• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIET OBAT-OBATAN (19)

Dalam dokumen makalah hipertensi (Halaman 42-47)

1. Diet

- Rendah garam

- Suplementasi calcium selama hamil menurunkan tekanan darah juga mencegah preeklamsi (tapi masih kontroversial)

2. Aspirin dosis rendah

- Aspirin 60 mg → supresi sintesis thromboxane oleh trombosit dan meningkatkan produksi prostasiklin

Tapi dalam penelitian tidak efektif mencegah HDK / preeklamsi 3. Anti Oksidan

Terapi antioksidan menurunkan aktivasi endothel dan bermanfaat dalam mencegah preeklamsi.

Pemberian Vit E dan vit C.

MANAJEMEN (15)

1. Terminasi kehamilan pada kemungkinan trauma pada ibu dan anak 2. Kelahiran anak yang mungkin dapat survive hidup

3. Pemulihan sempurna kesehatan ibu

Dengan induksi persalinan, yang penting informasi tentang umur janin. 1. Deteksi Prenatal Dini

Bila T > 140/90 mmHg → dirawat untuk observasi 2-3 hari untuk melihat apakah makin berat.

Bila berat : observasi ketat Bila ringan : berubah jalan 2. Pengelolaan rumah sakit

Hospitalisasi pada wanita yang untuk pertama kalinya hipertensi jika persisten atau perburukan hipertensi atau ada proteinuri.

Evaluasi meliputi :

1. Pemeriksaan akan adanya tanda-tanda : nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan epigastrium, penambahan berat badan yang cepat.

2. Penimbangan berat badan saat masuk dan tiap hari berikutnya. 3. Analisa terhadap proteinuria saat masuk dan tiap 2 hari (selanjutnya).

4. Tekanan darah pada saat duduk tiap 4 jam kecuali waktu antara malam hari sampai dengan pagi hari.

5. Pengukuran : Kreatinin, Hematokrit, Trombosit, Enzim Hepar

6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis atau dengan USG

3. Terminasi Kehamilan

Persalinan merupakan obat untuk preeklamsi

Nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrum merupakan indikasi bahwa ada ancaman konvulsi (kejang), juga oliguria.

Terapi antikonvulsan dan antihipertensi setelah persalinan (terapi untuk eklamsi) yang utama mengendalikan kejang untuk mencegah perdarahan intrakranial, kerusakan organ lain, dan untuk melahirkan janin sehat.

4. Terapi Antihipertensi

Untuk melanjutkan kehamilan dan menghasilkan outcome yang baik

- Labetalol : meningkatkan IUGR menjadi 2 kali lebih sering daripada wanita yang dirawat di RS nya.

- ACE Inhibitor sebaiknya dihindari dari trimester ke-2 dan ke-3 kehamilan, boleh pada trimester I atau jangan dilanjutkan pada trimester setelahnya.

5. Menunda Persalinan Pada PEB

Untuk outcome yang lebih baik dilakukan perawatan konservatif dengan observasi tiap hari, monitoring kehamilan, dengan/tanpa obat antihipertensi. Antihipertensi berguna bila preeklamsi cukup berat sehingga harus terminasi sebelum janin dapat survive.

HELLP syndrome : manajemen agresif pemberian glukakortikoid untuk pematongan paru diikuti persalinan dalam 48 jam.

Manajemen ekspektatif : labetalol dan nifedipin peroral untuk HELLP syndrome parsial & PEB, baik untuk outcome tapi tidak berguna untuk kesehatan ibu (risiko solusio plasenta dan eklamsi)

6. Glukokortikoid

Untuk menurunkan insidensi distress pernafasan dan survive janin dan tidak memperburuk hipertensi, juga memperbaiki lab pada HELLP syndrome, karena berrsifat sementara maka terapi ini tidak dapat menunda perlunya persalinan. 7. Unit Kehamilan Risiko Tinggi

Diberi Fe dan asam folat, dirawat dan dilakukan tes laboratorium 8. Perawatan di Rumah

Yaitu untuk hipertensi ringan-sedang yang menolak dirawat di RS dengan proteinuria (-), selama penyakit tidak memperburuk dan dan tidak dicurigai adanya gawat janin. Diberitahu tentang tanda bahaya, pengukuran tekanan darah dan monitoring protein urin dan kunjungan rumah.

