisnis dengan usaha besar, walau demikian usaha mikro SOS memiliki hubungan eksternal dengan usaha mikro lain sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama antar pemilik usaha mikro.

Segmentasi Pasar Usaha

Menurut Kotler dan Armstrong (2001), pasar terdiri dari pembeli yang berbeda dalam berbagai cara. Pembeli bisa mempunyai perbedaan keinginan, sumber daya, lokasi, sikap pembelian, dan praktek pembelian. Melalui segmentasi pasar, perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen menjadi segmen yang lebih kecil yang dapat dicapai secara lebih efisien dan efektif dengan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan unik mereka.

Setiap usaha pasti memiliki segmentasi pasar yang berbeda sesuai dengan produk yang dijualnya. Segmentasi pasar dapat dilihat dari segmentasi demografis. Menurut Kotler dan Armstrong (2001), segmentasi demografis adalah membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan.

Jika dilihat dari segmentasi demografisnya, segmentasi pasar dari usaha rumahan ini adalah perempuan yang berusia 16 sampai 30 tahun dengan kondisi ekonomi menengah. Hal ini disebabkan produk yang dijual dikhususkan untuk perempuan muda. Harga yang ditawarkan oleh pengelola juga menjadi penentu segmentasi pasar. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp20.000 sampai Rp100.000 sehingga masih terjangkau untuk pelanggan dengan kondisi ekonomi menengah. Produk yang ditawarkan berupa aksesoris berbentuk gelang dan kalung dengan desain yang cocok digunakan oleh perempuan muda.

“Produk kita biasa dipakai oleh pelajar dan mahasiswa. Ada juga

karyawan-karyawan muda yang menggunakan produk kita.” (FCP, pemilik dan pengelola usaha mikro SOS)

Pemasaran yang Dilakukan

Pengelola usaha mikro SOS memasarkan produknya menggunakan media sosial instagram di internet. Sejak awal dirintis, usaha ini memang sudah menggunakan internet dalam pemasaran produknya dan menjadikan internet sebagai media pemasaran utama produknya. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pelanggan, pengelola mencoba peruntungannya dengan menitipkan produknya di toko-toko aksesoris yang ada di Bogor dan Bandung. Selain menggunakan internet dan memiliki toko sendiri, pengelola biasa mengikutsertakan usahanya dalam acara bazaar di Bogor maupun di luar Bogor. Dengan mengikuti bazaar tersebut pengelola bisa menjaga eksistensi usahanya sampai sekarang.

Pemasaran yang dilakukan SOS tidak hanya dilakukan oleh pengelola saja, tetapi juga dilakukan oleh pelanggannya. Pelanggan akan mengunggah foto menggunakan produk yang dibeli dan pernyataan kesan-kesan setelah membeli produk SOS setelah pelanggan melakukan pembelian.

Wilayah Pemasaran

Wilayah pemasaran produk berkaitan dengan media pemasaran yang digunakan. Penggunaan media sosial di internet menyebabkan meluasnya jangkauan wilayah pemasaran. Walaupun bengkel pembuatan produk berada di Bogor, jangkauan wilayah pemasaran produk ini sampai ke luar Bogor bahkan ke luar negeri.

Menurut penuturan pengelola, hal ini disebabkan karena penggunaan internet yang dapat diakses dari mana saja sehingga pelanggan produk ini tidak hanya berasal dari Bogor. Selain itu karena bantuan pemasaran dari mulut ke mulut yang dilakukan pelanggan, maka jangkauan wilayah pemasaran dapat meluas. Hal ini pula yang menyebabkan pengelola menitipkan produknya di toko lain di Bogor dan di Bandung. Toko yang menjual produk usaha mikro SOS dapat ditemui di Obviouz Distro Bogor Jalan Binamarga no. 10.

Keuntungan Usaha

Pengelola sebuah usaha pasti berharap mendapatkan keuntungan setelah menjalankan usaha tersebut. Pengelola usaha mikro SOS juga berharap hal yang sama saat akan memulai usaha ini. Pengelola usaha mendapatkan keuntungan sebanyak Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00 per bulan.

Keuntungan lain yang didapat dari usaha ini adalah pengelola memiliki banyak kenalan sesama pengusaha sehingga pengelola dapat bertukar ilmu seputar usaha yang dijalankan dengan pengusaha lainnya. Selain itu, usaha mikro yang menggunakan internet dalam memasarkan produknya ini sering mendapat promosi gratis dalam bentuk testimoni yang dilakukan oleh pelanggan menggunakan akun pribadi pelanggan.