9. Eklamsi

Ialah preeklamasi yang komplikasi dengan kejang tonik klonik atau dapat juga terjadi koma dalam tanpa kejang. Diagnosis kejang yang menyebabkan kematian dengan tanpa kejang pada PEB.

PROGNOSIS (15)

Terapi :

1. Kontrol kejang dengan MgSO4 loading dose iv, diikuti dengan infus kontinyu MgSO4 atau dengan loading dose MgSO4 im dan injeksi im periodik.

2. Pemberian antihipertensi secara iv intermiten atau p.o untuk menurunkan tekanan darah bila tekanan darah diastol cukup meningkat yaitu 100 mmHg/ 105 mmHg/110 mmHg

3. Jangan memberikan diuretik dan pembatasan pemberian cairan intravena kecuali bila hilangnya cairan sangat banyak. Jangan memberikan cairan hiperosmosis.

4. Persalinan

Magnesium sulfat untuk mengontrol kejang

Pada PEB juga eklamsi, MgSO4 diberikan perenteral sebagai antikonvulsi tanpa menimbulkan depresi SSP baik pada ibu maupun anak. Diberikan secara iv dengan infus kontinyu atau secara im intermiten. Karena persalinan dan partus dapat menimbulkan kejang, maka pada preeklamsi-eklamsi diberikan MgSO4

selama parturien dan 24 jam post pastrum. MgSO4 tidak untuk terapi hipertensi. MgSO4 merupakan antikonvulsi yang bekerja pada korteks serebri. Biasanya pasien akan berhenti kejang setelah pemberian MgSO4 inisial dan dalam 1 jam akan pulih.

Dosis pemeliharaan pada terapi eklamsi dilanjutkan 24 jam post partum sedangkan eklamsi yang terjadi postpartum, MgSO4 diberikan sampai 24 jam dari onset konvulsi.

Penderita dengan preeklamsi berat dilakukan pengelolaan secara aktif bila didapatkan keadaan ibu dengan kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda gejala impending eklamsi, kegagalan terapi pada perawatan konservatif 6 jam sejak dimulainya pengobatan medisinal terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal tidak ada perbaikan. Pada janin ditemukan adanya tanda-tanda gawat janin atau PJT, dan secara laboratorik didapatkan adanya HELLP sindrom. (20)

harus diakhiri kehamilannya. Pada usia kehamilan 38 minggu dengan preeklamsi ringan dan serviks matang dapat dilakukan induksi persalinan. Pada usia kehamilan 32-34 minggu dengan preeklamsi berat harus dipertimbangkan untuk terminasi dengan sebelumnya diberikan kortikosteroid. Pada ibu dengan usia kehamilan 23-32 minggu dengan preeklamsi berat, persalinan dapat ditunda untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian perinatal. Bila usia kehamilan kurang dari 23 minggu, disarankan untuk dilakukan terminasi. (21)

Cara terminasi kehamilan belum inpartu : (21)

1. Induksi persalinan

amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6 2. Seksio sesarea bila :

• Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes oksitosin

• 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk kedalam fase aktif Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesarea.

Bila sudah inpartu : (20)

1. Pada kala I fase laten dapat dilakukan amniotomi yang dilanjutkan dengan pemberian tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6. Pada fase aktif dilakukan amniotomi. Bila his tidak adekuat diberikan tetes oksitosin dan bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap dilakukan seksio sesarea. Amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.

2. Pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Dalam persalinan, usaha ibu untuk meneran terbatas karena kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah. Apabila syarat-syarat sudah terpenuhi, hendaknya persalinan diakhiri dengan partus buatan. Meskipun demikian bila keadaan ibu dan bayi baik, usaha meneran ibu dapat dilanjutkan dan bayi dapat

lahir spontan. (15)

HELLP SYNDROME

Dalam dokumen makalah hipertensi (Halaman 42-47)

Dokumen terkait