Hambatan Usaha

Usaha mikro rumahan SOS juga menghadapi hambatan dalam menjalankan usahanya. Usaha ini tidak memiliki tenaga kerja tetap dalam proses produksinya.

Menurut hasil wawancara mendalam dengan pengelola, hambatan yang dihadapi dalam menjalankan usaha ini adalah manajemen waktu mengingat pengelola masih ada kegiatan lain di luar mengurus usahanya. Pengelola mengaku tidak ada hambatan lain dalam menjalankan usaha di luar kendala waktu.

“Kalau hambatan yang kita hadapi masalah waktu. Terasa sekali saat

Karakteristik pelanggan adalah hal-hal yang berkaitan dengan diri pelanggan usaha mikro SOS. Karakteristik pelanggan terdiri dari jenis kelamin, domisili, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pemasukan. Karakteristik pelanggan yang menjadi responden di lapang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase pelanggan berdasarkan karakteristik pelanggan usaha mikro SOS tahun 2015

Karakteristik pelanggan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Total (%)

Jenis kelamin Perempuan 49 98

100 Laki-laki 1 2 Domisili Bogor 39 78 100 Luar Bogor 10 20 Luar negeri 1 2 Usia 18-19 tahun 1 2 100 20-22 tahun 47 94 23-24 tahun 2 4 Pendidikan SMA 6 12 100 D3 5 10 S1 39 78 Pemasukan < Rp1.500.000 24 48 100 Rp1.500.000 - Rp2.500.000 20 40 > Rp2.500.000 6 12 Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah identitas pelanggan berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Hasil penelitian dari 50 pelanggan yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin pelanggan usaha mikro SOS cenderung homogen.

Tabel 2 menunjukkan sebanyak 98 persen pelanggan usaha aksesoris kerajinan tangan ini adalah perempuan dan sebanyak dua persen pelanggan usaha aksesoris kerajinan tangan ini adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena produk usaha mikro ini adalah untuk perempuan.

“Kita juga pernah ada pembeli laki-laki, walaupun tidak untuk dipakai sendiri, mereka mengaku produk kami akan dijadikan hadiah untuk pasangannya.” (FCP, pemilik dan pengelola usaha mikro SOS).

Domisili

Domisili adalah tempat tinggal pelanggan saat melakukan pembelian produk usaha aksesoris ini. Berdasarkan data di lapang, domisili pelanggan diklasifikan menjadi tiga, yaitu Bogor, luar Bogor, dan luar negeri.

Hasil penelitian dari 50 pelanggan usaha mikro SOS yang menjadi responden menunjukkan sebanyak 78 persen pelanggan produk usaha ini berasal dari Bogor, 20 persen berasal dari luar Bogor, dan sebanyak dua persen pelanggan usaha mikro ini berasal dari luar negeri. Pembeli dari luar Bogor berasal dari Jakarta, Bekasi, Tangerang, Serang, dan Purwakarta. Pembeli dari luar negeri berasal dari Johor, Malaysia.

Pengelola usaha mikro SOS menggunakan internet dalam memasarkan produknya, maka sangat memungkinkan untuk memerluas wilayah pemasaran sampai ke luar negeri. Selain itu, pengelola juga menyebutkan bahwa pelanggan yang berasal dari luar Bogor atau luar negeri melihat produk yang digunakan oleh pelanggannya yang berasal dari Bogor kemudian mereka mencari produknya di internet dan pada akhirnya melakukan pembelian di toko online usaha mikro SOS.

“Biasanya mereka (pelanggan di luar Bogor) lihat dulu barang yang

dipakai sama pelanggan lain, terus nanya beli di mana, lihat instagram kita, lalu membeli produk kita” (FCP, pemilik dan pengelola usaha mikro SOS).

Usia

Usia adalah selisih antara tahun pelanggan dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Usia pelanggan pada saat penelitian dihitung dalam satuan tahun dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat. Usia pelanggan usaha mikro SOS diklasifikan berdasar data yang didapat di lapang.

Hasil penelitian terhadap 50 pelanggan yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan, sebanyak dua persen pelanggan usaha mikro SOS ada

Dokumen terkait